Anda di halaman 1dari 28

JURNAL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID


“Pembuatan Tablet dengan Metode Granulasi Basah”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
AGUSTINA (21484011068)
DESI SETYANI (21484011075)
DEVI NOVITA (21484011076)
ELVA SILVINNA (21484011084)
KEVINSUS BANG (21484011092)
MADAYANI WULANDARI (21484011093)
MELIZA YULIA JAMAQ (21484011095)
MONICA HUSUN (21484011096)

DOSEN PEMBIMBING
Apt. Achmad Kadrie Ansyori, M.Sc

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA


LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID
T.A. 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih
atau sirkuel, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandunng satu jenis atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasahatau zat lain yang cocok (Anonim, 1979).
Kecuali dinyatakan lain tablet harus memenuhi syarat fisis sebagai berikut: keseragaman ukuran,
keseragaman bobot, waktu hancur, keseragaman isi zat berkhasiat (Anonim,1979).

Granulasi basah adalah metode yang dilakukan dengan cara membasahi massa tablet
menggunakan larutan pengikat sampai diperoleh tingkat kebasahan tertentu, lalu digranulasi.
Metode granulasi basah sesuai untuk bahan aktif sukar larut dalam air dan bahan aktif yang tahan
akan pemanasan dan lembap. Pada umumnya, metode granulasi basah digunakan untuk zat aktif
yang sulit dicetak karena mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang buruk. Pembuatan tablet
dengan metode granulasi basah memiliki beberapa keuntungan yaitu: mencegah terjadi segregasi
campuran serbuk, memperbaikin sifat alir serbuk, memperbaikin kompaktibilitas serbuk, dengan
jalan meninggkatkan kohevisitas serbuk karna ada penambahan bahan pengikat yang dapat
menyebabkan terbentuknya jembatan padat, meningatkan disolusi obat yang bersifat
hidrofob,mempertahankan distribusi obat atau zat warna selalu merata dalam granul kering dan
dapat digunakan untuk nahan obat dosis kecil (Hadisoewignyo dan fudholi, 2013).

B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat membuat sediaan tablet dengan metode granulasi basah dan evaluasinya.
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami pengaruh eksipien terhadap karakteristik fisik
tablet.
BAB II

TEORI SINGKAT

A. Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan kempa (Farmakope
Indonesia IV, 1995)
Sebagai salah satu bentuk sediaan farmasi tablet mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
1. Tablet mempunyai ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan paling rendah.
2. Biya pembuatannya rendah.
3. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ringan dan kompak.
4. Mudah dalam pengemasan dan pengiriman.
5. Mudah diproduksi secara besar-besaran (Banker dan Anderson, 1986).

B. Bahan Tambahan pada Tablet


Tablet biasanya berisi beberapa atau paling banyak terdiri atas zat aktif, pengisi, pengikat,
pewarna, penghancur, pemberi rasa dan pelicin (Anonim, 1995).
1. Bahan pengisi (diluent atau filler)
Bahan pengisi ditambahkan dengan tujuan untuk memperbesar volume dan berat
tablet. Bahan pengisi yang umum digunakan adalah laktosa, pati, dekstrosa, dikalsium
fosfat dan mikrokristal selulosa (Avicel). Bahan pengisi dipilih yang dapat meningkatkan
fluiditas dan kompresibilitas yang baik (Sheth dkk, 1980).
2. Bahan pengikat (binder)
Bahan pengikat membantu perlekatan partikel dalam formulasi, memungkinkan
granul dibuat dan dijaga keterpaduan hasil akhir tabletnya (Ansel, 1989). Bahan pembantu
ini bertanggung jawab terhadap kekompakan dan daya tahan tablet. Oleh karena itu bahan
pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granulat.
Demikian pula kekompakan tablet dapat dipengaruhi, baik oleh tekanan pencetakan
maupun bahan pengikat. Bahan pengikat dalam jumlah yang memadai ditambahkan ke
dalam bahan yang akan ditabletasi melalui bahan pelarut atau larutan bahan perekat yang
digunakan pada saat granulasi (Voigt, 1984). Bahan pengikat yang umum digunakan
adalah gom akasia, gelatin, sukrosa, PVP (povidon), metil selulosa, karboksimetil selulosa
dan pasta pati terhidrolisa.
3. Bahan penghancur (disintegrant)
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya
tablet ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan. Bahan penghancur akan menarik
air dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tabletnya pecah menjadi bagian-bagian
kecil, sehingga memungkinkan larutnya obat dari obat dan tercapainya bioavabilitas yang
diharapkan (Banker dan Anderson, 1986).
Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilum seperti
karboksimetil selulosa, resin, resin penukar ion dan bahan-bahan lain yang membesar atau
mengembang dengan adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan atau
menghancurkan tablet setelah masuk dalam saluran pencernaan (Ansel, 1989).
4. Bahan pelicin (lubricant)
Digunakan untuk mengurangi gaya gesekan yang terjadi diantara dinding die dan
tepi tablet selama proses penabletan berlangsung. Banyak bahan dapat dikempa dan
mempunyai hasil baik tanpa penambahan bahan pelicin tetapi untuk bahan higroskopik
perlu dilakukan penambahan bahan pelicin karena kadang terjadi masalah. Hal ini
tergantung dari tingkat kekeringan bahan. Proses granulasi yang terlalu basah akan
diperoleh hasil tablet yang terlalu ramping karena banyak bahan yang lengket dalam
mesin. Bahan pelicin biasanya digunakan dalam jumlah kecil antara 0,5- 1% tetapi
mungkin kurang dari 0,1% dan lebih dari 5%. Contoh umum bahan pelicin antara lain
petrolatum cair, talk, magnesium stearat dan stearan dan asam stearat, kalsium stearat,
likopodium (untuk tablet yang berwarna). Bahan pelicin ditambahkan setelah terbentuk
granul. Bahan pelicin bekerja paling efektif jika terletak di luar granul (Ansel,1989).

C. Metode Granulasi Basah


Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti
pengompakkan. Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung
pengikat yang biasanya ditambahkan kecampuran serbuk, namun bahan pengikat dapat
dimasukkan kering kedalam campuran serbuk dan cairan dapat ditambahkan tersendiri.
Cara penambahan bahan pengikat tergantung pada kelarutannya dan tergantung pada
komponen campuran. Karena massa hanya lembab bukan basah atau seperti pasta, maka pelarut
yang ditambahkan tidak boleh berlebihan. Cairan mempunyai peranan yang penting dalam proses
granulasi. Jembatan cair terbentuk di antara partikel-pertikel dan daya rentang dari ikatan ini akan
meningkat jika cairan yang ditambahkan meningkat. Cara mudah untuk menentukan titik akhir
penambahan pengikat adalah dengan menekan massa dengan telapak tangan, bila remuk dengan
tekanan sedang, maka campuran itu sudah siap untuk menjalani proses pengayakan basah.
Pengayakan basah mengubah massa lembab granul menjadi kasar, agar granul lebih
berkonsolidasi, meningkatkan banyaknya tempat kontak partikel, dan meningkatkan luas
permukaan untuk mempermudah pengeringan. Proses pengeringan diperlukan untuk
menghilangkan pelarut dan mengurangi kelembaban. Setelah dikeringkan granul diayak kembali.
Proses granulasi basah digunakan untuk bahan-bahan obat yang tahan terhadap pemanasan dan
tidak mudah terurai jika terkena air (Sheth, Bandelin, shangraw, 1989).

Langkah-langkah metode granulasi basah (Sheth dkk, 1989)

Pencampuran obat dengan bahan tambahan

Pembuatan larutan atau mucilago

Penambahan bahan pengikat dalam campuran obat dan bahan tambahan

Pengayakan massa basah

Pengeringan granul basah

Pengayakan granul kering

Penimbangan

Pencampuran dengan pelicin dan penghancur

Pengempaan tablet

D. Kualitas Tablet
Kualitas tablet dapat dievaluasi dari sifat fisik tablet, antara lain :
1. Keseragaman bobot
Keseragaman bobot ditentukan dengan banyaknya penyimpangan bobot dari bobot
rata-rata sejumlah tablet yang masih diperbolehkan menurut syarat yang telah ditentukan.
Ukuran tablet yang bobotnya lebih dari 300 mg tidak boleh lebih dari dua tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari 5% dan tidak
satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari bbot rata-ratanya 10% (Anonim,
1979).
2. Kerapuhan
Tablet harus tahan terhadap gesekan mekanik selama distribusi dan penyimpanan.
Hal ini dapat diuji dengan uji kerapuhan. Kerapuhan tablet hendaknya tidak melebihi 1%
(Banker dan Anderson, 1990).
3. Kekerasan
Tablet harus stabil secara fisik dan harus tetap utuh sampai digunakan oleh
konsumen. Tablet yang keras diperlukan untuk mencegah kerusakan fisik selama
transportasi. Tablet yang baik memiliki kekerasan minimal 4 kg (Ansel, 1989).
4. Waktu Hancur
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat waktu hancue yang ditetapkan
menurut Farmakope Indonesia, yaitu kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet tidak
bleh lebih dari 15 menit (Anonim, 1997).
BAB III
STUDI PREFORMULASI
A. Formulasi

Bahan Formula 4
Parasetamol 25 mg
Laktosa qs
Avicel 101 5%
Gelatin 9%
Zat Warna 0,1%
Aerosil 0,3%
Talk 1,5%
Mg Stearat 1%

B. Uraian Bahan
1. Parasetamol (FI III HAL 37)
a. Nama Senyawa : ACETAMINOPHENUM
b. Sinonim : Asetaminofen

c. Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
d. Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam
13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P, dan dalam 9 bagian
propileglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida.
e. Khasiat : Analgetikum; antipiretikum.
2. Laktosa (FI III HAL 338)
a. Nama Senyawa : LACTOSUM
b. Sinonim : Saccharum lactis
c. Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis.
d. Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih; sukar
larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam
eter P.
e. Khasiat : Zat tambahan.
3. Avicel (Rowe, Raymond C, 2006)
a. Nama Senyawa : MICROCRYSTALINE CELULOSE
b. Sinonim : gel selulosa, mikrokristalin.

c. Pemerian : Serbuk halus sangat halus, putih, tidak berbau.


d. Kelarutan : Sukar larut dalam larutan NaOH 5% b/b, praktis tidak larut dalam
air, asam encer, dan sebagian besar pelarut organik.
e. Khasiat : Bahan penghancur

4. Gelatin (FI III HAL 265)


a. Nama Senyawa : GELATINUM
b. Sinonim : Gelatin

c. Pemeriaan : Lembaran, kepingan, serbuk atau butiran; tidak berwatna atau


kekuningan pucat; bau dan rasa lemah.
d. Kelarutan : Jika direndam dalam air mengembang dan menjadi lunak, rangsur-
angsur menyerap air 5 sampai 10 kali bobotnya; larut dalam air panas dan jika
didinginkan terbentuk gudir; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, dlam
kloroform P, dan dalam eter P; larut dalam campuran gliserol P dan air, jika
dipanaskan lebih mudah larut, larut dalam asam asetat P.

5. Aerosil (Handbook of excipents Hal. 185 Edisi IV)

a. Nama latin: SILICON DIOXIDE

b. Sinonim : Asam silkat

c. Pemerian : Serbuk koloid silikon dioksida ukuran partikel sekitar 15 mm.


Warna putih kebiruan, tidak berbau, tidak berasa dan serbuk.
d. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam organik solven, air dan asam, larut dalam
alkali.
6. Talk (Depkes RI 1979 Hal. 591)

a. Nama latin: TALCUM

b. Sinonim : Talk

c. Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas
dari butiran, warna putih atau putih kelabu.

d. Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.

e. Khasiat : Bahan pelicin.

7. Magnesium Stearat (Depkes RI 1979 Hal. 354)

a. Nama latin: MAGNESII STREARAS

b. Sinonim : Magnesium strearate


c. Pemerian : Serbuk halus; putih, licin, dan mudah melekat pada kulit; bau khas
lemah.
d. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan eter P.
e. Khasiat : Antasidum.
BAB IV

PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN

Akan dibuat tablet sebanyak 500 tablet dengan masing-masing berat tablet 100 mg.

Berat keseluruhan tablet = 500 x 100 = 50.000mg = 50 g

Komponen dalam = 100% - 2,8% = 97,2% x 50 g = 48,6 g


Parasetomal 25 g x 500 tab = 12,5 g
Avicel 5% x 48,6 g = 2,43 g
Gelatin 9% x 48,6 g = 4,37 g
Zat warna 0,1% x 48,6 g = 0,04 g
Laktosa 48,6 g – (12,5 g + 2,43 g + 4,37 g + 0,04 g)
= 48,6 g – 19,34 g = 29,26 gram

Komponen luar
Aerosil 0,3% x 48,6 g = 0,14 g
Talk 1,5% x 48,6 g = 0,72 g
Mg stearat 1% x 48,6 g = 0,48 g
BAB V
PROSEDUR KERJA

Cara kerja dengan metode granulasi basah :


1. Masing-masing bahan ditimbang.
2. Dibuat solusio gelatin sebanyak 10 mL dengan cara menaburkan gelatin yang sudah
ditimbang di atas air panas, aduk homogen.
3. Campukan semua komponen fase internal ke dalam wadah dan dihomogenkan.
4. Dibuat campuran massa granul dengan menambahkan solusio gelatin ke dalam campuran
massa fase internal hingga membentuk massa yang dapat dikepal.
5. Campuran massa tablet diayak dengan ayakan mesh 16, dan dikeringkan di dalam oven
suhu 50ºC hingga kadar air 2-4%.
6. Ditimbang granul kering. Ayak granul kering dengan ayakan mesh 20, tambahkan
Aerosol, Talcum dan Magnesium Stearat melalui ayakan 20, aduk homogen 10 menit.
7. Lakukan evaluasi terhadap granul, meliputi uji aliran granul dan uji kompresibilitas (Bulk
Density)
8. Cetak dengan mesin tablet Singgle Punch dengan bobot rata-rata tablet 100 mg.
9. Lakukan evaluasi terhadap tablet, meliputi uji kekerasan, kerenyahan, waktu hancur, dan
keseragaman ukuran (ketebalan dan diameter).
10. Masukkan dalam sediaan dan tutup.
BAB VI

HASIL DAN KEMASAN

A. Hasil
1. Evaluasi Granul
a. Kadar Lembab

Kadar lembab yang terlalu rendah meningkatkan terjadinya capping dan laminasi,
sedangkan kandungan lembab yang terlalu tinggi meningkatkan terjadinya penempelan
pada dinding die sehingga tablet menjadi gumpil.

Alat :

Cawan / Kaca Arloji

Oven / lemari Pengering

Cara :

Timbang seksama 5,0 g granul, panaskan dalam lemari pengering sampai bobot konstan
(105ºC) selama 2 jam

Perhitungan :

W0 - W1
% MC = x 100%

W0

MC = Moisture Content, kandungan lembab


W0 = bobot granul awal
W1 = bobot granul setelah pengeringan

Persyaratan : 2 - 4%

Untuk granul effervescent, kadar lembab yang baik memiliki kandungan lembab 0,4-0,7%
Data yang didapat

W0 =

W1 =

% lembab = g – g x 100% = %

b. Sifat Alir

Untuk mendapatkan sifat alir yang baik maka bahan harus mempunyai bentuk yang sama
dan memiliki kontak antar partikel yang kecil. Pengukuran sifat alir dapat dengan metode
langsung, yaitu mengukur kecepatan alir granul dan metode sudut diam/ sudut Baring.
Kecepatan alir merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap keseragaman bobot
tablet yang dihasilkan.

Alat :
Corong alat uji waktu alir (metode langsung) Stopwatch

Cara :

Timbang 25,0 g granul tempatkan pada corong alat uji waktu alir dalam keadaan tertutup.
Buka penutupnya biarkan granul mengalir, catat waktunya, lakukan 3 kali

Persyaratan :

100 g granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik

Data yang didapat

Waktu yang didapat


Berat Granul (g)
Percobaan Ke (detik)
1 25 02,79
2 25 02,84
3 25 02,89

Rata-rata 25 02,84
c. Kompresibilitas

Kompresibilitas merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kemampuan


granulat untuk menjadi bentuk yang lebih stabil jika mendapat tekanan, dan akhirnya
menjadi massa yang kompak dan stabil. Kompresibilitas juga berhubungan dengan sifat
alir granul.

Alat :

Jouling Volumeter

Cara :

Timbang seksama 20,0 g granul

Masukkan ke dalam gelas ukur dari alat Jouling Volumeter.

Catat volume awal (ml)


Hitung 100 ketukan. Catat Volumenya sampai volume konstan

Perhitungan :

V0 – Vn
Kp = x 100 %

V0

Kp = % Pemampatan / Kompresibilitasbobot granul awal

V0 = Volume Awal

Vn = Volume pada jumlah tiap ketukan

Persyaratan :
Jika Kp (% Pemampatan) kurang dari 20% keteraturan fabrikasi akan tercapai
Data yang didapat:

Ketukan V0 (ml) Vn (ml)

25 Ketukan 45 43
50 Ketukan 43 41
75 Ketukan 41 40
100 Ketukan 40 39

Kp = 45 ml – 39 ml x 100%

45 ml

Kp = 0,13%

2. Evaluasi Tablet
a. Keseragaman Bobot

Bobot tablet diatur untuk mengontrol kualitas dari granulat yang ekuivalen dengan dosis
pemberian atau takaran suatu bahan aktif. Penyimpangan dari bobot tablet akan sangat
mempengaruhi dosis obat untuk mencapai tujuan terapi yang diharapkan.

Alat :
Timbangan

Cara :

Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu-persatu, tidak
boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga
yang ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan
tidak ada 1 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam
kolom A dan B
Persyaratan :

Penyimpangan Bobot Rata-rata (%)


Bobot Rata-rata
A B

25 mg atau kurang 15 30

26 mg – 150 mg 10 20

151 mg – 300 mg 7,5 15

Lebih dari 300 mg 5 10

Data yang didapat


Penimbangan 20 Tablet = 2.200 mg

Bobot Rata-rata 1 tablet = 110 mg

Penimbangan kembali satu-persatu tablet

Tablet Ke Berat (mg) Tablet Ke Berat (mg)

1 100 mg 11 130 mg
2 80 mg 12 110 mg
3 90 mg 13 100 mg
4 100 mg 14 100 mg
5 110 mg 15 110 mg
6 110 mg 16 120 mg
7 80 mg 17 80 mg
8 120 mg 18 80 mg
9 110 mg 19 110 mg
10 110 mg 20 90 mg

A % penyimpangan dari bobot rata-rata = 10%


B % penyimpangan dari bobot rata-rata = 20%
b. Keseragaman Ukuran
Ketebalan tablet yang diinginkan tergantung pada volume dan berat bahan yang
diisikan dan juga pada garis tengah cetakan dan tekanan pada bahan yang diisikan selama
proses kompresi. Keseragaman ukuran digunakan untuk tujuan estetika.

Alat :

Jangka Sorong

Cara :

Menggunakan 20 tablet, ukur diameter dan ketebalannya menggunakan jangka sorong.


Hitung rata- rata dan SD nya.

Persyaratan :

Kecuali dinyatakan lain, diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 4/3 kali
tebal tablet. Tebal tablet pada umumnya tidak lebih besar dari 50% diameter.

Data yang didapat

Tablet Ke Diameter (mm) Ketebalan (mm)

1 5,8 mm 3,1 mm
2 5,8 mm 3,2 mm
3 5,8 mm 3,3 mm
4 5,8 mm 3,2 mm
5 5,8 mm 3,2 mm
6 5,8 mm 3,2 mm
7 5,8 mm 3,2 mm
8 5,8 mm 3,1 mm
9 5,8 mm 3,2 mm
10 5,8 mm 3,2 mm

Rata-rata 5,8 mm 3,19 mm

Range diameter : 4,25 mm - 9,57 mm


Range ketebalan : ≤ 2,9 mm

c. Kekerasan
Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu agar dapat bertahan terhadap
berbagai guncangan mekanik saat manifacturing, packaging dan shipping.

Alat :

Pengukur kekerasan

Cara :

Ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan. Hitung rata-rata dan
SD nya.

Persyaratan :
Ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2, maksimal 10 kg/cm2.

Data yang didapat


Ukuran yang didapat
Tablet Ke
(kg/cm2)
1 36,9 – 24,1 = 12,8
2 37,8 – 24,1 = 13,7
3 28,5 – 24,0 = 4,5
4 30,5 – 23,9 = 6,6
5 29,9 – 23,8 = 6,1
6 33,3 - 23,7 = 9,6
7 30,9 – 23,7 = 7,2
8 29,1 – 23,6 = 5,5
9 31,4 – 23,6 = 7,8
10 32,0 – 23,6 = 8,4

Rata-rata 8,22

Range : 4 kg/cm2 – 10 kg/cm2

d. Friabilitas (Kerenyahan)

Merupakan cara untuk menguji kerapuhan tablet terhadap bantingan atau gesekan selama
waktu tertentu.

Alat :
Fribilator

Cara :

Ambil 20 tablet, bersihkan dari serbuk halus, timbang. Masukkan ke dalam alat uji
(Friabilator), putar sebanyak 100 putaran. Keluarkan tablet, bersihkan dari serbuk yang
terlepas dan timbang kembali. Hitung % friabilitas (F).

Perhitungan :

W0 - W1
F= x 100 %

W0

W0 = Bobot awal

W1 = Bobot setelah pengujian

Persyaratan :

Nilai F dinyatakan baik jika < 1%, jika F > 1% maka tablet dapat diperbaiki dengan
meningkatkan/ menambah kekerasan tablet.

Data yang didapat

W0 = 1.910 mg

W1 = 1.780 mg

1.910 mg−1.780 mg
F= x 100 % = 0,068 %
1.910 mg

e. Waktu Hancur
Uji ini penting dilakukan untuk tablet yang diberikan lewat mulut, kecuali untuk tablet
yang harus dikunyah sebelum ditelan, atau tablet lepas lambat. Sediaan dinyatakan hancur
sempurna, bila sisa sediaan yang tertinggal pada ayakan (kasa) alat uji merupakan massa
lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas.

Alat :
Disintegrator tester

Cara :
Masukkan masing-masing 1 tablet ke dalam tabung dari alat uji waktu hancur, masukkan
1 cakram pada tiap tabung dan jalankan alat. Gunakan air sebagai media dengan suhu 37
± 2º C. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna,
ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya. Tidak kurang dari 16 dari 18 tablet yang diuji
harus sempurna.

Persyaratan :

Kecuali dinyatakan lain semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
yang tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut selaput.

Data yang didapat

Tablet Ke Waktu hancur ( menit ; detik )


1 00.05,66

2 00.05,10

3 00.04,86

4 00.06,01

5 00.05,43

6 00.05,98

Range : Tidak lebih dari 15 menit.


B. Kemasan
1. Primer

2. Sekunder
3. Brosur
BAB VII
PEMBAHASAN
BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil data dan pembahasan yang telah dijabarkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kemungkinan terjadinya kerusakan dan ketidaksesuaian hasil dengan syarat yang ada dikarenakan
pada saat pembuatan formulasi, maupun pada saat pengujian terjadi kesalahan sehingga tidak
menghasilkan tablet yang baik dan memenuhi syarat.

B. Saran
1. Pada saat melakukan praktikum dan pengerjaan perlu ada ketelitian dalam menimbang bahan
sejumlah yang dibutuhkan sehingga hasil yang kita dapatkan sesuai dengan persyaratan dan
literatur.
2. Pada saat melakukan pengujian pastikan sesuai dengan tahapan dan prosedur yang telah
ditentukan agar mendapatkan hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M, 1994, IImu Parmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University, Press.

Ansel, H.C., 1989, Introductton to Pharmacautical Dosage Form, diterjemahkan oleh Faida Ibrahim,
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, Indonesia University

Chaerunisaa, A. Y., Surahman, E., dan Soeryati, S. 2009. Farmasetika Dasar, Konsep Teoritis dan
Aplikasi Pembuatan Obat. Bandung: Widya Padjadjaran.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departement Kesehatan Republik Indonesia.

Kundu, S. dan Sahoo, P.K., Recent Trends in The Developments of Orally Disintegrating Technology,
Pharma Times; 2008. 40 (4): pp.180-185.

Voight, R, 1995. Buku Pembelajaran Teknologt Farmast Yogyakarta: Gadjat Mada University, Press.
LAMPIRAN

NO GAMBAR KETERANGAN

1 Penimbangan Gelatin

2 Evaluasi sifat alir granul

3 Penimbangan granul untuk


uji kompresibilitas
4 Evaluasi kompresibilitas
granul

5 Cetak tablet

6 Penimbangan uji kerenyahan


tablet

Anda mungkin juga menyukai