Anda di halaman 1dari 32

TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

PEMBUATAN TABLET PARACETAMOL


DENGAN METODE GRANULASI BASAH

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Rani Nareza Ulfa


Ratih Ayu Juliana
Rhavi Ronaldi
Rindy Triana
Riska
Setiani Febri Astuti

PO.71.39.0.14.0.27
PO.71.39.0.14.028
PO.71.39.0.14.029
PO.71.39.0.14.030
PO.71.39.0.14.031
PO.71.39.0.14.032

Kelas :
Reguler II A
Dosen Pembimbing :
Drs. Sadakata Sinulingga, Apt
Nilai

Paraf

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2015-2016
I.

TUJUAN
Untuk mengetahui pembuatan tablet Paracetamol dengan metode
granulasi basah

II. DASAR TEORI


A. Pengertian Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang
biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai,
tablet

dapat

berbeda

ukuran,

bentuk,

berat,

kekerasan,

dan

ketebalalan, daya hancurnya dan aspek lain yang tergantung dengan


pemakaian tablet dan cara pembuatannya. Kebanyakan tablet
digunakan pada pemberian secara oral. Biasanya tablet dibuat dengan
penambahan zat warna dan zat pemberi rasa. Selain secara oral,
tablet juga dapat diberikan secara sublingual, bukal, dan melalui
vagina.
B. Bentuk dan Penggolongan Tablet
1. Berdasarkan Prinsip Pembuatan
a. Tablet Kempa
Tablet ini dibuat dengan cara
memberikan

tekanan

tinggi

pengempaan

pada

serbuk

atau

dengan
granul

menggunakan pons atau cetakan baja.


b. Tablet Cetak
Tablet ini dibuat dengan cara menekan masa serbuk lembab
dengan tekanan rendah pada lubang cetakan. Kepadatan
tablet tergantung pada pembentukan kristal yang terbentuk
selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang
diberikan.
2. Berdasarkan Tujuan Penggunaan
a. Tablet Triturate
Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silindris, dibuat
dengan cetakan MTT atau dibuat dengan kompresi CTT dan
biasanya sejumlah kecil obat keras di industri tablet ini dibuat
secara kompresi dengan skala kecil dengan cara mencetak
karena lebih mudah dan lebih murah di banding tablet yang
dibuat secara kompresi.
b. Tablet Hipodermik
Tablet hipodermik, tablet

yang

penggunaanya

dengan

menyuntikkan kedalam jaringan, cara penggunaannya dengan


cara melarutkan tablet kemudian baru disuntikkan kepada
pasien.
c. Tablet Bukal dan Sublingual

Tablet bukal dan sublingual, yaitu tablet yang disisipkan


dibawah lidah biasanya berbentuk datar
d. Tablet Effervesescent
Tablet effervesescent, yaitu tablet yang melarut sempurna
dalam air, dibuat dengan menggempa atau mencetak
mengandung zat tambahan berupa campuran asam dan basa
yang apabila dicelupkan dalam air akan mengeluarkan gas
karbondioksida
e. Tablet Kunyah
Tablet kunyah, yaitu mudah hancur ketika dikunyah biasanya
f.

mengandung mannitol yang berasa dan berwarna khusus


Tablet Vaginal
Tablet vaginal, tablet yang dimasukkan kedalam vagina untuk

pengobatan lokal.
g. Tablet Implantasi
Tablet implantasi, yaitu tablet steril yang diberikan atau
diletakkan dibaawah kulit.
C. Kriteria Tablet
1. Harus mengandung zat aktif dan nonaktif yang memenuhi
persyaratan.
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau
mekanik
4. Keseragaman
5.
6.
7.
8.
9.

bobot

dan

penampilan

harus

memenuhi

persyaratan
Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
Bebas dari kerusakan fisik
Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu

tertentu
10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku
D. Keuntungan dan Kerugian Tablet
1. Keuntungan
a. Volume dan bentuk kecil sehingga mudah dibawa, disimpan
dan diangkut
b. Memiliki variabilitas sediaan yang rendah. keseragaman lebih
baik
c. Dapat mengandung zat aktif lebih besar dengan bentuk
volume yang lebih kecil
d. Tablet dalam bentuk kering sehingga kestabilan zat aktif lebih
terjaga

e. Dapat dijadikan produk dengan pelepasan yang bisa diatur


f. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air
g. Merupakan sediaan yang mudah diproduksi masal dengan
pengemasan yang mudah dan murah
h. Dapat disalut untuk melindungi rasa yang tidak enak dari
sediaan.
2. Kerugian
a. Beberapa pasien tidak dapat menelan tablet
b. Formulasi tablet cukup rumit
c. Zat aktif yang hidroskopis mudah untuk rusak
d. Kebanyakan tablet yang ada dipasaran tidak menutupi rasa
pahit/ tidak enak dari obat
E. Metode Pembuatan Tablet
1. Granulasi Basah
Metode granulasi basah merupakan metode yang paling
sering digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkahlangkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode
granulasi basah dibagi menjadi penimbangan dan pencampuran
bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan adonan
lembab

menjadi

granul,

pengeringan,

pengayakan

kering,

pencampuran bahan pelincir, dan pembuatan tablet menjadi


kompresi (Ansel, 1985).
2. Granulasi Kering
Metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembaban
atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk
obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya
besar dari campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan
menjadikan pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil.
Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah
dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap
uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur
yang dinaikkan (Ansel, 1985)
3. Kempa Langsung
Metode cetak langsung ini digunakan untuk bahan-bahan
yang memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat

kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam


mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering
(Ansel, 1985).
Kempa

langsung

digunakan

untuk

memperkenalkan

pengempaan senyawa kristalin tunggal yang mempunyai sifat


aliran dan kompresibilitas baik seperti natrium klorida, natrium
bromida, atau kalium bromida, menjadi satu padatan tanpa
penambahan zat-zat lain. Kempa langsung dapat menghindari
banyak masalah yang timbul pada granulasi basah maupun
kering. (Siregar, 2010).

F. Masalah dalam Pembuatan Tablet


1. Capping
Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah, yang
disebabkan terlalu banyak tekanan saat pencetakan, adanya
udara yang terperangkap saat granulasi, granulasi terlalu kering,
terlalu banyak fines, pemasangan punch dan dies yang tidak pas.
2. Lamination
Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi
segera

setelah

kompresi

atau

beberapa

hari

kemudian.

Penyebabnya dalah udara yang terjerat dalam granul yang tidak


dapat keluar selama kompresi atau overlubrikasi dengan stearat.
3. Sticking
Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga
punch bawah tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch
kurang bersih, tablet dikompresi pada kelembaban tinggi.
4. Picking
Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada
permukaan punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul
belum cukup, jumlah glidan kurang bahan yang dikompresi
berminyak/ lengket.
5. Filming
Adanya kelembaban yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan
bahan dengan titik lebur rendah seperti lemak/ wax. Bisa juga
karena punch kehilangan pelican. Hal ini dapat diatasi dengan

mengencerkan bahan yang bertitik leleh rendah dengan bahan


yang titik lelehnya tinggi sehingga mengurangi penempelan.
6. Chipping dan Cracking
Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian
atas karena tekanan yang berlebih.
7. Binding
Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.
8. Mottling
Distribusi za warna yang tidak homogeny. Penyebabnya adalah
migrasi zat warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang
bawah masih basah).
G. Bahan-bahan Tambahan Tablet
1. Pengisi
Zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam
sebuah formulasi tablet untuk penyesuian bobot dan ukuran tablet
sesuai dengan yang ditetapkan, jika jumlah bahan aktif kecil, juga
untuk mempermudah pembuatan tablet walaupun pengisi adalah
zat yang inert. Secara farmakologi, zat tersebut masih dapat
mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biofarmasi dari sedian tablet.
Contoh, interaksi basa atau garam-garam amin dengan
laktosa dan alkali basa yang menyebabkan terjadinya perubahan
warna coklat sampai hitam. Laktosa tidak bercampur dengan
asam askorbat dan salisilamide.
Penggunaan dari pengisi tergantung dari volume atau berat
tablet yang diingankan. Bahan pengisi yang sering digunakan
antara lain; laktosa USP, lactose anhydrous, spray dried lactose.
Amylum; maydis, oryzae, meranthae, solany, mannitol, sukrosa
dan lain- lain.
2. Pengikat
Zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam
formulasi tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara partikel
partikel serbuk dalam masa tablet yang diperlukan untuk
pembentukkan granul dan kemudian untuk pembentukan massa
menjadi kompak dan padat yang disebut tablet, pengikat dapat
dibagi dua :
a. Pengikat

kering

(binder),

pengikat

kering

ditambahkan

kedalam massa kering. Contoh, bahan kering yang sering


digunakan:
1) Acasia 2-5 %
2) Derivat selulosa 1-5 %

b.

3) Sukrosa 2-25 %
Pengikat Basah ( Adhesive), ditambahkan dalam bentuk
larutan atau suspensi, contoh pengikat basah yang sering
digunakan:
1) Derivat selulosa 1-5 %
2) Gelatin 1-5 %
3) Pasta amylum 1-5 %
4) Natrium Alginat 2-5 %

3. Penghancur
Zat inert secar farmakologi yang ditambahkan pada massa
untuk membantu mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran
cerna, zat disintegran dapat ditambahkan sebagai fasa dalam
yang disebut sebagai fasa dalam yang disebut sebagai bahan
internal dan sebagai fasa luar yang disebut bahan eksternal.
a. Amylum/Kanji
b. Mikrokristalin Selulosa
c. Explotab
d. Kombinasi Asam (Tablet Effervesescent)
4. Pelincir
Zat yang memungkinkan aliran bahkan memasuki cetakan
tablet dan mencegah melekat nya bahan pada punch dan die
membuat tablet menjadi bagus dan mengkilap. (Ansel hal 246247)
a. Talcum
b. PEG
c. Asam Stearat
d. Mg Stearat
5. Pewarna
Pemberi rasa dan pemanis , penggunaan zat warna dan
pemanis digunakan untuk menutupi warna obat yang kurang baik ,
(dentifikasi hasil produksi dan membuat suatu produk menjadi
lebih menarik). Dibentuknya rasa , agar dapat mengurangi rasa
pahit , khusus yang sulit menelan tablet dan member rasa untuk
tablet kunyah. (Lachman hal 679-704)

H. Kontrol Kualitas
Untuk memperoleh tablet yang baik dan bermutu maka sebelum,
selama dan setelah proses pentablettan harus dilakukan pemeriksaan
(in process control/IPC), meliputi antara lain :

1. Pemeriksaan Sediaan Sebelum Tabletting


a. Kualitas formulasi bahan yang dipakai
b. Homogenitas campuran obat dengan bahan tambahan
setelah proses pencampuran
c. Kualitas granul : fluiditas, moisture content (MC), distribusi
ukuran partikel dan kompressibilitas
2. Pemeriksaan Selama/Setelah Tabletting
a. Penampilan Umum (Organoleptis)
Pengukuran sejumlah data teknis tablet, seperti ukuran
(panjang, lebar, diameter), bentuk, warna, bentuk permukaan,
konsistensi dan cacat fisik, dan tanda-tanda pengenal lainnya
(logo, break line, dsb), bau, ciri-ciri khas lainnya.
b. Keseragaman Kadar
Dilakukan pemeriksaan kadar zat aktif sesuai dengan
monografi masing-masing bahan.
c. Keseragaman Bobot
Dilakukan pemeriksaan 20 tablet, dihitung rata-rata dan
standard deviasi relatif (RSD).
Syarat :
1) Tablet dengan bobot < 130 mg, max RSD 10 %
2) Tablet dengan bobot 130 324 mg, max RSD 7,5 %
3) Tablet dengan bobot > 324 mg, max RSD 5%
d. Kekerasan Tablet
Diperiksa dengan alat Hardness Tester, yang prinsipnya
mengatur tekanan yang dibutuhkan untuk memecah satu
tablet yang diletakkan dalam alat tersebut. Gunanya untuk
mengetahui ketahanan tablet bila mengalami benturan selama
proses pengemasan dan transportasi. Tablet yang baik
kekerasan : min 4 kg
e. Kerapuhan Tablet
Diperiksa dengan alat Friabilator Tester, prinsipnya
dengan mengukur prosentase susut berat tablet setelah
diputar dalam alat tersebut selama 4 menit (rpm 25) atau 100
putaran.

f.

Waktu Hancur
Ditentukan dengan alat Disintegration tester, prinsipnya
sejumlah tablet (6 tablet) dimasukkan dalam air atau medium
lain dengan suhu 37o C, dinaik-turunkan, diukur waktunya
sampai semua tablet hancur. Syarat : jika tidak disebutkan
lain, tidak boleh lebih dari 15 menit.

g. Kecepatan Kelarutan (desolution)


Diperiksa

dengan

alat

Dissolution

tester,

pada

prinsipnya mengukur laju pelepasan obat pada media air atau


media lain yang sesuai. Digunakan sebagai dasar menghuji
kemanjuran suatu obat secara in vitro (bioavaibilitas).
Terdapat 2 metode/alat pengujian disolusi obat.
1) Alat 1
Tablet diletakkan dalam keranjang saringan kawat kecil yg
diikatkan pada bagian bawah suatu tongkat yang
dihubungkan pada sebuah motor yg kecepatannya dapat
diatur. Keranjang dicelupkan ke dalam medium disolusi,
suhu labu dipertahankan 37o C + 0,5o C, kemudian cairan
sampel diambil pada selang waktu tertentu untuk
menentukan jumlah bahan obat yang terlarut
2) Alat 2
Sama dengan alat 1, hanya keranjangnya diganti dengan
pedal/dayung (paddle) yang berbentuk pisau dan tongkat
sebagai elemen pengaduk.
III. PREFORMULASI
A. Formulasi Acuan
(Handbook of Pharmaceutical Manaufacturing Formulations hal 185)
Bill of Materials
Scale (g/tablet)
500
150
20
15
15
2

Item
1
2
3
4
5
6

B. Formulasi Modifikasi

Material Name
Acetaminophen (crystalline)
AvicelTM PH102
Kollidon VA 64
Kollidon CL
PEG-6000 (powder)
Aerosil 200

Quantity/1000 Tablets (g)


500
150
20
15
15
2

1. Formulasi Usulan
No.
1
2
3
4
5

Nama Bahan
Paracetamol
Lactosa
Gelatin 3%
Amylum Oryzae
Talcum

Kadar
250 mg
qs
7%
10 %
2%

Keterangan
Zat aktif
Pengisi
Pengikat
Penghancur
Pelincir

2. Farmakologi Zat Berkhasiat


a. Farmakologi
Paracetamol atau acetaminophen adalah obat yang
mempunyai efek mengurangi nyeri (analgesik) dan menurunkan
demam (antipiretik). Parasetamol mengurangi nyeri dengan
cara

menghambat

impuls/rangsang

nyeri

di

perifer.

Parasetamol menurunkan demam dengan cara menghambat


pusat pengatur panas tubuh di hipotalamus.
Paracetamol

(parasetamol)

sering

digunakan

untuk

mengobati berbagai penyakit seperti sakit kepala, nyeri otot,


radang sendi, sakit gigi, flu dan demam. Parasetamol
mempunyai efek mengurangi nyeri pada radang sendi (arthritis)
tapi tidak mempunyai efek mengobati penyebab peradangan
dan pembengkakan sendi.

b. Farmakodinamik
Efek analgesic Paracetamol serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang.
Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang
diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek
antiinflamasinya sangat lemah, oleh karena itu Paracetamol
tidak digunakan sebagai antireumatik.
Paracetamol
merupakan
penghambat

biosintesis

prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi dan pendarahan


lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan
pernafasan dan keseimbangan asam basa.
c. Farmakokinetik
Paracetamol mudah diserap melalui saluran pencernaan.
Paracetamol didistribusikan ke hampir seluruh cairan tubuh

melintasi plasenta dan keluar melalui ASI. Ikatan protein


plasma dapat diabaikan pada konsentrasi terapeutik normal,
namun dapat meningkat dengan peningkatan konsentrasi.
Waktu paruh eliminasi dari Paracetamol bervariasi antara satu
sampai tiga jam. Kadar maksimum paracetamol dalam plasma
dicapai dalam waktu 30 menit setelah pemberian.
Paracetamol dimetabolisme terutama di

hati,

dan

dieksresikan dalam urine terutama sebagai glukuronida dan


sulfat konjugat. Kurang dari 5% diekskresikan dan masih dalam
bentuk paracetamol. Sebuah metabolit dihiroksilasi kecil (Nacetyl-p

benzokuinoneimine),

biasanya

diproduksi

dalam

jumlah sangat kecil oleh sitrokom P450 isoenzim (terutama


CYP2E1 dan CYP3A4) di hati dan ginjal. Hal ini biasanya
didetoksifikasi oleh konjugasi dengan glukation tetapi mungkin
menumpuk setelah over dosis paracetamol dan menyebabkan
kerusakan jaringan.
3. Monografi Zat
a. Paracetamol

Nama

: Paracetamol

Nama Lain

: Acetaminophen

Nama Kimia

: n-acetil-4-aminofenol

Pemerian

: serbuk hablur, putih, tidak bau, rasa pahit


(FI ed III hal 32)

Suhu Lebur

: 1690 C 1720 C

pH

: 5,3 6,5 (Codek hal 988)

Kelarutan

: larut dalam 70 bagian air, 7 bagian etanol,


13 bagian aseton, 40 bagian gliserol, 9
bagian propilen glikol, larut dalam larutan
alkali hidroksida

Stabilitas

:
Terhidrolisis pada pH minimal 5-7

Stabil pada temperatur 450 C (dalam


bentuk serbuk)
Dapat terdegradasi oleh quinominim
dan terbentuk warna pink, cokelat
dan hitam
Relatif stabil terhadap oksidasi
Menyerap uap air dalam jumlah tidak
signifikan pada suhu 250 C dan
kelembaban 90%
Tablet yang dibuat granulasi basah
menggunakan pasta gelatin tidak
dipengaruhi oleh kelembaban tinggi
dibandingkan menggunakan povidon
(Codek hal 988)
Inkompatibilitas

: Inkompatibilitas terhadap permukaan nilon


dan rayon (Codek hal 988)

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus


cahaya (FI ed IV hal 650)

b. Lactosa
Nama
Sinonim
Nama Kimia
Rumus Molekul
Pemerian
Suhu Lebur
Kelarutan
Stabilitas

: Lactosa
: Lactosum
: O--D-galactopyranosyl-(1 4)--Dglucopyranose
: C12H22O11
: serbuk atau partikel kristal berwarna putih,
rasa manis, tidak bau
: 2320 C
: larut dalam air, sedikit larut dalam etanol
95% dan eter
: laktosa dapat berubah warna menjadi
cokelat dalam penyimpanan. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh panas, kondisi

Inkompatibilitas

lembab yang kelembabannya hingga 80%


: laktosa anhidrat inkompatibel dengan
oksidator kuat. Dapat mengalami reaksi
maillard dengan amin primer dan sekunder
bila disimpan dalam kondisi kelembababn

Penyimpanan
Kegunaan

tinggi pada waktu tertentu


: dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan
kering
: tablet filler atau diluent atau pengisi

c. Amylum
Nama
Sinonim
Nama Kimia
Pemerian
Kelarutan

: Amylum
: Pati
: Starch (9005-25-8)
: serbuk halus warna putih sampai putih tua,
tidak bau, tidak berasa
: praktis tidak larut dalam etanol 96% dan
dalam air dingin. Pati mengembang
seketika dalam air sekitar 5-10% pada
suhu 3780 C. Pati menjadi larut dalam air

Stabilitas

panas pada suhu di atas suhu gelatinasi


: pati kering stabil jika dilindungi dari
kelembaban tinggi. Pati dianggap sebagai
bahan kimia dan mikrobiologi pada kondisi
penyimpanan di bawah normal. Larutan
amylum atau pasta amylum tidak stabil dan
mudah

dimetabolisme

oleh

mikroorganisme, karena itu untuk granulasi


basah harus selalu dibuat baru. Pati harus
disimpan dalam wadah kedap udara di
Inkompatibilitas
Penyimpanan
Kegunaan
d. Gelatin
Nama
Sinonim
Pemerian

Kelarutan

tempat sejuk dan kering


: pati tidak kompatibel dengan zat
pengoksidasi kuat
: dalam tempat sejuk dan kering
: desintegran 3-25%
: Gelatin
: Gelatinum
: lembaran, kepingan, serbuk atau butiran,
tidak berwarna atau kekuningan pucat, bau
dan rasa lemah.
: jika direndam dalam air mengembang dan
menjadi
lunak,
berangsur-angsur
menyerap air 5 sampai 10 kali bobotnya,
larut dalam air panas dan jika didinginkan
terbentuk gudir, praktis tidak larut dalam
etanol 95% P, dalam kloroform P dan
dalam eter P, larut dalam campuran gliserol
P dan air, jika dipanaskan lebih mudah

Stabilitas

larut, larut dalam asam asetat P


: gelatin serbuk stabil di udara, gelatin berair

juga stabil jika disimpan dibawah kondisi


dingin dan steril. Pada suhu 7500 C, larutan
gelatin

berair

dapat

mengalami

depolarisasi perlahan dan pengurangan


Inkompatibilitas

kekuatan gel
: inkompatibel dengan asam atau basa,
gelatin juga merupakan protein yang dapat
dihidrolisa oleh sistem proteulitis. Gelatin
juga bereaksi dengan aldehida dan gula
aldehida,

polimer

anion

dan

kation

elektrolit, ion logam, plastizizier, pengawet


dan surfaktan. Diendapkan oleh alkohol,
kloroform, eter, garam merkuri, dan asam
Penyimpanan
Kegunaan
e. Talcum
Nama
Sinonim
Nama Kimia
Pemerian

Kelarutan
Stabilitas

fenat
: dalam wadah tertutup baik
: Pengikat
: Talk
: Talcum Venetum
: Talk (14807-96-6)
: sangat halus, warna putih sampai putih
keabu-abuan, tidak berbau, berkilat mudah
melekat pada kulit dan bebas dari butiran
: tidak larut dalam hampir semua pelarut
: talk merupakan bahan yang stabil, dapat
disterilisasi dengan pemanasan sampai
1600 C tidak kurang dari 1 jam. Dapat juga
disterilkan dengan gas etilen oxide atau

gama radiasi
: inkompatibel dengan kandungan
ammonium kwartener
Penyimpanan
: talk harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat dan tempat kering
Kegunaan
: Glidan (1,0%-10%)
4. Perhitungan dan Penimbangan
a. Perhitungan Bahan
1. Bobot 1 tablet
= 700 mg
2. Dibuat sebanyak
= 100 tab
Inkompatibilitas

Dilebihkan 20%
3. Bobot seluruh
a) Acetaminophen

20
(100 100
)+100

= 120 tablet
= 700 mg x 120 tab = 84000 mg
= 250 mg x 120 tab = 30000 mg

b) Gelatin
= 7/100 x 84000 = 5880 mg
Untuk Pasta Gelatin
Gelatin 3% = 3/100 x 5880 mg
= 176,4 mg
200 mg
Air
= 5880 200
= 5680 mg
5,68 ml
c) Amylum Oryzae = 10/100 x 84000 = 8400 mg
d) Talcum
= 2/100 x 84000 = 1680 mg
e) Lactosa
= 84000 - (30000 + 5880 + 8400 +
1680)
= 84000 45960
= 38040 mg
b. Penimbangan Bahan
1) Acetaminophen
2) Lactosa
3) Gelatin
Untuk Pasta Gelatin
Gelatin 3%
Air
4) Amylum Oryzae
5) Talcum

= 30000 mg
= 38040 mg
= 5880 mg
= 176,4 mg
= 5,68 ml
= 8400 mg
= 1680 mg

38050 mg
200 mg
5,7 ml
1700 mg

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat

Bahan

Mortir
Stamper
Gelas ukur
Erlenmeyer
Baker glass
Corong gelas
Botol warna coklat

(beserta tutup)
Neraca analitik gram
Neraca analitik

miligram
Anak timbangan
Sendok spatula
Perkamen
Pemanas air ( kompor

Acetaminophenum
Lactosum
Gelatin
Amylum Oryzae
Talc
Aquadest

gas dan tabung gas )

V. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan larutan pengikat
Pembuatan pasta gelatin :
Timbang sebanyak 200 mg serbuk gelatin
Taburkan serbuk gelatin di atas 5,7 ml air dingin
Tunggu sampai gelatin mengembang
Panaskan di atas penangas air sampai larut
Timbang berat pasta gelatin, kekurangan berat ditambah
dengan air panas
2. Pencampuran dan peracikan
Timbang semua bahan yang diperlukan
Campurkan Acetaminophen, laktosa dan amylum oryzae dalam
lumpang, gerus homogen
3. Granulasi basah
Tambahkan sedikit demi sedikit pasta gelatin ke dalam massa
serbuk, aduk dan gerus hingga homogen
Setelah massa kenyal dan dapat dikepal massa siap untuk di
granul

4. Pengayakan massa granul


Tekan massa granul melalui ayakan nomor 6 atau 8
Setelah semua berubah menjadi granul, tebar diatas selembar
kertas yang lebar
5. Pengeringan
Keringkan granul pada oven (rak lemari dengan sistem sirkulasi
udara dengan suhu sekitar 600 C) selama 24 jam.
6. Pengayakan kering
Setelah dikeringkan granul diayak dengan ayakan yang
mempunyai lubang lebih kecil yaitu nomor 12-20
Timbang granul. Catat hasil timbangan untuk menentukan
jumlah pelincir yang diperlukan.
7. Pencampuran lubrikan atau pelincir
Timbang pelincir yang diperlukan
Gerus talcum sampai homogen.
Campurkan dengan massa granul kering menggunakan alat
pencampur atau dengan cara pengocokan dengan botol
bermulut lebar.
8. Pencetakkan dengan mesin tablet
Masukkan granul ke dalam ruang cetakan melalui corong
(hopper)
Gerakan mesin cetakan dengan tangan atau menggunakan
listrik.
Ketika cetakan bagian bawah diturunkan kebawah maka akan
terisi granul yang berada pada hopper
Cetakan ditarik menggeser kelebihan granul dan diratakan
Cetak bagian atas (punch) akan turun dan mengempa bahan
dalam cetakan membentuk tablet.
VI. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
A. Data Pengamatan
1. Evaluasi Granul
a.
Uji Homogenitas
Dilihat secara visual oleh indera penglihatan.
b.

Uji Sifat Alir

Granul dimasukkan ke dalam corong, penutup corong


dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang
datar. Waktu alir granul dicatat dan sudut diamnya dihitung,
dengan mengukur diameter dan tinggi tumpukan granul yang
keluar dari mulut corong.

Menggunakan corong yang

dipasang pada statif, diletakkan dengan ketinggian tertentu.


Kemudian granul dialirkan melalui corong dan ditampung
pada bagian bawahnya. Gundukan yang tertampung lalu
diukur tinggi (dicatat sebagai h dan diameternya dicatat
sebagai d) kemudian dihitung dengan rumus : tan = h/d
Waktu alir dipersyaratkan dengan sudut diam tidak lebih
dari 300 (Aulton, 1988; Liebermann & Lachman, 1986)
c.

Uji Waktu Alir


Granul dimasukkan ke dalam corong, penutup corong
dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang
datar, Untuk 100 gram granul tidak boleh dari 100 detik.

d.

Uji Kompresibilitas
Timbang 100 gr granul masukkan kedalam gelas ukur
dan dicatat volumenya, kemudian granul dimampatkan
sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji, catat volume uji
seblum dimampatkan (Vo) dan volume setelah dimampatkan
dengan pengetukan sebanyak 500 kali (V).
Perhitungan I = Vo - V/Vo x 100% (Aulton, 1988;
Liebermann & Lachman, 1986)

2. Evaluasi Tablet
a. Keseragaman bobot
Dari seluruh yang jadi, diambil 20 tablet untuk dilakukan
uji keseragaman bobot degan persyaratan yang telah di
tetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi III sebagai berikut:
Bobot Rata-Rata
(Mg)
2mg atau kurang
25 mg - 150 mg

Deviasi Maksimum (%)


2 Tablet
1 Tablet
15
30
10
20

151 mg - 300 mg
Lebih dari 300 mg

7,5
5

15
10

Tabel penimbangan 20 Tablet:


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Bobot Tablet

Standar Deviasi

Bobot total 20 tablet =

Bobot rata-rata
Tablet =

% Standar Deviasi =
[(Berat Tablet-Berat
Tablet Rata-Rata) /
Berat Tablet Rata-Rata]

100%
Dari hasil penimbangan dan perhitungan % Standar
Deviasi yang kemudian dikorelasikan dengan persyaratan
keseragaman bobot yang di syaratkan FI Edisi III, untuk tablet
dengan berat 151-300 mg tidak boleh lebih dari dua tablet
yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rataratanya 7,5%, dan tidak 1 tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobt rata-ratanya lebih dari 15%.
b. Keseragaman Ukuran
Diambil 20 tablet CTM yang ada secara random. Lalu
dilakukan uji diameter dan ketebalan tablet sehingga didapat
hasil:
No
1
2
3
4

Diameter

Ketebalan

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan jangka
sorong. Farmakope mensyaratkan untuk diameter tablet tidak
boleh lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1/3 tebal tablet.
Diuji pada 20 tablet yang diambil dengan metode random.
c. Kekerasan tablet
Uji kekerasan tablet dilakukan dengan menggunakan alat
Hardness Tester. Sebanyak 20 tablet Paracetamol digunakan
untuk uji ini.
Dari hasil percobaan didapatkan hasil sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kekerasan

No
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Kekerasan

d. Kerenyahan tablet
Pengujian kerenyahan dilakukan dengan alat friabilata.
Dilakukan terhadap 20 tablet yang dipilih secara random. Diuji
dengan friabilator dengan 100 kali bantingan.

Berat total tablet sebelum diuji

Berat total tablet setelah pengujian

Friabilitas ditentukan dengan persamaan

Friabilitas=

berat total tab sebelum diujiberat total tab setela h diuji


100
berat total tab sebelum diuji

Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% - 1% masih dapat


dibenarkan. Tablet yang dihasilkan telah memenuhi uji
kerenyahan.
e. Waktu hancur tablet

Pengujian ini menggunakan alat disintegration tester,


sebanyak 6 tablet dimasukan kedalam tabung yang ada
pada alat, tabung digerakan dengan gerakan naik turun.
Kondisi ini dilakukan hingga semua tablet larut. Waktu
yang dibutuhkan hingga semua tablet larut dapat
dikorelasikan sebagai waktu yang dibutuhkan tablet
untuk melarut dalam tubuh.Gunakan air bersuhu 300C +/20 C sebagai media.
Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna,
ulangi pengujian dengan 6 tablet lainnya. Semua tablet
harus hancur tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan untuk tablet bersalut waktunya 60 menit.
No
1
2
3
4
5
6

Waktu Hancur

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Hasil Jumlah Tablet
a. Berat Tablet Total Teoritis

= 60,0 g

b.
c.
d.
e.
f.

Berat Tablet Total Praktis = 36,754 g


Jumlah Tablet Teoritis
= 120
Jumlah Tablet Praktis
= 80
Berat Tablet Teoritis
= 500 mg
Berat Tablet Praktis
= 454 mg

2. Evaluasi Granul
Adapun evaluasi granul yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Aliran
1. Metode Corong
Masukkan 10 g granul ke dalam corong kaca.
Setelah dihitung waktu alirannya ternyata 2,35 detik.
Sehingga alirannya dapat dikatakan sukar.
Kecepatan alir = w/t (gram/detik)
= 10/2,35 = 4,255 g/s
2. Metode Sudut Istirahat
Masukkan 10 g granul ke dalam

corong

kaca.Kemudian alirkan granul ke atas kertas grafik.


Setelah dihitung tinggi granul 1,5 cm dan jari-jari granul
3,1 cm. maka sudut diam dapat dihitung, yaitu:
Tan = h/r = 1,5/3,1
Tan = 0,48387
= 25,8209
Sehingga didapat

= 25,8209 maka granul

sangat mudah mengalir.


b. Kadar Pemampatan
Dari hasil uji didapat volume sebelum pemampatan (V 0)
100 ml dan volume setelah pemampatan 500 kali (V 500) 92 ml
sehingga dapat dihitung yaitu:
V 0V 500
X 100
%T =
V0
%T=

10092
X 100
100

%T= 8%
Sehingga didapat T% =8%, maka granul memiliki aliran
yang baik.
c. Bobot Jenis
1. Bobot Jenis Nyata

Ke dalam gelas takar masukkan granul 100 ml. lalu


ditimbang bobotnya 39,17 g. Dapat dihitung BJ nyata:
BJ = m/v = 39,17 g/100 ml = 0,3917 g/ml.
Maka didapat bobot jenis nyata yaitu 0,3917 g/ml.
2. Bobot Jenis Nyata Setelah Pemampatan
Tablet ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jumlah ()

Diameter (cm)
1,260
1,255
1,240
1,240
1,265
1,270
1,275
1,260
1,260
1,265
1,255
1,255
1,250
1,240
1,250
1,260
1,260
1,265
1,270
1,270
25,1650

Tebal (cm)
0,340
0,450
0,415
0,480
0,430
0,420
0,410
0,445
0,415
0,410
0,410
0,410
0,440
0,460
0,400
0,490
0,420
0,450
0,420
0,495
8,610

Rata-rata

1,25825

0,4305

Setelah pemampatan 500 kali didapat volume 92 ml


granul. Lalu ditimbang bobotnya 50,14 g. dapat dihitung BJ
setelah pemampatan 500 kali:
BJ = m/v = 50,14 g/ 92 ml = 0,545 g/ml
Maka didapat bobot jenis setelah pemampatan 500
kali yaitu 0,545 g/ml.
d. Kompresibilitas
Dari hasil evaluasi didapat berat jenis nyata sebelum
pemampatan (Pb) yaitu 0,3917 g/ml dan berat jenis nyata
stelah pemampatan 500 kali yaitu 0,545 g/ml. dapat dihitung
kompresibilitasnya yaitu:
Pu
{1
}
C=
x 100%
Pb
C=

{1

0,3917
}
x 100%
0,545

C = 28,128%
Sehingga didapat C = 28,128%, maka granul memiliki
aliran yang buruk.
3. Evaluasi Tablet Jadi
a. Keseragaman Ukuran
Hasil Uji Keseragaman Ukuran
Keseragaman ukuran kecuali dinyatakan lain, diameter tablet
tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet
(Depkes RI, 1979).
Tebal Tablet (h)
Diameter yang disyaratkan

= 0,4305 cm
= (1 1/3 3) x h
= (1 1/3 3 ) x 0,4305 cm
= 0,5740 1,2915 cm

b. Keseragaman Bobot
Hasil Uji Keseragaman Bobot
Tablet ke-

Bobot (g)

%Penyimpangan

0,4491

2,242%

0,4599

0,108%

0,4635

0,892%

0,4790

4,266%

0,5403

17,609%

0,4624

0,653%

0,4376

4,745%

0,4458

2,960

0,4434

3,482%

10

0,4504

1,959%

11

0,4569

0,544%

12

0,4781

4,070%

13

0,4610

0,348%

14

0,4452

3,090%

15

0,4523

1,545%

16

0,4509

1,850%

17

0,4491

2,242%

18

0,4624

0,653%

19

0,4491

2,242%

20

0,4523

1,545%

Jumlah ()

9,1887

57,045%

Rata-rata

0,4594

2,852%

Berat 20 tablet
= 9,0925 g
Rata-rata berat per tablet =
9,0925
gr
=0,4546
=454 mg/tab
20 tab
tab
Range A = 459,4 + 5% = 482,37 mg
459,4 5% = 436,43 mg
Range B = 459,4 + 10%= 505,34 mg
459,4 10% = 413,46 mg
Jadi, range nya adalah 436,43 mg - 482,37 mg dan 413,46 mg
505,34 mg.
c. Kekerasan
Hasil Uji Kekerasan
Tablet ke1
2
3
4
5

Kekerasan
2,0
1,0
1,0
1,5
2,0

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

1,0
1,5
1,5
1,0
1,5
2,0
2,0
2,0
2,0
1,0
1,0
1,5
1,5
1,0

20
Jumlah ()
Rata-rata

2,0
30
1,50

Uji kekerasan tablet melibatkan 20 buah tablet yang diambil


secara acak dan kemudian di uji dengan alat Hardness Tester.
Rata-rata tingkat kekerasan tablet setelah di uji adalah 1,50 kg.
d. Kerenyahan Tablet

Berat 20 tablet sebelum di uji (W1)


Berat 20 tablet setelah di uji (W2)
Kerenyahan

= 9,54 g
= 8,6814 g
W 1W 2
=
W1
=

0,8586
X 100
9,54

= 9%
e. Waktu Hancur
Hasil Uji Waktu Hancur
Tablet keWaktu Hancur (menit)
1
1,09
2
1,16
3
1,56
4
1,49
5
1,92
6
1,05
Jumlah ()
8,27
Rata-rata
1,378
Tablet dimasukkan ke dalam alat Disintegration Tester
didapat waktu hancur yaitu 1 menit 37,8 detik. Waktuhancur
tablet memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih dari 15 menit
untuk tablet biasa.

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dibuat tablet dengan metode granulasi
basah dengan perhitungan 100 tablet dan dilebihkan 20% sehingga
totalnya menjadi 120 tablet.Pada kenyataannya, tablet yang dihasilkan
hanya 80 tablet.Hal ini dapat disebabkan karena mahasiswa kurang teliti
dalam menimbang, berkurangnya bahan pada saat penggranulan,
adanya bahan obat yang tertinggal dicetakan, dan hancurnya tablet pada
saat pencetakan. Dari hasil evaluasi tablet, didapat keseragaman ukuran
yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III yaitu
diameter tablet 1,258 cm. Dalam perhitungan range diameter 0,5740
1,2915 cm. hasil uji keseragaman bobot yang didapat ketika tablet
ditimbang satu per satu, tidak ada lebih dari satu tablet yang masingmasing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari

5%, tetapi ada satu tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rataratanya lebih dari 10% (Depkes RI,1979).
Hasil evaluasi kekerasan rata-rata tablet yaitu, 1,50 kg, kekerasan
tablet ini tidak memenuhi persyaratan karena kekerasan tablet minimal
adalah 4 kg. hal ini disebabkan faktor tenaga dalam menarik tuas
mempengaruhi kekerasan dari tablet itu sendiri, serta kerapatan dan
tekanan pada saat pengempaan juga mengakibatkan suatu tablet
menjadi keras. Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan yang
tertentu agar dapat bertahan dalam berbagai guncangan mekanik pada
saat pembuatan, pengepakan, dan pengapalan.kekerasan yang cukup
dari suatu tablet merupakan salah satu persyaratan penting dari suatu
tablet. Factor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah
tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini yang
dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar
tekanan yang diberikan saat pengempaan akan meningkatkan kekerasan
tablet. pada umumnya tablet dikatakan baik apabila mempunyai
kekerasan antara 4-8 kg (Parrott,1970). Kekerasan tablet kurang dari 4
kg masih dapat diterima asalkan kerapuhannya tidak melebihi batas
yang ditetapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan
mengalami kerapuhan pada saat pengemasan dan transportasi
(Rhoihana, 2008).
Hasil evaluasi kerapuhandidapat 9%, kerenyahan tablet ini tidak
memenuhi persyaratan karena kerapuhan yang diperbolehkan tidak
boleh lebih dari 1%.Kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil
dari 0,5% sampai 1% (Lachman, dkk, 1994).
Hasil evaluasi waktu hancur didapat waktu hancur yaitu 1 menit
37,8 detik. Waktu hancur tablet memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih
dari 15 menit untuk tablet biasa.
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, hasil akhir dari Tablet
Paracetamol yaitu cukup baik dari keseragaman ukuran dan waktu
hancur, tetapi dari hasil keseragaman bobot, kekerasan dan kerapuhan
tablet, belum memenuhi persyaratan. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa sediaan Tablet Paracetamol yang telah dibuat oleh kelompok VI(
enam ) belum layak untuk diperjual belikan kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi
keempat. Jakarta : UI-Press.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Ed III.Jakarta: Depkes RI.
Wade, Ainley and Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical
excipients, Ed II. London: The Pharmaceutical Press Department of
Pharmaceutical Sciences.
Niazi, K. Sarfaraz. 1994. Handbook of Pharmaceutical Manaufacturing
Formulations, Ed II. London: The Pharmaceutical Press Department of
Pharmaceutical Sciences.

Lampiran
1.

Desain Kotak

2.

Desain Etiket

3.

Desain Etiket

Anda mungkin juga menyukai