Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat yang dibuat secara kempa-cetak, berbentuk

rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau

lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 2007). Pembuatan tablet terdiri

dari 3 cara yaitu cetak langsung, granulasi basah, dan granulasi kering. Metode

granulasi basah merupakan metode tertua yang paling luas dan paling banyak

digunakan dalam proses pembuatan tablet. Hal tersebut disebabkan oleh karena

hampir semua bahan obat dapat dicetak dengan metode ini dan memenuhi

persyaratan tablet dengan baik (Priyambodo, 2007).

Persyaratan tablet kunyah harus mempunyai bentuk yang halus setelah

hancur, rasa yang enak, dan tidak meninggalkan rasa yang pahit (Ansel, 2005).

Tujuan pembuatan tablet kunyah digunakan untuk pasien yang sulit menelan

tablet atau untuk anak-anak yang tidak bisa menelan tablet dengan air (Tunón,

2003).

Bahan tambahan yang dibutuhkan untuk membuat tablet kunyah antara

lain bahan pengisi, pengikat, penghancur, pelicin dan pewarna. Bahan tambahan

memegang peranan penting dalam pembuatan tablet, diantaranya bahan pengikat.

Bahan pengikat merupakan suatu zat adhesif yang ditambahkan pada formulasi

tablet. Peranan pengikat adalah untuk memberikan kohesivitas yang diperlukan

untuk mengikat partikel-partikel padat di bawah pengempaan untuk membentuk

suatu tablet yang kompak. Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah pati,

1
2

gelatin, povidon (PVP), CMC Na, dan zat lain yang sesuai (Siregar dan Wikarsa,

2010).

Pati apabila digunakan sebagai bahan pengikat umumnya dibuat dalam

bentuk mucilago. Peningkatan konsentrasi mucilago pati sebagai bahan pengikat

dapat meningkatkan kekerasan, dan menurunkan kerapuhan tablet, serta waktu

melarut tablet lebih lama (Priyambodo, 2007). Kadar pati yang digunakan untuk

bahan pengikat tablet ialah 5-10% (Rowe, et al., 2006).

Pati umumnya hanya digunakan dalam sediaan padat seperti tablet sebagai

pengisi, penghancur dan pengikat setelah berbentuk pasta kanji bagi tablet yang

dibuat dengan cara granulasi basah (Lachman dkk, 1994). Pati yang berpotensi

untuk dikembangkan sebagai eksipien dalam industri farmasi diantaranya pati

sukun. Pati dapat diperoleh dari berbagai tanaman termasuk sukun (Artocarpus

communis Fors). Sukun (Artocarpus communis Fors) termasuk tanaman yang

tumbuh subur di daerah beriklim tropis seperti di daerah Plalen Batang, Jawa

Tengah yang cukup banyak menghasilkan sukun. Buah sukun merupakan salah

satu penghasil pati yang cukup populer dan dikembangkan di Indonesia. Buah

sukun memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi karena itu sukun merupakan

salah satu sumber berharga untuk menghasilkan pati. Pati yang diperoleh dari

sukun menghasilkan 18,5 g/100 g dengan kemurnian 98,86% dan kandungan

amilosa 27,68% dan amilopektin 72,32% (Rincom dkk, 2004). Berdasarkan latar

belakang perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh kadar pati sukun

(Artocarpus communis Fors) sebagai bahan pengikat terhadap karakteristik fisik

tablet antasida dengan metode granulasi basah.


3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimana pengaruh konsentrasi pati sukun (Artocarpus communis Fors)

sebagai bahan pengikat terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida

dengan metode granulasi basah ?

2. Berapakah konsentrasi pati sukun (Artocarpus communis Fors) sebagai bahan

pengikat pada sediaan tablet kunyah antasida dengan metode granulasi basah

yang dapat memberikan karakteristik fisik paling baik ?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh konsentrasi pati sukun (Artocarpus communis Fors) sebagai bahan

pengikat terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida dengan metode

granulasi basah.

2. Konsentrasi pati sukun (Artocarpus communis Fors) yang dapat menghasilkan

tablet kunyah antasida dengan metode granulasi basah dengan karakteristik

fisik yang paling baik.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi dalam bidang

kefarmasian mengenai pengaruh pati sukun (Artocarpus communis Fors) sebagai

bahan pengikat terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida dengan metode

granulasi basah sehingga menghasilkan sediaan tablet kunyah yang baik.


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Tablet Kunyah

Tablet biasanya mengandung bahan aktif dan sejumlah bahan tambahan

farmasi. Tablet kempa dapat dibuat dengan tiga metode dasar: granulasi basah,

granulasi kering, dan cetak langsung. Bentuk tablet kempa yang baik meliputi

bulat, atau bentuk unik, tebal atau tipis, diameter besar atau kecil, datar atau

cembung, tidak beralur atau beralur, diukir atau dicetak dengan simbol

identifikasi/ atau nomor kode, disalut atau tidak disalut, berlapis satu dua dan tiga

(Ansel, 2014). Macam-macam tablet meliputi tablet cetak, tablet triturat, tablet

hipodermik, tablet bukal, tablet efervesen, tablet multilapis, tablet vaginal, tablet

hancur cepat, tablet hisap, dan tablet kunyah. Tablet kunyah adalah tablet yang

dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga

mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau rasa tidak enak

(Goeswin, 2012).

Bahan - bahan tambahan dalam proses pembuatan tablet kunyah yaitu:

bahan pengisi (diluent), bahan pengikat (Binder), bahan penghancur

(disintergrants), bahan pelicin (glidants), bahan pewarna (colouring agent), bahan

pemberi rasa (flavoring agent), bahan pengawet (Priyambodo, 2007). Bahan

pengikat merupakan suatu zat adhesif yang ditambahkan pada formulasi tablet.

Peranan pengikat adalah untuk memberikan kohesivitas yang diperlukan untuk

4
5

mengikat partikel-partikel padat di bawah pengempaan untuk membentuk suatu

tablet yang kompak. Pada proses granulasi basah, pengikat meningkatkan

pembesaran ukuran untuk membentuk granul sehingga dapat memperbaiki

kemampuan alir campuran selama proses pembuatan. Pengikat juga dapat

memperbaiki kekerasan tablet dengan meningkatkan gaya intragranular dan

antargranular (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Pengikat digolongkan dalam polimer alam, polimer sintesis atau gula.

Fungsi pengikat dalam suatu formulasi tablet adalah untuk memberikan kekuatan

dan untuk mengurangi friabilitas granul dan tablet. Faktor yang mempengaruhi

keefektifan suatu pengikat dalam suatu formulasi adalah konsentrasi, sifat

mekanik pengikat, sifat zat aktif dan eksipien lain dalam formulasi, interaksi

antarpartikulat antara pengikat dan pembawa (substrat) dan distribusi pengikat.

Selama proses granulasi basah, pengikat membentuk matriks internal. Kekuatan

granul dan kekuatan tablet meningkat jika konsentrasi pengikat meningkat dalam

suatu formula, jika konsentrasi pengikat meningkat maka kekuatan

menghancurkan granul meningkat (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Metode pembuatan tablet kunyah sama dengan pembuatan tablet

konvensional. Metode pembuatan tablet ada 3 yaitu metode granulasi basah,

metode granulasi kering, dan kempa langsung (Ansel, 2008).

a. Metode granulasi basah

Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk

atau campuran serbuk dalam wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang

akan menghasilkan granul. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan


6

tablet dengan metode ini dibagi menjadi beberapa tahap, diantaranya

penimbangan dan pencampuran, pembuatan granulasi basah, penyaringan adonan

lembab menjadi granul, pengeringan granul, penyaringan kering, lubrikasi,

pencetakan tablet (Ansel, 2008).

Metode granulasi basah digunakan apabila zat aktif yang digunakan tahan

terhadap lembab dan panas. Zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat

aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah

adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat

tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi

(Lachman et al, 1994). Metode granulasi basah mempunyai keuntungan meliputi

sifat-sifat mengalir lebih baik (diperbaiki), karakteristik pengempaan diperbaiki,

distribusi zat pewarna dan zak aktif yang larut lebih baik/jika ditambahkan dalam

larutan pengikat, debu berkurang, pencegahan pemisahan campuran serbuk,

permukaan hidrofobik menjadi lebih hidrofilik (Siregar dan Wikarsa, 2010).

b. Metode granulasi kering

Metode granulasi kering digunakan untuk bahan aktif yang tidak tahan

terhadap pemanasan, dan rusak oleh air. Granulasi kering diproses dengan cara

mencampurkan seluruh komponen tablet tanpa penambahan cairan penggranulasi,

kemudian dikempa menggunakan slugging machine dengan tekanan tinggi

(Siregar dan Wikarsa, 2010).

c. Metode kempa langsung

Metode kempa langsung biasa digunakan untuk bahan yang memiliki sifat

alir yang baik, sehingga memungkinkan untuk dapat langsung dikompresi dalam
7

mesin cetak tanpa memerlukan proses penggranulasi (Ansel, 2008).

2. Sukun

Sukun (Artocarpus communis Fors) merupakan salah satu tanaman

penghasil buah utama dari keluarga Moraceae. Tanaman sukun sudah lama

dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia bahkan di beberapa negara di kawasan

Pasifik seperti Fiji, Tahiti, Kepulauan Samoa, dan Hawai, buah sukun telah

dimanfaatkan sebagai makanan pokok tradisional. Konsumsi buah sukun

umumnya masih terbatas sebagai makanan ringan dan sayur (Pitojo, 1992).

Penyebaran tanaman sukun di Indonesia sangat luas yang tersebar mulai

dari Aceh sampai Papua. Hal tersebut merupakan potensi yang sangat besar untuk

dimanfaatkan sebagai sumber bahan makan pokok alternatif (Widowati 2003).

Tanaman sukun memiliki kemampuan beradaptasi yang baik termasuk pada lahan

marginal/lahan kritis (Kartono dkk., 2004). Klasifikasi Tanaman Sukun (Dephut,

1998)

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus communis Forst
8

3. Pati

Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa, dan terdiri atas

amilosa dan amilopektin (Jacobs dan Delcour 1998). Pati dapat diperoleh dari biji-

bijian, umbi-umbian, sayuran, maupun buah-buahan. Sumber alami pati antara

lain adalah jagung, labu, kentang, ubi jalar, pisang, barley, gandul, beras, sagu,

amaranth, sukun, ubi kayu, ganyong, dan sorgum. Pemanfaatan pati asli masih

sangat terbatas karena sifat fisik dan kimianya kurang sesuai untuk digunakan

secara luas, oleh karena itu pati akan meningkat nilai ekonominya jika

dimodifikasi sifat-sifatnya melalui perlakuan fisik, kimia, atau kombinasi

keduanya (Liu dkk, 2009).

Pati merupakan sumber karbohidrat paling penting dalam makanan dan

ditemukan di dalam sereal, kentang, serta jenis sayuran lain. Amilum merupakan

kelompok terbesar karbohidrat cadangan yang dimiliki oleh tumbuhan sesudah

selulosa. Dua unsur utama pati adalah amilosa (15-20%) yang mempunyai

struktur tanpa cabang, amilopektin (80-85%) yang terdiri atas rantai bercabang

(Murray, dkk, 2003). Rendemen pati sukun yang dihasilkan dari 36,118 kg adalah

20,33% (Dewanti dkk, 2012).

Pati dapat dipisahkan menjadi dua fraksi utama berdasarkan kelarutan

dalam air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut

amilopektin. Timbul warna biru tua dari interaksi antar keduanya. Warna biru tua

merupakan dasar uji iodium untuk amilum, dimana larutan iodium ditambahkan

ke suatu contoh yang tidak diketahui, untuk menguji adanya amilum. Amilosa

dipisahkan dari amilopektin dengan cara menambahkan 1-pentanol ke dalam


9

larutan amilum dalam air. Amilosa bersifat kurang larut dibandingkan dengan

amilopektin sehingga tidak dapat larut ketika alkohol ditambahkan, sedangkan

amilopektin larut. Berbeda halnya ketika amilosa dilarutkan dalam air panas,

maka amilosa akan larut sedangkan amilopektin tidak dapat larut (Fessenden dan

Fessenden, 1986).

4. Monografi Bahan

a. Alumunium Hidroksida

Alumunium hidroksida kering adalah bentuk amorf alumunium hidroksida,

sebagian hidroksida disubtitusikan dengan karbonat. Alumunium Hidroksida

mengandung setara tidak kurang dari 76,5% Al(OH)3 dan dapat mengandung

alumunium karbonat dan alumunium bikarbonat basa dalam jumlah bervariasi.

Pemerian, serbuk amorf, putih, tidak berbau, tidak berasa (Depkes RI, 1995).

Alumunium hidroksida mempunyai mekanisme sebagai adstrigens, yakni

menciutkan selaput lendir berdasarkan sifat ion-alumunium yang membentuk

kompleks dengan protein yang dapat menutupi tukak lambung dengan suatu

lapisan pelindung (Tjay dan Rahardja, 2007). Kadar zat aktif yang berkhasiat

sebagai antasida adalah 200 mg (ISO Vol 49, 2014).

b. Magnesium Hidroksida

Magnesium hidroksida yang telah dikeringkan pada suhu 105° selama 2

jam mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 100,5% Mg(OH) 2.

Pemeriannya, serbuk putih, ruah. Kelarutannya praktis tidak larut dalam air dan

dalam etanol, larut dalam asam encer (Depkes RI, 1995). Magnesium hidroksida
10

praktis tidak larut dan tidak efektif sebelum bereaksi dengan HCl membentuk

MgCl2. Magnesium hidroksida yang tidak bereaksi dengan HCl akan tetap berada

dalam lambung dan akan menetralkan HCl dari hasil sekresi lanjutan sehingga

masa kerjanya lama (Estuningtyas dan Azalia, 2007). Kadar zat aktif yang

berkhasiat sebagai antasida adalah 200 mg (ISO Vol 49, 2014).

c. Dekstrosa

Dekstrosa berbentuk kristal tidak berwarna, atau serbuk kristalin, atau

granul berwarna putih, tidak berbau, rasa manis. Dekstrosa berfungsi sebagai

pengisi tablet, dapat digunakan untuk metode kempa langsung, terutama untuk

tablet kunyah. Dekstrosa larut dalam 1 bagian air pada suhu 20 oC, dan dalam 60

bagian etanol, praktis tidak larut dalam eter dan kloroform, larut dalam gliserin

(Rowe dkk, 2006).

d. Nipagin

Nipagin berbentuk serbuk kristal, tidak berwarna atau putih, tidak berbau

dan hampir tidak berasa, dan sedikit rasa terbakar. Nipagin larut dalam 3 bagian

ethanol (95%), 5 bagian propilen glikol, 400 bagian air, dan praktis tidak larut

dalam minyak mineral. Nipagin banyak digunakan sebagai bahan pengawet

antimikroba pada formulasi sediaan farmasi, produk makanan serta produk

kosmetik. Nipagin di dalam sediaan oral merupakan pengawet yang sering

digunakan. Konsentrasi nipagin yang digunakan sebagai pengawet dalam sediaan

oral adalah 0,015–0,2 % (Rowe dkk, 2009).


11

e. Explotab

Pada umumnya explotab digunakan sebagai bahan penghancur pada

sediaan tablet. Konsentrasi yang dapat digunakan sebagai bahan penghancur

antara 2% - 8%. Explotab berupa serbuk putih sampai putih pudar, tidak berbau,

tidak berasa, serbuk ringan. Explotab agak sukar larut di etanol (95%), praktis

tidak larut dalam air (Rowe, dkk., 2006).

f. Magnesium Stearat

Magnesium stearat berbentuk serbuk halus, berwarna putih dan voluminus,

memiliki bau yang khas lemah, mudah melekat di kulit, bebas dari butiran.

Magnesium stearat tidak larut dalam air, etanol dan dalam eter (Depkes RI, 1995).

Konsentrasi magnesium stearat sebagai bahan pelincir antara 0,25-5% (Rowe,

dkk, 2009).

g. Talk

Talk merupakan serbuk sangat halus, putih sampai putih abu-abu, tidak

berbau. Talk praktis tidak larut dalam asam dan alkali, larutan organik dan air.

Konsentrasi talk sebagai pelicin 1-10% (Rowe, dkk, 2009).

h. Aquadestilata

Aquadestilata berbentuk cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

berasa. Air Murni adalah air yang memenuhi persyaratan air minum, yang

dimurnikan dengan cara destilasi, penukar ion, osmosis balik atau proses lain

yang sesuai. Aquadestilata tidak mengandung zat tambahan lain (Depkes RI,

2014).
12

5. Karakteristik granul

a. Kadar air

Granul yang akan dikempa harus memiliki kandungan lembab/kadar air

dalam batas tertentu. Hal ini berhubungan dengan sifat alir, proses pengempaan,

kompaktibilitas dan stabilitas. Kelembaban suatu zat padat dapat dinyatakan

berdasarkan berat basah dan berat kering. Bila dihitung berdasarkan berat basah,

kandungan air dari suatu bahan dihitung sebagai persen dari berat basahnya,

sedangkan bila berdasarkan berat kering, kandungan air dinyatakan sebagai persen

dari bahan kering. Istilah kadar air atau zat menguap lainnya dalam bidang

farmasi yang ditetapkan dengan cara pemanasan hingga konstan disebut dengan

susut pengeringan. Susut pengeringan dalam farmasi disebut dengan LOD (Loss

On Drying), yang dapat dihitung dengan rumus:

LOD = x 100% (1)

Cara untuk mengetahui kelembaban suatu bahan padat adalah dengan

menggunakan data berdasarkan bobot keringnya. Angka hasil perhitungan ini

dianggap sebagai kandungan lembab (Moisture Content). Kandungan lembab

yang baik adalah 1-2% (Siregar dan Wikarsa, 2010). Kelembaban dapat dihitung

dengan rumus :

MC = x 100% (2)

b. Sifat alir
13

Sifat alir granul dapat mempengaruhi pencampuran dan keseragaman

bobot pada saat pencetakan. Waktu alir granul untuk menentukan sifat aliran

apakah baik atau tidak, digunakan kemiringan aliran yang dihasilkan jika suatu

zat berupa serbuk dibiarkan mengalir bebas dari corong. Corong yang digunakan

biasanya terbuat dari baja tahan karat dengan volume kurang lebih 480 mL dan

lubang corong bagian bawah biasa digunakan 3 macam ukuran yaitu 6,0 mm,

8,0 mm dan 11,3 mm. Sifat alir dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel,

partikel yang lebih besar dan bulat menunjukkan aliran yang lebih baik. Sifat alir

yang kurang baik dapat disebabkan oleh adanya kelembaban. Pengujian ini

dilakukan dengan memasukan 100 gram granul dalam corong flowbility tester,

dibuka katup bawah pada alat dan mulai dihitung waktu serbuk untuk turun

seluruhnya (Sulaiman, 2007). Diukur diameter dan tinggi kerucut granul yang

terbentuk, dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(3)

(4)

Kecepatan alir suatu granul dinyatakan baik jika kecepatan aliran ˃ 10

gram/detik (Anwar, 2012). Sudut diam suatu granul yang akan dicetak tidak boleh

lebih dari 30o (Siregar dan Wikarsa, 2010). Berikut merupakan parameter baik

atau tidaknya serbuk tersebut mengalir menurut Priyambodo (2007) dapat dilihat

pada Tabel I.
14

Tabel I. Hubungan Antara Indeks Sudut Diam dengan Sifat Alir

Sudut Diam Sifat Alir

< 25º Sangat baik


25 – 30º Baik
30 – 40º Sedang
> 40º Sangat jelek
(Priyambodo, 2007).

c. Kompresibilitas

Pengujian kompresibiltas granul dilakukan dengan 50 g granul kemudian

dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya, selanjutnya granul

dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat Jolting Volumeter, kemudian

dicatat volume uji sebelum dimampatkan (V1) dan volume setelah dimampatkan

dengan pengetukan 500 kali (V2). Kemudian dihitung dengan rumus:

(5)

Keterangan :

C : Kompresibilitas (%)
m : Bobot granul (g)
V1 : Volume awal granul (mL)
V2 : Volume granul setelah dimampatkan (mL)
Syarat : Tidak lebih dari 20% (Aulton, 1988, Depkes RI 1995, Priambodo,
2007).
15

6. Karakteristik Fisik Tablet

a. Organoleptis

Organoleptis sediaan tablet dapat diketahui melalui bau, warna dan bentuk

tablet. Tablet diamati secara langsung mulai dari bentuk, warna, bau dan rasa dari

tablet yang dihasilkan. Bentuk, warna yang dihasilkan sedapat mungkin sama

antara satu dengan yang lainnya.

b. Keseragaman ukuran

Pengujian keseragaman ukuran tablet dilakukan terhadap 10 tablet

menggunakan jangka sorong yang bersifat manual. Diameter tablet tidak lebih

dari 3 kali dan tidak kurang dari tebal tablet (Depkes RI, 1979).

c. Keseragaman bobot

Farmakope Indonesia edisi III memberi aturan cara uji keseragaman bobot

dan batas toleransi yang masih dapat diterima, yaitu tablet tidak bersalut harus

memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan. Persyaratan keseragaman

bobot terpenuhi jika tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya

menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada

kolom A, dan tidak satu pun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-

ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom B. Apabila tidak

mencukupi dari 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak ada satu pun tablet

yang bobotnya menyimpang lebih dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada
16

kolom B. Persyaratan penyimpangan bobot menurut Farmakope Indonesia dapat

dilihat pada Tabel II (Depkes RI, 1979).

Tabel II. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet

Bobot rata-rata (%)


Bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15 30
26 mg-150 kurang 10 20
151 mg-300 mg 7,5 15
lebih dari 300 mg 5 10
(Depkes RI, 1979).

d. Kekerasan

Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam

melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet

selama pengemasan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan dipakai sebagai

ukuran dari tekanan pengempaan (Sulaiman, 2007). Persyaratan kekerasan tablet

kunyah adalah 7-12 kg (Gauhar, 2006).

e. Kerapuhan

Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan

permukaan tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan abrasi

pada permukaan tablet. Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan

friability tester. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1 %

(Sulaiman, 2007).

B. HIPOTESIS

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Konsentrasi pati sukun (Artocarpus communis Fors) sebagai bahan pengikat


17

berpengaruh pada karakteristik fisik sediaan tablet kunyah antasida dengan

metode granulasi basah meliputi organoleptis, keseragaman ukuran,

keseragaman bobot, kekerasan, dan kerapuhan.

2. Semakin tinggi konsentrasi pati sukun (Artocarpus communis Fors) sebagai

bahan pengikat, maka karakteristik fisik sediaan tablet kunyah antasida dengan

metode granulasi basah semakin baik.


18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Penelitian ini dilakukan

di Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium Teknologi Farmasi Akademi

Farmasi Theresiana Semarang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah

rancangan acak lengkap dengan satu faktor. Faktor dalam penelitian ini adalah

kadar pati sukun (Artocarpus communis Fors) sebagai bahan pengikat pada tablet

kunyah antasida dengan metode granulasi basah.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi pati sukun

(Artocarpus altilis) yang digunakan sebagai pengikat yaitu 5%, 7,5%, 10%.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah karakeristik fisik tablet kunyah

yang meliputi organoleptis, keseragaman ukuran, keseragaman bobot, kekerasan,

kerapuhan.

3. Variabel Terkendali
19

Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah metode ekstraksi dari pati

sukun (Artocarpus communis Fors), cara pembuatan sediaan tablet kunyah

antasida dengan metode granulasi basah menggunakan bahan pengikat pati sukun

(Artocarpus communis Fors), kadar Al (OH)3, kadar Mg (OH)2, dan kadar bahan

tambahan.
18

C. Definisi operasional

1. Sukun yang digunakan dalam penelitian ini di dapat dari daerah Plalen, Batang,

Jawa Tengah dengan spesifikasi sukun setengah matang dengan ciri-ciri

berwarna hijau dan tidak terlalu lunak.

2. Bahan pengikat yang digunakan dalam pembuatan tablet kunyah antasida

adalah pati sukun (Artocarpus altilis) dengan kadar 5%, 7,5%, 10%.

3. Pengujian karakteristik fisik tablet kunyah meliputi organoleptis, keseragaman

ukuran, keseragaman bobot, kekerasan, dan kerapuhan.

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan meliputi, pati sukun (Artocarpus

communis Fors), Al (OH)3, Mg (OH)2, nipagin, explotab, magnesium stearat, talk,

dektrosa, aquadestilata.

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (Ohaus),

parut, gelas ukur (Iwaki), beaker glass (Pyrex), mortir, stamper, pengaduk kaca,

penangas air, cawan porselin, pipet tetes, mesh no 16, 18 dan, 100, oven (Binder),

friability tester (Analog), hardness tester (Analog), mesin cetak tablet Single

punch, jangka sorong (Mitutoyo), moinsture balance (Ohaus), tap density


20

(Christhoper).

F. Tatacara penelitian

1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan

Fakultas Biologi - FMIPA Universitas Diponegoro Semarang. Determinasi

dilakukan dengan membandingkan ciri-ciri tanaman dengan kunci determinasi.

2. Isolasi pati

Isolasi pati sukun (Artocarpus communis Fors) dilakukan dengan cara:

sukun yang masih segar dikupas, dicuci bersih dengan air mengalir, diblender, dan

diperas dan disaring. Filtrat hasil penyaringan ditampung dalam beaker glass

sedangkan residunya ditambah dengan 3 liter air dan diperas kemudian disaring

kembali, demikian seterusnya hingga filtrat hasil perasan menjadi bening. Hasil

perasan diendapkan selama 24 jam. Endapan yang diperoleh dikeringkan dengan

oven pada suhu 40-50ºC. Pati kering dihaluskan dan diayak dengan mesh no 100.

Pati yang diperoleh ditimbang dan dihitung rendemennya. Nilai rendemen

diperoleh dengan rumus berikut:

R= x 100% (6)

Keterangan:
R = Rendemen
A = Berat serbuk yang diperoleh
B = Berat sampel awal (Depkes RI, 2000)

3. Identifikasi pati
21

Pati yang diperoleh dilakukan identifikasi pati sukun dengan cara

menambahkan pati sukun dengan I2 akan berwarna biru keunguan, dan selain itu

dilakukan pengamatan secara mikroskopi (Depkes RI, 1995)

4. Pembuatan sediaan tablet kunyah

Pembuatan sedian tablet kunyah diawali dengan menimbang semua

bahan yang akan digunakan. Proses selanjutnya adalah mencampur dektrosa,

explotab, Al (OH)3, Mg (OH)2 dalam wadah hingga homogen. Nipagin dilarutkan

dengan aquades mendidih sebanyak 30 mL dan diaduk hingga larut. Pati sukun

dimasukkan ke dalam larutan pengawet dan diaduk hingga terbentuk mucilago.

Larutan pengikat dimasukkan ke dalam wadah yang berisi dektrosa, explotab, Al

(OH)3 dan Mg (OH)2, lalu diaduk hingga homogen dan membentuk masa granul

yang baik kemudian ditambah 50 mL aquades yang telah digunakan untuk

membilas beaker glass tempat larutan pengikat. Masa granul yang terbentuk

diayak menggunakan ayakan no. 16 dan dikeringkan dengan oven pada suhu 40-

50ºC kemudian dilakukan evaluasi kadar air granul dengan LOD. Granul kering

kemudian diayak menggunakan ayakan no. 18, lalu magnesium stearat dan talk

dimasukan ke dalam granul kering dicampur hingga homogen kemudian

dilakukan evaluasi granul meliputi uji sifat alir, dan uji kompresibilitas. Granul

kemudian dicetak dengan bobot tiap tablet 500 mg ± 5% dan dilakukan pengujian

karakteristik fisik tablet meliputi organoleptis, keseragaman ukuran, keseragaman

bobot, kekerasan, dan kerapuhan. Formula yang dibuat dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel III.


22

Tabel III. Formula Tablet Kunyah Antasida dengan Variasi Konsentrasi Pati Sukun sebagai
Bahan Pengikat.

Jumlah bahan (%)


Bahan
FORMULA 1 FORMULA 2 FORMULA 3
Al (OH)3 40 40 40
Mg (OH)2 40 40 40
Pati Sukun 5 7,5 10
Nipagin 0,5 0,5 0,5
Explotab 5 5 5
Mg Stearat 1 1 1
Talk 1 1 1
Dektsrosa ad 100 ad 100 ad 100
Aquadest Qs Qs qs
Keterangan: bobot tiap tablet 500 mg

5. Pengujian Karakteristik granul

a. Kadar air

Pengujian kadar air granul dilakukan dengan cara tombol “tare” pada

Moinsture analyzer ditekan hingga layar menunjukkan angka nol. Kemudian

granul dimasukkan ke atas piringan alumunium sebanyak 3 g dan tekan tombol

“start” kemudian ditunggu hingga pengujian selesai, setelah itu dilakukan

pencatatan hasil yang tertera di layar.

b. Sifat alir

Pengujian sifat alir dilakukan terhadap granul sebanyak 100 g, yang


23

dimasukkan ke dalam corong dan bagian bawah alat (berupa corong) dipastikan

telah tertutup rapat dan diberi alas berupa kertas pada bagian bawah alat untuk

membuat plot diameter granul yang terbentuk, setelah itu bagian penutup bawah

dibuka dan waktu yang dibutuhkan oleh granul untuk mengalir dicatat. Diukur

diameter dan tinggi kerucut granul yang terbentuk (Sulaiman, 2007).

c. Kompresibilitas

Pengujian kompresibiltas granul dilakukan dengan 50 g granul kemudian

dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya, selanjutnya granul

dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat Jolting Volumeter, kemudian

dicatat volume uji sebelum dimampatkan (V1) dan volume setelah dimampatkan

dengan pengetukan 500 kali (V2). Kemudian dihitung dengan rumus:

(7)

Keterangan :

C : Kompresibilitas (%)
m : Bobot granul (g)
V1 : Volume awal granul (mL)
V2 : Volume granul setelah dimampatkan (mL)
Syarat : Tidak lebih dari 20% (Aulton, 1988, Depkes RI 1995, Priambodo,
2007).

6. Pengujian Karakteristik Fisik Tablet

a. Organoleptis
24

Organoleptis tablet dilihat secara langsung mulai dari bentuk, warna, bau

dan rasa yang dihasilkan. Bentuk, bau, rasa, dan warna yang dihasilkan sedapat

mungkin sama antara satu tablet dengan tablet yang lainnya.

b. Pengujian keseragaman ukuran tablet

Pengujian keseragaman ukuran tablet dilakukan terhadap 10 tablet

menggunakan jangka sorong yang bersifat manual. Ukuran tablet dicatat dan

dihitung nilai rata-rata yang mewakili ukuran diameter dan tebal tablet secara

keseluruhan. Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari tebal

tablet (Depkes RI, 1979).

c. Pengujian keseragaman bobot tablet

Tablet ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika

ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing

bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang

ditetapkan dalam kolom A (5%), dan tidak satu tablet pun yang bobotnya

menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B

(10%) (Depkes RI, 1979).

d. Pengujian kekerasan tablet

Sebanyak 10 tablet yang diambil secara acak diperiksa kekerasannya

dengan alat uji kekerasan tablet. Tablet diletakkan pada alat hardness tester,

tekanan diatur sedemikian rupa sehingga tablet stabil dan jarum penunjuk berada
25

pada skala 0. Ulir pada alat uji diputar, tablet akan terjepit semakin kuat dengan

menaiknya tekanan, sampai akhirnya tablet pecah. Besarnya tekanan dapat dibaca

langsung pada skala hardness tester (Voigt, 1995).

e. Pengujian kerapuhan tablet

Pengujian kerapuhan tablet dilakukan menggunakan alat Friability

tester dengan menggunakan 20 tablet kemudian tablet ditimbang sebagai bobot A,

dimasukkan ke dalam alat Friability tester pada kecepatan 25 rpm selama empat

menit. Tablet kemudian dikeluarkan dan dibersihkan dari fine dan ditimbang

bobot tabletnya, sebagai bobot B. Persyaratan: tablet dikatakan baik bila

kerapuhan tidak lebih dari 1% (Sulaiman, 2007)

(8)

Keterangan :
A= bobot awal
B= bobot akhir

G. Analisis hasil

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan pendekatan teoritis dan

statistik. Pendekatan teoritis yaitu data hasil pengujian yang telah diperoleh

dibandingkan dengan literatur yang ada. Pendekatan statistik yaitu data hasil

pengujian yang telah diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan

metode anova (Analysis Of Variance) dengan taraf kepercayaan 95%.


26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi

Hasil determinasi tanaman sukun (Artocarpus communis Fors) yang

diperoleh di daerah Plalen Batang, Jawa Tengah, dilakukan di Laboratorium

Taksonomi Tumbuhan Jurusan Biologi-FMIPA Universitas Negeri Semarang. Hal

ini menyatakan bahwa sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah benar

sukun spesies (Artocarpus communis Fors).

B. Organoleptis Serbuk dan Identifikasi Pati

Pengamatan organoleptis serbuk pati dilakukan untuk mengetahui

karakteristik fisik serbuk pati sukun (Artocarpus communis Fors). Hasil rendemen

pati sukun sebesar 21% dan hasil isolasi pati sukun (Artocarpus communis Fors)

dapat dilihat pada Tabel IV. Identifikasi pati dilakukan dengan cara pengamatan di

bawah mikroskop dan direaksikan dengan yodium. Hasil identifikasi pati Sukun

(Artocarpus communis Fors) memberikan warna biru dengan penambahan

yodium. Identifikasi berikutnya dengan melihat pati di bawah mikroskop.

Pengamatan pati dibawah mikroskop menunjukan adanya hilus pada pati, dan

berbentuk bulat.
27

Tabel IV. Hasil Identifikasi Pati Sukun (Artocarpus communis Fors)


26
NO Pengujian Tabel
1 Organoleptis
a. Bentuk a. Serbuk halus
b. Warna b. Putih
c. Bau c. Tidak berbau
d. Rasa d. Tidak berasa

2 Kualitatif dengan Larutan I2 Memberikan warna biru pada


penambahan I2

3 Kelarutan
a. Air a. Tidak Larut
b. Etanol b. Tidak Larut

4 Penampang Pati Sukun dilihat dibawah memiliki hilus


Mikroskop Perbesaran 100x
Hilus

C. Pemeriksaan Karakteristik Granul


1. LOD

Uji LOD dilakukan untuk mengetahui kelembaban di dalam zat padat

berdasarkan berat basah atau berat kering. Pada saat pengujian LOD, granul

tablet kunyah antasida yang telah diletakkan diatas piringan alumunium harus
28

didistribusikan secara merata dan homogen sehingga alat LOD dapat mengukur

kadar air granul tablet kunyah antasida secara akurat. Hasil pengujian dapat

dilihat pada Tabel V.

Tabel V. LOD Granul Tablet Kunyah Antasida dengan Pati Sukun Sebagai Pengikat

Rata-rata LOD (%) ± SD


Formula I Formula II Formula III
2,35 ± 0,218 2,92 ± 0,386 2,76 ± 0,314

Berdasarkan hasil pengujian LOD pata Tabel V dapat diketahui bahwa

granul tablet kunyah antasida memiliki kandungan lembab yang telah memenuhi

syarat yaitu 2-4% (Gordon et al, 1990). Berdasarkan hasil analisis statistika

menunjukkan data LOD granul tablet kunyah Antasida yang diperoleh

terdistribusi normal (p = 0,220 > 0,05) dan homogen (p = 0,704 > 0,05), sehingga

dapat dilakukan analisis one way Anova. Berdasarkan hasil analisis Anova

didapatkan hasil (p = 0,025 < 0,05), yang berarti berbeda bermakna atau adanya

pengaruh pati sukun terhadap LOD granul tablet kunyah antasida, kemudian

dilanjutkan uji post hoc dan berdasarkan hasil analisis post hoc diperoleh hasil

yang signifikan (0,009<0,05) pada perbandingan formula I dan II yang berarti pati

sukun berpengaruh terhadap LOD granul tablet kunyah antasida. Pada formula I

dan III didapatkan hasil yang signifikan (0,013<0,05) berarti hasil statistik pada

uji LOD tiap formula menunjukan hasil yang berbeda bermakna, dan

perbandingan formula II dan III didapatkan hasil yang tidak signifikan (p= 0,082

> 0,05). Hal ini berarti pati sukun berpengaruh terhadap kadar air granul tablet
29

kunyah antasida pada antara formula I & II, I & III, sedangkan antara formula II

& III tidak dipengaruhi oleh pati sukun. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada

Lampiran 9.

2. Waktu alir

Waktu alir granul bertujuan untuk menentukan sifat aliran granul apakah

baik atau tidak, hasil pengujian waktu alir dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel VI. Hasil Evaluasi Waktu alir dan Kecepatan Alir Granul Tablet Kunyah
Antasida dengan Pati Sukun Sebagai Bahan Pengikat.

Formula Rata2 waktu alir (detik) ± SD Rata2 Kecepatan alir(g/s) ± SD


I 2,69 ± 0,267 37,30 ± 3,54
II 2,92 ± 0,108 34,20 ± 1,31
III 2,94 ± 0,122 34,00 ± 1,45

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil evaluasi kecepatan alir granul

tersebut menunjukan hasil yang baik karena pada formula I, II dan III memenuhi

persyaratan yaitu > 10 gram/detik (Anwar, 2010). Pada pengujian kecepatan alir

granul memiliki waktu alir yang baik sehingga memudahkan pada saat proses

pengempaan, dan dalam pengaturan bobot tiap tablet menjadi lebih mudah karena

granul dapat mengalir dengan baik dan dapat mengisi die dengan penuh, selain itu

kekerasan juga akan memenuhi persyaratan karena kecepatan alir yang baik dari

granul.
30

Berdasarkan hasil analisis statistika menunjukkan data kecepatan alir

granul tablet kunyah Antasida yang diperoleh terdistribusi normal (p = 0,381 >

0,05) dan homogen (p = 0,101 > 0,05), sehingga dapat dilakukan analisis one way

Anova. Berdasarkan hasil analisis Anova didapatkan hasil (p = 0,023 < 0,05),

yang berarti berbeda bermakna atau adanya pengaruh pati sukun terhadap waktu

alir granul tablet kunyah antasida. Analisis data dilanjutkan dengan uji post hoc

dan berdasarkan hasil analisis post hoc diperoleh hasil yang signifikan (p =

0,015<0,05) pada perbandingan formula I dan II yang berarti pati sukun

berpengaruh terhadap waktu alir granul tablet kunyah antasida. Pada formula I

dan III didapatkan hasil yang signifikan (p = 0,013<0,05), sedangkan pada

formula II & III didapatkan hasil yang tidak signifikan (p= 0,933 > 0,05) yang

berarti tidak ada pengaruh pati sukun terhadap waktu alir granul. Hal ini berarti

data yang diperoleh dari perbandingan I & II, dan I & III berbeda bermakna atau

adanya pengaruh pati sukun terhadap waktu alir sedangkan pada perbandingan II

& III menunjukkan tidak adanya pengaruh pati sukun terhadap waktu alir granul.

Data hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 10.

3. Kompresibilitas

Kompresibilitas untuk mengetahui kemampatan serbuk selama dikempa.

Kompresibilitas yang baik akan menghasilkan tablet yang kompak. Faktor yang

mempengaruhi kompresibilitas yaitu bentuk dan tekstur partikel, dengan adanya

variasi bentuk dan tekstur partikel akan menghasilkan kompresibilitas yang baik.

Tabel VII. Hasil Evaluasi Kompresibilitas Granul Tablet Kunyah Antasida


dengan Pati Sukun Sebagai Bahan Pengikat.
31

Rata-rata Kompresibilitas (%) ± SD


Formula I Formula II Formula III

6,52 ± 0,80 5,19 ± 0,79 3,85 ± 0,79

Data hasil uji kompresibilitas dapat dilihat pada Tabel VII. Sudut diam suatu

granul yang akan dicetak tidak boleh lebih dari 20% (Aulton, 1988, Depkes RI

1995, Priambodo, 2007). Berdasarkan hasil analisis statistika menunjukkan data

kecepatan alir granul tablet kunyah Antasida yang diperoleh terdistribusi normal

(p = 0,119 > 0,05) dan homogen (p = 0,996 > 0,05), sehingga dapat dilakukan

analisis one way Anova dan berdasarkan hasil analisis Anova didapatkan hasil (p

= 0,018 < 0,05), yang berarti berbeda bermakna atau adanya pengaruh pati sukun

terhadap waktu alir granul tablet kunyah antasida. Analisis data dilanjutkan uji

post hoc dan berdasarkan hasil analisis post hoc diperoleh hasil yang signifikan (p

= 0,026<0,05) pada perbandingan formula I dan II yang berarti pati sukun

berpengaruh terhadap waktu alir granul tablet kunyah antasida. Pada formula I

dan III didapatkan hasil yang signifikan (p = 0,006<0,05), sedangkan pada

formula II & III didapatkan hasil yang signifikan (p= 0,083 > 0,05) yang berarti

ada pengaruh pati sukun terhadap kompresibilitas granul. Hal ini berarti data yang

diperoleh dari perbandingan semua formula berbeda bermakna atau adanya

pengaruh pati sukun terhadap kompresibilitas. Data hasil uji statistik dapat dilihat

pada Lampiran 9.

4. Sudut Diam

Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel

berbentuk kerucut dengan bidang horisontal (Lachman et al, 1994). Besar kecilnya
32

sudut diam sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya gaya tarik dan gesekan antar

partikel. Jika gaya tarik dan gaya gesekan kecil, maka granul akan lebih mudah dan

cepat mengalir. Sudut diam juga dipengaruhi oleh ukuran partikel, semakin kecil

ukuran partikel maka kohesivitas partikel semakin tinggi yang akan mengurangi

kecepatan alirnya sehingga sudut diam yang terbentuk semakin besar (Siregar dan

Wikarsa, 2010).

Tabel VIII. Hasil Evaluasi Sudut Diam Tablet Kunyah Antasida dengan Pati Sukun
Sebagai Bahan Pengikat.

Rata-rata Sudut diam ( ± SD


Formula I Formula II Formula III

26,56 ± 0 26,56 25,64

Data hasil uji sudut diam dapat dilihat pada Tabel VII. Sudut diam suatu

granul yang akan dicetak tidak boleh lebih dari 30o (Siregar dan Wikarsa, 2010).

D. Pemeriksaan Karakteristik Tablet


1. Organoleptis

Uji organoleptis dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik dari

tablet. Uji organoleptis dipengaruhi oleh bahan yang digunakan . Zat aktif

untuk formula tablet kunyah antasida menggunakan aluminium hidroksida dan

magnesium hidroksida, kedua bahan tersebut tidak memiliki rasa atau tidak

berasa sehingga tablet yang dihasilkan tidak mempunyai rasa, dan tidak ada

penambahan pewarna dalam formula bahan sehingga tablet memiliki warna putih.

Hasil pengamatan organoleptis dapat dilihat pada Tabel IX.

Tabel IX. Hasil Evaluasi Organoleptis Tablet Kunyah Antasida dengan Pati Sukun
Sebagai Bahan Pengikat.

Organoleptis tablet kunyah antasida


Keterangan Formula I Formula II Formula III
Warna Putih Putih Putih
Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Rasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa
33

2. Keseragaman ukuran

Keseragaman ukuran dilakukan untuk menjamin penampilan tablet yang

baik. Keseragaman ukuran dipengaruhi oleh ukuran punch dan die, diameter

tablet adalah 12 mm ini dikarenakan diameter punch dan die adalah 12 mm.

Tebal tablet 4,6 mm karena pada pengaturan tekanan yang diberikan besar

sehingga tablet memiliki ketebalan yang tipis. Hasil keseragaman ukuran dapat

dilihat pada Tabel X.

Tabel X. Hasil Evaluasi Keseragaman Ukuran Tablet Kunyah Antasida dengan


Pati Sukun Sebagai Bahan Pengikat.

Rata-rata Keseragaman ukuran (mm) ± SD


Keterangan
Formula I Formula II Formula III
Tebal 4,6 ± 0 4,6 ± 0 4,6 ± 0
Diameter 12 ± 0 12 ± 0 12 ± 0

3. Keseragaman bobot

Hasil pengujian keseragaman bobot pada tablet kunyah antasida

memenuhi persyaratan yang ditetapkan karena waktu alir yang dimiliki oleh

granul cukup baik sehingga granul dapat mengalir dan mengisi die dengan penuh

sehingga bobot yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Hasil

pengamatan keseragaman bobot dapat dilihat pada Tabel XI.

Tabel XI. Hasil Keseragaman Bobot Tablet Kunyah Antasida dengan Pati Sukun
Sebagai Bahan Pengikat.

Rata-rata Bobot tablet (mg) ± SD


Formula I Formula II Formula III
493,5 ± 1 494 ± 0,866 493,5 ± 1
34

Berdasarkan Tabel XI dapat diketahui bahwa semua formula memenuhi

persyaratan kolom A ± 5% (475 mg - 525 mg) dan kolom B ± 10% (450 mg -550

mg). Berdasarkan hasil analisis statistika menunjukkan data keseragaman bobot

tablet kunyah Antasida yang diperoleh terdistribusi normal (p = 1,00 > 0,05) dan

homogen (p = 1,00 > 0,05), sehingga dapat dilakukan analisis one way Anova.

Berdasarkan hasil analisis Anova didapatkan hasil (p = 0,048 < 0,05) yang berarti

berbeda bermakna atau adanya pengaruh pati sukun terhadap keseragaman bobot

tablet kunyah antasida. Analisi data dilanjutkan dengan uji post hoc dan

berdasarkan hasil analisis post hoc diperoleh hasil yang signifikan (p = 0,05<0,05)

pada perbandingan formula I & II, dan perbandingan formula I & III didapatkan

hasil yang signifikan (p = 0,024<0,05) maka berdasarkan uji statistika data yang

diperoleh berbeda bermakna, sedangkan pada perbandingan formula II & III

menunjukan hasil yang tidak signifikan (p= 0,531>0,05) yang berarti berbeda

tidak bermakna atau tidak adanya pengaruh pati sukun terhadap keseragaman

bobot tablet kunyah antasida. Berdasarkan hasil analisis statistika dan persyaratan

tablet kunyah formula yang paling baik adalah formula I dengan konsentrasi

pengikat sebesar 5% karena pada formula I memiliki hasil pengujian yang paling

baik dan hasil uji statistika yang signifikan terhadap formula II dan III. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya pengaruh konsentrasi pati sukun sebagai bahan

pengikat tablet kunyah antasida terhadap keseragaman bobot tablet yang

dihasilkan. Data hasil pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 9.

4. Kekerasan
35

Uji kekerasan tablet kunyah antasida yang dihasilkan memiliki kekerasan

rata-rata 8,992 kg, sehingga pada saat tablet kunyah antasida dikonsumsi oleh

pasien dapat dikunyah dengan mudah sehingga pasien tidak kesulitan dalam

mengkonsumsi sediaan tablet kunyah antasida. Persyaratan kekerasan tablet

kunyah adalah 7-12 kg (Gauhar, 2006). Faktor yang mempengaruhi kekerasan

adalah sifat alir, tekanan, konsentrasi pengikat, dan LOD. Sifat alir yang baik

sangat berpengaruh terhadap kekerasan tablet karena jika granul dapat mengalir

dengan baik akan membuat kekerasan tablet yang dihasilkan juga akan memenuhi

persyaratan. Tekanan yang diberikan dari mesin tablet sangat berpengaruh

terhadap kekerasan tablet kunyah. Semakin besar tekanan yang diberikan maka

tablet akan semakin keras. Konsentrasi pengikat juga sangat mempengaruhi

terhadap kekerasan tablet kunyah, semakin tinggi konsentrasi pengikat maka

kekerasan yang dihasilkan akan tinggi, sebaliknya semakin rendah konsentrasi

pengikat maka kekerasan yang dihasilkan akan rendah. LOD juga berperan

penting terhadap kekerasan tablet karena jika granul yang dihasilkan terlalu

lembab maka granul akan susah mengalir dari hopper menuju die dan die tidak

akan terisi secara homogen dan maksimal sehingga tablet yang dihasilkan akan

memiliki bobot tidak sesuai dengan persyaratan. Hasil kekerasan tablet kunyah

antasida dapat dilihat pada Tabel XII.

Tabel XII. Hasil Pengujian Kekerasan Tablet Kunyah Antasida dengan Pati Sukun
Sebagai Bahan Pengikat.

Rata-rata kekerasan tablet (Kg) ± SD


Formula I Formula II Formula III
8,64 ± 0,55 8,9 ± 0,09 9,03 ±0,29
36

Berdasarkan hasil analisis statistika menunjukkan data kekerasan tablet

kunyah Antasida yang diperoleh terdistribusi normal p = 0,573 > 0,05 dan

homogen p = 0,119 > 0,05, sehingga dapat dilakukan analisis one way Anova.

Berdasarkan hasil analisis Anova didapatkan hasil (p = 0,013 < 0,05), kemudian

dilanjutkan uji post hoc dan berdasarkan hasil analisis post hoc diperoleh hasil

yang signifikan (p = 0,023<0,05) pada perbandingan formula I dan II, dan begitu

juga pada formula I dan III didapatkan hasil yang signifikan (p = 0,046<0,05)

maka berdasarkan uji statistik data yang diperoleh berbeda bermakna. Sedangkan

pada perbandingan formula II & III menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p=

0,333>0,05) yang berarti berbeda tidak bermakna. Berdasarkan hasil analisis

statistika dan persyaratan tablet kunyah formula yang paling baik adalah formula I

dengan konsentrasi pengikat sebesar 5% karena pada formula I memiliki data

statistika yang signifikan terhadap formula II dan III, selain itu pada Formula I

memiliki hasil pengujian kekerasan yang memenuhi persyaratan. Data statistika

dapat dilihat pada lampiran 9.

5. Kerapuhan

Uji kerapuhan merupakan parameter yang dilakukan untuk menentukan

atau mengukur kekuatan fisik tablet sewaktu pengemasan dan pengiriman.

Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama

diputar dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Faktor yang mempengaruhi

kerapuhan antara lain: konsentrasi pengikat, kekerasan tablet, dan waktu hancur.

Hasil pengujian kerapuhan dapat dilihat pada tabel XIII.


37

Tabel XIII. Hasil Pengamatan Kerapuhan Tablet Kunyah Antasida dengan Pati
Sukun Sebagai Bahan Pengikat.

Kerapuhan (%)
Keterangan Formula I Formula II Formula III
Rata-rata 0,293 ± 0,297 ± 0,345 ± 0,07
±SD 0,17 0,10

Berdasarkan Tabel XII dapat diketahui bahwa kerapuhan tablet antasida

memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 1% (Sulaiman, 2007). Kerapuhan sangat

dipengaruhi oleh kekerasan tablet dan homogenitas dari granul karena jika

pengikat tidak homogen akan menghasilkan kerapuhan tablet yang tinggi atau

melebihi persyaratan.

Berdasarkan hasil analisis statistika menunjukkan data kerapuhan tablet

kunyah Antasida yang diperoleh terdistribusi normal (p = 0,890 > 0,05) dan

homogen (p = 0,345 > 0,05), sehingga dapat dilakukan analisis one way Anova.

Berdasarkan hasil analisis Anova didapatkan hasil (p = 0,013 < 0,05) yang berarti

berbeda bermakna atau adanya pengaruh pati sukun terhadap kerapuhan tablet

kunyah antasida. Analisis data dilanjutkan dengan uji post hoc. Berdasarkan hasil

analisis post hoc diperoleh hasil yang signifikan (p = 0,036<0,05) pada

perbandingan formula I dan II, dan begitu juga pada formula I dan III didapatkan

hasil yang signifikan (p = 0,035<0,05) yang berarti berbeda bermakna atau adanya

pengaruh pati sukun sebagai bahan pengikat terhadap tablet kunyah antasida pada

semua konsentrasi, sedangkan pada perbandingan formula II & III didapatkan data

yang tidak siginifikan (p=0,390>0,05) yang berarti data berbeda tidak bermakna

atau tidak adanya pengaruh pati sukun terhadap kerapuhan tablet kunyah antasida.
38

Berdasarkan hasil analisis statistik dan persyaratan tablet kunyah formula yang

paling baik adalah formula I dengan konsentrasi pengikat sebesar 5% karena

menunjukan hasil yang paling baik karena memiliki data statistik yang signifikan

pada perbandingan formula I & II, dan I & III. Hal ini menunjukkan bahwa

perbedaan konsentrasi penggunaan pati sukun sebagai bahan pengikat tablet

kunyah antasida berpengaruh terhadap kerapuhan tablet yang dihasilkan. Data

statistika dapat dilihat pada lampiran 9.


39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Konsentrasi pati sukun sebagai bahan pengikat pada tablet kunyah antasida

berdasarkan hasil statistik berpengaruh pada kadar air granul, waktu alir,

keseragaman bobot, kekerasan, dan kerapuhan tablet kunyah, tetapi tidak

berpengaruh pada organoleptis dan keseragaman ukuran tablet kunyah.

2. Konsentrasi pati sukun sebagai bahan pengikat yang paling baik pada

sediaan tablet kunyah antasida dengan metode granulasi basah adalah pada

formula I yaitu dengan konsentrasi 5%.

B. Saran

Saran untuk penelitian lebih lanjut yaitu perlu dilakukan pengujian

stabilitas tablet, dan penetapan kadar zat aktif tablet kunyah antasida.
40

39
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2007. Apa yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Cetakan Kelima.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. UI Press.
Jakarta.

Ansel, H.C., 2008. Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi IV., Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Ansel, H.C., 2014. Pengatar Bentuk sediaan Farmasetis dan Sistem


Penghantaran Obat . Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Anwar, E., 2012, Eksipien Dalam Sedian Farmasi: Karakteristik Dan Aplikasi,
Dian Rakyat, Jakarta.

Ari Estuningtyas, Azalia Arif. 2007. Obat local. Dalam Sulistia Gan Gunawan,
Rianto Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth: Farmakologi dan terapi. Edisi 5.
Jakarta: FKUI.

Aulton, ME. 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design. Curcill
Livingstone Press, Melburne and New York.

Darsono S., 2009, Magnesium sebagai Antasida, (online), (http://darsonosigit.


um.ac.id/wp content/uploads/2009/04/antasida.pdf, diakses 17Januari 2017).

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.
41

Depkes RI, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan, Cetakan


Pertama, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1998. Panduan Kehutanan Indonesia.


Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.

Dewanti Putri Pratiwi, Ahmad Sulaeman, dan Leily Amalia. 2012. Pemanfaatan
tepung sukun (artocarpus altilis sp.) Pada pembuatan aneka kudapan
sebagai alternatif makanan bergizi untuk pmt-as. Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor,
Jl. Raya Darmaga, Bogor.
40
Fressenden, R. J dan Fressenden, J. S, 1986. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2.
Erlangga.

Gauhar, A., 2006, Optimasi Formula Tablet Kunyah Susu Kuda Liar dengan
Bahan Pengisi Serbuk Jahe (Zingiber officinale, Rose) Instan dan Manitol
dengan Metode Simplex Lattice Design. Skripsi, Yogyakarta : UAD

Goeswin, Agoes. 2012. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung. Penerbit ITB.

Gordon, M.H. 1990. The Mechanism of Antioxidants Action In Vitro. In B.J.F.


Hudson, editor. Food Antioxidants. Elvesier Applied Science, London.

ISO, 2014, ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat, Volume 49, PT. ISFI
Penerbitan, Jakarta.

Jacobs, H dan J. A. Delcour. 1998. Hidrotermal Modifications of Granular Starch,


with Retention of the Granelar Structure : a Review. Journal of Agriculture.
Food Chemistry

Kartono, G.,Harwanto, Suhardjo dan T. Purbiati. 2004. Keragaman Kultivar


Sukun dan Pemanfaatannya di Jawa Timur. (Studi Kasus di Kabupaten Kediri
dan Banyuwangi). http://www.bptp-jatim-deptan.go.id. Diakses pada tanggal
2 Januari 2017.

Lachman L., Lieberman H.A., Kanig J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi
Industri diterjemahkan oleh Suyatni S., Edisi II, UI Press, Jakarta.

Liu, J. H., J. J. Qin., H. Z. Jin., X. J. Hu., M, Chen., Y. H. Shen., S. K. Yan., and


W. D. Zhang. 2009. A new triterpenoid from Brucea javanica. Arch. Pharm
Res.
42

Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell, V.W. 2003. Biokimia
Harper. Edisi 25. Alih Bahasa Andry Hartono. Jakarta. Penerbik EGC

Pitojo, S. 1992. Budidaya Sukun. Kanisius, Jakarta.

Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka Utama,


Yogyakarta.

Rincon dan Padilla. 2004. Potensi dan Pemanfaatan Sukun. Instutit Pertanian
Bogor, Bogor.

Rowe, C.R., P.J. Shekey, and P.J. Weller. 2006. Handbook of Pharmaceutical
Exipients. Fifth Edition. London : Pharmaceutical Press.

Rowe, Sheskey, & Quinn, 2009, Handbook of Pharmaceutical Exapients Sixth


Edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association,
USA.

Siregar, C.J.P., dan Wikarsa , S., 2010 Teknologi Farmasi Sedian Tablet Dasar-
Dasar Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sulaiman, T.N.S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, Cetakan


Pertama. Yogyakarta: Mitra Communications Indonesia.
Tjay, T. H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi ke VI. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Tunón A, Gråsjö J, Alderborn G. 2003. Effect of intragranular porosity on


compression behaviour of and drug release from reservoir pellets. Eur J
Pharm Sci, Vol 19, No 5, Pages 333–344.

Voigt, R, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendani


Noerono Edisi 5, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Widowati, S. 2003. Prospek Tepung Sukun Untuk Berbagai Produk Makanan


Olahan dalam Upaya Menunjang Divertifikasi Pangan. Makalah Pribadi
pengantar ke Falsafah Sains. Program Sarjana S3. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
43

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi Sukun


44

43
45

Lampiran 2. Proses Pengendapan dan Hasil Pengendapan Pati Sukun


(Artocarpus communis Fors)

Gambar 1. Pengendapan Pati Sukun (Artocarpus communis Fors)

Gambar 2. Hasil Pengendapan Pati Sukun (Artocarpus communis Fors)


46

Lampiran 3. Serbuk Pati Sukun (Artocarpus communis Fors)

Gambar 3. Serbuk Pati Sukun (Artocarpus communis Fors)

Hasil rendemen pati sukun

R= x 100%

Keterangan:
R = Rendemen
A = Berat serbuk yang diperoleh
B = Berat sampel awal (Depkes RI, 2000)

Perhitungan rendemen:
47

Lampiran 4. Hasil Identifikasi Pati Sukun (Artocarpus communis Fors)

Gambar 4. Identifikasi Pati Sukun (Artocarpus communis Fors) Dengan


Yodium
Keterangan: Pati + Yodium warna biru

Hilus

Gambar 5. Hasil Pengamatan di bawah Mikroskop Perbesaran 100 X


48

Lampiran 5. Granul Tablet Kunyah Antasida

Gambar 6. Granul Antasida Formula I.

Gambar 7. Granul Antasida Formula II.

Gambar 8. Granul Antasida Formula III.


49

Lampiran 6. Hasil Cetak Tablet Kunyah Antasida

Gambar 9. Tablet Kunyah Antasida Formula I.

Gambar 10. Tablet Kunyah Antasida Formula II.

Gambar 11. Tablet Kunyah Antasida Formula III.


50

Lampiran 7. Hasil Karakteristik Fisik Granul Tablet Kunyah


Antasida Dengan Pengikat Pati Sukun

Tabel V. LOD Granul Tablet Kunyah Antasida Dengan Bahan Pengikat Pati Sukun

LOD (%)
Replikasi
Formula I Formula II Formula III
1 2,50 3,32 2,98
2 2,45 2,55 2,90
3 2,10 2,90 2,40
Rata-rata 2,35 ± 0,218 2,92 ± 0,386 2,76 ± 0,314
± SD

Tabel VI. Hasil Pengujian Waktu alir dan kecepatan alir Tablet Kunyah Antasida Dengan
Bahan Pengikat Pati Sukun.
Waktu alir (detik)
Replikasi
Formula I Formula II Formula III
1 2,59 2,97 3,02
2 2,50 3,0 2,80
3 3,0 2,8 3,0
Rata-rata 2,69 ± 0,267 2,92 ± 0,108 2,94 ± 0,122
± SD

Kecepatan alir (g/s)


Replikasi
Formula I Formula II Formula III
1 38,60 33,60 33,10
2 40,00 33,30 35,70
3 33,30 35,70 33,30
Rata-rata 37,30 ± 3,54 34,20 ± 1,31 34,00 ± 1,45
± SD

Perhitungan kecepatan alir

Diketahui :
Bobot granul = 100 gram

Formula 1

Replikasi 1 = g/s

Replikasi 2 = g/s

Replikasi 3 = g/s
51

Formula 2

Replikasi 1 = g/s

Replikasi 2 = g/s

Replikasi 3 = g/s

Formula 3

Replikasi 1 = g/s

Replikasi 2 = g/s

Replikasi 3 = g/s

Tabel VII. Hasil Pengujian Sudut Diam Tablet Kunyah Antasida Dengan Bahan Pengikat
Pati Sukun.

Replikasi Sudut diam (


Formula I Formula II Formula III
1 26,56 26,56 25,64
2 26,56 26,56 25,64
3 26,56 26,56 25,64
Rata-rata 26,56 ± 0 26,56 ± 0 25,64 ± 0
± SD

Perhitungan sudut diam

Rumus α=

Keterangan :
h : tinggi
D : diameter

Formula I

Replikasi 1: h = 3 cm
D = 12 cm
52

Replikasi 2: h = 3 cm
D = 12 cm

Replikasi 3: h = 3 cm
D = 12 cm

Formula II

Replikasi 1: h = 3 cm
D = 12 cm

Replikasi 2: h = 3 cm
D = 12 cm

Replikasi 3: h = 3 cm
D = 12 cm

Formula III

Replikasi 1: h = 3 cm
D = 12,5 cm

Replikasi 2: h = 3 cm
D = 12,5 cm

Replikasi 3: h = 3 cm
D = 12,5 cm
53

Tabel VIII. Hasil Pengujian Kompresibilitas Tablet Kunyah Antasida Dengan Bahan
Pengikat Pati Sukun.

Replikasi Kompresibilitas (%)


Formula I Formula II Formula III
1 7,04 5,50 4,40
2 6,94 5,79 2,94
3 5,60 4,30 4,20
Rata-rata 6,52 ± 0,80 5,19 ± 0,79 3,85 ± 0,79
± SD

Perhitungan kompresibiliitas

(5)

Formula 1

Replikasi 1

Kerapatan bulk =

Kerapatan mampat=

C=

Replikasi 2

Kerapatan bulk =
54

Kerapatan mampat =

C=

Replikasi 3

Kerapatan bulk =

Kerapatan mampat =

C=

Formula 2

Replikasi 1

Kerapatan bulk =

Kerapatan mampat =

C=

Replikasi 2

Kerapatan bulk =

Kerapatan mampat =

C=

Replikasi 3

Kerapatan bulk =
55

Kerapatan mampat =

C=

Formula 3

Replikasi 1

Kerapatan bulk =

Kerapatan mampat =

C=

Replikasi 2

Kerapatan bulk =

Kerapatan mampat =

C=

Replikasi 3

Kerapatan bulk =

Kerapatan mampat =

C=
56

Lampiran 8. Hasil Karakteristik Fisik Tablet Kunyah Antasida Dengan


Bahan Pengikat Pati Sukun

Tabel IX. Hasil Pengujian Organoleptis Tablet Kunyah Antasida Dengan Bahan Pengikat Pati
Sukun.
Replikasi Keterangan Organoleptis
Formula I Formula II Formula III
Warna Putih Putih Putih
1 Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Rasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa
Warna Putih Putih Putih
2 Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Rasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa
Warna Putih Putih Putih
57

3 Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau


Rasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa

Tabel X. Hasil Pengujian Keseragaman Ukuran Tablet Kunyah Antasida Dengan Bahan
Pengikat Pati Sukun.

Formula Replikasi Keseragaman ukuran (mm)


Tebal tablet Diameter tablet
Replikasi 1 4,6 12
Replikasi 2 4,6 12
FI Replikasi 3 4,6 12
Rata-rata ± 4,6 ± 0 12 ± 0
SD
Replikasi 1 4,6 12
Replikasi 2 4,6 12
F II Replikasi 3 4,6 12
Rata-rata ± 4,6 ± 0 12 ± 0
SD
Replikasi 1 4,6 12
Replikasi 2 4,6 12
F III Replikasi 3 4,6 12
Rata-rata ± 4,6 ± 0 12 ± 0
SD

Tabel XI. Hasil Pengujian Keseragaman Bobot Tablet Kunyah Antasida Dengan Bahan
Pengikat Pati Sukun

Bobot tablet (mg)


No. Formula I Formula II Formula III
Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi Replik
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 510 490 490 500 510 510 510 510 490
2 480 490 510 510 480 490 500 480 500
3 490 480 510 500 490 480 500 490 500
4 500 480 500 510 500 500 500 500 510
5 480 500 500 490 480 480 490 480 510
6 480 510 480 490 480 480 490 480 480
58

7 490 500 490 480 490 490 480 490 490


8 510 510 490 490 510 510 480 510 490
9 510 500 490 500 510 510 490 510 490
10 500 490 480 490 500 500 500 500 480
11 490 480 480 500 490 490 500 490 480
12 490 490 480 500 490 490 500 490 480
13 480 490 490 490 480 480 490 480 490
14 510 490 490 480 510 510 490 510 490
15 510 490 490 490 510 510 480 510 490
16 500 500 510 490 500 500 480 500 500
17 490 500 510 500 490 490 480 490 500
18 480 500 500 500 480 480 490 480 500
19 480 510 500 500 480 490 500 480 510
20 490 510 500 490 490 480 500 490 510
Rata-rata 493,5 495,5 494,5 495 493,5± 493,5 492,5 493,5 494,5
± SD ±11,821 ±9,987 ±10,501 ±8,271 11,821 ±11,821 ±9,104 ±11,821 ±10,50

FORMULA 1

Replikasi 1

Perhitungan keseragaman bobot :

A ± 5%

493,5 – 24,675 = 468,825 mg

493,5 + 24,675 = 518,175 mg

(Rentang penyimpangan bobot 468,825 mg – 518,175 mg)

B ± 10%

493,5 – 49,35 = 444,15 mg

493,5 + 49,35 = 542,85 mg

(Rentang penyimpangan bobot 444,15 mg -542,85 mg)

Replikasi 2

Perhitungan keseragaman bobot :


59

A ± 5%

495,5 – 24,775 = 470,725 mg

495,5 + 24,775 = 520,275 mg

(Rentang penyimpangan bobot 470,775 mg – 520,275 mg)

B ± 10%

495,5 – 49,55 = 445,95 mg

495,5 + 49,55 = 545,05 mg

(Rentang penyimpangan bobot 445,95 mg -545,05 mg)

Replikasi 3

A ± 5%

494,5 – 24,725 = 469,775 mg

494,5 + 24,725 = 519,225 mg

(Rentang penyimpangan bobot 469,775 mg – 519,225 mg)

B ± 10%

494,5 – 49,45 = 445,05 mg

494,5 + 49,45 = 543,95 mg

(Rentang penyimpangan bobot 445,05 mg – 543,95 mg)

Formula 2

Replikasi 1
60

A ± 5%

495– 24,775 = 470,3 mg

495,5 + 24,775 = 519,7 mg

(Rentang penyimpangan bobot 470,3 mg – 519,7 mg)

B ± 10%

495 – 49,5 = 445,5 mg

495 + 49,5 = 544,5 mg

Replikasi 2

A ± 5%

493,5 – 24,675 = 468,825 mg

493,5 + 24,675 = 518,175 mg

(Rentang penyimpangan bobot 468,825 mg – 518,175 mg)

B ± 10%

493,5 – 49,35 = 444,15 mg

493,5 + 49,35 = 542,85 mg

(Rentang penyimpangan bobot 444,15 mg -542,85 mg)

Replikasi 3

A ± 5%

493,5 – 24,675 = 468,825 mg

493,5 + 24,675 = 518,175 mg


61

(Rentang penyimpangan bobot 468,825 mg – 518,175 mg)

B ± 10%

493,5 – 49,35 = 444,15 mg

493,5 + 49,35 = 542,85 mg

(Rentang penyimpangan bobot 444,15 mg -542,85 mg)

Formula 3

Replikasi 1

A ± 5%

495,5 – 24,775 = 467,875 mg

495,5 + 24,775 = 517,125 mg

(Rentang penyimpangan bobot 467,875 mg – 517,125 mg)

B ± 10%

492,5 – 49,25 = 443,25 mg

495,5 + 49,55 = 541,75 mg

(Rentang penyimpangan bobot 443,25 mg – 541,75 mg)

Replikasi 2

A ± 5%

493,5 – 24,675 = 468,825 mg

493,5 + 24,675 = 518,175 mg

(Rentang penyimpangan bobot 468,825 mg – 518,175 mg)


62

B ± 10%

493,5 – 49,35 = 444,15 mg

493,5 + 49,35 = 542,85 mg

(Rentang penyimpangan bobot 444,15 mg -542,85 mg)

Replikasi 3

A ± 5%

494,5 – 24,725 = 469,775 mg

494,5 + 24,725 = 519,225 mg

(Rentang penyimpangan bobot 469,775 mg – 519,225 mg)

B ± 10%

494,5 – 49,45 = 445,05 mg

494,5 + 49,45 = 543,95 mg

(Rentang penyimpangan bobot 445,05 mg – 543,95 mg)

Tabel XII. Hasil Pengujian Kekerasan Tablet Kunyah Antasida Dengan Bahan Pengikat
Pati Sukun.
Kekerasan tablet (Kg)
No. Formula I Formula II Formula III
Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 9 9 9 10 9 8 9 8 10
2 8 8 10 9 9 8 9 8 10
3 9 8 10 9 9 9 9 8 9
4 9 10 8 8 8 10 8 9 9
5 8 8 8 8 8 10 10 9 9
6 8 9 8 9 10 9 10 10 8

Rata- 8,5 8,6 8,83 8,83 8,83 9 9,2 8,7 9,2


rata
63

Rata-
rata ± 8,64 ± 0,55 8,9 ± 0,09 9,03 ± 0,29
SD

Tabel XIII. Hasil Pengujian Kerapuhan Tablet Kunyah Antasida Dengan Bahan Pengikat
Pati Sukun
Kerapuhan (%)
Replikasi Formula I Formula II Formula III
1 0,19 0,20 0,49
2 0,49 0,29 0,29
3 0,20 0,40 0,40
Rata-rata 0,293 ± 0,297 ± 0,345 ±
±SD 0,170 0,100 0,078

Rumus :

Keterangan :
a: bobot awal
b: bobot akhir
Perhitungan Kerapuhan Tablet Kunyah Antasida:
Formula I
Replikasi 1
Bobot awal : 10,02 g
Bobot akhir : 10,00g

= 0,19 %
Replikasi 2
Bobot awal : 10,17 g
Bobot akhir : 10,12 g

= 0,49 %
Replikasi 3
Bobot awal : 9,98 g
Bobot akhir : 9,96g

= 0,20 %

Formula II
Replikasi 1
Bobot awal : 9,80 g
Bobot akhir : 9,78 g
64

= 0,20%
Replikasi 2
Bobot awal : 10,01 g
Bobot akhir : 9,98 g

= 0,29 %
Replikasi 3
Bobot awal : 9,91 g
Bobot akhir : 9,87 g

= 0,40 %
Formula III
Replikasi 1
Bobot awal : 10,20 g
Bobot akhir : 10,15 g

= 0,49%
Replikasi 2
Bobot awal : 10,10 g
Bobot akhir : 10,07 g

= 0,29 %
Replikasi 3
Bobot awal : 9,98 g
Bobot akhir : 9,94 g

= 0,40 %
65

Lampiran 9. Hasil Analisis Statistik

1. LOD

Tests of Normality

KONSENTRASI Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk


Statistic df Sig. Statistic df Sig.
5% ,343 3 . ,842 3 ,220
LOD 7,5% ,243 3 . ,972 3 ,681
10% ,339 3 . ,851 3 ,244
a. Lilliefors Significance Correction

Oneway
Test of Homogeneity of Variances
LOD
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,372 2 6 ,704

ANOVA
LOD
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1,237 2 ,618 7,277 ,025
Within Groups ,510 6 ,085
Total 1,747 8
66

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons
Dependent Variable: LOD
LSD
(I) (J) Mean Difference 95% Confidence Interva
Std. Error Sig.
KONSENTRASI KONSENTRASI (I-J) Lower Bound Upper Bo
5% 7,5% -,90667* ,23802 ,009 -1,4891 -,3243
10% -,41000* ,23802 ,013 -,9924 ,1724
7,5% 5% ,90667* ,23802 ,009 ,3243 1,4891
10% ,49667 ,23802 ,082 -,0857 1,0791
10% 5% ,41000* ,23802 ,013 -,1724 ,9924
7,5% -,49667 ,23802 ,082 -1,0791 ,0857
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
2. WAKTU ALIR

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KONSENTRASI
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
5% ,322 3 . ,880 3 ,324
WAKTUALI
R 7,5% ,334 3 . ,860 3 ,266
10% ,356 3 . ,818 3 ,157
a. Lilliefors Significance Correction

Oneway
Test of Homogeneity of Variances
WAKTUALIR
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3,063 2 6 ,121

ANOVA

WAKTUALIR
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,111 2 ,055 1,706 ,025
Within Groups ,195 6 ,032
Total ,306 8

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons
67

Dependent Variable: WAKTUALIR


LSD
Mean 95% Confidence Interval
(I) (J) Std.
Difference (I- Sig. Lower Upper
KONSENTRASI KONSENTRASI Error
J) Bound Bound
7,5% -,22667* ,14717 ,017 -,5868 ,1334
5%
10% -,24333* ,14717 ,014 -,6034 ,1168
5% ,22667* ,14717 ,017 -,1334 ,5868
7,5%
10% -,01667 ,14717 ,914 -,3768 ,3434
5% ,24333* ,14717 ,014 -,1168 ,6034
10%
7,5% ,01667 ,14717 ,914 -,3434 ,3768

3. KOMPRESIBILITAS

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Konsentrasi
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
5% ,363 3 . ,802 3 ,119
Kompresibilitas 7,5% ,316 3 . ,889 3 ,353
10% ,339 3 . ,851 3 ,242
a. Lilliefors Significance Correction

Oneway
Test of Homogeneity of Variances
Kompresibilitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,004 2 6 ,996

ANOVA
Kompresibilitas

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Between Groups 10,774 2 5,387 8,519 ,018

Within Groups 3,794 6 ,632

Total 14,568 8

Post Hoc Tests


68

Multiple Comparisons
Dependent Variable: kompresibilitas
LSD
Mean Difference 95% Confidence Interval
(I) konsentrasi (J) konsentrasi Std. Error Sig.
(I-J) Lower Bound Upper Bound
7,5% 1,33000* ,64929 ,026 -,2588 2,9188
5%
10% 2,68000* ,64929 ,006 1,0912 4,2688
5% -1,33000* ,64929 ,026 -2,9188 ,2588
7,5%
10% 1,35000 ,64929 ,083 -,2388 2,9388
5% -2,68000* ,64929 ,006 -4,2688 -1,0912
10%
7,5% -1,35000 ,64929 ,083 -2,9388 ,2388
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

4. KECEPATAN ALIR

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KONSENTRASI
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
5% ,310 3 . ,899 3 ,381
KECEPATANALIR 7,5% ,343 3 . ,842 3 ,220
10% ,361 3 . ,807 3 ,132
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
KECEPATAN ALIR
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3,435 2 6 ,101

ANOVA
KECEPATANALIR
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 20,309 2 10,154 1,870 ,023
Within Groups 32,587 6 5,431
Total 52,896 8

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons
Dependent Variable: KECEPATANALIR
69

LSD
(I) (J) Mean 95% Confidence Interval
Std. Error Sig.
KONSENTRASI KONSENTRASI Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound
7,5% 3,10000* 1,90282 ,015 -1,5560 7,7560
5%
10% 3,26667* 1,90282 ,013 -1,3894 7,9227
5% -3,10000* 1,90282 ,015 -7,7560 1,5560
7,5%
10% ,16667 1,90282 ,933 -4,4894 4,8227
5% -3,26667* 1,90282 ,013 -7,9227 1,3894
10%
7,5% -,16667 1,90282 ,933 -4,8227 4,4894

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KONSENTRASI
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
5% ,175 3 . 1,000 3 1,000
BOBOTABLE
T 7,5% ,375 3 . ,775 3 ,056
10% ,175 3 . 1,000 3 1,000
a. Lilliefors Significance Correction
5. BOBOT TABLET

Oneway
Test of Homogeneity of Variances
BOBOTABLET
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,000 2 6 1,000

ANOVA
BOBOTABLET
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1,501 2 ,750 ,826 ,048
Within Groups 5,452 6 ,909
Total 6,952 8

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons
Dependent Variable: BOBOTABLET
LSD
70

Mean 95% Confidence Interval


(I) (J)
Difference (I- Std. Error Sig.
KONSENTRASI KONSENTRASI Lower Bound Upper Bound
J)
7,5% ,48333* ,77829 ,050 -1,4211 2,3877
5%
10% 1,00000* ,77829 ,024 -,9044 2,9044
5% -,48333* ,77829 ,050 -2,3877 1,4211
7,5%
10% ,51667 ,77829 ,531 -1,3877 2,4211
5% -1,00000* ,77829 ,024 -2,9044 ,9044
10%
7,5% -,51667 ,77829 ,531 -2,4211 1,3877

6. KEKERASAN

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KONSENTRASI
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
5% ,268 3 . ,951 3 ,573
Kekerasan 7,5% ,334 3 . ,860 3 ,266
10% ,333 3 . ,861 3 ,271
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
KEKERASAN
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3,106 2 6 ,119

ANOVA

KEKERASAN

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Between Groups ,266 2 ,133 2,820 ,013

Within Groups ,283 6 ,047

Total ,548 8
71

Multiple Comparisons
Dependent Variable: KEKERASAN
LSD
Mean 95% Confidence Interval
(I) (J)
Difference (I- Std. Error Sig.
KONSENTRASI KONSENTRASI Lower Bound Upper Bound
J)
7,5% -,23333* ,17720 ,023 -,6669 ,2003
5%
10% -,42000* ,17720 ,046 -,8536 ,0136
5% ,23333* ,17720 ,023 -,2003 ,6669
7,5%
10% -,18667 ,17720 ,333 -,6203 ,2469
5% ,42000* ,17720 ,046 -,0136 ,8536
10%
7,5% ,18667 ,17720 ,333 -,2469 ,6203
Post Hoc Tests

7. KERAPUHAN

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KONSENTRASI
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
5% ,375 3 . ,775 3 ,056
KERAPUHAN 7,5% ,193 3 . ,997 3 ,890
10% ,193 3 . ,997 3 ,890
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
KERAPUHAN
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,279 2 6 ,345

ANOVA
KERAPUHAN
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,019 2 ,010 ,591 ,013
Within Groups ,098 6 ,016
Total ,118 8

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons
Dependent Variable: KERAPUHAN
72

LSD
Mean 95% Confidence Interval
(I) (J)
Difference (I- Std. Error Sig.
KONSENTRASI KONSENTRASI Lower Bound Upper Bound
J)
7,5% -,00333* ,10446 ,036 -,2589 ,2523
5%
10% -,10000* ,10446 ,035 -,3556 ,1556
5% ,00333* ,10446 ,036 -,2523 ,2589
7,5%
10% -,09667 ,10446 ,390 -,3523 ,1589
5% ,10000* ,10446 ,035 -,1556 ,3556
10%
7,5% ,09667 ,10446 ,390 -,1589 ,3523

Anda mungkin juga menyukai