Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INDIVIDU TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA

MAKALAH KOMPRESIBILITAS DAN KOMPAKTIBILITAS SEDIAAN OBAT


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Sediaan Solida

Disusun oleh :
Devina Aulia Zulfa (172210101045)

Dosen Pembimbing :
Eka Deddy Irawan, S.Si.,M.Sc.,Apt.

Fakultas Farmasi

Universitas Jember

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemadatan dan penyelesaian serbuk obat yang berhasil membutuhkan pemahaman
mendalam tentang sifat-sifat mendasar serbuk. Ini termasuk sifat fisikokimia dan mekanik,
yang keduanya menentukan bagaimana formulasi berperilaku selama tablet pengolahan

Dalam industri farmasi, metode produksi tablet yang disukai adalah tablet langsung.
Namun, sering kali perlu tingkatkan sifat pemadatan dan aliran material secara berurutan
untuk mendapatkan die-filling yang seragam dan menghasilkan tablet yang memadai kualitas.
Properti ini biasanya ditingkatkan dengan mengonversi serbuk halus menjadi aglomerat yang
lebih besar dengan proses basah atau granulasi kering. Granulasi basah secara tradisional
digunakan; proses ini terdiri dari mendistribusikan pengikat cair dalam campuran bubuk
diikuti dengan pengeringan aglomerat yang diproduksi. Ini bisa dicapai menggunakan
teknologi high-shear atau fluid-bed. Atau, granulasi kering (mis., Pemadatan slugging atau
roller) dapat digunakan untuk memproduksi menggumpal. Granulasi kering terdiri dari
langkah pemadatan yang diikuti oleh langkah milling. Selama slugging, pemadatan primer
langkah dilakukan dengan menggunakan tablet press konvensional, sedangkan selama
pemadatan rol campuran bubuk dilewatkan di antara dua memutar rol silinder untuk
membentuk pita kompak yang lebih jauh dipecah menjadi produk ukuran granular dan
kemudian dikompresi ulang (Armstrong, 2007). Granulasi kering memiliki beberapa
keunggulan dan kerugiannya dibandingkan dengan granulasi basah. Ini adalah teknik yang
cukup sederhana, yang harus lebih hemat biaya dan bisa sangat meningkatkan kerapatan curah
material yang banyak. Granulasi kering tidak memerlukan air atau pelarut organik, sehingga
membuatnya menjadi metode yang menarik untuk obat yang sensitif terhadap kelembaban dan
panas (Kleinebudde, 2004).

Sifat pemadatan serbuk farmasi adalah ditandai dengan kompresibilitas dan


kompaktibilitasnya. Kompresibilitas adalah kemampuan serbuk untuk berubah bentuk di
bawah tekanan, dan compactibility adalah kemampuan untuk membentuk compacts yang kuat
secara mekanis (Leuenberger, 1982; Sonnergaard, 2006). Tiga tahap ini proses dapat
dibedakan selama pemadatan bubuk: (i) penataan ulang dan densifikasi bubuk karena
meningkatnya tekanan; (ii) fragmentasi aglomerat; dan (iii) fragmentasi dan deformasi (baik
plastik reversibel dan plastik ireversibel) dari partikel primer dengan pembentukan ikatan pada
permukaan kontak (Duberg dan Nyström, 1986). Kompresibilitas paling sering digambarkan
oleh perubahan dalam hubungan antara kepadatan relatif, porositas, atau volume dan tekanan
yang diterapkan diwakili oleh Heckel (1961) and Walker (1923).

Kompaktibilitas, di sisi lain, juga dapat diukur beberapa cara berbeda; paling sering
dinyatakan sebagai kemiringan dari daerah linier dari kekuatan tarik versus kompresi tekanan
(profil kompaktibilitas). Kekuatan tarik tablet mendefinisikan kekompakan bubuk dalam
beberapa kasus dapat dikorelasikan dengan nilai K dan w dari plot Heckel dan Walker.
Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara kompresibilitas dan kompaktibilitas
serbuk. Yaitu, dapat dikompres dengan baik bubuk dengan nilai K atau w tinggi cenderung
menghasilkan banyak titik kontak baru antara partikel, yang dapat menyebabkan kekerasan
yang lebih besar dan kekuatan tarik kompak (Sonnergaard,2006).

B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana efek kering dan granulasi basah pada distribusi ukuran partikel dan sifat
aliran dari butiran yang diproduksi?
2.      Bagaimana evaluasi kompresibilitas dan kompaktibilitas butiran kering, butiran basah,
dan campuran langsung kompresibel dan untuk membandingkan hasilnya?

C. Tujuan Penulisan

1.    Untuk menyelidiki efek kering dan granulasi basah pada distribusi ukuran partikel dan
sifat aliran dari butiran yang diproduksi.
2.      Untuk mengetahui evaluasi kompresibilitas dan kompaktibilitas butiran kering, butiran
basah, dan campuran langsung kompresibel dan untuk membandingkan hasilnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme pengikatan
tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan granul terbagi, kapsul,
maupun tablet. Berbagai proses granulasi telah dikembangkan, dari metode konvensional
seperti slugging dan granulasi dengan bahan pengikat musilago amili hingga pembentukan
granul dengan peralatan terkini seperti spray dry dan freeze dry. Granulasi peleburan atau hot
melt granulation merupakan metode pembentukan dispersi padat berbentuk granulat dengan
bahan pengikat yang melebur di atas suhu kamar. Granulasi peleburan ini dapat digunakan
untuk membentuk granul dengan bahan pengikat hidrofob seperti lemak dan wax dengan
tujuan penyalutan dan/ atau Pembentukan matriks sediaan pelepasan dimodifikasi (modified
release drug). Keunggulan dari granulasi peleburan ini adalah : tidak membutuhkan bahan
pelarut, tidak memerlukan proses pengeringan, dan prosesnya berlangsung cepat serta bersih.
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obatatau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai
zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok
(FI III,1979).
Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena secara fisik stabil,
mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif dibandingkan bentuk cair, mudah
dikemas, praktis, mudah digunakan, homogen, dan reprodusibel. Massa tablet harus mengalir
dengan lancar agar dapat menjamin homogenitas dan reprodusibilitas Sediaan dan harus dapat
terkompresi dengan baik agar diperoleh tablet yang kuat, kompak, dan stabil selama
penyimpanan dan distribusi. Metode granulasi banyak dipilih dengan tujuan memperbaiki sifat
alir dan kompresibilitas massa tablet. Komponen tablet terdiri atas zat aktif dan bahan
tambahan yang dibutuhkan tablet.
1. Bahan pengisi (diluent atau filler)
Bahan pengisi ditambahkan dengan tujuan untuk memperbesar volume dan
berat tablet. Bahan pengisi yang umum digunakan adalah laktosa, pati, dekstrosa,
dikalsium fosfat dan mikrokristal selulosa (Avicel). Bahan pengisi dipilih yang
dapat meningkatkan fluiditas dan kompresibilitas yang baik.
2. Bahan pengikat (binder)

Bahan pengikat membantu perlekatan partikel dalam formulasi,


memungkinkan granul dibuat dan dijaga keterpaduan hasil akhir tabletnya. Bahan
pembantu ini bertanggung jawab terhadap kekompakan dan daya tahan tablet
Oleh karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel
serbuk dalam sebuah butir granulat. Demikian pula kekompakan tablet dapat
dipengaruhi, baik oleh tekanan pencetakan maupun bahan pengikat. Bahan
pengikat dalam jumlah yang memadai ditambahkan ke dalam bahan yang akan
ditabletasi melalui bahan pelarut atau larutan bahan perekat yang digunakan pada
saat granulasi. Bahan pengikat yang umum digunakan adalah gom akasia, gelatin,
sukrosa, PVP (povidon), metil selulosa, karboksimetil selulosa dan pasta pati
terhidrolisa.
3. Bahan penghancur (disintegrant)
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya
tablet ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan. Bahan penghancur akan
menarik air dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tabletnya pecah menjadi
bagian-bagian kecil, sehingga memungkinkan larutnya obat dari obat dan
tercapainya bioavabilitas yang diharapkan. Bahan penghancur meliputi tepung
jagung dan kentang, turunan amilum seperti karboksimetil selulosa, resin, resin
penukar ion dan bahanbahan lain yang membesar atau mengembang dengan
adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan atau menghancurkan tablet
setelah masuk dalam saluran pencernaan.
4. Bahan pelicin (lubricant)
Digunakan untuk mengurangi gaya gesekan yang terjadi diantara dinding die
dan tepi tablet selama proses penabletan berlangsung. Banyak bahan dapat
dikempa dan mempunyai hasil baik tanpa penambahan bahan pelicin tetapi untuk
bahan higroskopik perlu dilakukan penambahan bahan pelicin karena kadang
terjadi masalah. Hal ini tergantung dari tingkat kekeringan bahan. Proses granulasi
yang terlalu basah akan diperoleh hasil tablet yang terlalu ramping karena banyak
bahan yang lengket dalam mesin. Bahan pelicin biasanya digunakan dalam jumlah
kecil antara 0,5- 1% tetapi mungkin kurang dari 0,1% dan lebih dari 5%.

B. Metode pembuatan tablet


1. Metode granulasi basah (wet granulation)
Metode granulasi basah merupakan metode yang paling sering digunakan pada
pembuatan tablet. Granulasi basah dilakukan dengan menimbang bahanbahan yang
diperlukan kemudian dicampur hingga homogen. Ditambahkan pengikat untuk
membasahi granul agar membentuk granul yang kompak. Granul basah kemudian
dikeringkan hingga membentuk granul yang kering dan kemudian dilakukan
pengecilan ukuran granul. Tablet dibuat dengan cara dikompres (Shanmugam,
2015). Adapun keuntungan metode granulasi basah:
a. Meningkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk sehingga diharapkan
tablet yang dibuat dengan mengempa sejumlah granul pada tekanan kompresi
tertentu akan menjadi massa yang kompak, mempunyai penampilan, cukup
keras dan tidak rapuh.
b. Untuk obat dengan sifat kompaktibilitas rendah, dalam takaran tinggi dibuat
dengan metode ini tidak perlu bahan penolong yang menyebabkan bobot tablet
lebih besar.
c. Sistem granulasi basah mencegah terjadinya segregasi komponen penyusun
tablet yang homogen selama proses pencampuran.
d. Untuk yang hidrofob maka granulasi basah dapat memperbaiki kecepatan
pelarutan kecepatan obat dengan memilih bahan pengikat yang cocok.
Kelemahan granulasi basah yaitu tidak memungkinkan untuk dikerjakan pada
obat-obat yang sensitif terhadap kelembaban dan panas serta disolusi obat lebih
lambat. Pada metode ini memerlukan peralatan dan penanganan khusus serta
tenaga yang cukup besar.
2. Metode granulasi kering (dry granulation)
Metode granulasi kering digunakan untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah
dengan metode granulasi basah. Metode ini dapat dilakukan dengan cara
mencampur bahan-bahan yang digunakan (zat aktif, zat pengisi, zat pengikat dan
zat pelicin) dan dicetak kempa menjadi bentuk tablet yang besar, kemudian
digiling (milling) hingga menjadi granul lalu dilakukan pengayakan. Kemudian
granul dicetak menjadi tablet (Shanmugam, 2015).
3. Metode cetak langsung (direct granulation)
Metode cetak langsung dilakukan dengan mencampur semua bahan yang
diperlukan kemudian langsung ditablet dengan ukuran tertentu. Bahan digunakan
harus memiliki sifat alir dan kohesif yang baik. Sehingga memungkinkan untuk
segera diolah menjadi tablet tanpa memerlukan granulasi kering atau granulasi
basah (Ansel et al., 2011).
C. Macam-macam kerusakan pada tablet
1. Binding
Binding adalah kerusakan tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada
dinding ruang cetakan. Ini terjadi ketika pelepasan dari tablet sulit dan sering
diikuti bunyi menderik yang karakteristik tepi tablet tergores atau kasar.
2. Sticking/picking
Sticking atau picking ialah perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah
akibat permukaan punch tidak licin. Sticking adalah keadaan granul menempel
pada dinding die. Penyebabnya adalah punch kurang bersih.
3. Whiskering
Whiskering adalah pencetak yang tidak pas dengan ruangan cetakan terjadi
pelelehan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi.
4. Splitting/capping
Adalah lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian
tengah. Capping adalah keadaan yang menggambarkan bagian atas atau bawah
tablet terpisah sebagian atau seluruhnya.
5. Motling
Motling adalah terjadinya warna yang tidak merata pada permukaan tablet
yang disebabkan perbedaan obat atau hasil urainya dengan bahan tambahan juga
karena terjadinya migrasi obat selama pengeringan atau adanya bahan tambahan
berupa larutan berwarna yang tidak terbagi merata.
6. Crumbling
Crumbling ialah tablet menjadi rertak dan rapuh. Disebabkan kurangnya
tekanan pada pencentakan tablet dan zat pengikatnya kurang.

D. Pemeriksaan kualitas granul


1) Uji kecepatan alir
Kecepatan alir adalah kecepatan yang diperlukan granul dalam waktu tertentu
untuk mengalir dalam suatu alat. Kecepatan aliran granul dapat dipengaruhi oleh
ukuran, bentuk, porositas, kandungan lembab dan struktur partikel. Pada granul yang
memiliki kecepatan alir yang baik, menghasilkan keseragaman bobot yang baik (Ann,
2013). Menurut Fudholi (1983) kecepatan alir dikatan baik jika memiliki waktu alir
kurang dari 10 detik. Sifat alir granul dikatakan baik jika memiliki kecepatan alir
antara 4-10 g/detik (Aulton, 1988).
2) Uji pengetapan
Pengetapan merupakan penerapan sejumlah volume granul atau serbuk
akibatnya adanya hentakan atau tap. Bentuk, ukuran dan kerapatan dari suatu granul
akan berpengaruh terhadap uji pengetapan. Serbuk memiliki sifat alir yang baik jika
memiliki nilai indeks < 20% (Chandira et al., 2012).
3) Uji kompresibilitas
Kompresibilitas merupakan kemampuan granul untuk membentuk tablet
dengan tekanan tertentu. Kompresibilitas juga biasanya disebut dengan index carr’s
yang dapat digunakan untuk menentukan sifat alir. Semakin besar nilai kompresibilitas
menunjukkan granul memiliki sifat alir yang kurang baik.

4) Uji sudut diam


Menurut Lumay et al. (2012) uji sudut diam merupakan metode klasik. Metode
ini dilakukan dengan membuat timbunan serbuk. Suatu serbuk dikatakan baik atau
memiliki sifat alir yang baik jika memiliki sudut diam berkisar antara 35 – 40
(Chandira et al., 2012).
E. Pengujian sifat fisik tablet
1) Kekerasan
Kekerasan dapat didefinisikan sebagai kekuatan tablet dalam menerima
tekanan. Tablet konvensional yang baik memiliki nilai kekerasan berkisar antara 4-8
kg. Pada tablet hisap memiliki kekerasan yang lebih tinggi daripada tablet
konvensional, yaitu berkisar antara 7-14 kg (Cooper and Gunn, 1975). Kekerasan
tablet hisap yang lebih besar bertujuan untuk meningkatkan waktu larut dan membuat
tablet melarut secara perlahan di dalam mulut.
2) Keseragaman bobot

Keseragaman bobot bertujuan untuk mengetahui homogenitas tablet.


Keseragaman bobot ditentukan dengan cara menghitung penyimpangan bobot tiap
tablet terhadap bobot rata-rata keseluruhan tablet mengikuti syarat yang telah
ditentukan Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI, 1979).

3) Kerapuhan tablet

Kerapuhan adalah daya tahan tablet terhadap tekanan mekanik terutama


guncangan dan pengikisan. Nilai kerapuhan yang tinggi pada tablet mempengaruhi
kadar dari zat aktif di dalam tablet. Batas keberterimaan kerapuhan tablet adalah
memiliki nilai kerapuhan < 1 % (Saleem et al., 2014).

4) Waktu larut

Waktu larut adalah waktu yang diperlukan tablet untuk dapat melarut secara
perlahan. Persyaratan waktu larut yang diperbolehkan untuk tablet bersalut adalah
kurang dari 60 menit dan untuk tablet tidak bersalut kurang dari 20 menit (Menteri
Kesehatan RI, 2007). Waktu larut yang disyaratkan untuk tablet hisap adalah dapat
larut kurang dari 30 menit (Banker and Anderson, 1986).

5) Uji tanggapan rasa

Uji tanggapan rasa dilakukan dengan teknik sampling acak (random sampling)
dengan populasi heterogen sejumlah 20 responden dengan mengisi angket yang
disediakan. Setiap responden mendapatkan kesempatan yang sama untuk merasakan
sempel dari formula tablet hisap ekstrak sembung. Tanggapan rasa dikelompokkan
dari tingkat sangat manis, manis, cukup manis, tidak manis dan sangat tidak manis.
Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel menurut persentase responden dengan
tanggapan yang diberikan.
BAB III
PEMBAHASAN
Studi kompresibilitas dan kompaktibilitas dilakukan pada campuran tablet diproduksi
pada skala semi-industri, yang menjelaskan alasan untuk memilih eksipien dan metode
produksi yang biasa digunakan dalam industri farmasi untuk dengan demikian mempersingkat
pengembangan formulasi skala penuh. Meskipun banyak data dapat ditemukan pada
pemadatan laktosa, PKS, dan pati, sangat sedikit yang diketahui tentang kerumitannya.
perilaku campuran realistis selama tablet. Ini adalah alasan untuk memilih eksipien yang saat
ini umum digunakan dalam industry pengembangan dan produksi formulasi tablet.
Pengetahuan saat ini tersedia dalam literatur ilmiah tentang dampak pretreating campuran
bubuk untuk kompresi ditemukan tidak cukup, yang merupakan kekuatan pendorong utama di
belakang pekerjaan kami. Dalam penelitian kami, campuran dari komposisi yang sama
diproses melalui empat metode teknologi berbeda yang memungkinkan pemeriksaan dampak
berbagai metode granulasi pada kompresibilitas dan kompaktibilitas campuran tablet dan
karakteristik tablet yang diproduksi.
3.1 Karakterisasi campuran
Campuran tablet diolah menjadi butiran menggunakan salah satu dua proses granulasi
basah yang berbeda: granulasi bed-fluida (FBG) dan granulasi geser tinggi (HSG), atau dua
proses granulasi kering yang berbeda: pemadatan rol (DGRC) dan slugging (DGS). Itu
Campuran tablet juga secara langsung dikompresi (DC) menjadi tablet untuk perbandingan.
Sifat paling penting dari semua campuran adalah dicirikan secara luas.
1) Kerugian dari pengeringan
Diketahui bahwa kadar air dalam butiran atau bubuk bisa memengaruhi
kekerasan dan oleh karena itu kekompakan tablet diproduksi (Badawy et al., 2000;
Sebhatu et al., 1997; Sun, 2008). Oleh karena itu, campuran alltableting yang
dihasilkan dikeringkan pada tingkat kelembaban yang kira-kira sama. Diketahui bahwa
kerugian pada nilai pengeringan (LOD) dari campuran tablet yang dihasilkan adalah
berikut: HSG 1,74%, FBG 1,70%, DGRC 1,48%, DGS 1,62%, dan DC 1,43%. Semua
nilai LOD berada dalam kisaran 1,43-1,74% dan mungkin dianggap sebanding atau
kurang lebih sama karena diketahui bahwa kadar air sulit dikendalikan selama proses
pengeringan bahan farmasi, terutama ketika mengeringkan butiran basah dalam
kisaran sempit seperti ± 0,1%.
2) Distribusi ukuran partikel
Karena ukuran partikel dapat memengaruhi proses pemadatan, itu adalah
berguna untuk mengevaluasi parameter ini. Campuran HSG memiliki partikel terbesar,
sekitar 353 m, diikuti oleh partikel campuran FBG pada 314 m dan Campuran DGS
pada 245 m. Partikel-partikel dari campuran DC dan DGRC jauh lebih kecil, dengan
nilai D50 sekitar 101 m dan 88 m, masing-masing. Perlu juga dicatat bahwa DGRC
dan DGS campuran memiliki distribusi ukuran yang lebih luas daripada campuran
lainnya.
Ukuran partikel aglomerat yang lebih besar dibandingkan dengan DC
campuran diharapkan karena proses granulasi, kecuali untuk d50 dari DGRC, di mana
ukuran partikel setelah pemadatan rol adalah lebih kecil dari ukuran partikel serbuk
input, yang bisa dikaitkan dengan prosedur pemadatan suboptimal. Laktosa yang
digunakan dalam penelitian kami adalah tipe laktosa yang diaglomerasi yang
dimaksudkan untuk kompresi langsung. Selama pemadatan rol, fragmentasi bahan
rapuh dapat terjadi pada tahap awal dan denda yang dihasilkan terikat bersama pada
tekanan rol yang lebih tinggi pada tahap selanjutnya pemadatan untuk membentuk
gumpalan yang lebih besar dari aslinya partikel Jika kondisi pemadatan roller tidak
optimal.
3) Sifat alir campuran tablet
Properti aliran seperti yang ditentukan oleh indeks Carr, rasio Hausner, dan
waktu mengalir sepenuhnya konsisten satu sama lain dan juga dengan diameter
partikel median D50: semakin besar partikel, semakin baik flowability (HSG> FBG>
DGS> DC> DGRC). Dengan berkurangnya ukuran partikel, luas permukaan spesifik
meningkat dan karenanya menghasilkan lebih banyak interaksi antara partikel dan
menghambat sifat aliran. Di umumnya, sifat aliran dari campuran butiran basah lebih
unggul ke campuran lainnya. Campuran DC menunjukkan sifat aliran wajar karena
penggunaan komponen utama formulasi yang dapat langsung dikompres. (Bacher et
al., 2007).
3.2 Kerusakan dan disintegrasi tablet
Untuk mencapai kerapuhan tablet jauh di bawah yang dibutuhkan secara farmakope
1,0%, campuran DC dan butiran basah harus dikompresi pada 100 MPa, sedangkan campuran
pasir kering membutuhkan tekanan di atas 150 MPa.
Pada tekanan kompresi terendah yang digunakan dalam penelitian kami (50 MPa),
waktu disintegrasi tablet yang dihasilkan dari campuran pasir kering (DGS dan DGRC) adalah
yang terpanjang, tetapi pada kompresi tekanan ≥150 MPa waktu hancur granulasi basah
campuran (FBG dan HSG) jauh lebih lama dibandingkan yang lain campuran.
Mempertimbangkan perubahan waktu disintegrasi dengan tekanan kompresi, campuran DGS,
DGRC, dan DC tampak lebih kuat dari perpaduan FBG dan HSG. Tablet diproduksi dari
campuran DC memiliki disintegrasi tercepat pada semua tekanan kompresi karena pilihan
eksipien yang optimal untuk langsung kompresi dalam campuran tablet ini.

3.3 Kompresibilitas
Untuk penentuan kompresibilitas "in-die" dan "out-of-die" metode dapat diterapkan.
Metode "in-die" lebih cepat; Namun, itu termasuk bagian elastis bahan yang diukur dari
deformasi, yang kami ingin menghindari. Oleh karena itu, metode “out-of-die” dipilih.
1) Model Heckel
Plot Heckel "out-of-die" terbukti bahwa linearitas yang dicapai dari kurva
Heckel memuaskan, seperti yang ditunjukkan oleh nilai R2 yang tinggi ≥ 0,983.
Campuran FBG paling kompresibel, dengan Py 178 MPa, diikuti oleh HSG dan
campuran DC (keduanya memiliki Py sekitar 195 MPa), yang interval kepercayaan
95% K sebagian besar tumpang tindih; oleh karena itu mungkin bahwa kompresibilitas
dari kedua campuran ini kira-kira sama (p = 0,815). Tiga campuran ini diikuti oleh
Campuran DGRC dengan kompresibilitas yang jauh lebih rendah dan Py 235 MPa,
dan campuran DGS sebagai tablet yang paling tidak kompresif mempelajari campuran,
dengan Py 264 MPa.
Alasan kompresibilitas campuran langsung yang sangat baik, yang sebanding
bahkan dengan campuran butiran basah, terletak pada pilihan bahan baku input itu
sendiri sudah cocok untuk tablet langsung. Yaitu, DCL 15 laktosa, zat terpecah yang
membentuk 65% dari keseluruhan campuran, adalah alfa-laktosa terpranulasi yang
dikenal sebagai pengisi ideal untuk tablet langsung. Dalam proses pemadatan dan
peluruhan, partikel dikompresi dan digiling selama langkah granulasi kering dan
kemudian dikompres ulang selama tablet. Pengurangan dalam campuran serbuk kering
kompresibilitas dapat dikaitkan dengan pengerasan kerja (Malkowska dan Khan,
1983). Kedua campuran ini lebih tahan terhadap deformasi dan fragmentasi juga
ditunjukkan oleh porositas yang lebih tinggi tablet dikompresi pada 250 MPa
dibandingkan dengan tablet yang terbuat dari campuran tablet diperoleh melalui
granulasi basah atau pencampuran serbuk langsung.
Alasan lain untuk kompresibilitas rendah campuran butiran kering adalah
peningkatan kepadatan (baik curah dan mengetuk) dari DGRC dan terutama campuran
DGS. Alhasil, inisial tinggi bubuk lebih rendah dibandingkan dengan campuran
dengan kepadatan lebih rendah dan ini mempersingkat waktu kontak selama tablet,
yang sebelumnya 274–280 ms untuk campuran DC, FBD, dan HSG, tetapi hanya 242
ms untuk DGRC dan 224 ms untuk campuran DGS. Kontak yang lebih pendek waktu
dapat mempengaruhi penataan ulang, deformasi, dan / atau fragmentasi cara
administrasi dan karenanya kompresi yang lebih rendah mungkin diamati (Bacher et
al., 2008). Kepadatan campuran tablet jelas memainkan peran penting dalam
kompresibilitas bubuk.
2) Analisis walker
Analisis walker membuktikan bahwa campuran yang paling kompresibel
adalah FBG, dengan w dari 35.0 (sesuai dengan 35.0% dari volume spesifik berkurang
ketika tekanan kompresi meningkat satu dekade), diikuti oleh kompresibilitas yang
setara secara statistik (p = 0,388) dari campuran HSG dan DC (dengan sekitar 32).
Yang jauh kompresibilitas DGRC yang lebih rendah diukur, dengan w dari 27.0, dan
bahan yang paling tidak kompresibel adalah DGS dengan w hanya 21.0. Ini hasil
menunjukkan urutan kompresibilitas yang sama persis dengan model Heckel, dan
korelasi positif antara keduanya metode yang sudah diamati dalam salah satu
penelitian kami sebelumnya (Ilic´ et al., 2009)
3) Energi kompresi
Kompresibilitas juga diperkirakan menggunakan pemindahan paksa
pengukuran. Bagian yang paling informatif adalah hysteresis antara kurva kompresi
dan dekompresi, di mana area di bawah kurva dihitung. Perbedaan dalam Wnet antara
campuran tablet menunjukkan bahwa campuran FBG menggunakan yang tertinggi
energi kompresi untuk proses ireversibel seperti deformasi plastik dan fragmentasi,
sehingga membuat campuran FBG paling banyak bahan kompresibel. Sebaliknya,
bahan yang paling tidak kompresibel, yang menggunakan energi kompresi terendah
untuk ireversibel proses, adalah campuran DGS. Ini sesuai dengan Hasil Heckel dan
Walker, disajikan sebagai hubungan antara tiga parameter. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengukuran gaya-perpindahan memiliki potensi bagus untuk
memperkirakan kompresibilitas bahan.

3.4 Kompaktibilitas
Ukuran kompaktibilitas campuran tablet adalah sangat penting sehubungan dengan
kekuatan tarik tablet dan kerapuhan. Serbuk yang kurang padat membentuk ikatan yang lemah
Partikel-partikel dan relaksasi elastis yang luas dapat semakin menurun kekuatan tarik tablet
dan menginduksi atau meningkatkan kecenderungan capping.
Kompaktibilitas ditentukan dari kekuatan tarik (t) versus plot tekanan kompresi, di
mana kemiringan atau Cp mewakili kompaktibilitas tablet yang diproduksi untuk setiap tablet
dipelajari campuran. FBG campuran lagi terbukti menjadi campuran yang unggul; Namun,
kompaktibilitasnya tidak signifikan (p = 0,148) berbeda dari DGRC campuran, yang secara
mengejutkan menghasilkan tablet dengan kekuatan tarik yang sangat tinggi, terutama
mengingat hasil kompresibilitasnya.
Beberapa penulis telah menunjukkan korelasi antara kompresibilitas (K dan w dari plot
Heckel dan Walker, masing-masing) dan kompaktibilitas dinyatakan sebagai kekuatan tarik
(Sonnergaard, 2006). Mereka membuktikan bahwa bahan yang dapat dikompres dengan baik
membentuk tablet dengan kekuatan tarik yang lebih tinggi. Dari diskusi sebelumnya terbukti
bahwa berbagai parameter berdampak pada kedua sifat yang dipelajari — kompresibilitas dan
compactibility — dan terkadang parameter tunggal memiliki dampak sebaliknya. Oleh karena
itu, korelasi sederhana antara kompresibilitas dan kompibilitas tampaknya tidak layak untuk
kompleks sistem.
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berbagai proses aglomerasi serbuk memiliki dampak yang besar pada proses
pemadatan tablet. Untuk menyelidiki sifat kompresibilitas dan kompibilitas kompleks ini
campuran tablet, mereka ditandai dengan tepat. Proses granulasi basah menghasilkan
pembentukan butiran yang lebih besar dengan distribusi ukuran partikel yang lebih sempit
dibandingkan dengan granulasi kering, di mana jumlah denda yang lebih tinggi (<71 m)
diproduksi, sesuatu yang biasanya diamati dalam proses granulasi kering. Itu sifat aliran dari
campuran butiran basah lebih unggul; Namun, semua campuran tablet memiliki sifat aliran
yang dapat diterima untuk produksi tablet pada tablet press satu pukulan. Tablet yang
diproduksi dari campuran granulasi basah memiliki kerapuhan yang lebih rendah sama sekali
tekanan kompresi, tetapi waktu disintegrasi lebih lama pada tekanan lebih dari 150 MPa. Hasil
studi kompresibilitas menggunakan Analisis Walker dan Heckel menunjukkan bahwa
campuran FBG memiliki kompresibilitas terbaik, diikuti oleh campuran HSG dan DC, yang
sebanding satu sama lain. Kompresibilitas keduanya campuran pasir kering jauh lebih kecil,
tetapi DGRC Campuran memiliki kompresibilitas yang lebih baik daripada campuran DGS.
Ini adalah dijelaskan oleh fenomena pengerasan kerja dan perbedaan dalam waktu kontak
diamati karena campuran tablet 'bervariasi kepadatan awal. Harus ditekankan bahwa analisis
energi kompresi mengkonfirmasi hasil model Heckel dan Walker, Oleh karena itu estimasi
penggunaan kompresibilitas lebih mudah dan lebih cepat kurva force-displacement diusulkan
untuk jenis investigasi ini. Dapat juga disimpulkan bahwa tidak mungkin untuk berbaring
aturan umum (seperti kompresibilitas yang lebih tinggi compact kompibilitas yang lebih baik)
untuk campuran tablet yang kompleks, karena bahan yang berbeda karakteristik atau
parameter proses mungkin memiliki kebalikannya dampak.
DAFTAR PUSTAKA

Anne Lea G. dan Feil M. 2013. Falls: Risk Assessment. Prevention. And Measurement.
Pennsylvania: NPSF Professional Learning Series.
Ansel H.C., Popovich N.G. and Allen L. V., 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms
and Drug Delivery Systems, Dalam Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, pp.
1–709.
Aulton M.E., 1988, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design: Health Science
Book, Churchill Livingstone, New York.
Bacher, C., Olsen, P.M., Berhelsen, P., Sonnergaard, J.M., 2008. Compressibility and
compactibility of granules produced by wet and dry granulation. Int. J. Pharm. 358,
69–74
Banker G.S. and Anderson N.R., 1986, Tablet, Dalam Lachman, L. et al., eds. The Theory and
Practice of Industrial Pharmacy, Universitas Indonesia Press, Jakarta, pp. 683–703.
Chandira R.M., Bhowmik D., Yadav R., Jayakar B. and Kumar K.P.S., 2012, Formulation
and Evaluation The Oral Tablets Ibuprofen, The Pharma Inovation, 1 (9), 32–43.
Cooper J.W. and Gunn, 1975, Dispensing for Pharmaceutical Students, Twelfth Ed., Pitman
Medical Publishing co. ltd, London.
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III., Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Heckel, R.W., 1961. Density-pressure relationships in powder compaction. Trans. Metall.
Soc. AIME 221, 671–675.
Ilic, ´ I., Kása Jr., P., Dreu, R., Pintye-Hódi, K., Srciˇ c, ˇ S., 2009. The compressibility and
compactibility of different types of lactose. Drug Dev. Ind. Pharm. 35 (10),1271–1280.
Kleinebudde, P., 2004. Roll compaction/dry granulation: pharmaceutical applications. Eur. J.
Pharm. Biopharm. 58, 317–326
Leuenberger, H., 1982. The compressibility and compactibility of powder systems. Int. J.
Pharm. 12, 41–55
Saleem M., Shahin M., Srinivas B. and Begum A., 2014, Evaluation of tablets by friability
apparatus, International Journal of Research in Pharmacy and Chemistry, 4 (4), 837–
840.
Shanmugam S., 2015, Granulation techniques and technologies: Recent progresses,
BioImpacts, 5 (1), 55–63.
Sonnergaard, J.M., 2006. Quantification of the compactibility of pharmaceutical powders.
Eur. J. Pharm. Biopharm. 63, 270–277.
Walker, E.E., 1923. The properties of powders VI: the compressibility of powders. Trans.
Faraday Soc. 19, 73–82.

Anda mungkin juga menyukai