Anda di halaman 1dari 2

Mekanisme stres dapat memicu pelepasan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin.

Hal ini dapat


meningkatkan tekanan darah sementara sebagai respons alami "fight or flight". Jika stres berkepanjangan,
reaksi ini bisa berkontribusi pada pengembangan hipertensi dengan merusak pembuluh darah dan
memengaruhi regulasi tekanan darah jangka panjang. Faktor gaya hidup dan genetik juga memainkan
peran dalam perkembangan hipertensi.

Secara umum, kolesterol tinggi tidak secara langsung menyebabkan hipertensi, tetapi keduanya
dapat terkait melalui beberapa mekanisme. Kolesterol tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis,
yaitu penumpukan plak di dinding pembuluh darah, yang kemudian dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah. Pembuluh darah yang menyempit akibat aterosklerosis dapat
meningkatkan resistensi aliran darah, yang pada gilirannya dapat meningkatkan tekanan darah.
Selain itu, plak tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, memicu respon
inflamasi, dan mengganggu regulasi normal tekanan darah.
Penting untuk diingat bahwa hubungan antara kolesterol tinggi dan hipertensi kompleks, dan
faktor-faktor lain seperti gaya hidup dan genetik juga memainkan peran dalam perkembangan
kedua kondisi tersebut

Merokok dapat berkontribusi pada pengembangan hipertensi melalui beberapa mekanisme. Zat-
zat kimia dalam asap rokok dapat merusak pembuluh darah dan mempengaruhi sistem
kardiovaskular. Berikut adalah beberapa mekanisme yang terlibat:
1. Penyempitan Pembuluh Darah: Zat-zat kimia dalam rokok dapat merangsang
pelepasan senyawa yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah, meningkatkan
resistensi pembuluh darah, dan akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah.
2. Kerusakan Endotel: Rokok dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah yang disebut
endotel. Kerusakan endotel dapat mengganggu fungsi normal pembuluh darah, termasuk
regulasi tekanan darah.

Untuk pengelolaan diabetes melitus (DM), terdapat beberapa golongan obat yang digunakan,
termasuk:
1. Obat Oral (oral antidiabetic drugs):
o Metformin
o Sulfonylureas (contohnya glibenklamid)
o Meglitinides (contohnya repaglinide)
o Inhibitor SGLT-2 (contohnya dapagliflozin)
o Inhibitor DPP-4 (contohnya sitagliptin)

2. Insulin:
o Insulin basal (misalnya insulin glargine)
o Insulin prandial (misalnya insulin lispro)
3. Lainnya:
o Inhibitor alfa-glukosidase (contohnya acarbose)
o Agonis GLP-1 (contohnya liraglutide)
Pilihan obat tergantung pada jenis diabetes, kondisi kesehatan umum pasien, dan respons
terhadap pengobatan. Penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk
menentukan rencana pengobatan yang sesuai.

Berikut adalah beberapa contoh obat dalam beberapa golongan utama untuk pengobatan
diabetes, disertai dengan contoh merk dagang:
1. Metformin:
o Glucophage
o Fortamet
o Riomet
2. Sulfonylureas:
o Glipizide (Contoh merk: Glucotrol)
o Glibenklamid (Contoh merk: Daonil)
3. Meglitinides:
o Repaglinide (Contoh merk: Prandin)
o Nateglinide (Contoh merk: Starlix)
4. inhibitor SGLT-2 (Inhibitor Sodium-Glucose Co-Transporter 2):
o Dapagliflozin (Contoh merk: Farxiga)
o Canagliflozin (Contoh merk: Invokana)
5. Inhibitor DPP-4 (Inhibitor Dipeptidyl Peptidase-4):
o Sitagliptin (Contoh merk: Januvia)
o Saxagliptin (Contoh merk: Onglyza)
6. Insulin:
o Insulin glargine (Contoh merk: Lantus)
o Insulin lispro (Contoh merk: Humalog)

Anda mungkin juga menyukai