Anda di halaman 1dari 69

OBAT-OBATAN

ANTI DIABETIK

Nurliyasman, Apt, MPH


DEFINISI

Diabetes :
 Diabetes Melitus adalah gangguan
metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia akibat defek pada kerja
insulin (resistensi insulin) dan sekresi
insulin atau kedua-duanya.

 Suatu keadaan yang timbul karena


defisiensi insulin, baik secara relatif
maupun absolut.
DIABETES MELITUS

Keadaan normal 50 % glukosa yg dimakan


mengalami metabolisme sempurna menjadi
CO2 dan air. 5% diubah menjadi glikogen dan
30-40% diubah menjadi lemak.

Pada DM semua proses tersebut terganggu, shg


sebagian besar glukosa tetap bearada pada
sirkulasi darah, dan energi diperoleh dari
metabolisme protein dan lemak.
GEJALA & TANDA –TANDA DM
 Polidipsi (rasa haus yang berlebih, walaupun cuaca tidak
panas).
 Poliuria (sering kencing terutama malam hari).

 Polifagia (cepat lapar).

 Glukosuria

 Berat badan menurun secara drastis.

 Badan lemah dan cepat lelah.

 Nafas Bau keton

 Kesemutan pada jari-jari tangan dan kaki serta gatal-gatal.

 Penglihatan kabur.

 Luka sulit sembuh.

 Gairah sex menurun


JENIS-JENIS DIABETES

DM TIPE 1 (IDDM) :


autoimun, idiopatik
DM TIPE 2 (NIDDM) :

resistensi insulin
GESTASIONAL
 JUVENIL/SENILIS
KLASIFIKASI DM:
a. DM tipe 1
1. DM pada usia muda, < 40 tahun
2. Insulin dependent akibat destruksisel :
• Immune-mediated
• Idiopatik
b. DM tipe 2 (bervariasi mulai dari yang predominan resistensi
insulin dengan defisiensi insulin relatif – dominan defek
sekresi insulin disertai resistensi insulin)
c. Tipe lain:
1. Defek genetik pada fungsi sel β
2. Defek genetik pada kerja insulin
3. Penyakit eksokrin pankreas
4. Endokrinopati
5. Akibat obat atau zat kimia tertentu misalnya vacor,
pentamidine, nicotinic acid, glukokortikoid, hormone tiroid,
diazoxide, agonis adrenergik, thiazid, phenytoin, interferon,
protease inhibitors, clozapine
6. Infeksi
7. Bentuk tidak lazim dari immune mediated DM
8. Sindrom genetik lain, yang kadang berkaitan dengan DM

d. DM gestasional
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan
toleransi karbohidrat (TGT, GDPT, DM) yang terjadi atau
diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang berlangsung.
Skrining
Penilaian adanya risiko DMG perlu dilakukan sejak kunjungan pertama untuk
pemeriksaan kehamilannya.

Faktor risiko DMG meliputi :


a. Riwayat DMG sebelumnya atau TGT atau GDPT
b. Riwayat keluarga dengan diabetes
c. Obesitas berat (>120% berat badan ideal)
d. Riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan atau dengan berat badan lahir > 4000
gr
e. Abortus berulang
f. Riwayat PCOS (Polycistic Ovari Syndrome)
g. Riwayat pre-eklampsia
h. Glukosuria
i. Infeksi saluran kemih berulang atau kandidiasis

Pada wanita hamil yang memiliki risiko tinggi DMG perlu dilakukan tes DMG pada
minggu ke-24 – 28 kehamilan
Diagnosis
 Bila didapatkan GDS ≥ 200 mg/dl atau GDP ≥
126 mg/dl yang sesuai dengan batas diagnosis
untuk diabetes, maka perlu dilakukan
pemeriksaan pada waktu lain untuk konfirmasi.
Pasien hamil dengan TGT dan GDPT dikelola
sebagai DMG.

Diagnosis Banding
 Diabetes insipidus pada ibu hamil
TIPE 2
Faktor risiko DM tipe 2:

a. Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 25 kg/m2)


b. Riwayat penyakit DM di keluarga
c. Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau
sedang dalam terapi hipertensi)
d. Pernah didiagnosis penyakit jantung atau stroke
(kardiovaskular)
e. Kolesterol HDL < 35 mg/dl dan / atau Trigliserida >
250 mg /dL atau sedang dalam pengobatan
dislipidemia
Faktor Predisposisi
a. Usia > 45 tahun
b. Diet tinggi kalori dan lemak
c. Aktifitas fisik yang kurang
d. Hipertensi ( TD ≥ 140/90 mmHg )
e. Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT)
atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
f. Penderita penyakit jantung koroner,
tuberkulosis, hipertiroidisme
g. Dislipidemia
Diagnosis Klinis
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
a. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma
sewaktu ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir. ATAU
b. Gejala Klasik DM+ Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl.
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya
8 jam ATAU
c. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa terganggu
(TTGO) > 200 mg/dL (11.1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan
standard WHO, menggunakan beban glukosa anhidrus 75 gram
yang dilarutkan dalam air. ATAU
d. HbA1C
Penentuan diagnosis DM berdasarkan HbA1C ≥ 6.5 % belum dapat
digunakan secara nasional di Indonesia, mengingat standarisasi
pemeriksaan yang masih belum baik.
 Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau
DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau
GDPT tergantung dari hasil yang diperoleh

Singkatan
 GDP = Gula Darah Puasa

 GDS = Gula Darah Sewaktu

 GDPT = Gula Darah Puasa Terganggu

 TGT = Toleransi Glukosa Terganggu


Kriteria gangguan toleransi glukosa:
a. GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan
glukosa plasma puasa didapatkan antara 100–
125 mg/dl (5.6–6.9 mmol/l)
b. TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan
TTGO kadar glukosa plasma 140–199 mg/dl
pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram (7.8
-11.1 mmol/L)
c. HbA1C 5.7 -6.4%*
Pemeriksaan Penunjang
 a. Gula Darah Puasa

 b. Gula Darah 2 jam Post Prandial

 c. HbA1C
PENYAKIT PENYERTA YANG SERING TERJADI PADA
DM DI INDONESIA:

a. Diare
b. Infeksi/ ulkus kaki
c. Gastroparesis
d. Hiperlipidemia
e. Hipertensi
f. Hipoglikemia
g. Impotensi
h. Penyakit jantung iskemik
i. Neuropati/ gagal ginjal
j. Retinopati
k. HIV
PENGOBATAN
1. Diet
2. Penyuluhan
3. Exercise (latihan fisik/olah raga)
4. Obat: Oral hipoglikemik, insulin
5. Cangkok pankreas
Intervensi Farmakologis
meliputi:

1. Insulin
2. OHO (Obat Hipoglikemik Oral)
INSULIN
 Carakerja Insulin:
Fungsi utama mengkounter hormon peningkat glukosa dan
mempertahankan gula darah normal, menstimulasi
lipogenesis, menurunkan lipolisis dan meningkatkan
transport asam amino ke dalam sel, menstimulasi
pertumbuhan, sintesis DNA dan replikasi sel.

 Indikasi terapi insulin:


 DM tipe 1/IDDM
 DM tipe 2/NIDDM yang tidak berespon dengan pengobatan OHO

 DM tipe 2 dengan stress

 Penurunan BB yang cepat

 Ketoasidosis diabetik
1. INSULIN
Penyuntikan:
subkutan dan
vena (dalam
keadaan akut)

Lokasi subkutan,
spt.gambar
2. OHO
Pemilihan jenis obat hipoglikemik oral (OHO) dan
insulin bersifat individual tergantung kondisi pasien
dan sebaiknya mengkombinasi obat dengan cara kerja
yang berbeda.

Cara Pemberian OHO, terdiri dari:


a. OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan
secara bertahapsesuai respons kadar glukosa darah,
dapat diberikansampai dosis optimal.
b. Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan.
c. Repaglinid, Nateglinid: sesaat sebelum makan.
d. Metformin : sebelum/pada saat/sesudah
makan.
e. Penghambat glukosidase (Acarbose):
bersama makan suapanpertama.
f. Tiazolidindion: tidak bergantung pada
jadwal makan.
g. DPP-IV inhibitor dapat diberikan bersama
makan dan atausebelum makan.
MACAM OBAT OHO
1. Meningkatkan jumlah insulin
- Sulfonilurea (glipizide GITS, glibenclamide,
dsb.)
- Meglitinide (repaglinide, nateglinide)
- Insulin injeksi
2. Meningkatkan sensitivitas insulin
- Biguanid/metformin
- Thiazolidinedione (pioglitazone, rosiglitazone)
3. Memengaruhi penyerapan makanan
- Acarbose

Hati-hati risiko hipoglikemia berikan glukosa oral


(minuman manis atau permen)
OBAT ORAL
1. Sulfonilurea
- Asetohesamid
- Tolazamid
- Klorpropamid
- Glipizid
- Gliburid (glibenklamid)
2. Biguanid
- Fenformin
- Buformin
- Metformin
PENGGOLONGAN OHO
Digolongkan berdasarkan cara kerjanya:

1. Pemicu sekresi insulin/secretagogue


(Sulfonilurea dan Glinit)
2. Penambah sensitifitas terhadap insulin:
Metformin dan Tiazolidindion
3. Penghambat absorbsi glukosa:penghambat
oksidase alfa
SULFONIL UREA
 Bekerja dengan cara meningkatkan sekresi insulin
 Semua Sulfonilurea meningkatkan berat badan dan beresiko
menyebabkan hipoglikemi
 Menurunkan GDP sampai 50–70 mg/dl dan menurunkan HbA1c
sampai 0.8–1.7%
 Semua obat menyebabkan hipoglikemi berat, maka dosis yang
diberikan sekecil mungkin dan harus dimonitor GDP sampai 110-
140mg/dL.
 Generasi pertama (Tolbutamide, Acetohexamide, Tolazamide, and
Chlorpropamide)
 sudah tidak digunakan lagi (terutama di US) karena
meningkatkan reaksi obat dengan obat lain.
 sangat kuat efek hipoglikeminya (Chlorpropamide): hanya
dimetabolisme sebagianterakumulasi pada ginjalpada pasien
gangguan ginjal menyebabkan hipoglikemi memanjang dan berat
TIAZOLIDINDION
 Contoh:Troglitazone (Rezulin), rosiglitazone (Avandia)
and pioglitazone (Actos). Bekerja dengan cara
meningkatkan sensitifitas insulin pada jaringan otot dan
adipose dan sedikit menghambat produksi glukosa di
hati.
 Relatif aman untuk pasien gangguan ginjal karena
dimetabolisme di hati dan dikeluarkan melalui feses.
 Penggunaan pada pasien gangguan hati dapat
menyebabkan akumulasi Tiazolidindion
 Terjadi sedikit peningkatan volume plasma pada
penggunaan obat inikontra indikasi untuk CHF fc III
dan IV
PENGHAMBAT GLUKOSIDASE ALFA/
GLUKOSIDASE INHIBITORS
 Generik:Acarbose (Glucobay)
 Bekerja dengan cara menghambat absorbsi karbohidrat pada
usus haluslansung menurunkan GDPP.
 Absorbsi dextrins, maltose, sucrose, and KH tergangu dengan
pemberian Acarbose tetapi tidak menghambat penyerapan
glucose dan lactose.
 Dimakan bersamaan suapan pertama
 Pengobatan dengan Arcabose dapat menurunkan GDP sampai
35–40 mg/dl dan HbA1c sampai 0.4–0.7%.
 Terapi Acarbose tidak menyebabkan peingkatan berat badan
atau hipoglikemi (karena hanya berefek lokal).
 KI: gangguan hepar, ginjal (keatinin>2mg/dl) dan GI
 Efek samping: peningkatan flatus, nyeri abdominal, dan diare.
BIAGUANID
 Mekanisme kerja terutama menurunkan pengeluaran glukosa hati.
 Mampu meningkatkan sensitifitas terhadap insulin dengan
meningkatkan aktifitas reseptor insulin tirosin kinase,
meingkatkan sistesis glikogen dan meningkatkan transport GLUT
transporter ke dalam plasma membran. Contoh: Metformin.
Mampu menurunkan GDP sampai 50–70 mg/dl dan the HbA1c
sampai 1.4–1.8%.
 Tidak begitu berbahaya dalam menyebabkan hipoglikemi
 Efek samping yang sering terjadi: ketidak nyamanan GI dan mual.
Hampir 0.03 kasus/1,000 pasien-tahun, mengalami asidosis laktat
terutama pada pasien yang mengalami renal insufisiensi dan
gangguan hati
 Metformin tidak direkomendasikan untuk pasien dengan kreatinin
>1.5 mg/dl.
 Baik digunakan bagi pasien gemuk.
PENANGANAN DM DENGAN KOMPLIKASI
DIABETES DAN HIPERTENSI
 Indikasi pengobatan: TD sistolik lebih atau sama dengan
130mmHg dan TD diastolik lebih sama dengan 90mmHg
 Pengelolaan
 Non farmakologis: modifikasi gaya hidup. Menurunkan

BB, OR, menghendtikan rokok dan mengurangi konsumsi


garam
 Farmakologis:

 Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih OAH (Obat Anti


Hipertensi)):
 Pengaruh OAH pada profil lipid

 Pengaruh OAH pada metabolisme glukosa

 Pengaruh OAH terhadap resisensi insulin

 Pengaruh OAH terhadap hipoglikemi


Obat Anti Hipertensi yang dianjurkan:
Penghambat ACE (memperbaiki mikroalbuminuria)
Penyekat reseptor angiotensin II

Penyekat reseptor beta, selektif, dosis rendah

Diuretik dosis rendah (dalam jangka panjang

memperburuk toleransi glukosa)


Penghambat alfa

Antagonis kalsium golongan non dihidropiridin


Nefropati Diabetik
Diagnosis: jika terdapat kadar albumin urin
lebih atau sama dengan 30mg pada 2-3 kali
pemeriksaan dalam jangka waktu 3-6 bulan
tanpa penyebab albuminuria lain (aktivitas fisik
berat, ISK, gagal jantung, hipertensi berat,
demam tinggi)
Penatalaksanaan:
 Kendalikan gd
 Kendaikan TD

 Diet protein 0.8gr/hr

 Libatkan ahli nefrologi jika serum kreatinin telah mencapai

lebih atau sama dengan 2.0mg/dl


DM DENGAN GANGGUAN FUNGSI
EREKSI (DE)
DE (Disfungsi Ereksi) akibat dari neuropati

otonom, angiopati dan problem psikis


DE sumber kecemasan tapi jarang

disampaikan pasien tanyakan pada saat


pengkajian
Diagnosis DE menggunakan International

Index of Erectil Function.


Pengobatan lini pertama: terapi psikoseksual,

obat oral (sildenafil)


Penata Laksanaan DM
PENATALAKSANAAN

 Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan


untuk menghilangkan keluhan atau gejala DM.
Sedangkan tujuan jangka panjang adalah untuk
mencegah komplikasi.
  Pengobatan primer untuk DM meliputi: diet, olahraga
dan obat obatan misalnya agen hipoglikemik oral,
insulin, atau keduanya. Dari semua pengobatan ini yang
paling penting adalah diet. Strategi diet diperlukan untuk
mencapai euglikemia, mempertahankan berat badan
ideal dan memaksimalkan status nutrisi.
Konseling dan Edukasi
 Edukasi meliputi pemahaman tentang:

a. Penyakit DM.
b. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM.
c. Penyulit DM.
d. Intervensi farmakologis.
e. Hipoglikemia.
f. Masalah khusus yang dihadapi.
g. Cara mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan
keterampilan.
h. Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
i. Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap 2
minggu/1 bulan.
Perencanaan Makan
Standar yang dianjurkan adalah
makanan dengan komposisi:

a. Karbohidrat 45 – 65 %
b. Protein 15 – 20 %
c. Lemak 20 – 25 %
 Latihan Jasmani
 Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit). Kegiatan
sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan
tangga, berkebun, harus tetap dilakukan.
Rumus Broca:*
Berat badan idaman
= ( TB – 100 ) – 10 %
*Pria < 160 cm dan wanita < 150 cm, tidak
dikurangi 10 % lagi.
BB kurang : < 90 % BB idaman
BB normal : 90 – 110 % BB idaman
BB lebih : 110 – 120 % BB idaman
Gemuk : > 120 % BB idaman
PENGATURAN KADAR GLUKOSA DARAH
Yang berperan :
 Hati

 Pankreas

 Adenohipofisis

 Adrenal

 Tiroid

 Kerja fisik

 Imunologi dan herediter


KLASIFIKASI DM
1. Diabetes mellitus tipe 1 :
diabetes anak-anak (childhood-onset diabetes, insulin
dependent diabetes mellitus, (IDDM) adalah 
diabetes yang bergantung pada insulin,
yang terjadi karena :
► berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat
hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau Langerhans
pankreas.
IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
2. Diabetes melitus tipe 2 :
(tidak tergantung pd insulin)
 dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat /kurang
berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini
dikarenakan berbagai kemungkinan seperti:
►kelainan dalam produksi insulin,
►resistensi terhadap insulin atau
►berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan
tubuh terhadap insulin.
3. Diabetes mellitus tipe 3
↔ Diabetes mellitus gestasional, yi ;
diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan
pulih setelah melahirkan, tetapi ada jg menjadi DM tipe 2, dan
sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
↔ Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari
semua kehamilan. GDM bersifat temporer, dpt menyebabkan
permasalahan dengan kehamilan, termasuk macrosomia (bayi
lahir dengan berat badan besar (> 4kg), janin mengalami
kecacatan dan menderita penyakit jantung sejak lahir. Penderita
memerlukan pengawasan secara medis sepanjang kehamilan.
PARAMETER KEBERHASILAN
PENATALAKSANAAN DIABETES
1. Kadar HbA1c → 6,5% : baik
6,5 – 8% : sedang
> 8% : buruk
2. Kadar Insulin → 3,2 – 28,5 ᶙg/ml (< 7%)
3. HOMA-R → <4
4. HDL → > 55 mg/dl (wanita), >45 mg/dl (pria)
5. Trigliserida → < 200 mg/dl
6. Tekanan darah → < 130/80 mmHg
KOMPLIKASI

Setelah jangka panjang tanpa perawatan memadai,


dapat memicu berbagai komplikasi kronis, seperti:

Gangguan/kerusakanpembuluh darah mata (retinopati) dengan potensi


berakibat pada, katarak, glaukoma dan kebutaan
gangguan pada ginjal (nefropati) hingga berakibat pada gagal ginjal shg hrs

melakukan cuci darah


gangguan kardiovaskular, dan stroke
gangguan pada sistem saraf (Neuropati) hingga disfungsi saraf otonom, foot

ulcer, amputasi (krn berkurangnya aliran drh ke kulit shg penyembuhan luka
mjd lambat dan bakteri gampang berkembangbiak pd kultur tinggi gula) , dan
disfungsi seksual pd pria dan pruritus vulvae (gatal genital) pd wanita
gejala lain,

seperti dehidrasi, ketoasidosis, ketonuria yang dapat berakibat pada koma dan
kematian.
HIPOGLIKEMIA
ᴥ dapat terjadi pada penggunaan insulin atau obat
antidiabetes (OAD)/OHO yang berlebihan, olahraga
berlebihan dan kurang makan
ᴥ tanda-tandanya: lemah, gemetar, berkeringat
dingin,pusing, rasa lapar, denyut jantung cepat
ᴥ monitor keadaan pasien dan beri air gula atau
makanan dan minuman manis, jika hilang
kesadaran segera dibawa ke UGD supaya diberi
suntikan glukosa
DIET
Bahan makanan yang harus dibatasi al :
- sumber hidrat arang komplek spt : nasi,lontong, roti, ubi,
singkong, mie,bihun, macaroni dll

Bahan makanan yang harus dihindari al :


 Gula pasir, gula jawa, dodol, coklat, madu, sirup, minuman
bersoda, susu kental manis,es krim, buah-buahan dalam kaleng,
kecap dll
GUNAKAN PRINSIP 3 TJ

a. Tepat Jumlah bahan makanan


b. Tepat Jadwal makan
c. Tepat Jenis bahan makanan

“Di imbangi dengan olah raga 30 menit/hari”

Olah raga akan memperbanyak jumlah reseptor insulin dan


meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh serta
meningkatkan penggunaan glukosa
HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN
DALAM PENGGUNAAN OHO
1. Dosis dimulai dengan dosis rendah kemudian dinaikkan secara
bertahap
2. Harus diketahui cara kerja, lama kerja dan ESO tersebut
3. Jika gagal terhadap OHO, usahakan menggunakan OHO lain, jika
masih gagal perlu dipertimbangkan untuk beralih pada insulin
4. Bila diberikan bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya IO
5. Sebaiknya OHO yang bekerja jangka panjang tidak diberikan pada
penderita lanjut usia
KOMPLIKASI
Penglihatan kabur
Penyakit jantung
Penyakit ginjal
Gangguan kulit dan syaraf
Pembusukan
Gairah sex menurun
Pembuluh darah
Yang terjadi
Plak aterosklerotik terbentuk & menyumbat arteri berukuran besar
atau sedang di jantung, otak, tungkai & penis. Dinding pembuluh
darah kecil mengalami kerusakan sehingga pembuluh tidak dapat
mentransfer oksigen secara normal & mengalami kebocoran

Komplikasi
Sirkulasi yg jelek menyebabkan penyembuhan luka yg jelek & bisa
menyebabkan penyakit jantung, stroke, gangren kaki & tangan,
impoten & infeksi
Mata
Yang terjadi
Terjadi kerusakan pada pembuluh darah kecil retina

Komplikasi
Gangguan penglihatan & pada akhirnya bisa terjadi kebutaan

Ginjal
Yang terjadi
 Penebalan pembuluh darah ginjal

 Protein bocor ke dalam air kemih

 Darah tidak disaring secara normal

Komplikasi
 Fungsi ginjal yg buruk Gagal ginjal
Saraf
Yang terjadi
 Kerusakan saraf karena glukosa tidak dimetabolisir secara
normal & karena aliran darah berkurang

Komplikasi
 Kelemahan tungkai yg terjadi secara tiba-tiba atau secara
perlahan
 Berkurangnya rasa, kesemutan & nyeri di tangan & kaki

 Kerusakan saraf menahun


Sistem Saraf Otonom
Yang terjadi
 Kerusakan pada saraf yg mengendalikan tekanan darah & saluran
pencernaan

Komplikasi
 Tekanan darah yg naik-turun

 Kesulitan menelan & perubahan fungsi pencernaan disertai


serangan diare
Kulit
Yang terjadi
 Berkurangnya aliran darah ke kulit & hilangnya rasa yg menyebabkan cedera
berulang

Komplikasi
 Luka, infeksi dalam (ulkus diabetikum)

 Penyembuhan luka yg jelek

Darah
Yang terjadi
fungsi sel darah putih

Komplikasi
Mudah terkena infeksi, terutama infeksi saluran kemih & kulit
Jaringan Ikat
Yang Terjadi
Luka tidak dimetabolisir secara normal sehingga jaringan menebal
atau berkontraksi

Komplikasi
Sindroma terowongan karpal Kontraktur Dupuytren
SASARAN PENGONTROLAN GULA DARAH

Kadar gula darah sebelum makan 80 -


120mg/dl

Kadar gula darah 2 jam sesudah makan


< 140
mg/dl

Kadar HbA1c < 7%


Table . Kriteria pengendalian DM (berdasarkan konsensus DM)
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah puasa (mg/dL) 80 – 99 100 – 125 ≥ 126
Glukosa darah 2 jam (mg/dL) 80 – 144 145 – 179 ≥ 180
A1C (%) < 6,5 6,5 – 8 >8
Kolesterol total (mg/dL) < 200 200 – 239 ≥ 240
Kolesterol LDL (mg/dL) < 100 100 – 129 ≥ 130
Kolesterol HDL (mg/dL) Pria > 40 Wanita > 50
Trigliserida ((mg/dL) < 150 150 – 199 ≥ 200
IMT (kg/m3) 18,5 – 23 23 – 25 > 25
Tekanan darah (mmHg) ≤130/80 > 130 – 140 / >80 – 90 >140/90
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai