Anda di halaman 1dari 11

Univesitas islam negri maulana malik ibrahim malang

Teknologi dan formulasi sediaan solid


Tugas: Metode Pembuatan granulasi Tablet

Dosen Pengampu:
Alif Firman Firdausy, S.farm.,m.biomed.,APt

Oleh:
Nama : Tarek Ahmed Mohammed Ali
NIM : 17930086
Kelas : A
Dasar teori
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung satu unit
dosis lazim,dengan satu macam bahan aktif atau lebih tergantung
tujuan terapi yang dicapai.Tablet berbentuk bulat datar atau
bikonvek yang dibuat dengan pengompresan zataktif atau campuran
zat aktif dengan atau tanpa bahan tambahan (eksipien)
(Sulaiman,2007).

Pada umumnya sebelum tabletasi dilakukan, bahan obat dan bahan


pembantuyang diperlukan digranulasi, artinya partikel - partikel
serbuk diubah menjadi butirangranulat. Dalam hal ini diperoleh
butiran, dimana partikel-partikel serbuk memilikidaya lekat.
Disamping itu daya alirnya menjadi lebih baik. Dengan daya alir
tersebut pengisian ruang cetak dapat berlangsung secara kontinyu
dan homogen (Voigt, 1984).Ada 3 metode pembuatan tablet
kompresi yang berlaku yaitu metode granulasi basah, metode
granulasi kering dan cetak langsung (Ansel, 2005).

Metode Pembuatan granulasi Tablet


Metode pembuatan tablet pada dasarnya dikenal tiga macam yaitu
cetak langsung, granulasi kering dan granulasi basah (Ansel, 1989).
Gamber1: Metode Pembuatan granulasi Tablet

a. Metode Granulasi Basah

Metode ini merupakan metode pembuatan yang paling banyak


digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah
yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat
dibagi sebagai berikut: menimbang dan mencampur bahan-bahan,
pembuatan granulasi basah, pengayakan granul basah, pengeringan,
pengayakan granul kering, pencampuran bahan pelicin dan bahan
penghancur, pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).

Metode granulasi basah dilakukan dengan terlebih dahulu


mencampur zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur
baik-baik, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu
bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granual, dan dikeringkan
dalam almari pengering pada suhu 40°-50°C. Setelah kering diayak
lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan
ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin
tablet.

Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada suatu


serbuk ataucampuran serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi
dengan pengadukan yangakan menghasilkan granul (Siregar, 2008).
Dalam proses granulasi basah zat berkhasiat, pengisi dan penghancur
dicampur homogen, lalu dibasahi denganlarutan pengikat, bila perlu
ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dandikeringkan dalam
lemari pengering pada suhu 40-50°C. Proses pengeringandiperlukan
oleh seluruh cara granulasi basah untuk menghilangkan pelarut
yangdipakai pada pembentukan gumpalan gumpalan dan untuk
mengurangikelembaban sampai pada tingkat yang optimum
(Lachman, 1986). Setelah keringdiayak lagi untuk memperoleh granul
dengan ukuran yang diperlukan danditambahkan bahan pelicin dan
dicetak dengan mesin tablet (Anief, 1994).

Tahapan pembuatan tablet parasetamol dengan menggunakan


metode granulasi basah yaitu :

1. Penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien.

2. Pencampuran serbuk yang sudah digiling.

3.Preparasi larutan pengikat.

4.Pencampuran larutan pengikat dengan campuran serbuk untuk


membentukmasa basah.

5.Pengayakan/penapisan massa kasar menggunakan ayakan


berukuran mesh
6.Pengeringan granul basah.

7.Pengayakan granul kering melalui ayakan berukuran 14-20


8.Pencampuran granul yang sudah diayak dengan lubrikan dan
disintegran.

9.Pengempaan tablet (Agoes, 2012)

Gambar2: contoh formulasi granulasi basah

b. Metode Granulasi Kering

Pada metode ini, granul dibentuk oleh penambahan bahan pengikat


kering ke dalam campuran serbuk obat dengan cara memadatkan
massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, memecahkannya
dan menjadikan pecahan-pecahan menjadi granul, penambahan
bahan pelicin dan penghancur kemudian dicetak menjadi tablet
(Ansel, 1989).
Zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur bila perlu zat pengikat
dan zat pelicin dicampur dan dibuat dengan cara kempa cetak
menjadi tablet yang besar, setelah itu tablet yang terjadi dipecah
menjadi granul lalu di ayak, akhirnya dikempa cetak menjadi tablet
yang dkehendaki dengan mesin tablet (Anief, 2000).

Pembuatan tablet dengan metode granulasi kering biasanya


memalui tahap-tahap berikut:

1. Zat aktif dan masing-masing eksipien dihaluskan terlebih dahulu


dalam mesin penggiling, misalnya mesin giling tornado mill

2. Zat aktif dan semua eksipien , yakni pengisi, pengikat kering,


sebagian disintegran, lubrikan dan glidan

3. Campurkan serbuk pada no 2 di kempa mesin besar khusus dan


kuat yang disebut “mesin bongkah” (sluging machine) yang
menghasilkan bongkahan atau dengan mesin kompaktor gulung atau
chilsonator yang penghasilkan pipa atau lempeng campuran serbuk
yang rapuh.

4. Bongkahan atau pita lempeng tadi di ekstrusi melalui lempeng


penyaring 18-20 mesh dlm mesin escillator granulator

5. Serbuk partikel halus yang dihasilkan no 4 kembali dipadatkan


dengan mesin kompak

6. Bongkahan atau lempengan rapuh hasil no 5 kembali di ekstruksi


dalam mesin oscillating granulator atau fitz mill

7. Granul hasil no 5 dan 6 disatukan dan di campur dengan fase luar

8. Massa kempa di kempa menjadi tablet


metode ini boleh digunakan apabila :

 zat aktif memiliki sifat aliran yang buruk (tidak amorf)


 zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
 kandungan zat aktif dalam tablet tinggi

Pembuatan Tablet Metode Granulasi Kering


zat aktif & eksipien
• Masing – masing dihaluskan
• Masing – masing dihaluskan
• Serbuk yang sudah halus dicampurkan
• Serbuk yang sudah halus dicampurkan
• Ditambah sebagian ( 1/2 ) lubrikan dan penghancur
• Ditambah sebagian ( 1/2 ) lubrikan dan penghancur

Zat aktif + eksipien

• Dicetak menjadi tablet yang besar dan kasar ( slug )


• Dicetak menjadi

Tablet ( slug )

• Digiling menjadi granul

• Diayak dengan mesh 20


Granul

• Ditambah sisa lubrikan danpenghancur

• Diuji seperti pada granulasibasah

• Dicetak

Tablet

• Uji organoleptik

• Sifat Fisik– Kimia

• Uji keseragaman bobot

• Uji keseragaman sediaan

• Uji waktu hancur

• Uji disolusi ( sesuai ujidisolusi FI IV )

c. Metode Cetak Langsung

Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah


mengalir sebagaimana sifat-sifat kohesinya yang memungkinkan
untuk langsung dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi
basah atau kering (Sheth dkk, 1980). Kempa langsung dapat diartikan
sebagai pembuatan tablet dari bahan-bahan yang berbentuk kristal
atau serbuk tanpa merubah karakter fisiknya. Setelah dicampur
dengan ukuran tertentu. Metode ini digunakan pada bahan-bahan
(baik obat maupun bahan tambahan) yang mudah mengalir dan
memiliki kompresibilitas yang baik yang memungkinkan untuk
langsung ditablet dalam mesin tablet tanpa memerlukan proses
granulasi. Pada umumnya obat yang dapat dibuat dengan metode
kempa langsung hanya sedikit, karena bahan-bahan yang memiliki
sifat-sifat tersebut diatas tidak banyak. Cara kempa langsung ini
sangat disukai karena banyak keuntungan yaitu secara ekonomi
merupakan penghematan besar karena relatif hanya menggunakan
sedikit alat, energi dan waktu. Metode ini sangat sesuai untuk zat
aktif yang tidak tahan panas dan kelembaban tinggi dan dapat
menghindari kemungkinan terjadi perubahan zat aktif akibat
pengkristalan kembali yang tidak terkendali selam proses
pengeringan. Selain itu dapat menghindari zat aktif dari tumbuhan
mekanik yang berlebihan jika digunakan metode granulasi kering.
Kecepatan pelarutan obatnya akan lebih baik karena zat aktif tidak
terdapat dalam granul, sehingga dapat segera dilepaskan dan siap
dengan pelarutan setelah tablet hancur. Untuk obat dengan dosis
rendah akan mepengaruhi homogenitas. Permasalahan ini
sebenarnya dapat diatasi dengan pencampuran interaktif, yang
selanjutnya dapat dikempa langsung. Sedangkan untuk obat dengan
dosis tinggi, jika volume bulk tinggi, kompresibilitas yang jelek dan
sifat alir yang jelek, tidak akan memungkinkan campuran untuk
kempa langsung. Perbedaan ukuran partikel atau densitas antara
obat dan dan partikel bahan tambahan akan mempengaruhi
homogenitas campuran. Pemilihan bahan pembawa, serbuk yang
bersifat kompresibilitas setelah dikempa akan mengalami deformasi
plastik, yaitu terjadinya perubahan bentuk dari partikel aslinya,
setelah tekanan dilepaskan tidak akan kembali kebentuk semula
(Sheth et al, 1980).
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. 2012.Sediaan Farmasi Padat. Bandung : ITB

Ansel, Howard C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat

diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, 605-606, Penerbit UI Press, Jakarta.

Anief, Moh, 2000, Ilmu Meracik Obat, Cetakan kesembilan, 210-216, Gadjah

Mada UniversityPress,Yogyakarta

Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2019

Anda mungkin juga menyukai