Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA

“SEDIAAN TABLET (METODE KEMPA LANGSUNG)”

OLEH:

KELOMPOK 1

1. I Kadek Weda Dwi Arta (2009484010009)


2. Komang Ayu Pratiwi (2009484010019)
3. Made Ayu Jelita Widya Nanda Putri (2009484010024)
4. Ni Kadek Ayu Akari Purnama Sari (2009484010025)
5. Ni Kadek Dila Pratiwi Putri (2009484010027)
6. Ni Kadek Nisa Leoni Putri (2009484010028)
7. Ni Luh Desi Ratnawati (2009484010030)
8. Ni Luh Gede Ananda Rosita (2009484010031)
9. Dewa Ayu Bintang Tirtawati (2009484010032)
10. Ni Luh Linda Sudiantari (2009484010033)
11. Ni Luh Samila Dewi (2009484010034)
12. Ni Putu Ria Agusthya Dewi (2009484010039)
13. Ni Wayan Lusi Puspitasari (2009484010041)
14. Nyoman Dhamapada Nugraha (2009484010042)

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2020/2021
SEDIAAN TABLET (METODE KEMPA LANGSUNG)

I. Tujuan Praktikum

Pada praktikum teknologi sediaan solida mengenai pembuatan dan evaluasi sediaan
tablet kempa langsung, tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1.1 Mampu membuat sediaan tablet dengan metode kempa langsung
1.2 Mampu melakukan evaluasi mutu sediaan tablet

II. Dasar Teori

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.

Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan
yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berb agai ukuran,
bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul
umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan,
umumnya untuk hewan besar.

Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah
ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama
proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.

Tablet cetak dibuat dari campuran bahan obat dan bahan pengisi, umumnya
mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi
dengan larutan yang mengandung etanol persentase tinggi. Kadar etanol tergantung pada
kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam sistem pelarut dan derajat kekerasan tablet yang
diinginkan. Massa serbuk yang lembab ditekan ke dalam cetakan, dikeluarkan dan dibiarkan
kering. Tablet cetak agak rapuh, sehingga harus hati-hati dalam pengemasan dan
pendistribusian.

Pada umumnya tablet kempa mengandung zat aktif dan bahan pengisi, bahan pengikat,
disintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan warna dan lak (bahan warna yang
diadsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma
dan bahan pemanis. Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah zat aktif sedikit atau sulit dikempa.
Bahan pengisi tablet yang umum adalah laktosa, pati, kalsium fosfat dibasa dan selulosa
mikrokristal. Tablet kunyah sering mengandung sukrosa, manitol atau sorbitol sebagai bahan
pengisi. Jika kandungan zat aktif kecil, sifat tablet secara keseluruhan ditentukan oleh bahan
pengisi yang besar jumlahnya. Karena masalah ketersediaan hayati obat hidrofobik yang
kelarutannya dalam air kecil, maka digunakan bahan pengisi yang larut dalam air.

Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi dan pada
tablet kempa serta menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi. Zat pengikat
dapat ditambahkan dalam bentuk kering, tetapi lebih efektif jika ditambahkan dalam la rutan.
Bahan pengikat yang umum meliputi gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa,
karboksimetilselulosa dan pasta pati terhidrolisis. Bahan pengikat kering yang paling efektif
adalah selulosa mikrokristal, yang umumnya digunakan dalam membuat tablet kempa
langsung.

Disintegran membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Disintegran tablet yang paling
banyak digunakan adalah pati. Pati dan selulosa yang termodifikasi secara kimia, asam alginat,
selulosa mikrokristal dan povidon sambung-silang juga dapat digunakan. Campuran efervesen
digunakan sebagai disintegran dalam sistem tablet larut. Kandungan disintegran, cara
penambahan dan derajat kepadatan berperan dalam efektivitas daya hancur tablet.

Lubrikan mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna
untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Senyawa asam stearat dengan logam, asam
stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan talkum digunakan sebagai lubrikan. Pada umumnya
lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan
disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebihan harus dihindarkan. Polietilen
glikol dan beberapa garam lauril sulfat digunakan sebagai lubrikan yang larut, tetapi lubrikan
seperti ini umumnya tidak memberikan sifat lubrikasi yang optimal, dan diperlukan dengan
kadar yang lebih tinggi.

Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk, umumnya
digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Glidan yang paling efektif adalah
silika pirogenik koloidal.

Bahan pewarna dan lak yang diizinkan sering ditambahkan pada formulasi tablet untuk
menambah nilai estetik atau untuk identitas produk. Kebanyakan bahan pewarna peka terhadap
cahaya dan warnanya akan memudar jika terpapar cahaya.

Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol
atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk
meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa.
Tablet kempa langsung (direct compression tablet), beberapa senyawa kimia berupa
granul, menunjukkan sifat bebas mengalir dan kohesif sehingga memungkinkan dikempa
langsung di dalam mesin tablet tanpa perlu di granulasi terlebih dahulu. Untuk senyawa yang
tidak memiliki karakteristik tersebut, eksipien khusus dapat digunakan untuk mendapatkan
kualitas yang diperlukan dalam produksi tablet secara kempa langsung. Eksipien itu meliputi
pengisi (seperti laktosa spray-dried, mikrokkristal dari laktosa alfa-monohidrat, mikrokristalin
selulosa, kristalin maltosa dan dikalsium fosfat), bahan penghancur (seperti amilum untuk
kempa langsung, sodium carboxymethyl starch, cross-linked carboxymethyl-cellulose fibers
dan cross-linked PVP), lubrikan (seperti magnesium stearat dan talk), dan glidan (seperti silikon
dioksida).

Evaluasi mutu sediaan tablet meliputi kadar zat aktif, disolusi, waktu hancur,
keseragaman sediaan, kekerasan dan friabilitas. Uji keseragaman sediaan, keseragaman sediaan
didefiniskan sebagai derajat keseragaman jumlah zat aktif dalam satuan sediaan. Persyaratan
yang ditetapkan berlaku untuk masing-masing zat aktif yang terkandung dalam satuan sediaan
yang mengandung satu atau lebih zat aktif, kecuali dinyatakan lain dalam farmakope.
Keseragaman sediaan ditetapkan dengan salah satu dari dua metode yaitu keragaman bobot dan
keseragaman kandungan. Uji keseragaman kandungan berdasarkan pada penetapan kadar
masing-masing kandungan zat aktif dalam satuan sediaan untuk menentikan apakah kandungan
masing-masing terletak dalam batasan yang ditentukan. Metode keseragaman kandungan dapat
digunakan untuk semua kasus. Keseragaman sediaan untuk tablet tidak bersalut yang
mengandung zat aktif 25 mg atau lebih yang merupakan 25% atau lebih terhadap bobot
ditetapkan dengan metode keragaman bobot. Untuk tablet tidak bersalut yang tidak memenuhi
persyaratan di atas ditetapakan dengan uji keseragaman kandungan.

Uji waktu hancur menggunakan alat disintegration tester. Uji waktu hancur
dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-
masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet digunakan sebagai tablet isap
atau tablet kunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam
jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak
waktu yang jelas di antara periode pelepasan tersebut. Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji
dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan prosedur yang tepat untuk 6 unit s ediaan atau
lebih. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna.
Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan, yang tertinggal pada kasa alat uji
merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas, k ecuali bagian dari penyalut
yang tidak larut.
Uji disolusi merupakan cara terpenting untuk mengetahui pelepasan obat dari sediaan
padat secara in vitro dan merupakan alat yang penting untuk menilai faktor yang mempengaruhi
bioavailabilitas obat dari sediaan padat. Selama uji disolusi, jumlah kumulatif obat yang terlarut
diukur sebagai fungsi dari waktu. Uji disolusi dilakukan dengan meletakkan tablet di dalam
bejana yang berisi media disolusi.

Semua faktor yang mempengaruhi proses disolusi harus distandarkan, seperti faktor
yang mempengaruhi kelarutan (komposisi dan suhu media disolusi) dan faktor yang
mempengaruhi proses disolusi (konsentrasi senyawa terlarut dalam media disolusi).

Kekerasan tablet adalah suatu parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik seperti goncangan, tekanan dan kemungkinan terjadinya keretakan
tablet pada saat pembungkusan atau pengepakkan, pengangkutan dan penyimpanan. Kekerasan
tablet sangat berkaitan erat dengan waktu hancurnya. Faktor yang dapat mempengaruhi
kekerasan tablet antara lain metoda granulasi, tekanan kompresi, kekerasan granul, serta macam
dan jumlah bahan pengikat yang digunakan. Tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4-
8 kg, kekerasan minimum untuk tablet yang tidak bersalut adalah 5 kg. Tablet yang
pembuatannya melalui tahap granulasi kekerasannya dipengaruhi oleh ikatan yang terjadi antar
partikel setelah tablet mengalami pengempaan.

Friabilitas atau resistensi terhadap abrasi merupakan pengujian yang sangat penting
karena menggambarkan kejadian yang dialami tablet selama produksi, pengemasan,
pengananan, distribusi dan penggunaan. Dimana selama proses tersebut tablet mengalami
benturan, tekanan, bergesekan satu dengan lainnya dan dengan permukaan padat lainnya, yang
menyebabkan lepasnya partikel dari permukaan tablet sehingga bobot tablet berkurang atau
bahkan tablet menjadi pecah menjadi bagianbagian kecil. Disamping itu uji friabilitas juga
dapat mendeteksi tahap awal capping.

III. Pelaksanaan Praktikum


3.1. Alat :
a. Timbangan gram dan mg
b. Kantong plastik
c. Satu seri ayakan (20, 30, 40, 50, 60, 80 dan 100 mesh)
d. Sieve shaker
e. Gelas ukur 100 ml
f. Alat uji kecepatan alir granul
g. Penggaris
h. Kalkulator
i. Stopwatch
j. Alat uji waktu hancur
k. Alat uji disolusi
l. Monsanto Hardness Tester
m. Friability tester
n. Pinset
o. Spektrofotometer UV-Vis,
p. Peperangkat alat gelas.

3.2. Bahan:
a. Asetosal
b. Avicel 102
c. Talkum
d. HCl pekat
e. Metanol
f. Natrium asetat
g. Asam asetat glasia.

3.3. Prosedur Kerja


Formula Tiap tablet mengandung:
Asetosal 500 mg
Avicel 102 18%
Talk 2%
Dibuat tablet sejumlah 500 tablet, dengan bobot @625 mg.

3.3.1. Prosedur penyiapan massa cetak :


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang setiap bahan berdasarkan perhitungan bahan
3. Ayak asetosal dan Avicel 102 dengan ayakan nomor 20
4. Ayak talkum dengan ayakan nomor 100
5. Campurkan asetosal dan avicel 102 di dalam kantong plastik dan kocok
sampai homogen
6. Tambahkan talk dan kocok sampai homogen
3.3.2. Evaluasi mutu massa cetak :
1. Bobot jenis bulk :
a. Ditimbang bahan sejumlah 40-130 g pada kertas timbang
b. Bahan tersebut dituang ke dalam gelas ukur 100 mL yang
dimiringkan pada sudut 45° dengan cepat (dapat melalui corong)
c. Gelas ukur ditegakkan dan digoyangkan dengan cepat untuk
meratakan permukaan bahan dan dibaca volume yang terukur (mL).
d. Dihitung bobot jenis bulk dengan rumus sebagai berikut:
ρB = w/V0 (g/mL)
2. Bobot jenis mampat :
a. Setelah pembacaan volume bulk pada pengukuran bobot jenis bulk,
gelas ukur yang berisi bahan tersebut diletakkan pada alat pengetuk.
b. Alat dioperasikan dan volume bahan diamati pada tiap interval 100
ketukan dari 100 sampai 500 ketukan.
c. Volume bahan dalam gelas ukur dicatat pada tiap interval 100
ketukan, sampai tiga pengamatan berurutan menunjukkan volume
yang tetap (Vt mL).
d. Dihitung bobot jenis mampat dengan rumus sebagai berikut:
ρT = w/v’(g/mL)
3. Kompresibilitas
Berdasarkan data hasil uji bobot jenis bulk dan bobot jenis mampat,
hitunglah kompresibilitas granul dengan rumus:
𝑉0−𝑉𝑡
% Kompresibilitas = x 100%
𝑉0

4. Kecepatan alir granul :


a. Corong dipasang pada statif dengan jarak ujung pipa bagian bawah
ke bidang datar = 10,0 ± 0,2 cm.
b. Ditimbang teliti 100 g bahan (w).
c. Bahan tersebut dituang ke dalam corong dengan dasar lubang corong
dalam keadaan tertutup.
d. Tutup dasar lubang corong dibuka sambil menyalakan stopwatch.
e. Waktu yang diperlukan dicatat mulai dari bahan mengalir sampai
bahan dalam corong habis (t)
f. Dihitung kecepatan alir dengan rumus sebagai berikut:
Kecepatan alir = w/t (g/detik)
5. Sudut istirahat :
a. Diukur tinggi timbangan bahan di bawah corong hasil penentuan
kecepatan alir (h).
b. Jari-jari alas kerucut timbangan bahan tersebut diukur (r)
c. Dihitung sudut istirahat dengan rumus sebagai berikut:
α = tan -1(h/r)

3.3.3. Pembuatan tablet :


1. Siapkan mesin kempa tablet dengan punch dan die yang sesuai dengan
bobot tablet dan lakukan orientasi bobot dengan memutar mesin secara
manual.
2. Prosedur pengempaan tablet :
a. Masukkan massa cetak yang sudah homogen ke dalam hoper
b. Kempa campuran dengan mesin cetak single punch dengan bobot
650 mg per tablet
c. Lakukan pemantauan bobot tablet secara berkala untuk mamastikan
bobot tablet berada dalam rentang yang disyaratkan.
d. Masukkan tablet yang dihasilkan ke dalam kantong plastik yang
dilengkapi dengan silika gel.

3.3.4. Evaluasi mutu tablet


1. Penetapan kadar
a. Pembuatan larutan baku asetosal, penetapan panjang gelombang
maksimal dan absorbansinya
1). Sebanyak 10 mg asetosal ditimbang dengan teliti kemudian
kemudian masukkan labu tentukur 100 ml
2). Tambahkan larutan HCl 0,1 N : metanol (1:1) sebanyak 50 mL,
kocok kuat sampai larut.
3). Tambahkan HCl 0,1 N : metanol (1:1) sampai tanda batas dan
homogenkan (konsentrasi 100 µg/ml).
4). Ukur spektrumnya pada panjang gelombang 200-400 nm dengan
blanko pelarut HCl 0,1 N : metanol (1:1) dan tentukan panjang
gelombang maksimal dan nilai absorbansinya (Ab).
b. Penyiapan dan pengujian sampel
1). Dua puluh tablet ditimbang satu persatu dan dihitung bobot rata-
ratanya.
2). Tablet diserbukkan lalu ditimbang seksama seberat bobot rata-
ratanya, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml.
3). Tambah pelarut HCl 0,1 N: metanol (1:1) sebanyak 50 mL dan
kocok sampai larut.
4). Tambahkan dengan pelarut HCl 0,1 N : metanol (1:1) sampai
batas dan homogenkan.
5). Saring dengan kertas saring
6). Filtrat yang diperoleh dipipet sebanyak 2 ml dan dimasukkan ke
dalam labu terukur 100 ml, tambahkan pelarut HCl 0,1 N :
methanol (1:1) sampai batas dan homogenkan
7). Ukur serapannya pada panjang gelombang maksimalnya (As)
dengan blanko pelarut HCl 0,1 N : metanol (1:1).
8). Hitung kadar asetosal dalam tablet dengan rumus:
𝐴𝑠
Kadar asetosal = x 100%
𝐴𝑏

2. Uji disolusi
Media disolusi : 500 ml Dapar asetat 0,05 M yang dibuat dengan
mencampur 2,99 g natrium asetat trihidrat dan 1,66 ml asam asetat
glasial P dengan air hingga 1000 ml dengan pH 4,50±0,05.
Alat tipe 2 : 50 rpm.
Waktu : 30 menit
Toleransi : dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q),
asam asetilsalisilat, C9H8O4, dari jumlah yang tertera pada etiket.
a. Prosedur uji disolusi
1). Masukkan 500 ml (±1%) media disolusi (Larutan dapar asetat pH
4,50) ke dalam wadah pada alat disolusi tipe 2 (tipe dayung).
2). Jalankan pemanas alat hingga media disolusi mencapai suhu
37°±0,5°C, dengan menekan tombol heater.
3). Setelah suhu tercapai,masukkan 1 unit sediaan (tabel) ke dalam
masing-masing wadah, dijaga agar gelembung udara tidak
menempel pada permukaan sediaan, dan segera operasikan alat
pada kecepatan 50 rpm.
4). Setelah 30 menit, ambil ± 50 ml dari masing-masing chamber
disolusi pada daerah pertengahan antara permukaan media
disolusi dan bagian atas keranjang, tidak kurang dari 1 cm dari
dinding wadah.
5). Sejumlah sampel yang sudah diambil harus segera disaring
menggunakan kertas saring.
6). Filtrat yang diperoleh dipipet 2 ml, dimasukkan ke dalam labu
tentukur 10 ml dan encerkan dengan dapar asetat 0,05 M sampai
tanda dan homogenkan.
7). Ukur serapan larutan uji dengan spektrofotometer UV pada
panjang gelombang maksimalnya (As) dengan blanko dapar
asetat 0,05 M.
8). Buat larutan baku dengan cara:
(a) Timbang 100 mg asetosal dan masukkan ke dalam labu
tentukur 100 ml.
(b) Tambahkan 5 ml etanol 95%, kocok sampai larut dan
tambahkan dapar asetat 0,05 M sampai tanda dan
homogenkan.
(c) Pipet 2 ml larutan dan masukkan ke dalam labu tentukur 10
ml dan encerkan dengan dapar asetat 0,05 M sampai tanda
dan homogenkan
(d) Scan spektrumnya pada rentang panjang gelombang 200-400
nm
(e) Tentukan panjang gelombang maksimalnya dan
absorbansinya pada panjang gelombang maksimalnya
tersebut (Ab) dengan blanko dapar asetat 0,05 M.
9). Hitung asetosal yang terdisolusi dengan rumus:
𝐴𝑠 10
Jumlah terdisolusi = x200µg/ml x x 500 ml x 0,001 mg/µg
𝐴𝑏 2

10).Hitung persentase asetosal terdisolusi dengan rumus:


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑠𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑖𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 (𝑚𝑔)
Persentase terdisolusi = x 100 %
𝑘𝑙𝑎𝑖𝑚 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡 ( 𝑚𝑔)
3. Keseragaman sediaan
a. Keragaman bobot :
1). Timbang saksama 10 tablet satu per satu.
2). Hitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang dinyatakan dalam
persen dari jumlah yang tertera pada etiket dari hasil penetapan
kadar.
3). Hitung nilai penerimaan
Kriteria penerimaan :
• Keseragaman sediaan memenuhi syarat jika nilai
keberterimaan (NP) 10 unit sediaan pertama tidak kurang
atau sama dengan L1%
• ika nilai keberterimaan (NP) lebih besar dari L1%, lakukan
pengujian pada 20 unit sediaan tambahan, dan hitung nilai
kebertierimaannya
• Memnuhi syarat jika nilai keberterimaan akhir dari 30 unit
sediaan lebih kecil atau sama dengan L1% dan tidak ada satu
unit pun kurang dari [1- (0,01)(L2)]M atau tidak satu unit pun
lebih dari [1+(0,01)(L2)]M.
• Kecuali dinyatakan lain L1 adalah 15,0 dan L2 adalah 25,0.
4. Waktu hancur :
a. Pengatur suhu pada alat dinyalakan dan air hangat dimasukkan ke
dalam bejana sehingga keenam tempat tablet diletakkan dapat
terendam kemudian diatur setting temperature pada 37°C.
b. Sebanyak 6 tablet ditempatkan pada masing-masing tabung yang
terdapat pada alat uji waktu hancur, lalu ditutup dengan cakram.
c. Atur timer pada alat selama 15 menit, lalu alat uji dioperasikan
sehingga tabung-tabung bergerak naik turun.
d. Setelah 15 menit dan alat berhenti bergerak, amati keadaan keenam
tablet dalam tabung
5. Kekerasan :
a. Tablet ditempatkan pada ujung alat dan atur skala alat sampai
menunjukkan angka nol.
b. Tuas alat diputar searah jarum jam sampai tablet pecah dan skala
yang terbaca menunjukkan kekerasan tablet.
c. Dicatat hasil uji kekerasan masing-masing tablet sebanyak 20 tablet
6. Friabilitas
a. Satu persatu tablet dibersihkan dari debu menggunakan sikat halus
sebanyak 20 tablet.
b. Ditimbang seluruh tablet menggunakan neraca analitik.
c. Masing-masing 20 tablet dimasukkan ke dalam alat uji alat “friability
tester”.
d. Alat uji dioperasionalkan pada 25 rpm selama 4 menit.
e. Ditimbang kembali sejumlah tablet yang dimasukkan ke dalam
masingmasing alat.
f. Dihitung selisih bobot tablet dan nyatakan dalam % friabilitas
dengan rumus berikut:
𝑊𝑎−𝑊𝑏
% Friablilitas = x 100%
𝑊𝑎

Wa = bobot awal tablet


Wb = bobot akhir tablet

IV. Hasil Praktikum


Formula Tiap tablet mengandung:
Asetosal 500 mg
Avicel 102 18%
Talk 2%
Dibuat tablet sejumlah 500 tablet, dengan bobot @625 mg.

4.1 Penyiapan Massa Cetak


4.1.1. Penimbangan bahan
a. Asetosal = 500 mg x 500 = 250.000 mg = 250 g
18
b. Avicel = x 625 = 112,5 x 500 = 56,250 mg
100
2
c. Talk = x 625 = 12,5 x 500 = 6,250 mg
100

4.1.2. Fungsi masing-masing komponen dalam formula


a. Asetosal berfungsi sebagai zat aktif yang berkhasiat analgetikum dan
antipiretikum
b. Avicel 102 berfungsi sebagai pengikat, pengisi dan penghancur.
c. Talkum berfungsi sebagai pelicin
4.2 Evaluasi Mutu Masa Cetak
4.2.1. Bobot Jenis Bulk

Replikasi w (g) V0 (mL) ρB (g/mL)


1 40 58 0,690
2 40 58 0,690
3 40 58 0,690
Rata-rata 0,690
Perhitungan:

𝑊
Bobot jenis bulk =
𝑉

40 𝑔
= = 0,69 𝑔/𝑚𝐿
58 𝑚𝐿

( 0,69+0,69+0,69) 𝑔/𝑚𝐿
Rata-rata bobot jenis bulk = = 0,69 g/mL
3

4.2.2. Bobot Jenis Mampat

Volume Setelah Rata-rata


Jumlah
Pemampatan (mL) Volume ρ (g/ml)
Ketukan
1 2 3 (mL)
100 52 51 52
200 50 50 51
300 50 50 50,5
400 50 50 50
500 50 50 50 50 0,8
Perhitungan:
( 50+50+50) 𝑚𝐿
Rata-rata volume mampat = = 50 𝑚𝐿
3
𝑊
Bobot jenis mampat =
𝑉 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
40 𝑔
= = 0,8 𝑔/𝑚𝐿
50 𝑚𝐿

4.2.3. Kompresibilitas
Bobot Jenis Bulk Bobot Jenis % Kompresibilitas
(g/mL) Mampat (g/mL) (%)
0,69 0,8 13,75
Perhitungan
𝑇𝑎𝑝 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦−𝐵𝑢𝑙𝑘 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦
% Kompresibilitas = 𝑥 100%
𝑇𝑎𝑝 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦
( 0,8−0,69) 𝑔/𝑚𝐿
= 𝑥 100%
0,8 𝑔/𝑚𝐿
0,11
= 𝑥 100% = 13,75 %
0,8

Kesimpulan: Baik (11%-15%)

4.2.4. Kecepatan Alir Granul

Kecepatan Alir
No W (g) t (detik)
(g/detik)
1 100 6,8 14,706
2 100 5,16 19,380
3 100 5,48 18,248
Rata-rata 17,445
Perhitungan:
𝑊
Kecepatan alir =
𝑡
100 𝑔
Replikasi 1 = = 14,706 g/detik
6,8 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
100 𝑔
Replikasi 2 = = 19,380 g/detik
5,16 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
100 𝑔
Replikasi 3 = = 18,248 g/detik
5,48 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
( 14,706+19,380+18,248) 𝑔/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Rata-rata kecepatan alir = = 17,445 g/detik
3

Kesimpulan: Baik (diatas 10 g/detik)

4.2.5. Sudut Istirahat

No h (cm) r (cm) α (°)


1 4 6 33,69
2 4 6 33,69
3 3,5 6,25 29,25
Rata-rata 32,21
Perhitungan:


Sudut istirahat = tan -1( )
𝑟

4 𝑐𝑚
Replikasi 1 = tan -1 ( ) = 33,69°
6 𝑐𝑚

4 𝑐𝑚
Replikasi 2 = tan -1 ( ) = 33,69°
6 𝑐𝑚

3,5 𝑐𝑚
Replikasi 3 = tan -1 ( ) = 29,25°
6,25 𝑐𝑚

(33,69+33,69+29,25)°
Rata-rata sudut istirahat = = 32,21°
3

Kesimpulan: Baik (31-35°)

4.3 Evaluasi Mutu Tablet


4.3.1. Penetapan Kadar

Kadar
Absorbansi Absorbansi Asetosal
Persyaratan Kesimpulan
Baku (Ab) Sampel (As) dalam Tablet
(%)
90%-110%
Tidak
dari jumlah
0,686 0,802 116,91 memenuhi
yang tertera
syarat
pada etiket

Perhitungan:
𝐴𝑠
Kadar asetosal = 𝑥 100%
𝐴𝑏
0,802
= 𝑥 100% = 116,91%
0,686

Kesimpulan: Tidak memenuhi persyaratan (persyaratan: 90-110%)


4.3.2. Uji Disolusi

Persentase
Absorbansi Absorbansi Jumlah Asetosal Asetosal
No
Baku (Ab) Sampel (As) Terdisolusi (mg) Terdisolusi
(%)
1 0,253 186,303 37,261
2 0,257 189,249 37,850
3 0,228 167,894 33,579
0,679
4 0,253 186,303 37,261
5 0,257 189,249 37,850
6 0,228 167,894 33,579

Tahap Persyaratan Kesimpulan


Tiap unit sediaan tidak
Tidak Memenuhi
S1 kurang dari 85%
Syarat
(Q+5%)

Perhitungan:
𝐴𝑠 10
Jumlah asetosal terdisolusi = 𝑥200𝜇𝑔 /𝑚𝐿 𝑥 𝑥500𝑚𝐿 𝑥 0,001𝑚𝑔/𝜇𝑔
𝐴𝑏 2
0,253 10
Tablet 1 = 𝑥200 𝜇𝑔/𝑚𝐿 𝑥 𝑥 500 𝑚𝐿 𝑥 0,001 𝑚𝑔/𝜇𝑔 = 186,303 mg
0,679 2
0,257 10
Tablet 2 = 𝑥200 𝜇𝑔/𝑚𝐿 𝑥 𝑥 500 𝑚𝐿 𝑥 0,001 𝑚𝑔/𝜇𝑔 = 189,249 mg
0,679 2
0,228 10
Tablet 3 = 𝑥200 𝜇𝑔/𝑚𝐿 𝑥 𝑥 500 𝑚𝐿 𝑥 0,001 𝑚𝑔/𝜇𝑔 = 167,894 mg
0,679 2
0,253 10
Tablet 4 = 𝑥200 𝜇𝑔/𝑚𝐿 𝑥 𝑥 500 𝑚𝐿 𝑥 0,001 𝑚𝑔/𝜇𝑔 = 186,303 mg
0,679 2
0,257 10
Tablet 5 = 𝑥200 𝜇𝑔/𝑚𝐿 𝑥 𝑥 500 𝑚𝐿 𝑥 0,001 𝑚𝑔/𝜇𝑔 = 189,249 mg
0,679 2
0,228 10
Tablet 6 = 𝑥200 𝜇𝑔/𝑚𝐿 𝑥 𝑥 500 𝑚𝐿 𝑥 0,001 𝑚𝑔/𝜇𝑔 = 167,894 mg
0,679 2
𝑗𝑢𝑚𝑎𝑙ℎ 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑠𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑖𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖
Persentase asetosal terdisolusi = 𝑥 100%
𝐾𝑙𝑎𝑖𝑚 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡
186,303 𝑚𝑔
Tablet 1 = 𝑥 100% = 37,261%
500 𝑚𝑔
189,249 𝑚𝑔
Tablet 2 = 𝑥 100% = 37,850%
500 𝑚𝑔
167.894 𝑚𝑔
Tablet 3 = 𝑥 100% = 33,579%
500 𝑚𝑔
186,303 𝑚𝑔
Tablet 4 = 𝑥 100% = 37,261%
500 𝑚𝑔
189,249 𝑚𝑔
Tablet 5 = 𝑥 100% = 37,850%
500 𝑚𝑔
167.894 𝑚𝑔
Tablet 6 = 𝑥 100% = 33,579%
500 𝑚𝑔

Kesimpulan : Tidak memenuhi pesyaratan (persyaratan tahap S1: Tiap unit


sediaan tidak kurang dari 85% (Q+5%))

4.3.3. Keseragaman Sediaan

Persentase Persentase
Bobot Kadar Zat
No Bobot Kadar Zat Aktif
Tabet (mg) Aktif (mg)
Tablet (%) (%)
1 680,8 108,928 607,366 121,473

2 697,9 111,664 622,622 124,524


3 685,7 109,712 611,738 122,348

4 683,7 109,392 609,954 121,991

5 688,5 110,16 614,236 122,847

6 711,1 113,776 634,398 126,880


7 680,9 108,944 607,456 121,491

8 684,2 109,472 610,400 122,080

9 699 111,84 623,603 124,721

10 688,3 110,128 614,057 122,811


Rata-Rata 129,071

(x i - X
s k SBR M NP
ratarata)2

2,700
1,982
0,591
1,268 1,737 2,4 1,411 101,5 25,786
0,073
14,160
2,642
1,075
2,573
0,093

27,157

Persyaratan Kesimpulan
nilai keberterimaan (NP) 10 unit
sediaan pertama tidak lebih atau Tidak Memenuhi Syarat
sama dengan L1% (15.0)

Perhitungan:
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑇𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
Persentase bobot tablet = 𝑥 100%
625 𝑚𝑔
680,8 𝑚𝑔
Tablet 1 = 𝑥 100% = 108,928%
625 𝑚𝑔
697,9 𝑚𝑔
Tablet 2 = 𝑥 100% = 111.664%
625 𝑚𝑔
685,7 𝑚𝑔
Tablet 3 = 𝑥 100% = 109.712%
625 𝑚𝑔
683,7𝑚𝑔
Tablet 4 = 𝑥 100% = 109.392%
625 𝑚𝑔
688,5 𝑚𝑔
Tablet 5 = 𝑥 100% = 110.16%
625 𝑚𝑔
711,1 𝑚𝑔
Tablet 6 = 𝑥 100% = 113.776%
625 𝑚𝑔
680,8 𝑚𝑔
Tablet 7 = 𝑥 100% = 108.944%
625 𝑚𝑔
684,2 𝑚𝑔
Tablet 8 = 𝑥 100% = 109.472%
625 𝑚𝑔
699 𝑚𝑔
Tablet 9 = 𝑥 100% = 111.84%
625 𝑚𝑔
688,3 𝑚𝑔
Tablet 10 = 𝑥 100% = 110.128%
625 𝑚𝑔

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
Kadar Zat Aktif = x kadar asetosal dalam
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑙𝑎𝑖𝑚 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡
tablet x zat aktif dalam klaim etiket
680,8 𝑚𝑔
Tablet 1 = 𝑥 1,1691 x 500 mg = 607,366 mg
655,225 𝑚𝑔
697,9 𝑚𝑔
Tablet 2 = 𝑥 1,1691 x 500 mg = 622,622 mg
655,225 𝑚𝑔
685,7 𝑚𝑔
Tablet 3 = 𝑥 1,1691 x 500 mg = 611,738 mg
655,225 𝑚𝑔
683,7 𝑚𝑔
Tablet 4 = 𝑥 1,1691 x 500 mg = 609,954 mg
655,225 𝑚𝑔
688,5 𝑚𝑔
Tablet 5 = 𝑥 1,1691 x 500 mg = 614,236 mg
655,225 𝑚𝑔
711,1 𝑚𝑔
Tablet 6 = 𝑥 1,1691 x 500 mg = 634,398 mg
655,225 𝑚𝑔
680,9 𝑚𝑔
Tablet 7 = 𝑥 1,1691 x 500 mg = 607,456 mg
655,225 𝑚𝑔
684,2 𝑚𝑔
Tablet 8 = 𝑥 1,1691 x 500 mg = 610,400 mg
655,225 𝑚𝑔
699 𝑚𝑔
Tablet 9 = 𝑥 1,1691 x 500 mg = 623,603 mg
655,225 𝑚𝑔
688,3 𝑚𝑔
Tablet 10 = 𝑥 1,1691 x 500 mg = 614,057 mg
655,225 𝑚𝑔

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓


Persentase Kadar Zat Aktif = 𝑥 100%
𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑙𝑎𝑖𝑚 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡
607,366 mg
Tablet 1 = x 100 % = 121,473%
500 mg
622,622 mg
Tablet 2 = x 100 % = 124,524 %
500 mg
611,738 mg
Tablet 3 = x 100 % = 122,348 %
500 mg
609,954 mg
Tablet 4 = x 100 % = 121,991 %
500 mg
614,236 𝑚𝑔
Tablet 5 = x 100 % = 122,847 %
500 mg
634,398 mg
Tablet 6 = x 100 % = 126,880 %
500 mg
607,456 𝑚𝑔
Tablet 7 = x 100 % = 121,491 %
500 mg
610,400 𝑚𝑔
Tablet 8 = x 100 % = 122,080%
500 mg
623,603 𝑚𝑔
Tablet 9 = x 100 % = 124,721 %
500 mg
614,057 mg
Tablet 10 = x 100 % = 122,811 %
500 mg

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓


Rata-rata Persentase Kadar Zat Aktif =
10

= 123,117%
(x i – X rata rata)2 = (Persentase Kadar Zat Aktif – Rata-rata Kadar Zat
Aktif)2
Tablet 1 = (121,473 - 123,117) 2 = 2,700%
Tablet 2 = (124,524 - 123,117) 2 = 1,982%
Tablet 3 = (122,348 - 123,117) 2 = 0,591%
Tablet 4 = (121,991 - 123,117) 2 = 1,268%
Tablet 5 = (122,847 - 123,117) 2 = 0,073%
Tablet 6 = (126,880 - 123,117) 2 = 14,160%
Tablet 7 = (121,491 - 123,117) 2 = 2,642%
Tablet 8 = (122,080 - 123,117) 2 = 1,075%
Tablet 9 = (124,721 - 123,117) 2 = 2,573%
Tablet 10 = (122,811 - 123,117) 2 = 0,093%

∑(𝑥𝑖 – 𝑋 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎) 2 = 27,157%

S= √(27,157/9 ) = 1,737
K = 2,4
100 𝑥 1,821
SBR = = 1,411
129,071

T = 100%
M = 101,5
NP = X rata-rata – 101,5% + ks
=123,117 – 101,5 + (2,4 x 1,737) = 25,786

Pengujian 20 tablet tambahan

Persentase Persentase
Bobot Kadar Zat
No Bobot Kadar Zat
Tabet (mg) Aktif (mg)
Tablet (%) Aktif (%)
1 680.8 108.928 607.366 121.473
2 697.9 111.664 622.622 124.524
3 685.7 109.712 611.738 122.348
4 683.7 109.392 609.954 121.991
5 688.5 110.16 614.236 122.847
6 711.1 113.776 634.398 126.880
7 680.9 108.944 607.456 121.491
8 684.2 109.472 610.400 122.080
9 699 111.84 623.603 124.721
10 688.3 110.128 614.057 122.811
11 656.5 105.04 585.687 117.137
12 573.3 91.728 511.462 102.292
13 641.5 102.64 572.305 114.461
14 655.9 104.944 585.152 117.030
15 682.4 109.184 608.794 121.759
16 661 105.76 589.702 117.940
17 667.4 106.784 595.412 119.082
18 628.5 100.56 560.708 112.142
19 661.3 105.808 589.970 117.994
20 655.3 104.848 584.617 116.923
21 668.8 107.008 596.661 119.332
22 661.2 105.792 589.881 117.976
23 657.5 105.2 586.580 117.316
24 657.7 105.232 586.758 117.352
25 671.8 107.488 599.337 119.867
26 680.3 108.848 606.920 121.384
27 662.4 105.984 590.951 118.190
28 655.9 104.944 585.152 117.030
29 644.1 103.056 574.625 114.925
30 661.7 105.872 590.327 118.065
rata-rata 118.979
Persyaratan:

Pada bagian bawah, tidak ada satupun hasil satuan sediaan yang boleh kurang
dari [1-(0,01)(L2)]M. pada bagian asata tidak satupun hasil satuan sediaan
yang boleh lebih besar dari [1+(0,01)(L2)]M. (Berdasarkan nilai L2 = 25,0)

Rentang bawah = [1-(0,01)(L2)]M

= [1-(0,01)(25,0)] 101,5%

= 76,125%

Rentang bawah = [1+(0,01)(L2)]M

= [1+(0,01)(25,0)] 101,5%

= 126,875%

Kesimpulan: Tidak memenuhi persyaratan ( Tablet 6 memiliki persentase


kadar zat aktif sebesar 126,880%)

4.3.4. Uji Waktu Hancur

Hancur Sempurna
No Waktu Persyaratan Kesimpulan
/ Tidak
1 Hancur sempurna 4 menit
tidak boleh
2 Hancur sempurna 4 menit Memenuhi
lebih dari 15
3 Hancur sempurna 4 menit Syarat
menit
4 Hancur sempurna 4 menit
5 Hancur sempurna 4 menit
6 Hancur sempurna 4 menit

4.3.5. Kekerasan

No Kekerasan (kg) Persyaratan Kesimpulan


1 8
2 9
3 9
4 8
5 8
6 9
7 8
8 7
9 9
Tablet asetosal
10 9
4kg-8kg memiliki kekerasan
11 7
6-9 kg
12 8
13 6
14 6
15 8
16 6
17 6
18 8
19 6
20 6

4.3.6. Friabilitas

Bobot Bobot Akhir Friabilitas


Persyaratan Kesimpulan
Awal (g) (g) (%)
Tidak
13,673 13,471 1,48 < 1% memenuhi
syarat
Perhitungan:

𝑊𝑎−𝑊𝑏
% Friablilitas = x 100%
𝑊𝑎

13,673−13,471
= x 100%
13,673

= 1,48 %

V. Pembahasan

Pada praktikum teknologi sediaan solida mengenai pembuatan dan evaluasi tablet
asetosal dengan metode kempa langsung dibuat 500 tablet yang mana 1 tablet memiliki bobot
625 mg terdiri dari 500 mg asetosal sebagai zat aktif, 18% avicel 102 sebagai pengikat, pengisi,
penghancur dan 2% talk sebagai bahan pelicin. Sehingga diperlukan asetosal sebanyak 250
gram, avicel 102 sebanyak 56,25 mg dan talk sebanyak 6,25 mg untuk membuat 500 tablet.
Setelah ditimbang masing-masing bahan, semua bahan dicampurkan sehingga menghasilkkan
massa cetak.

Sebelum dicetak menjadi tablet, massa cetak dievaluasi dengan melalui beberapa
pengujian bobot jenis bulk, bobot jenis mampat, kompresibilitas, kecepatan alir dan sudut
istirahat. Bobot jenis bulk merupakan massa terhadap volume dari sejumlah bahan yang dituang
bebas ke dalam gelas ukur. Pengujian ini dilakukan dengan menuangkan massa cetak sebanyak
40 gram ke dalam gelas ukur 100 mL yang dimiringkan pada sudut 45° dengan cepat kemudian
ditegakkan dan digoyangkan dengan cepat agar permukaan bahan menjadi rata lalu dibaca
volume yang terukur. Pengujian ini dilakukan 3 kali replikasi untuk meningkatkan keakuratan
data yang didaptkan. Berdasarkan hasil pengataman, volume yang terukur pada replikasi 1,2,
dan 3 sama besar yaitu 58 mL. Sehingga didapatkan hasil bobot jenis bulk pada replikasi 1, 2
dan 3 sama besar yaitu sebesar 0,690 g/mL dan rata-rata bobot jenis bulk sebesar 0,69 g/mL

Pengujian bobot jenis mampat merupakan perbandingan massa terhadap volume setelah
massa tersebut dimampatkan sampai volume tetap. Pengujian ini dilakukan dengan cara
menguji 3 sampel massa cetak pada gelas ukur 100mL dengan massa sama besar y aitu seberat
40 gram. Gelas ukur yang telah berisi massa cetak diberikan ketukan, setiap interval 100
ketukan dilakukan pengamatan volume yang terukur dalam gelas ukur. Dilakukan perhitungan
rata-rata volume pada ketukan yang menunjukkan volume dari ketiga sampel telah stabil.
Berdasarkan hasil pengamatan, volume ketiga sampel mulai stabil pada ketukan ke 500 yang
mana besar volume dari ketiga sampel sama besar yaitu 50 mL. Sehingga rata-rata dari volume
mampat adalah 50 mL dan bobot jenis mampat sebesar 0,8 g/mL.

Kompresibilitas dari massa cetak dapat dihitung menggunakan data bobot jenis bulk
dan bobot jenis mampat yang telah didapatkan. Sehingga % kompresibilitas massa cetak
sebesar 13,75%, hal ini mengindikasikan bahwa %kompresibilitas massa cetak termasuk ke
dalam kategori tipe alir yang baik karena berada pada rentang 11-15%.

Kecepatan alir massa cetak diuji menggunakan suatu alat. Massa cetak sebanyak 100
gram dituang ke dalam corong dengan dasar corong yang masih dalam keadaan tertutup
kemudian lubang corong dibuka bersamaan dengan menyalakan stopwatch dan catat waktu
yang diperlukan massa cetak mengalir sampai habis. Berdasarkan hasil pengamatan, pada
replikasi 1 waktu yang diperlukan selama 6,8 detik, replikasi 2 selama 5,16 detik dan replikasi
3 selama 5,48 detik. Sehingga didapatkan kecepatan alir pada replikasi 1 sebesar 14,706 g/detik,
replikasi 2 sebesar 19,380 g/detik, replikasi 3 sebesar 18,248 g/detik dan rata -rata dari
kecepatan alir tersebut adalah sebesar 17,445 g/detik. Hal ini mengindika sikan bahwa
kecepatan alir 17,445 g/detik termasuk baik karena lebih dari 10 g/detik.

Sudut istirahat dapat ditentukan bersamaan dengan pengujian kecepatan alir massa
cetak. Perhitungan sudur istirahat memerlukan tinggi dan jari jari alas yang terbentuk se telah
massa cetak sejumlah 100 gram dialirkan dari corong. Pada replikasi 1 didapatkan tinggi massa
cetak yang terbentuk adalah 4 cm dan jari-jari sebesar 6 cm, replikasi 2 dengan tinggi 4 cm dan
jari jari 6 cm, replikasi 3 dengan tinggi 3,5 dan jari-jari sebesar 6,25 cm. Sehingga didapatkan
sudut istirahat pada replikasi 1 sebesar 33,69°, replikasi 2 sebesar 33,69°, replikasi 3 sebesar
29,25° dan rata-rata dari sudut istirahat tersebut adalah 32,21°. Hal ini mengindikasikan bahwa
sudut istirahat massa cetak termasuk ke dalam kategori tipe alir yang baik karena berada pada
rentang 31-35°.

Setelah dilakukan evaluasi terhadap massa cetak, dilanjutkan dengan pembuatan tablet
dengan menggunakan alat kempa. Pada proses pengempaan terjadi kesalahan pada alat kempa
yang membuat tablet yang terbentuk memiliki bobot yang lebih besar daripada bobot yang
seharusnya. Hal ini memungkinkan terjadinya hasil evaluasi tablet yang tidak memenuhi
persyaratan.

Setelah tablet terbentuk, dilakukan evaluasi mutu tablet dengan melalui 6 pengujian
yaitu penetapan kadar, uji disolusi, keseragaman sediaan, waktu hancur, kekerasan dan
friabilitas. Penetapan kadar dilakukan dengan pembuatan larutan baku asetosal kemudian
penetapan panjang gelombang maksimal dan absorbandinya. Selanjutnya dilakukan penyiapan
dan pengujian sampel. Berdasarkan hasil pengamatan, absorbansi baku yang diperoleh sebesar
0,686 dan absorbansi sampel sebesar 0,802. Sehingga kadar asetosal dalam tablet yaitu sebesar
116,91% yang mana persyaratan dari penetapan kadar tablet asetosal sesuai dengan farmakope
edisi VI yaitu 90-110% dari jumlah yang tertera pada etiket. Hal ini mengindikasikan bahwa
kadar asetosal dalam tablet berdasarkan hasil pengamatan tidak memenuhi persyaratan yang
tercatum dalam farmakope edisi VI. Ketidaksesuaian hasil kadar dengan persyaratan mungkin
disebabkan karena bobot tablet yang terbentuk melebihi dari bobot tablet yang seharusnya.

Uji disolusi dilakukan menggunakan alat tipe 2 dengan 50 rpm dalam waktu 30 menit.
Media disolusi yang digunakan yaitu dapar asetat 0,05 M sebanyak 500 mL. Absorbansi sampel
dan absorbansi baku diukur dengan alat spektofotometer UV. Pada paktikum ini, uji disolusi
hanya dilakukan pada tahap S1 yang 6 data tablet untuk pengujian. Berdasarkan hasil
pengamatan, absorbansi baku diperoleh sebesar 0,679 dan absorbansi sampel didapatkan 0,253;
0,257; 0,228; 0,253; 0,257; 0,228. Sehingga didapatkan hasil jumlah asetosal terdisolusi pada
tablet 1 sebesar 186.303 mg, tablet 2 sebesar 189.249 mg, tablet 3 sebesar 167.894 mg, tablet 4
sebesar 186.303 mg, tablet 5 sebesar 189.249 mg dan tabket 6 sebesar 167.894. Kemudian hasil
persentase asetosal terdisolusi didapatkan pada tablet 1 sebesar 37,261%, tablet 2 sebesar
37,850%, tablet 3 sebesar 33,579%, tablet 4 sebesar 37,261%, tab let 5 sebesar 37,850% dan
tablet 6 sebesar 33,579%. Persyaratan dari tahap S1 yaitu tiap unit sediaan tidak kurang dari
Q+5% dengan Q sebsar 80%. Berdasarkan hasil pengamatan, uji disolusi tidak memenuhi
syarat karena tiap unit sediaan kurang dari 85%.

Keseragaman sediaan merupakan salah satu evaluasi yang tercamtum pada farmakope
edisi VI. Pada praktikum ini tidak dilakukan pengujian keseragaman kandungan karena kadar
zat aktifnya tidak kurang dari 25% bobot satuan sediaan maka hanya dilakukan pengujian
keragaman bobot dengan menimbang bobot 10 tablet asetosal satu per satu. Berdasarkan hasil
penimbangan 10 tablet asetosal didapatkan rata-rata bobot tablet yaitu sebesar 655,225 mg
Kemudian dilakukan perhitungan persentase bobot tablet dan mendapatkan hasil pesetase bobot
tablet yang terkecil yaitu 108,928% dan terbesar sebesar 113,776%. Besarnya persentase bobot
tablet yang melebihi dari 100% ini mungkin dikarenakan oleh hasil pengempaan tablet yang
menghasilkan tablet dengan bobot melebihi dari bobot yang ditentukan yaitu 625 mg. Setelah
itu dilakukan perhitungan kadar zat aktif pada setiap tablet tersebut dan didapatkan hail bahwa
kadsar zat aktif paling kesil yaitu 607,366 mg dan yang terbesar adalah 634,398 mg. Dari hasil
perhitungan kasar zat aktif, dilakukan perhitungan persentase kadar zat aktif yang mendapatkan
hasil pada yaitu persentase kadar zat aktif paling kecil yaitu 121,473% dan paling besar yaitu
126,880%. Kemudian dihitung rata-rata dari persentase kesepuluh tablet tersebut dan
menghasilkan rata-rata sebesar 123,117%. Berdasarkan rata-rata tersebut didapatkan
simpangan baku relative (SBR) sebesar 1,411. Karena jumlah tablet yang digunakan untuk
pengujian adalah 10 buah tablet maka nilai konstanta keberterimaannya (K) adalah sebesar 2,4.
Nilai simpangan baku contoh (s) didapatkan hasil sebesar 1,737. Nilai T yang digunakan adalah
100% maka nilai M yang digunakan yaitu sebesar 101,5% karena rata-rata persentase kadar zat
aktif dari sepuluh tablet yang diuji lebih dari 101,5%. Maka nilai keberterimaan (NP) yang
didapat berdasarkan hasil pengamatan yaitu sebesar 25,786. Persayaratan pada pengujian ini
adalah nilai keberterimaan (NP) 10 unit sediaan pertama tidak lebih atau sama dengan L1%
(15.0), namun karena nilai keberterimaan yang didapatkan sebesar 25,786 maka tablet tidak
memenuhi persyaratan uji. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian pada 20 tablet tambahan.
Setelah dilakukan pengujian pada 20 tablet tambahan, didapatkan hasil persentase kadar zat
aktif terbesar yaitu 126,880% dan terkecil sebesar 102,292%. Persyaratan pada pengujian
lanjutan pada 20 tablet tambahan yaitu pada bagian bawah, tidak ada satupun hasil satuan
sediaan yang boleh kurang dari [1-(0,01)(L2)]M. pada bagian asata tidak satupun hasil satuan
sediaan yang boleh lebih besar dari [1+(0,01)(L2)]M. (Berdasarkan nilai L2 = 25,0). Yang maan
artinya tidak boleh ada satupun sediaan yang memiliki persentase kadar zat aktif kurang dari
76,125% dan melebihi dari 126,875%. Namun, pada tablet 6, persentase kadar zat aktifnya
melebihi batas yaitu 126,880% sehingga tidak memenuhi persyaratan.

Uji waktu hancur juga merupakan salah satu evaluasi tablet yang tercamtum dalam
farmakope edisi VI. Pada pengujian waktu hancur dilakukan menggunakan tablet sebanyak 6
buah. Berdasakan hasil pengamatan, ke enam tablet tersebut hancur sempurna dalam waktu 4
menit. Persyaratan uji waktu hancur adalah tidak boleh lebih dari 15 menit. Hal ini
mengindikasikan bahwa tablet asetosal memenuhi persyaratan uji waktu hancur karena dapat
hancur sempurna dengan waktu yang tidak lebih dari 15 menit.

Uji kekerasan tablet dilakukan menggunakan alat bernama hardness tester. Pada proses
pembuatan tablet, jika tekanan ditambah maka akan menghasilkan tablet yang lebih keras.
Apabila tablet terlalu keras maka tablet akan sukar hancur. Pada pengujian kekerasan tablet
dilakukan dengan menguji 20 tablet. Berdasarkan hasil pengamatan, rentang kekerasan tablet
yang diuji yaitu 6-9 kg dengan rata-rata kekerasan 20 tablet sebesar 7,55 kg. Namun persyaratan
keekerasan tablet yang baik yaitu berada pada rentang 4 -8 kg. Sehingga berdasarkan
persyaratan tersebut, tablet asetosal yang diuji tidak memiliki rentang kekerasan tablet yang
baik namun berdasarkan rata-rata kekerasan tablet termasuk baik karena masih berada pada
rentang. Kekerasan tablet dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah tekanan
kompresi. Kekerasan tablet sebanding dengan besar tekanan, jika tekanan ditingkatkan maka
kekesarasan tablet akan meningkat.

Friabilitas atau kerapuhan merupakan parameter dari ketahanan tablet terhadap


pengikisan dan goncangan. Pengujian ini dilakukan dengan menguji 20 tablet dengan
menggunakan alat friability tester. Berdasarkan hasil pengamatan, bobot awal 20 tablet yaitu
sebesar 13.673 gram dan bobot akhir setelah diuji dengan alat sebesar 13.471 gram. Sehingga
persentase friabilitas yang didapat yaitu sebesar 1.48%. Persyaratan dari uji friabilitas adalah
kurang dari 1%. Hal ini mengindikasikan bahwa tablet asetosal tidak memenuhi persyaratan
karena persentase friabilitasnya melebihi dari 1%. Besarnya friabilitas dari tablet yang diuji ini
dikarenakan oleh bentuk tablet yang tidak sempurna dengan membentuk tepian yang tipis dan
mudah rapuh. Kondisi ini disebabkan oleh kondisi alat kempa yang digunakan tidak baik.
VI. Kesimpulan

Pada praktikum teknologi sediaan solida mengenai pembuatan dan evaluasi tablet
asetosal dengan metode kempa langsung dapat disimpulkan bahwa:
1. Tablet asetosal terdiri dari 500 mg asetosal sebagai zat aktif, 18% avicel 102 sebagai
pengikat, pengisi, penghancur dan 2% talk sebagai bahan pelicin. Massa cetak yang
terbentuk memiliki bobot jenis bulk sebesar 0,69 g/mL, bobot jenis mampat sebesar
0,8 g/mL, % kompresibilitas sebesar 13,75% dan sudut istirahat sebesar 32,21°
sehingga tipe alirnya baik dan kecepatan alir diatas 10g/detik yaitu 17,445 g/detik.
2. Tablet asetosal memiliki kadar asetosal dalam tablet sebesar 116,91% yang tidak
memenuhi persyaratan penetapan kadar. Tablet asetosal tidak memenuhi persyaratan
tahap S1 uji disolusi dan memiliki nilai keberterimaan sebesar 25,786 yang tidak
memenuhi persyaratan uji keragaman bobot pada pengujian 10 tablet dan juga tidak
memenuhi persyaratan setelah dilakukan pengujian 20 tablet tambahan karena
terdapat tablet 6 yang memiliki persentase kadar zat aktif sebesar 126,880% yang
melebihi dari 126,875%. Tablet asetosal hancur sempurna dalam waktu 4 menit
dengan kekerasan tablet dalam rentang 6-9kg, namun friabilitas tablet sebesar 1,48%
yang melebihi dari 1% sehingga tidak memenuhi persyaratan.

VII. Daftar Pustaka

Banne, Yos dkk. (2012). Uji Kekerasan, Keregasan Dan Waktu Hancur Beberapa Tablet
Ranitidin. Jurnal Ilmiah Farmasi (JIH), Vol 3(2) : 74-78

Depkes RI. (2020). Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Hartesi, Barmi dkk. (2020). Formula Tablet Asetosal Menggunakan Metode Kempa Langsung
Dengan Bahan Pengisi Pati Kentang Pregelatinasi. Journal of Healthcare Technology
and Medicine, Vol 6(1) : 149-162.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai