PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat yang dibuat secara kempa-cetak, berbentuk
rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 2007). Pembuatan tablet terdiri
dari 3 cara yaitu cetak langsung, granulasi basah, dan granulasi kering. Metode
granulasi basah merupakan metode tertua yang paling luas dan paling banyak
digunakan dalam proses pembuatan tablet. Hal tersebut disebabkan oleh karena
hampir semua bahan obat dapat dicetak dengan metode ini dan memenuhi
hancur, rasa yang enak, dan tidak meninggalkan rasa yang pahit (Ansel, 2005).
Tujuan pembuatan tablet kunyah digunakan untuk pasien yang sulit menelan
tablet atau untuk anak-anak yang tidak bisa menelan tablet dengan air (Tunón,
2003).
lain bahan pengisi, pengikat, penghancur, pelicin dan pewarna. Bahan tambahan
Bahan pengikat merupakan suatu zat adhesif yang ditambahkan pada formulasi
suatu tablet yang kompak. Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah pati,
1
2
gelatin, povidon (PVP), CMC Na, dan zat lain yang sesuai (Siregar dan Wikarsa,
2010).
melarut tablet lebih lama (Priyambodo, 2007). Kadar pati yang digunakan untuk
Pati umumnya hanya digunakan dalam sediaan padat seperti tablet sebagai
pengisi, penghancur dan pengikat setelah berbentuk pasta kanji bagi tablet yang
dibuat dengan cara granulasi basah (Lachman dkk, 1994). Pati yang berpotensi
sukun. Pati dapat diperoleh dari berbagai tanaman termasuk sukun (Artocarpus
tumbuh subur di daerah beriklim tropis seperti di daerah Plalen Batang, Jawa
Tengah yang cukup banyak menghasilkan sukun. Buah sukun merupakan salah
satu penghasil pati yang cukup populer dan dikembangkan di Indonesia. Buah
sukun memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi karena itu sukun merupakan
salah satu sumber berharga untuk menghasilkan pati. Pati yang diperoleh dari
amilosa 27,68% dan amilopektin 72,32% (Rincom dkk, 2004). Berdasarkan latar
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
pengikat pada sediaan tablet kunyah antasida dengan metode granulasi basah
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
granulasi basah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi dalam bidang
bahan pengikat terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida dengan metode
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
1. Tablet Kunyah
farmasi. Tablet kempa dapat dibuat dengan tiga metode dasar: granulasi basah,
granulasi kering, dan cetak langsung. Bentuk tablet kempa yang baik meliputi
bulat, atau bentuk unik, tebal atau tipis, diameter besar atau kecil, datar atau
cembung, tidak beralur atau beralur, diukir atau dicetak dengan simbol
identifikasi/ atau nomor kode, disalut atau tidak disalut, berlapis satu dua dan tiga
(Ansel, 2014). Macam-macam tablet meliputi tablet cetak, tablet triturat, tablet
hipodermik, tablet bukal, tablet efervesen, tablet multilapis, tablet vaginal, tablet
hancur cepat, tablet hisap, dan tablet kunyah. Tablet kunyah adalah tablet yang
dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga
mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau rasa tidak enak
(Goeswin, 2012).
pengikat merupakan suatu zat adhesif yang ditambahkan pada formulasi tablet.
4
5
Fungsi pengikat dalam suatu formulasi tablet adalah untuk memberikan kekuatan
dan untuk mengurangi friabilitas granul dan tablet. Faktor yang mempengaruhi
mekanik pengikat, sifat zat aktif dan eksipien lain dalam formulasi, interaksi
granul dan kekuatan tablet meningkat jika konsentrasi pengikat meningkat dalam
atau campuran serbuk dalam wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang
Metode granulasi basah digunakan apabila zat aktif yang digunakan tahan
terhadap lembab dan panas. Zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat
aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah
adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat
distribusi zat pewarna dan zak aktif yang larut lebih baik/jika ditambahkan dalam
Metode granulasi kering digunakan untuk bahan aktif yang tidak tahan
terhadap pemanasan, dan rusak oleh air. Granulasi kering diproses dengan cara
Metode kempa langsung biasa digunakan untuk bahan yang memiliki sifat
alir yang baik, sehingga memungkinkan untuk dapat langsung dikompresi dalam
7
2. Sukun
penghasil buah utama dari keluarga Moraceae. Tanaman sukun sudah lama
Pasifik seperti Fiji, Tahiti, Kepulauan Samoa, dan Hawai, buah sukun telah
umumnya masih terbatas sebagai makanan ringan dan sayur (Pitojo, 1992).
dari Aceh sampai Papua. Hal tersebut merupakan potensi yang sangat besar untuk
Tanaman sukun memiliki kemampuan beradaptasi yang baik termasuk pada lahan
1998)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus communis Forst
8
3. Pati
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa, dan terdiri atas
amilosa dan amilopektin (Jacobs dan Delcour 1998). Pati dapat diperoleh dari biji-
lain adalah jagung, labu, kentang, ubi jalar, pisang, barley, gandul, beras, sagu,
amaranth, sukun, ubi kayu, ganyong, dan sorgum. Pemanfaatan pati asli masih
sangat terbatas karena sifat fisik dan kimianya kurang sesuai untuk digunakan
secara luas, oleh karena itu pati akan meningkat nilai ekonominya jika
ditemukan di dalam sereal, kentang, serta jenis sayuran lain. Amilum merupakan
selulosa. Dua unsur utama pati adalah amilosa (15-20%) yang mempunyai
struktur tanpa cabang, amilopektin (80-85%) yang terdiri atas rantai bercabang
(Murray, dkk, 2003). Rendemen pati sukun yang dihasilkan dari 36,118 kg adalah
dalam air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut
amilopektin. Timbul warna biru tua dari interaksi antar keduanya. Warna biru tua
merupakan dasar uji iodium untuk amilum, dimana larutan iodium ditambahkan
ke suatu contoh yang tidak diketahui, untuk menguji adanya amilum. Amilosa
larutan amilum dalam air. Amilosa bersifat kurang larut dibandingkan dengan
amilopektin larut. Berbeda halnya ketika amilosa dilarutkan dalam air panas,
maka amilosa akan larut sedangkan amilopektin tidak dapat larut (Fessenden dan
Fessenden, 1986).
4. Monografi Bahan
a. Alumunium Hidroksida
mengandung setara tidak kurang dari 76,5% Al(OH)3 dan dapat mengandung
Pemerian, serbuk amorf, putih, tidak berbau, tidak berasa (Depkes RI, 1995).
kompleks dengan protein yang dapat menutupi tukak lambung dengan suatu
lapisan pelindung (Tjay dan Rahardja, 2007). Kadar zat aktif yang berkhasiat
b. Magnesium Hidroksida
jam mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 100,5% Mg(OH) 2.
Pemeriannya, serbuk putih, ruah. Kelarutannya praktis tidak larut dalam air dan
dalam etanol, larut dalam asam encer (Depkes RI, 1995). Magnesium hidroksida
10
praktis tidak larut dan tidak efektif sebelum bereaksi dengan HCl membentuk
MgCl2. Magnesium hidroksida yang tidak bereaksi dengan HCl akan tetap berada
dalam lambung dan akan menetralkan HCl dari hasil sekresi lanjutan sehingga
masa kerjanya lama (Estuningtyas dan Azalia, 2007). Kadar zat aktif yang
c. Dekstrosa
granul berwarna putih, tidak berbau, rasa manis. Dekstrosa berfungsi sebagai
pengisi tablet, dapat digunakan untuk metode kempa langsung, terutama untuk
tablet kunyah. Dekstrosa larut dalam 1 bagian air pada suhu 20 oC, dan dalam 60
bagian etanol, praktis tidak larut dalam eter dan kloroform, larut dalam gliserin
d. Nipagin
Nipagin berbentuk serbuk kristal, tidak berwarna atau putih, tidak berbau
dan hampir tidak berasa, dan sedikit rasa terbakar. Nipagin larut dalam 3 bagian
ethanol (95%), 5 bagian propilen glikol, 400 bagian air, dan praktis tidak larut
e. Explotab
antara 2% - 8%. Explotab berupa serbuk putih sampai putih pudar, tidak berbau,
tidak berasa, serbuk ringan. Explotab agak sukar larut di etanol (95%), praktis
f. Magnesium Stearat
memiliki bau yang khas lemah, mudah melekat di kulit, bebas dari butiran.
Magnesium stearat tidak larut dalam air, etanol dan dalam eter (Depkes RI, 1995).
dkk, 2009).
g. Talk
Talk merupakan serbuk sangat halus, putih sampai putih abu-abu, tidak
berbau. Talk praktis tidak larut dalam asam dan alkali, larutan organik dan air.
h. Aquadestilata
berasa. Air Murni adalah air yang memenuhi persyaratan air minum, yang
dimurnikan dengan cara destilasi, penukar ion, osmosis balik atau proses lain
yang sesuai. Aquadestilata tidak mengandung zat tambahan lain (Depkes RI,
2014).
12
5. Karakteristik granul
a. Kadar air
dalam batas tertentu. Hal ini berhubungan dengan sifat alir, proses pengempaan,
berdasarkan berat basah dan berat kering. Bila dihitung berdasarkan berat basah,
kandungan air dari suatu bahan dihitung sebagai persen dari berat basahnya,
sedangkan bila berdasarkan berat kering, kandungan air dinyatakan sebagai persen
dari bahan kering. Istilah kadar air atau zat menguap lainnya dalam bidang
farmasi yang ditetapkan dengan cara pemanasan hingga konstan disebut dengan
susut pengeringan. Susut pengeringan dalam farmasi disebut dengan LOD (Loss
yang baik adalah 1-2% (Siregar dan Wikarsa, 2010). Kelembaban dapat dihitung
dengan rumus :
MC = x 100% (2)
b. Sifat alir
13
bobot pada saat pencetakan. Waktu alir granul untuk menentukan sifat aliran
apakah baik atau tidak, digunakan kemiringan aliran yang dihasilkan jika suatu
zat berupa serbuk dibiarkan mengalir bebas dari corong. Corong yang digunakan
biasanya terbuat dari baja tahan karat dengan volume kurang lebih 480 mL dan
lubang corong bagian bawah biasa digunakan 3 macam ukuran yaitu 6,0 mm,
8,0 mm dan 11,3 mm. Sifat alir dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel,
partikel yang lebih besar dan bulat menunjukkan aliran yang lebih baik. Sifat alir
yang kurang baik dapat disebabkan oleh adanya kelembaban. Pengujian ini
dilakukan dengan memasukan 100 gram granul dalam corong flowbility tester,
dibuka katup bawah pada alat dan mulai dihitung waktu serbuk untuk turun
seluruhnya (Sulaiman, 2007). Diukur diameter dan tinggi kerucut granul yang
(3)
(4)
gram/detik (Anwar, 2012). Sudut diam suatu granul yang akan dicetak tidak boleh
lebih dari 30o (Siregar dan Wikarsa, 2010). Berikut merupakan parameter baik
atau tidaknya serbuk tersebut mengalir menurut Priyambodo (2007) dapat dilihat
pada Tabel I.
14
c. Kompresibilitas
dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat Jolting Volumeter, kemudian
dicatat volume uji sebelum dimampatkan (V1) dan volume setelah dimampatkan
(5)
Keterangan :
C : Kompresibilitas (%)
m : Bobot granul (g)
V1 : Volume awal granul (mL)
V2 : Volume granul setelah dimampatkan (mL)
Syarat : Tidak lebih dari 20% (Aulton, 1988, Depkes RI 1995, Priambodo,
2007).
15
a. Organoleptis
Organoleptis sediaan tablet dapat diketahui melalui bau, warna dan bentuk
tablet. Tablet diamati secara langsung mulai dari bentuk, warna, bau dan rasa dari
tablet yang dihasilkan. Bentuk, warna yang dihasilkan sedapat mungkin sama
b. Keseragaman ukuran
menggunakan jangka sorong yang bersifat manual. Diameter tablet tidak lebih
dari 3 kali dan tidak kurang dari tebal tablet (Depkes RI, 1979).
c. Keseragaman bobot
Farmakope Indonesia edisi III memberi aturan cara uji keseragaman bobot
dan batas toleransi yang masih dapat diterima, yaitu tablet tidak bersalut harus
bobot terpenuhi jika tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada
kolom A, dan tidak satu pun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom B. Apabila tidak
mencukupi dari 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak ada satu pun tablet
yang bobotnya menyimpang lebih dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada
16
d. Kekerasan
melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet
e. Kerapuhan
friability tester. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1 %
(Sulaiman, 2007).
B. HIPOTESIS
bahan pengikat, maka karakteristik fisik sediaan tablet kunyah antasida dengan
BAB III
METODE PENELITIAN
rancangan acak lengkap dengan satu faktor. Faktor dalam penelitian ini adalah
kadar pati sukun (Artocarpus communis Fors) sebagai bahan pengikat pada tablet
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
(Artocarpus altilis) yang digunakan sebagai pengikat yaitu 5%, 7,5%, 10%.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah karakeristik fisik tablet kunyah
kerapuhan.
3. Variabel Terkendali
19
Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah metode ekstraksi dari pati
antasida dengan metode granulasi basah menggunakan bahan pengikat pati sukun
(Artocarpus communis Fors), kadar Al (OH)3, kadar Mg (OH)2, dan kadar bahan
tambahan.
18
C. Definisi operasional
1. Sukun yang digunakan dalam penelitian ini di dapat dari daerah Plalen, Batang,
adalah pati sukun (Artocarpus altilis) dengan kadar 5%, 7,5%, 10%.
D. Bahan Penelitian
dektrosa, aquadestilata.
E. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (Ohaus),
parut, gelas ukur (Iwaki), beaker glass (Pyrex), mortir, stamper, pengaduk kaca,
penangas air, cawan porselin, pipet tetes, mesh no 16, 18 dan, 100, oven (Binder),
friability tester (Analog), hardness tester (Analog), mesin cetak tablet Single
(Christhoper).
F. Tatacara penelitian
1. Determinasi tanaman
2. Isolasi pati
sukun yang masih segar dikupas, dicuci bersih dengan air mengalir, diblender, dan
diperas dan disaring. Filtrat hasil penyaringan ditampung dalam beaker glass
sedangkan residunya ditambah dengan 3 liter air dan diperas kemudian disaring
kembali, demikian seterusnya hingga filtrat hasil perasan menjadi bening. Hasil
oven pada suhu 40-50ºC. Pati kering dihaluskan dan diayak dengan mesh no 100.
R= x 100% (6)
Keterangan:
R = Rendemen
A = Berat serbuk yang diperoleh
B = Berat sampel awal (Depkes RI, 2000)
3. Identifikasi pati
21
menambahkan pati sukun dengan I2 akan berwarna biru keunguan, dan selain itu
dengan aquades mendidih sebanyak 30 mL dan diaduk hingga larut. Pati sukun
(OH)3 dan Mg (OH)2, lalu diaduk hingga homogen dan membentuk masa granul
membilas beaker glass tempat larutan pengikat. Masa granul yang terbentuk
diayak menggunakan ayakan no. 16 dan dikeringkan dengan oven pada suhu 40-
50ºC kemudian dilakukan evaluasi kadar air granul dengan LOD. Granul kering
kemudian diayak menggunakan ayakan no. 18, lalu magnesium stearat dan talk
dilakukan evaluasi granul meliputi uji sifat alir, dan uji kompresibilitas. Granul
kemudian dicetak dengan bobot tiap tablet 500 mg ± 5% dan dilakukan pengujian
bobot, kekerasan, dan kerapuhan. Formula yang dibuat dalam penelitian ini dapat
Tabel III. Formula Tablet Kunyah Antasida dengan Variasi Konsentrasi Pati Sukun sebagai
Bahan Pengikat.
a. Kadar air
Pengujian kadar air granul dilakukan dengan cara tombol “tare” pada
b. Sifat alir
dimasukkan ke dalam corong dan bagian bawah alat (berupa corong) dipastikan
telah tertutup rapat dan diberi alas berupa kertas pada bagian bawah alat untuk
membuat plot diameter granul yang terbentuk, setelah itu bagian penutup bawah
dibuka dan waktu yang dibutuhkan oleh granul untuk mengalir dicatat. Diukur
c. Kompresibilitas
dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat Jolting Volumeter, kemudian
dicatat volume uji sebelum dimampatkan (V1) dan volume setelah dimampatkan
(7)
Keterangan :
C : Kompresibilitas (%)
m : Bobot granul (g)
V1 : Volume awal granul (mL)
V2 : Volume granul setelah dimampatkan (mL)
Syarat : Tidak lebih dari 20% (Aulton, 1988, Depkes RI 1995, Priambodo,
2007).
a. Organoleptis
24
Organoleptis tablet dilihat secara langsung mulai dari bentuk, warna, bau
dan rasa yang dihasilkan. Bentuk, bau, rasa, dan warna yang dihasilkan sedapat
menggunakan jangka sorong yang bersifat manual. Ukuran tablet dicatat dan
dihitung nilai rata-rata yang mewakili ukuran diameter dan tebal tablet secara
keseluruhan. Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari tebal
ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan dalam kolom A (5%), dan tidak satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B
dengan alat uji kekerasan tablet. Tablet diletakkan pada alat hardness tester,
tekanan diatur sedemikian rupa sehingga tablet stabil dan jarum penunjuk berada
25
pada skala 0. Ulir pada alat uji diputar, tablet akan terjepit semakin kuat dengan
menaiknya tekanan, sampai akhirnya tablet pecah. Besarnya tekanan dapat dibaca
dimasukkan ke dalam alat Friability tester pada kecepatan 25 rpm selama empat
menit. Tablet kemudian dikeluarkan dan dibersihkan dari fine dan ditimbang
(8)
Keterangan :
A= bobot awal
B= bobot akhir
G. Analisis hasil
statistik. Pendekatan teoritis yaitu data hasil pengujian yang telah diperoleh
dibandingkan dengan literatur yang ada. Pendekatan statistik yaitu data hasil
BAB IV
A. Determinasi
ini menyatakan bahwa sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah benar
karakteristik fisik serbuk pati sukun (Artocarpus communis Fors). Hasil rendemen
pati sukun sebesar 21% dan hasil isolasi pati sukun (Artocarpus communis Fors)
dapat dilihat pada Tabel IV. Identifikasi pati dilakukan dengan cara pengamatan di
bawah mikroskop dan direaksikan dengan yodium. Hasil identifikasi pati Sukun
Pengamatan pati dibawah mikroskop menunjukan adanya hilus pada pati, dan
berbentuk bulat.
27
3 Kelarutan
a. Air a. Tidak Larut
b. Etanol b. Tidak Larut
berdasarkan berat basah atau berat kering. Pada saat pengujian LOD, granul
tablet kunyah antasida yang telah diletakkan diatas piringan alumunium harus
28
didistribusikan secara merata dan homogen sehingga alat LOD dapat mengukur
kadar air granul tablet kunyah antasida secara akurat. Hasil pengujian dapat
Tabel V. LOD Granul Tablet Kunyah Antasida dengan Pati Sukun Sebagai Pengikat
granul tablet kunyah antasida memiliki kandungan lembab yang telah memenuhi
syarat yaitu 2-4% (Gordon et al, 1990). Berdasarkan hasil analisis statistika
terdistribusi normal (p = 0,220 > 0,05) dan homogen (p = 0,704 > 0,05), sehingga
dapat dilakukan analisis one way Anova. Berdasarkan hasil analisis Anova
didapatkan hasil (p = 0,025 < 0,05), yang berarti berbeda bermakna atau adanya
pengaruh pati sukun terhadap LOD granul tablet kunyah antasida, kemudian
dilanjutkan uji post hoc dan berdasarkan hasil analisis post hoc diperoleh hasil
yang signifikan (0,009<0,05) pada perbandingan formula I dan II yang berarti pati
sukun berpengaruh terhadap LOD granul tablet kunyah antasida. Pada formula I
dan III didapatkan hasil yang signifikan (0,013<0,05) berarti hasil statistik pada
uji LOD tiap formula menunjukan hasil yang berbeda bermakna, dan
perbandingan formula II dan III didapatkan hasil yang tidak signifikan (p= 0,082
> 0,05). Hal ini berarti pati sukun berpengaruh terhadap kadar air granul tablet
29
kunyah antasida pada antara formula I & II, I & III, sedangkan antara formula II
& III tidak dipengaruhi oleh pati sukun. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada
Lampiran 9.
2. Waktu alir
Waktu alir granul bertujuan untuk menentukan sifat aliran granul apakah
baik atau tidak, hasil pengujian waktu alir dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tabel VI. Hasil Evaluasi Waktu alir dan Kecepatan Alir Granul Tablet Kunyah
Antasida dengan Pati Sukun Sebagai Bahan Pengikat.
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil evaluasi kecepatan alir granul
tersebut menunjukan hasil yang baik karena pada formula I, II dan III memenuhi
persyaratan yaitu > 10 gram/detik (Anwar, 2010). Pada pengujian kecepatan alir
granul memiliki waktu alir yang baik sehingga memudahkan pada saat proses
pengempaan, dan dalam pengaturan bobot tiap tablet menjadi lebih mudah karena
granul dapat mengalir dengan baik dan dapat mengisi die dengan penuh, selain itu
kekerasan juga akan memenuhi persyaratan karena kecepatan alir yang baik dari
granul.
30
granul tablet kunyah Antasida yang diperoleh terdistribusi normal (p = 0,381 >
0,05) dan homogen (p = 0,101 > 0,05), sehingga dapat dilakukan analisis one way
Anova. Berdasarkan hasil analisis Anova didapatkan hasil (p = 0,023 < 0,05),
yang berarti berbeda bermakna atau adanya pengaruh pati sukun terhadap waktu
alir granul tablet kunyah antasida. Analisis data dilanjutkan dengan uji post hoc
dan berdasarkan hasil analisis post hoc diperoleh hasil yang signifikan (p =
berpengaruh terhadap waktu alir granul tablet kunyah antasida. Pada formula I
formula II & III didapatkan hasil yang tidak signifikan (p= 0,933 > 0,05) yang
berarti tidak ada pengaruh pati sukun terhadap waktu alir granul. Hal ini berarti
data yang diperoleh dari perbandingan I & II, dan I & III berbeda bermakna atau
adanya pengaruh pati sukun terhadap waktu alir sedangkan pada perbandingan II
& III menunjukkan tidak adanya pengaruh pati sukun terhadap waktu alir granul.
3. Kompresibilitas
Kompresibilitas yang baik akan menghasilkan tablet yang kompak. Faktor yang
variasi bentuk dan tekstur partikel akan menghasilkan kompresibilitas yang baik.
Data hasil uji kompresibilitas dapat dilihat pada Tabel VII. Sudut diam suatu
granul yang akan dicetak tidak boleh lebih dari 20% (Aulton, 1988, Depkes RI
kecepatan alir granul tablet kunyah Antasida yang diperoleh terdistribusi normal
(p = 0,119 > 0,05) dan homogen (p = 0,996 > 0,05), sehingga dapat dilakukan
analisis one way Anova dan berdasarkan hasil analisis Anova didapatkan hasil (p
= 0,018 < 0,05), yang berarti berbeda bermakna atau adanya pengaruh pati sukun
terhadap waktu alir granul tablet kunyah antasida. Analisis data dilanjutkan uji
post hoc dan berdasarkan hasil analisis post hoc diperoleh hasil yang signifikan (p
berpengaruh terhadap waktu alir granul tablet kunyah antasida. Pada formula I
formula II & III didapatkan hasil yang signifikan (p= 0,083 > 0,05) yang berarti
ada pengaruh pati sukun terhadap kompresibilitas granul. Hal ini berarti data yang
pengaruh pati sukun terhadap kompresibilitas. Data hasil uji statistik dapat dilihat
pada Lampiran 9.
4. Sudut Diam
Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
berbentuk kerucut dengan bidang horisontal (Lachman et al, 1994). Besar kecilnya
32
sudut diam sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya gaya tarik dan gesekan antar
partikel. Jika gaya tarik dan gaya gesekan kecil, maka granul akan lebih mudah dan
cepat mengalir. Sudut diam juga dipengaruhi oleh ukuran partikel, semakin kecil
ukuran partikel maka kohesivitas partikel semakin tinggi yang akan mengurangi
kecepatan alirnya sehingga sudut diam yang terbentuk semakin besar (Siregar dan
Wikarsa, 2010).
Tabel VIII. Hasil Evaluasi Sudut Diam Tablet Kunyah Antasida dengan Pati Sukun
Sebagai Bahan Pengikat.
Data hasil uji sudut diam dapat dilihat pada Tabel VII. Sudut diam suatu
granul yang akan dicetak tidak boleh lebih dari 30o (Siregar dan Wikarsa, 2010).
tablet. Uji organoleptis dipengaruhi oleh bahan yang digunakan . Zat aktif
magnesium hidroksida, kedua bahan tersebut tidak memiliki rasa atau tidak
berasa sehingga tablet yang dihasilkan tidak mempunyai rasa, dan tidak ada
penambahan pewarna dalam formula bahan sehingga tablet memiliki warna putih.
Tabel IX. Hasil Evaluasi Organoleptis Tablet Kunyah Antasida dengan Pati Sukun
Sebagai Bahan Pengikat.
2. Keseragaman ukuran
baik. Keseragaman ukuran dipengaruhi oleh ukuran punch dan die, diameter
tablet adalah 12 mm ini dikarenakan diameter punch dan die adalah 12 mm.
Tebal tablet 4,6 mm karena pada pengaturan tekanan yang diberikan besar
sehingga tablet memiliki ketebalan yang tipis. Hasil keseragaman ukuran dapat
3. Keseragaman bobot
memenuhi persyaratan yang ditetapkan karena waktu alir yang dimiliki oleh
granul cukup baik sehingga granul dapat mengalir dan mengisi die dengan penuh
Tabel XI. Hasil Keseragaman Bobot Tablet Kunyah Antasida dengan Pati Sukun
Sebagai Bahan Pengikat.
persyaratan kolom A ± 5% (475 mg - 525 mg) dan kolom B ± 10% (450 mg -550
tablet kunyah Antasida yang diperoleh terdistribusi normal (p = 1,00 > 0,05) dan
homogen (p = 1,00 > 0,05), sehingga dapat dilakukan analisis one way Anova.
Berdasarkan hasil analisis Anova didapatkan hasil (p = 0,048 < 0,05) yang berarti
berbeda bermakna atau adanya pengaruh pati sukun terhadap keseragaman bobot
tablet kunyah antasida. Analisi data dilanjutkan dengan uji post hoc dan
berdasarkan hasil analisis post hoc diperoleh hasil yang signifikan (p = 0,05<0,05)
pada perbandingan formula I & II, dan perbandingan formula I & III didapatkan
hasil yang signifikan (p = 0,024<0,05) maka berdasarkan uji statistika data yang
menunjukan hasil yang tidak signifikan (p= 0,531>0,05) yang berarti berbeda
tidak bermakna atau tidak adanya pengaruh pati sukun terhadap keseragaman
bobot tablet kunyah antasida. Berdasarkan hasil analisis statistika dan persyaratan
tablet kunyah formula yang paling baik adalah formula I dengan konsentrasi
pengikat sebesar 5% karena pada formula I memiliki hasil pengujian yang paling
baik dan hasil uji statistika yang signifikan terhadap formula II dan III. Hal ini
4. Kekerasan
35
rata-rata 8,992 kg, sehingga pada saat tablet kunyah antasida dikonsumsi oleh
pasien dapat dikunyah dengan mudah sehingga pasien tidak kesulitan dalam
adalah sifat alir, tekanan, konsentrasi pengikat, dan LOD. Sifat alir yang baik
sangat berpengaruh terhadap kekerasan tablet karena jika granul dapat mengalir
dengan baik akan membuat kekerasan tablet yang dihasilkan juga akan memenuhi
terhadap kekerasan tablet kunyah. Semakin besar tekanan yang diberikan maka
pengikat maka kekerasan yang dihasilkan akan rendah. LOD juga berperan
penting terhadap kekerasan tablet karena jika granul yang dihasilkan terlalu
lembab maka granul akan susah mengalir dari hopper menuju die dan die tidak
akan terisi secara homogen dan maksimal sehingga tablet yang dihasilkan akan
memiliki bobot tidak sesuai dengan persyaratan. Hasil kekerasan tablet kunyah
Tabel XII. Hasil Pengujian Kekerasan Tablet Kunyah Antasida dengan Pati Sukun
Sebagai Bahan Pengikat.
kunyah Antasida yang diperoleh terdistribusi normal p = 0,573 > 0,05 dan
homogen p = 0,119 > 0,05, sehingga dapat dilakukan analisis one way Anova.
Berdasarkan hasil analisis Anova didapatkan hasil (p = 0,013 < 0,05), kemudian
dilanjutkan uji post hoc dan berdasarkan hasil analisis post hoc diperoleh hasil
yang signifikan (p = 0,023<0,05) pada perbandingan formula I dan II, dan begitu
juga pada formula I dan III didapatkan hasil yang signifikan (p = 0,046<0,05)
maka berdasarkan uji statistik data yang diperoleh berbeda bermakna. Sedangkan
pada perbandingan formula II & III menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p=
statistika dan persyaratan tablet kunyah formula yang paling baik adalah formula I
statistika yang signifikan terhadap formula II dan III, selain itu pada Formula I
5. Kerapuhan
Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama
kerapuhan antara lain: konsentrasi pengikat, kekerasan tablet, dan waktu hancur.
Tabel XIII. Hasil Pengamatan Kerapuhan Tablet Kunyah Antasida dengan Pati
Sukun Sebagai Bahan Pengikat.
Kerapuhan (%)
Keterangan Formula I Formula II Formula III
Rata-rata 0,293 ± 0,297 ± 0,345 ± 0,07
±SD 0,17 0,10
dipengaruhi oleh kekerasan tablet dan homogenitas dari granul karena jika
pengikat tidak homogen akan menghasilkan kerapuhan tablet yang tinggi atau
melebihi persyaratan.
kunyah Antasida yang diperoleh terdistribusi normal (p = 0,890 > 0,05) dan
homogen (p = 0,345 > 0,05), sehingga dapat dilakukan analisis one way Anova.
Berdasarkan hasil analisis Anova didapatkan hasil (p = 0,013 < 0,05) yang berarti
berbeda bermakna atau adanya pengaruh pati sukun terhadap kerapuhan tablet
kunyah antasida. Analisis data dilanjutkan dengan uji post hoc. Berdasarkan hasil
perbandingan formula I dan II, dan begitu juga pada formula I dan III didapatkan
hasil yang signifikan (p = 0,035<0,05) yang berarti berbeda bermakna atau adanya
pengaruh pati sukun sebagai bahan pengikat terhadap tablet kunyah antasida pada
semua konsentrasi, sedangkan pada perbandingan formula II & III didapatkan data
yang tidak siginifikan (p=0,390>0,05) yang berarti data berbeda tidak bermakna
atau tidak adanya pengaruh pati sukun terhadap kerapuhan tablet kunyah antasida.
38
Berdasarkan hasil analisis statistik dan persyaratan tablet kunyah formula yang
menunjukan hasil yang paling baik karena memiliki data statistik yang signifikan
pada perbandingan formula I & II, dan I & III. Hal ini menunjukkan bahwa
BAB V
A. Kesimpulan
1. Konsentrasi pati sukun sebagai bahan pengikat pada tablet kunyah antasida
berdasarkan hasil statistik berpengaruh pada kadar air granul, waktu alir,
2. Konsentrasi pati sukun sebagai bahan pengikat yang paling baik pada
sediaan tablet kunyah antasida dengan metode granulasi basah adalah pada
B. Saran
stabilitas tablet, dan penetapan kadar zat aktif tablet kunyah antasida.
40
39
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 2007. Apa yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Cetakan Kelima.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. UI Press.
Jakarta.
Ansel, H.C., 2008. Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi IV., Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Anwar, E., 2012, Eksipien Dalam Sedian Farmasi: Karakteristik Dan Aplikasi,
Dian Rakyat, Jakarta.
Ari Estuningtyas, Azalia Arif. 2007. Obat local. Dalam Sulistia Gan Gunawan,
Rianto Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth: Farmakologi dan terapi. Edisi 5.
Jakarta: FKUI.
Aulton, ME. 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design. Curcill
Livingstone Press, Melburne and New York.
Dewanti Putri Pratiwi, Ahmad Sulaeman, dan Leily Amalia. 2012. Pemanfaatan
tepung sukun (artocarpus altilis sp.) Pada pembuatan aneka kudapan
sebagai alternatif makanan bergizi untuk pmt-as. Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor,
Jl. Raya Darmaga, Bogor.
40
Fressenden, R. J dan Fressenden, J. S, 1986. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2.
Erlangga.
Gauhar, A., 2006, Optimasi Formula Tablet Kunyah Susu Kuda Liar dengan
Bahan Pengisi Serbuk Jahe (Zingiber officinale, Rose) Instan dan Manitol
dengan Metode Simplex Lattice Design. Skripsi, Yogyakarta : UAD
ISO, 2014, ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat, Volume 49, PT. ISFI
Penerbitan, Jakarta.
Lachman L., Lieberman H.A., Kanig J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi
Industri diterjemahkan oleh Suyatni S., Edisi II, UI Press, Jakarta.
Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell, V.W. 2003. Biokimia
Harper. Edisi 25. Alih Bahasa Andry Hartono. Jakarta. Penerbik EGC
Rincon dan Padilla. 2004. Potensi dan Pemanfaatan Sukun. Instutit Pertanian
Bogor, Bogor.
Rowe, C.R., P.J. Shekey, and P.J. Weller. 2006. Handbook of Pharmaceutical
Exipients. Fifth Edition. London : Pharmaceutical Press.
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa , S., 2010 Teknologi Farmasi Sedian Tablet Dasar-
Dasar Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
LAMPIRAN
43
45
R= x 100%
Keterangan:
R = Rendemen
A = Berat serbuk yang diperoleh
B = Berat sampel awal (Depkes RI, 2000)
Perhitungan rendemen:
47
Hilus
Tabel V. LOD Granul Tablet Kunyah Antasida Dengan Bahan Pengikat Pati Sukun
LOD (%)
Replikasi
Formula I Formula II Formula III
1 2,50 3,32 2,98
2 2,45 2,55 2,90
3 2,10 2,90 2,40
Rata-rata 2,35 ± 0,218 2,92 ± 0,386 2,76 ± 0,314
± SD
Tabel VI. Hasil Pengujian Waktu alir dan kecepatan alir Tablet Kunyah Antasida Dengan
Bahan Pengikat Pati Sukun.
Waktu alir (detik)
Replikasi
Formula I Formula II Formula III
1 2,59 2,97 3,02
2 2,50 3,0 2,80
3 3,0 2,8 3,0
Rata-rata 2,69 ± 0,267 2,92 ± 0,108 2,94 ± 0,122
± SD
Diketahui :
Bobot granul = 100 gram
Formula 1
Replikasi 1 = g/s
Replikasi 2 = g/s
Replikasi 3 = g/s
51
Formula 2
Replikasi 1 = g/s
Replikasi 2 = g/s
Replikasi 3 = g/s
Formula 3
Replikasi 1 = g/s
Replikasi 2 = g/s
Replikasi 3 = g/s
Tabel VII. Hasil Pengujian Sudut Diam Tablet Kunyah Antasida Dengan Bahan Pengikat
Pati Sukun.
Rumus α=
Keterangan :
h : tinggi
D : diameter
Formula I
Replikasi 1: h = 3 cm
D = 12 cm
52
Replikasi 2: h = 3 cm
D = 12 cm
Replikasi 3: h = 3 cm
D = 12 cm
Formula II
Replikasi 1: h = 3 cm
D = 12 cm
Replikasi 2: h = 3 cm
D = 12 cm
Replikasi 3: h = 3 cm
D = 12 cm
Formula III
Replikasi 1: h = 3 cm
D = 12,5 cm
Replikasi 2: h = 3 cm
D = 12,5 cm
Replikasi 3: h = 3 cm
D = 12,5 cm
53
Tabel VIII. Hasil Pengujian Kompresibilitas Tablet Kunyah Antasida Dengan Bahan
Pengikat Pati Sukun.
Perhitungan kompresibiliitas
(5)
Formula 1
Replikasi 1
Kerapatan bulk =
Kerapatan mampat=
C=
Replikasi 2
Kerapatan bulk =
54
Kerapatan mampat =
C=
Replikasi 3
Kerapatan bulk =
Kerapatan mampat =
C=
Formula 2
Replikasi 1
Kerapatan bulk =
Kerapatan mampat =
C=
Replikasi 2
Kerapatan bulk =
Kerapatan mampat =
C=
Replikasi 3
Kerapatan bulk =
55
Kerapatan mampat =
C=
Formula 3
Replikasi 1
Kerapatan bulk =
Kerapatan mampat =
C=
Replikasi 2
Kerapatan bulk =
Kerapatan mampat =
C=
Replikasi 3
Kerapatan bulk =
Kerapatan mampat =
C=
56
Tabel IX. Hasil Pengujian Organoleptis Tablet Kunyah Antasida Dengan Bahan Pengikat Pati
Sukun.
Replikasi Keterangan Organoleptis
Formula I Formula II Formula III
Warna Putih Putih Putih
1 Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Rasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa
Warna Putih Putih Putih
2 Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Rasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa
Warna Putih Putih Putih
57
Tabel X. Hasil Pengujian Keseragaman Ukuran Tablet Kunyah Antasida Dengan Bahan
Pengikat Pati Sukun.
Tabel XI. Hasil Pengujian Keseragaman Bobot Tablet Kunyah Antasida Dengan Bahan
Pengikat Pati Sukun
FORMULA 1
Replikasi 1
A ± 5%
B ± 10%
Replikasi 2
A ± 5%
B ± 10%
Replikasi 3
A ± 5%
B ± 10%
Formula 2
Replikasi 1
60
A ± 5%
B ± 10%
Replikasi 2
A ± 5%
B ± 10%
Replikasi 3
A ± 5%
B ± 10%
Formula 3
Replikasi 1
A ± 5%
B ± 10%
Replikasi 2
A ± 5%
B ± 10%
Replikasi 3
A ± 5%
B ± 10%
Tabel XII. Hasil Pengujian Kekerasan Tablet Kunyah Antasida Dengan Bahan Pengikat
Pati Sukun.
Kekerasan tablet (Kg)
No. Formula I Formula II Formula III
Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi Replikasi
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 9 9 9 10 9 8 9 8 10
2 8 8 10 9 9 8 9 8 10
3 9 8 10 9 9 9 9 8 9
4 9 10 8 8 8 10 8 9 9
5 8 8 8 8 8 10 10 9 9
6 8 9 8 9 10 9 10 10 8
Rata-
rata ± 8,64 ± 0,55 8,9 ± 0,09 9,03 ± 0,29
SD
Tabel XIII. Hasil Pengujian Kerapuhan Tablet Kunyah Antasida Dengan Bahan Pengikat
Pati Sukun
Kerapuhan (%)
Replikasi Formula I Formula II Formula III
1 0,19 0,20 0,49
2 0,49 0,29 0,29
3 0,20 0,40 0,40
Rata-rata 0,293 ± 0,297 ± 0,345 ±
±SD 0,170 0,100 0,078
Rumus :
Keterangan :
a: bobot awal
b: bobot akhir
Perhitungan Kerapuhan Tablet Kunyah Antasida:
Formula I
Replikasi 1
Bobot awal : 10,02 g
Bobot akhir : 10,00g
= 0,19 %
Replikasi 2
Bobot awal : 10,17 g
Bobot akhir : 10,12 g
= 0,49 %
Replikasi 3
Bobot awal : 9,98 g
Bobot akhir : 9,96g
= 0,20 %
Formula II
Replikasi 1
Bobot awal : 9,80 g
Bobot akhir : 9,78 g
64
= 0,20%
Replikasi 2
Bobot awal : 10,01 g
Bobot akhir : 9,98 g
= 0,29 %
Replikasi 3
Bobot awal : 9,91 g
Bobot akhir : 9,87 g
= 0,40 %
Formula III
Replikasi 1
Bobot awal : 10,20 g
Bobot akhir : 10,15 g
= 0,49%
Replikasi 2
Bobot awal : 10,10 g
Bobot akhir : 10,07 g
= 0,29 %
Replikasi 3
Bobot awal : 9,98 g
Bobot akhir : 9,94 g
= 0,40 %
65
1. LOD
Tests of Normality
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
LOD
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,372 2 6 ,704
ANOVA
LOD
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1,237 2 ,618 7,277 ,025
Within Groups ,510 6 ,085
Total 1,747 8
66
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KONSENTRASI
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
5% ,322 3 . ,880 3 ,324
WAKTUALI
R 7,5% ,334 3 . ,860 3 ,266
10% ,356 3 . ,818 3 ,157
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
WAKTUALIR
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3,063 2 6 ,121
ANOVA
WAKTUALIR
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,111 2 ,055 1,706 ,025
Within Groups ,195 6 ,032
Total ,306 8
Multiple Comparisons
67
3. KOMPRESIBILITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Konsentrasi
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
5% ,363 3 . ,802 3 ,119
Kompresibilitas 7,5% ,316 3 . ,889 3 ,353
10% ,339 3 . ,851 3 ,242
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
Kompresibilitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,004 2 6 ,996
ANOVA
Kompresibilitas
Total 14,568 8
Multiple Comparisons
Dependent Variable: kompresibilitas
LSD
Mean Difference 95% Confidence Interval
(I) konsentrasi (J) konsentrasi Std. Error Sig.
(I-J) Lower Bound Upper Bound
7,5% 1,33000* ,64929 ,026 -,2588 2,9188
5%
10% 2,68000* ,64929 ,006 1,0912 4,2688
5% -1,33000* ,64929 ,026 -2,9188 ,2588
7,5%
10% 1,35000 ,64929 ,083 -,2388 2,9388
5% -2,68000* ,64929 ,006 -4,2688 -1,0912
10%
7,5% -1,35000 ,64929 ,083 -2,9388 ,2388
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
4. KECEPATAN ALIR
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KONSENTRASI
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
5% ,310 3 . ,899 3 ,381
KECEPATANALIR 7,5% ,343 3 . ,842 3 ,220
10% ,361 3 . ,807 3 ,132
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
KECEPATAN ALIR
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3,435 2 6 ,101
ANOVA
KECEPATANALIR
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 20,309 2 10,154 1,870 ,023
Within Groups 32,587 6 5,431
Total 52,896 8
LSD
(I) (J) Mean 95% Confidence Interval
Std. Error Sig.
KONSENTRASI KONSENTRASI Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound
7,5% 3,10000* 1,90282 ,015 -1,5560 7,7560
5%
10% 3,26667* 1,90282 ,013 -1,3894 7,9227
5% -3,10000* 1,90282 ,015 -7,7560 1,5560
7,5%
10% ,16667 1,90282 ,933 -4,4894 4,8227
5% -3,26667* 1,90282 ,013 -7,9227 1,3894
10%
7,5% -,16667 1,90282 ,933 -4,8227 4,4894
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KONSENTRASI
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
5% ,175 3 . 1,000 3 1,000
BOBOTABLE
T 7,5% ,375 3 . ,775 3 ,056
10% ,175 3 . 1,000 3 1,000
a. Lilliefors Significance Correction
5. BOBOT TABLET
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
BOBOTABLET
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,000 2 6 1,000
ANOVA
BOBOTABLET
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1,501 2 ,750 ,826 ,048
Within Groups 5,452 6 ,909
Total 6,952 8
Multiple Comparisons
Dependent Variable: BOBOTABLET
LSD
70
6. KEKERASAN
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KONSENTRASI
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
5% ,268 3 . ,951 3 ,573
Kekerasan 7,5% ,334 3 . ,860 3 ,266
10% ,333 3 . ,861 3 ,271
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
KEKERASAN
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3,106 2 6 ,119
ANOVA
KEKERASAN
Total ,548 8
71
Multiple Comparisons
Dependent Variable: KEKERASAN
LSD
Mean 95% Confidence Interval
(I) (J)
Difference (I- Std. Error Sig.
KONSENTRASI KONSENTRASI Lower Bound Upper Bound
J)
7,5% -,23333* ,17720 ,023 -,6669 ,2003
5%
10% -,42000* ,17720 ,046 -,8536 ,0136
5% ,23333* ,17720 ,023 -,2003 ,6669
7,5%
10% -,18667 ,17720 ,333 -,6203 ,2469
5% ,42000* ,17720 ,046 -,0136 ,8536
10%
7,5% ,18667 ,17720 ,333 -,2469 ,6203
Post Hoc Tests
7. KERAPUHAN
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KONSENTRASI
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
5% ,375 3 . ,775 3 ,056
KERAPUHAN 7,5% ,193 3 . ,997 3 ,890
10% ,193 3 . ,997 3 ,890
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
KERAPUHAN
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,279 2 6 ,345
ANOVA
KERAPUHAN
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,019 2 ,010 ,591 ,013
Within Groups ,098 6 ,016
Total ,118 8
Multiple Comparisons
Dependent Variable: KERAPUHAN
72
LSD
Mean 95% Confidence Interval
(I) (J)
Difference (I- Std. Error Sig.
KONSENTRASI KONSENTRASI Lower Bound Upper Bound
J)
7,5% -,00333* ,10446 ,036 -,2589 ,2523
5%
10% -,10000* ,10446 ,035 -,3556 ,1556
5% ,00333* ,10446 ,036 -,2523 ,2589
7,5%
10% -,09667 ,10446 ,390 -,3523 ,1589
5% ,10000* ,10446 ,035 -,1556 ,3556
10%
7,5% ,09667 ,10446 ,390 -,1589 ,3523