DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
AGUSTINA (21484011068)
DESI SETYANI (21484011075)
DEVI NOVITA (21484011076)
ELVA SILVINNA (21484011084)
KEVINSUS BANG (21484011092)
MADAYANI WULANDARI (21484011093)
MELIZA YULIA JAMAQ (21484011095)
MONICA HUSUN (21484011096)
DOSEN PEMBIMBING
Apt. Achmad Kadrie Ansyori, M.Sc
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih
atau sirkuel, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandunng satu jenis atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasahatau zat lain yang cocok (Anonim, 1979).
Kecuali dinyatakan lain tablet harus memenuhi syarat fisis sebagai berikut: keseragaman ukuran,
keseragaman bobot, waktu hancur, keseragaman isi zat berkhasiat (Anonim,1979).
Granulasi basah adalah metode yang dilakukan dengan cara membasahi massa tablet
menggunakan larutan pengikat sampai diperoleh tingkat kebasahan tertentu, lalu digranulasi.
Metode granulasi basah sesuai untuk bahan aktif sukar larut dalam air dan bahan aktif yang tahan
akan pemanasan dan lembap. Pada umumnya, metode granulasi basah digunakan untuk zat aktif
yang sulit dicetak karena mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang buruk. Pembuatan tablet
dengan metode granulasi basah memiliki beberapa keuntungan yaitu: mencegah terjadi segregasi
campuran serbuk, memperbaikin sifat alir serbuk, memperbaikin kompaktibilitas serbuk, dengan
jalan meninggkatkan kohevisitas serbuk karna ada penambahan bahan pengikat yang dapat
menyebabkan terbentuknya jembatan padat, meningatkan disolusi obat yang bersifat
hidrofob,mempertahankan distribusi obat atau zat warna selalu merata dalam granul kering dan
dapat digunakan untuk nahan obat dosis kecil (Hadisoewignyo dan fudholi, 2013).
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat membuat sediaan tablet dengan metode granulasi basah dan evaluasinya.
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami pengaruh eksipien terhadap karakteristik fisik
tablet.
BAB II
TEORI SINGKAT
A. Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan kempa (Farmakope
Indonesia IV, 1995)
Sebagai salah satu bentuk sediaan farmasi tablet mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
1. Tablet mempunyai ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan paling rendah.
2. Biya pembuatannya rendah.
3. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ringan dan kompak.
4. Mudah dalam pengemasan dan pengiriman.
5. Mudah diproduksi secara besar-besaran (Banker dan Anderson, 1986).
Penimbangan
Pengempaan tablet
D. Kualitas Tablet
Kualitas tablet dapat dievaluasi dari sifat fisik tablet, antara lain :
1. Keseragaman bobot
Keseragaman bobot ditentukan dengan banyaknya penyimpangan bobot dari bobot
rata-rata sejumlah tablet yang masih diperbolehkan menurut syarat yang telah ditentukan.
Ukuran tablet yang bobotnya lebih dari 300 mg tidak boleh lebih dari dua tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari 5% dan tidak
satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari bbot rata-ratanya 10% (Anonim,
1979).
2. Kerapuhan
Tablet harus tahan terhadap gesekan mekanik selama distribusi dan penyimpanan.
Hal ini dapat diuji dengan uji kerapuhan. Kerapuhan tablet hendaknya tidak melebihi 1%
(Banker dan Anderson, 1990).
3. Kekerasan
Tablet harus stabil secara fisik dan harus tetap utuh sampai digunakan oleh
konsumen. Tablet yang keras diperlukan untuk mencegah kerusakan fisik selama
transportasi. Tablet yang baik memiliki kekerasan minimal 4 kg (Ansel, 1989).
4. Waktu Hancur
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat waktu hancue yang ditetapkan
menurut Farmakope Indonesia, yaitu kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet tidak
bleh lebih dari 15 menit (Anonim, 1997).
BAB III
STUDI PREFORMULASI
A. Formulasi
Bahan Formula 4
Parasetamol 25 mg
Laktosa qs
Avicel 101 5%
Gelatin 9%
Zat Warna 0,1%
Aerosil 0,3%
Talk 1,5%
Mg Stearat 1%
B. Uraian Bahan
1. Parasetamol (FI III HAL 37)
a. Nama Senyawa : ACETAMINOPHENUM
b. Sinonim : Asetaminofen
c. Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
d. Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam
13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P, dan dalam 9 bagian
propileglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida.
e. Khasiat : Analgetikum; antipiretikum.
2. Laktosa (FI III HAL 338)
a. Nama Senyawa : LACTOSUM
b. Sinonim : Saccharum lactis
c. Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis.
d. Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih; sukar
larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam
eter P.
e. Khasiat : Zat tambahan.
3. Avicel (Rowe, Raymond C, 2006)
a. Nama Senyawa : MICROCRYSTALINE CELULOSE
b. Sinonim : gel selulosa, mikrokristalin.
b. Sinonim : Talk
c. Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas
dari butiran, warna putih atau putih kelabu.
Akan dibuat tablet sebanyak 500 tablet dengan masing-masing berat tablet 100 mg.
Komponen luar
Aerosil 0,3% x 48,6 g = 0,14 g
Talk 1,5% x 48,6 g = 0,72 g
Mg stearat 1% x 48,6 g = 0,48 g
BAB V
PROSEDUR KERJA
A. Hasil
1. Evaluasi Granul
a. Kadar Lembab
Kadar lembab yang terlalu rendah meningkatkan terjadinya capping dan laminasi,
sedangkan kandungan lembab yang terlalu tinggi meningkatkan terjadinya penempelan
pada dinding die sehingga tablet menjadi gumpil.
Alat :
Cara :
Timbang seksama 5,0 g granul, panaskan dalam lemari pengering sampai bobot konstan
(105ºC) selama 2 jam
Perhitungan :
W0 - W1
% MC = x 100%
W0
Persyaratan : 2 - 4%
Untuk granul effervescent, kadar lembab yang baik memiliki kandungan lembab 0,4-0,7%
Data yang didapat
W0 =
W1 =
% lembab = g – g x 100% = %
b. Sifat Alir
Untuk mendapatkan sifat alir yang baik maka bahan harus mempunyai bentuk yang sama
dan memiliki kontak antar partikel yang kecil. Pengukuran sifat alir dapat dengan metode
langsung, yaitu mengukur kecepatan alir granul dan metode sudut diam/ sudut Baring.
Kecepatan alir merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap keseragaman bobot
tablet yang dihasilkan.
Alat :
Corong alat uji waktu alir (metode langsung) Stopwatch
Cara :
Timbang 25,0 g granul tempatkan pada corong alat uji waktu alir dalam keadaan tertutup.
Buka penutupnya biarkan granul mengalir, catat waktunya, lakukan 3 kali
Persyaratan :
Rata-rata 25 02,84
c. Kompresibilitas
Alat :
Jouling Volumeter
Cara :
Perhitungan :
V0 – Vn
Kp = x 100 %
V0
V0 = Volume Awal
Persyaratan :
Jika Kp (% Pemampatan) kurang dari 20% keteraturan fabrikasi akan tercapai
Data yang didapat:
25 Ketukan 45 43
50 Ketukan 43 41
75 Ketukan 41 40
100 Ketukan 40 39
Kp = 45 ml – 39 ml x 100%
45 ml
Kp = 0,13%
2. Evaluasi Tablet
a. Keseragaman Bobot
Bobot tablet diatur untuk mengontrol kualitas dari granulat yang ekuivalen dengan dosis
pemberian atau takaran suatu bahan aktif. Penyimpangan dari bobot tablet akan sangat
mempengaruhi dosis obat untuk mencapai tujuan terapi yang diharapkan.
Alat :
Timbangan
Cara :
Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu-persatu, tidak
boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga
yang ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan
tidak ada 1 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam
kolom A dan B
Persyaratan :
25 mg atau kurang 15 30
26 mg – 150 mg 10 20
1 100 mg 11 130 mg
2 80 mg 12 110 mg
3 90 mg 13 100 mg
4 100 mg 14 100 mg
5 110 mg 15 110 mg
6 110 mg 16 120 mg
7 80 mg 17 80 mg
8 120 mg 18 80 mg
9 110 mg 19 110 mg
10 110 mg 20 90 mg
Alat :
Jangka Sorong
Cara :
Persyaratan :
Kecuali dinyatakan lain, diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 4/3 kali
tebal tablet. Tebal tablet pada umumnya tidak lebih besar dari 50% diameter.
1 5,8 mm 3,1 mm
2 5,8 mm 3,2 mm
3 5,8 mm 3,3 mm
4 5,8 mm 3,2 mm
5 5,8 mm 3,2 mm
6 5,8 mm 3,2 mm
7 5,8 mm 3,2 mm
8 5,8 mm 3,1 mm
9 5,8 mm 3,2 mm
10 5,8 mm 3,2 mm
c. Kekerasan
Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu agar dapat bertahan terhadap
berbagai guncangan mekanik saat manifacturing, packaging dan shipping.
Alat :
Pengukur kekerasan
Cara :
Ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan. Hitung rata-rata dan
SD nya.
Persyaratan :
Ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2, maksimal 10 kg/cm2.
Rata-rata 8,22
d. Friabilitas (Kerenyahan)
Merupakan cara untuk menguji kerapuhan tablet terhadap bantingan atau gesekan selama
waktu tertentu.
Alat :
Fribilator
Cara :
Ambil 20 tablet, bersihkan dari serbuk halus, timbang. Masukkan ke dalam alat uji
(Friabilator), putar sebanyak 100 putaran. Keluarkan tablet, bersihkan dari serbuk yang
terlepas dan timbang kembali. Hitung % friabilitas (F).
Perhitungan :
W0 - W1
F= x 100 %
W0
W0 = Bobot awal
Persyaratan :
Nilai F dinyatakan baik jika < 1%, jika F > 1% maka tablet dapat diperbaiki dengan
meningkatkan/ menambah kekerasan tablet.
W0 = 1.910 mg
W1 = 1.780 mg
1.910 mg−1.780 mg
F= x 100 % = 0,068 %
1.910 mg
e. Waktu Hancur
Uji ini penting dilakukan untuk tablet yang diberikan lewat mulut, kecuali untuk tablet
yang harus dikunyah sebelum ditelan, atau tablet lepas lambat. Sediaan dinyatakan hancur
sempurna, bila sisa sediaan yang tertinggal pada ayakan (kasa) alat uji merupakan massa
lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas.
Alat :
Disintegrator tester
Cara :
Masukkan masing-masing 1 tablet ke dalam tabung dari alat uji waktu hancur, masukkan
1 cakram pada tiap tabung dan jalankan alat. Gunakan air sebagai media dengan suhu 37
± 2º C. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna,
ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya. Tidak kurang dari 16 dari 18 tablet yang diuji
harus sempurna.
Persyaratan :
Kecuali dinyatakan lain semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
yang tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut selaput.
2 00.05,10
3 00.04,86
4 00.06,01
5 00.05,43
6 00.05,98
2. Sekunder
3. Brosur
BAB VII
PEMBAHASAN
BAB VIII
A. Kesimpulan
Dari hasil data dan pembahasan yang telah dijabarkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kemungkinan terjadinya kerusakan dan ketidaksesuaian hasil dengan syarat yang ada dikarenakan
pada saat pembuatan formulasi, maupun pada saat pengujian terjadi kesalahan sehingga tidak
menghasilkan tablet yang baik dan memenuhi syarat.
B. Saran
1. Pada saat melakukan praktikum dan pengerjaan perlu ada ketelitian dalam menimbang bahan
sejumlah yang dibutuhkan sehingga hasil yang kita dapatkan sesuai dengan persyaratan dan
literatur.
2. Pada saat melakukan pengujian pastikan sesuai dengan tahapan dan prosedur yang telah
ditentukan agar mendapatkan hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 1989, Introductton to Pharmacautical Dosage Form, diterjemahkan oleh Faida Ibrahim,
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, Indonesia University
Chaerunisaa, A. Y., Surahman, E., dan Soeryati, S. 2009. Farmasetika Dasar, Konsep Teoritis dan
Aplikasi Pembuatan Obat. Bandung: Widya Padjadjaran.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departement Kesehatan Republik Indonesia.
Kundu, S. dan Sahoo, P.K., Recent Trends in The Developments of Orally Disintegrating Technology,
Pharma Times; 2008. 40 (4): pp.180-185.
Voight, R, 1995. Buku Pembelajaran Teknologt Farmast Yogyakarta: Gadjat Mada University, Press.
LAMPIRAN
NO GAMBAR KETERANGAN
1 Penimbangan Gelatin
5 Cetak tablet