Dosen Pengampu :
ANGGOTA :
AA KHARISPIYAN
FAUZY KIAN
HANA PRATIWI
HUDA NURUL AZMI
SONY SANDRIA
WINA WIRASWATI
b) Granulasi Kering
Tujuan metode granulasi kering adalah untuk memperoleh
granul yangdapat mengalir bebas untuk pembuatan tablet.Granulasi
kering dilakukan apabila zat aktif tidak mungkin digranulasi basah,
karena tidak stabil atau peka terhadap panas dan lembab atau tidak
mungkin dikempa langsung menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat
mengalir bebas dan dosis efektif zat aktif terlalu besar untuk kempa
langsung (Siregar, 2010).
Dalam metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus
memiliki sifat kohesif supaya masa yang jumlah nya besar dapat
dibentuk.Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat
diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap
uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur
yang tinggi (Ansel, 1989).
Keuntungan granulasi kering :
Peralatan lebih sedikit dibanding granulasi basah
Cocok digunakan pada zat aktif tidak tahan panas dan lembab
Tahap pengerjaan tidak terlalu lama
Biaya lebih efisien dibanding granulasi basah
Mempercepat waktu hancur obat dalam tubuh karna tidak
menggunakan pengikat.
e) Disolusi
Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari
bentuk padat ke dalam larutan suatu media. Uji ini dimaksudkan
untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terlarut dan memberikan
efek terapi di dalam tubuh. Kecepatan absorbsi obat tergantung pada
pemberian yang dikehendaki dan juga harus dipertimbangkan
frekuensi pemberian obat (Syamsuni, 2007).
f) Penetapan kadar zat aktif
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah
kadar zat aktif yang terkandung didalam suatu sediaan sesuai dengan
yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera
pada masing-masing monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi
syarat maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi dan
juga tidak layak untuk dikonsumsi (Syamsuni, 2007).
2.5 Preformulasi
a. Zat Aktif
Paracetamol (Acetaminophen) Farmakope Indonesia Edisi III, hal 37
Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dala
13 bagian etanol P, dalam 40 bagian gliserol P, dan dalam 9 bagian
propilenglikol P, larut dalam larutan alkali hidroksida
b. Zat Tambahan
Amprotab (Amylum Manihot, Pati Singkong) Farmakope Indonesia
Edisi III, hal 93
Pemerian : Serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil, putih,
tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol (95%) P
Stabilitas : Memiliki stabilitas dalam keadaan kering, tahan pemanasan
dan terlindung dari kelembapan yang tinggi
Titik Lebur : 5,5-6,5
Khasiat : Glidan / Penghancur (HOPE ed6 2009, hal 685-690)
Inkompatibilitas : Dengan pengoksida kuat (HOPE ed6 2009)
PVP K30 (Polivinil Pyrolidone K30) HOPE ed6 2009, hal 581-582
Pemerian : Serbuk halus berwarna putih, tidak berbau atau hampir tidak
berbau, serbuk higroskopis
Kelarutan : Sangat larut dalam asam, kloroform, etanol 95%, keton,
metanol dan air, praktis tidak larut dalam eter hidrokarbon dan
minyak mineral
Khasiat : Pengikat 0,5% - 5%
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah kedap udara, sejuk dan tempat
kering
Stabilitas : Penurunan kelarutan povidon stabil untuk siklus pendek
dari preparasi povidon mulai berwarna gelap sampai batas
tertentu pada pemanasan 1500 C dengan panas sekitar 1100-
1300 C
BAB III
METODE
A. Alat
1. Neraca analitik
2. Pengayak mesh 12
3. Oven
4. Loyang
5. Beaker glass
6. Batang pengaduk
7. Friabilitator tester
8. Jangka sorong
9. Hardness Tester
11. Spektrofotometer
B. Bahan
1. Paracetamol
2. Amprotab
3. PVP K 30
4. Etanol 96%
5. Laktosa
6. Mg stearat
7. Talk
92
Fasa Dalam = x 300
100
= 184 gr
= 150.000 mg
= 150 g
2. Amprotab 10%
10
= x 700 mg
100
= 70 mg x 300 mg
= 21000 mg
= 21 g
3. PVP K 30 5%
5
= x 700 mg
100
= 35 mg x 300 mg
= 10.500 mg
= 10,5 g
= 11,7 g
Fasa Luar
1
Mg Stearat 1% = x 151,23 g
92
= 1,6438 g
2
Talk 2% = x 151,23 g
92
= 3,2876 g
5
Amprotab 5% = x 151,23 g
92
= 8,2190 g
3.6 Prosedur
Menggunakan metode granulasi basah (Ansel, 1989)
Penimbangan
Pencampuran awal
Granulasi
Pengayakan basah
Prosedur Pembuatan tablet Metode Granulasi Basah (Kemenkes
RI,2018)
1. Membuat cairan pengikat
Timbang PVP yang diperlukan, larutkan dalam sejumlah pelarut,
aduk hingga homogen
2. Mencampur zat Aktif dan dan eksifien (Kompenen dalam)
Paracetamol, amprotab, laktosa dicampur sampai homogen,
tambahkan larutan PVP sedikit – sedikit sambil diaduk sampai
terbentuk masa basah yang sesuai
3. Menggranulasi basah masa granul
Masa basah kemudian diayak dengan mesh 6-12
4. Pengeringan
Granul basah dikeringan pada suhu ±50-60˚C dalam lemari
pengering
5. Penambahan Fase Luar
Granul yang kering kemudian diayak dengan pengayak lalu
tambahkan penghancr luar, glidan, lubrikan (Amprotab, talkum, mg
stearat)
6. Lakukan pengujian granul
7. Masa granul siap di cetak
Bj seati
Alat menggunakan : piknometer
a; bobot pikno kosong
b; bobot pikno + 1gram granul
c;bobot pikno+ 1 gram granul +cairan pendisfersi (parafin cair0
d; bobot pikno+ cairan pendisfersi
( b−a ) xBj Cairan pendisfersi
bj sejati =
( b+ d )−¿ ¿
Kadar pemampatan
Vo−V 500
Kp= x 100 %
Vo
Vo = volume granul sebelum pemampatan
V500 = volume granul pada 500 kali ketukan
Syrat ; Kp< 20%
Perbandingan Hausner
bj setelah pemampatan
Angka hausner =
Bj sebelum pemampatan
Syarat; ≈1
Granulometri (Distribusi ukuran Partikel)
Timbang granul 100 gram. Letakkan pada pengayak paling atas
getarkan mesin 1 – 30 menit, timbang granul yang tertahan pada
tiap pengayak, hitung presentase granul pada tiap pengayak.
Bobot Rata-rata A B
>300 mg 5% 10%
b. BJ Nyata
W
P = V
36,04
= 100 = 0,3604 g/mL
c. BJ mampat
W
P = Vn
36,04
P10 = 97 = 0,3715 g/mL
36,04
P50 = 95 = 0,3793 g/mL
36,04
P100 = 94 = 0,3834 g/mL
36,04
P500 = 93 = 0,3875 g/mL
d. Kadar Mampat
Vo−V 200
Kp = Vo
x 100 %
100−93
= 100
x 100 %
=7%
Kesimpulan :
Granul memenuhi syarat karena nilai KP < 20 %
e. Perbandingan Husner
BJ setelah pemampatan
AH (10x) = BJ sebelum pemampatan
0,3715
= 0,3604
= 1,0307
BJ setelah pemampatan
AH (500x) = BJ sebelum pemampatan
0,3875
= 0,3604
= 1,0751
Kesimpulan :
Granul memenuhi syarat angka hausner yaitu ≈ 1
f. Persen Kompresibilitas
BJ mampat −BJ nyata
%K =
BJ mampat
x 100 %
0,3875−0,3604
=
0,3875
x 100 %
0,0271
=
0,3875
x 100 %
= 6,9935 %
Kesimpulan :
Granul memiliki aliran sangat baik, karena berada pada rentang 5-12
g. Bobot Sejati
( b−a ) x BJ −BJ cairan pendispersi
BJ Sejati =
( b+ a )−(a+c )
( 16,79−15,82 ) x 0,89
=
( 16,79−25,08 ) −(15,82+25,61)
0,97 x 0,89
=
41,87−41,43
0,8633
= 0,44
= 1,9620 g/mL
b. BJ Nyata
W
P = V
43,6
= 100 = 0,436 g/Ml
c. BJ mampat
W
P = Vn
43,6
P10 = 94 = 0,4638 g/mL
43,6
P50 = 93 = 0,4688 g/mL
43,6
P100 = 92 = 0,4739 g/mL
43,6
P500 = 91 = 0,4791 g/mL
d. Kadar Mampat
Vo−V 500
Kp = Vo
x 100 %
100−91
= 100
x 100 %
=9%
Kesimpulan :
Granul memenuhi syarat karena nilai KP < 20 %
e. Perbandingan Husner
BJ setelah pemampatan
AH (10x) = BJ sebelum pemampatan
0 , 4638
= 0,436
= 1,0637
BJ setelah pemampatan
AH (500x) = BJ sebelum pemampatan
0,4791
= 0,436
= 1,0988
Kesimpulan :
Granul memenuhi syarat angka hausner yaitu ≈ 1
f. Persen Kompresibilitas
BJ mampat −BJ nyata
%K = x 100 %
BJ mampat
0,4638−0,436
= x 100 %
0,4638
= 5,9939 %
Kesimpulan :
Granul memiliki aliran sangat baik, karena berada pada rentang 5-12
g. Bobot Sejati
( b−a ) x BJ −BJ cairan pendispersi
BJ Sejati =
( b+d )−(a+ c)
( 11,24−10,41 ) x 0,89
=
( 11,24+10,89 )−(10,41+11,32)
0,83 x 0,89
=
22,13−21,73
0,7387
= 0,4
= 1,8467 g/mL
3) Evaluasi Tablet
1. Organoleptik
Bau : Khas obat
Bentuk : Bulat
Warna : Putih
Rasa : Pahit
2. Keseragaman Ukuran
NO Diameter (mm) Ketebalan Perhitungan (mm)
(mm)
1 10,31 6 6x3=
6 x 1⅓ =
2 10,31 6 6x3=
6 x 1⅓ =
3 10,31 5
4 10,36 6 6x3=
6 x 1⅓ =
5 10,36 6 6x3=
6 x 1⅓ =
6 10,31 5
7 10,36 6 6x3=
6 x 1⅓ =
8 10,36 6 6x3=
6 x 1⅓ =
9 10,31 6 6x3=
6 x 1⅓ =
10 10,31 5 5x3=
5 x 1⅓ =
11 10,25 6 6x3=
6 x 1⅓ =
12 10,36 6 6x3=
6 x 1⅓ =
13 10,36 6 6x3=
6 x 1⅓ =
14 10,31 6 6x3=
6 x 1⅓ =
15 10,31 6 6x3=
6 x 1⅓ =
16 10,36 6 6x3=
6 x 1⅓ =
17 10,32 6 6x3=
6 x 1⅓ =
18 10,36 6 6x3=
6 x 1⅓ =
19 10,32 6 6x3=
6 x 1⅓ =
20 10,31 6 6x3=
6 x 1⅓ =
4. Keseragaman bobot
NO Keseragaman Bobot
1 0,75 g
2 0,75 g
3 0,72 g
4 0,73 g
5 0,76 g
6 0,75 g
7 0,75 g
8 0,74 g
9 0,73 g
10 0,73 g
11 0,74 g
12 0,76 g
13 0,76 g
14 0,75 g
15 0,73 g
16 0,76 g
17 0,74 g
18 0,73 g
19 0,75 g
20 0,76 g
14,89/20 = 0,74
Keseragaman Bobot
14,89
Rata rata = =0,74 g / 740 mg
20
A = 5%
5
A = x 740 mg = 37%
100
= 740 – 37 = 703
= 740 + 37 = 777
(range = 703 s/d 777 mg)
B = 10%
10
B = x 740 = 74
100
= 740 – 74 = 666
= 740 + 74 = 814
( range = 666 s/d 814 mg)
5. Friabilitas
a−b
F= x 100 %
a
13,68−12,61
= x 100 %
13,68
= 0,078 %
6. Penyimpangan Bobot
T20 =13,68 gram = 13.680 mg
13.680
T= 20
= 684 mg
684 mg−750 mg
a. T1 = 750
x 100 % = %
684 mg−750 mg
b. T2 = 750
x 100 % = %
684 mg−720 mg
c. T3 = 720
x 100 % = %
684 mg−730 mg
d. T4 = 730
x 100 % = %
684 mg−760 mg
e. T5 = 760
x 100 % = %
684 mg−750 mg
f. T6 = 750
x 100 % = %
684 mg−750 mg
g. T7 = 750
x 100 % = %
684 mg−740 mg
h. T8 = 740
x 100 % = %
684 mg−730 mg
i. T9 = 730
x 100 % = %
684 mg−730 mg
j. T10 = 730
x 100 % = %
684 mg−740 mg
k. T11 = 740
x 100 % = %
684 mg−760 mg
l. T12 = 760
x 100 % = %
684 mg−760 mg
m. T13 = 760
x 100 % = %
684 mg−750 mg
n. T14 = 750
x 100 % = %
684 mg−730 mg
o. T15 = 730
x 100 % = %
684 mg−760 mg
p. T16 = 760
x 100 % = %
684 mg−740 mg
q. T17 = 740
x 100 % = %
684 mg−730 mg
r. T18 = 730
x 100 % = %
684 mg−750 mg
s. T19 = 750
x 100 % = %
578,5mg−760 mg
t. T20 = 530
x 100 % = 9,15 %
7. Uji Disolusi
Tablet 1
5 MENIT
Abs = 0,371
FP = 100X
Y = bx + a
0,371 = 0,05 x + 0,034
0,371−0,034
X =
0,05
X = 6,74 ppm X 100
X = 674 ppm
674
Mg Terlarut = X 900 mL
1000
= 606,6 mg
606,6
% Terdisolusi = X 100 %
890
= 68,15 %
10 MENIT
Abs = 0,493
FP = 100 X
Y = bx + a
0,493 = 0,05 x + 0,034
0,493−0,034
X =
0,050
X = 9,18 ppm X 100
X = 918 ppm
918
Mg Terlarut = X 900 mL
1000
= 826,2 mg
10 mL
FK = X 826,2mg
900 mL
= 9,18
Setelah FK = 9,18 + 826,2 mg
= 835
835
% Terdisolusi = X 100 %
890
= 93%
15 MENIT
Abs = 0,479
FP = 100 X
Y = bx + a
0,479 = 0,05 x + 0,034
0,479−0,034
X =
0,05
X = 8,9 ppm X 100
X = 890 ppm
890
Mg Terlarut = X 900 mL
1000
= 801 mg
10 mL
FK = X (475+ 826,2)
900 mL
= 0,011 X 1,301
= 14,313
Setelah FK = 14,313 + 801
= 815,313
815,313
% Terdisolusi = X 100 %
890
= 91 %
30 MENIT
Abs = 0,456
FP = 5X
Y = bx + a
0,456 = 0,05 x + 0,034
0,456−0,034
X =
0,05
X = 8,44 ppm X 100
= 844 ppm
844
Mg Terlarut = X 900 mL
1000
= 759,6 mg
10
FK = X (475+ 826,2+ 801)
900
= 0,011 X 2,102
= 23,124
Setelah FK = 23,124 + 759,6
= 782,6 mg
782,6
% Terdisolusi = X 100 %
890
= 87 %
8. Tablet ke 2
5 MENIT
Abs = 0,299
FP = 100X
Y = bx + a
0,299 = 0,05 x + 0,034
0,299−0,034
X =
0,05
X = 5,3 ppm X 100
X = 530 ppm
530
Mg Terlarut = X 900 mL
1000
= 477 mg
477
% Terdisolusi = X 100 %
890
= 53 %
10 MENIT
Abs = 0,493
FP = 100 X
Y = bx + a
0,492 = 0,05 x + 0,034
0,492−0,034
X =
0,05
X = 9,16 ppm X 100
X = 916 ppm
916
Mg Terlarut = X 900 mL
1000
= 824,4 mg
10 mL
FK = X 824,4 mg
900 mL
= 9,16
Setelah FK = 9,16 + 824,4 mg
= 833,56
833,56
% Terdisolusi = X 100 %
890
= 93%
15 MENIT
Abs = 0,479
FP = 100 X
Y = bx + a
0,479 = 0,05 x + 0,034
0,479−0,034
X =
0,05
X = 8,9 ppm X 100
X = 890 ppm
890
Mg Terlarut = X 900 mL
1000
= 801 mg
10 mL
FK = X (475+ 826,2)
900 mL
= 0,011 X 1,301
= 14,313
Setelah FK = 14,313 + 801
= 815,313
815,313
% Terdisolusi = X 100 %
890
= 91 %
30 MENIT
Abs = 0,455
FP = 100X
Y = bx + a
0,455 = 0,05 x + 0,034
0,455−0,034
X =
0,05
X = 8,42 ppm X 100
= 842 ppm
842
Mg Terlarut= X 900 mL
1000
= 757,8 mg
10
FK = X (477+ 824,4+801)
900
= 0,011 X 2,102
= 23,126
Setelah FK= 23,126 + 757,8
= 30,69 mg
30,69
% Terdisolusi = X 100 %
890
= 87 %
9. Tablet ke 3
5 MENIT
Abs = 0,300
FP = 100X
Y = bx + a
0,300 = 0,05 x + 0,034
0,300−0,034
X =
0,05
X = 5,32 ppm X 100
X = 532 ppm
532
Mg Terlarut = X 900 mL
1000
= 478,8 mg
478,8
% Terdisolusi = X 100 %
890
= 53,79 %
10 MENIT
Abs = 0,492
FP = 100 X
Y = bx + a
0,492 = 0,05 x + 0,034
0,492−0,034
X =
0,05
X = 9,16 ppm X 100
X = 916 ppm
916
Mg Terlarut = X 900 mL
1000
= 824,4 mg
10 mL
FK = X 824,4 mg
900 mL
= 9,16
Setelah FK = 9,16 + 824,4 mg
= 833,56
833,56
% Terdisolusi = X 100 %
890
= 93%
15 MENIT
Abs = 0,479
FP = 100 X
Y = bx + a
0,479 = 0,05 x + 0,034
0,479−0,034
X =
0,05
X = 8,9 ppm X 100
X = 890 ppm
890
Mg Terlarut = X 900 mL
1000
= 801 mg
10 mL
FK = X (475+ 826,2)
900 mL
= 0,011 X 1,301
= 14,313
Setelah FK = 14,313 + 801
= 815,313
815,313
% Terdisolusi = X 100 %
890
= 91 %
30 MENIT
Abs = 0,456
FP = 5X
Y = bx + a
0,456 = 0,05 x + 0,034
0,456−0,034
X =
0,05
X = 8,44 ppm X 100
= 844 ppm
844
Mg Terlarut = X 900 mL
1000
= 759,6 mg
10
FK = X (475+ 826,2+ 801)
900
= 0,011 X 2,102
= 23,124
Setelah FK = 23,124 + 759,6
= 782,6 mg
782,6
% Terdisolusi = X 100 %
890
= 87 %
4. Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu pembuatan sediaan tablet paracetamol
700 mg menggunakan metode granulasi basah. Tablet sendiri merupakan sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi, berdasarkan metode pembuatan
dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa ( FI IV) Tablet paracetamol
utamanya digunakan sebagai obat antipiretik dan analgetik yang dapat menghilangkan rasa
nyeri ringan sampai sedang, sedangkan efek antiinflamasinya sangat lemah sehingga tidak
digunakan sebagai antiinflamasi.
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet paracetamol yaitu granulasi basah,
hal ini dikarenakan dosis bahan obat yang besar, sifat alir dan kompresibilitas yang kurang
baik. Metode granulasi basah adalah metode yang dilakukan dengan cara membasahi massa
tablet menggunakan larutan pengikat sampai terdapat tingkat kebasahan tertentu lalu
digranulasi. Pada praktikum yang digunakan zat pengikat yang digunakan yaitu PVP K30.
Dengan adanya zat pengikat tersebut dapat meningkatkan kompresibilitas serbuk.
Massa tablet paracetamol terdiri dari campuran fase dalam dan fase luar yang telah
diproses untuk siap dikempa menjadi tablet. Fase dalam adalah massa utama tablet yang
terdiri dari campuran zat aktif dan eksipien yang diproses menjadi granul secara basah. Fase
luar adalah campuran beberapa eksipien seperti penghancur, glidan, dan lubrikan yang
ditambahkan ke fase dalam, hal ini dilakukan untuk memudahkan pengempaan tablet dan
untuk menunjang tablet yang dapat memenuhi syarat.
Dalam pembuatan sediaan tablet, diperlukan zat tambahan seperti amprotab sebagai
zat penghancur yang membantu hancurnya tablet didalam tubuh, Mg stearat digunakan
sebagai lubrikan atau pelicin sedangkan talkum digunakan sebagai glidan atau pelincir, hal
ini berguna untuk meningkatkan sifat alir granul sehingga akan dihasilkan tablet dengan
bobot yang seragam, selain itu untuk membantu keluarnya tablet dari mesin cetak tablet
setelah dicetak. Selanjutnya penambahan laktosa digunakan sebagai zat pengisi untuk
memperbesar volume serta untuk memudahkan tablet pada saat proses pencetakan.
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan
sebagai berikut : Timbang 20 tablet, hitung bobot rata – rata tiap tablet. Jika ditimbang satu
persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing – masing bobotnya menyimpang dari
bobot rata – ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom
B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak
satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan
kolom B.
Pada praktikum yang dilakukan media yang digunakan pada uji disolusi yaitu 900 mL
larutan dapar fosfat pH 5,8. Kemudian dilakukan penetapan jumlah parasetamol yang terlarut
dengan mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan baku pembanding parasetamol dalam
media yang sama pada panjang gelombang maksimum. Sampel diambil pada menit ke 5,
10,15, 30 menit. Hasil perhitungan persen terdisolusi pada menit ke 30 diperoleh sebesar
87%, hasil tersebut memenuhi syarat, dimana dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang
dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket.