DISLIPIDEMIA
Disusun Oleh :
Kelompok II (Dua)
Andini Safitri
Dwi Hidayati
Nurwahidah
Musdalifah
A. PENDAHULUAN
Gita Graciela
Nurani
Rani
Amri
200 - 239
240
Kolesterol LDL
< 100
100 129
130 159
160 189
190
Kolesterol HDL
< 40
60
Trigliserid
< 150
150 199
200 499
500
Diinginkan
Tinggi
Optimal
Mendekati optimal
Diinginkan
Tinggi
Sangat tinggi
Rendah
Tinggi
Optimal
Diinginkan
Tinggi
Sangat tinggi
B. PENGOBATAN DISLIPIDEMIA
Penatalaksanaan
Langkah awal penatalaksaan dislipidemia harus dimulai dengan
penilaian jumlah faktor risiko koroner yang ditemukan pada pasien tersebut
(risk assesment) untuk menentukan sasaran kolesterol-LDL yang harus
dicapai. Penatalaksanaan dislipidemia terdiri atas penatalaksaan nonfarmakologis dan penggunaan obat penurun lipid. Dianjurkan agar pada
semua pasien dislipidemia harus dimulai dengan pengobatan non-farmakologi
terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan pemberian obat penurun lipid. Pada
umumnya pengobatan non-farmakologi dilakukan selama tiga bulan sebelum
memutuskan untuk menambahkan obat penurun lipid. Pada keadaan tertentu
pengobatan non-farmakologi dapat bersamaan dengan pemberian obat.
Penatalaksanaan Non-Farmakologi
Penatalaksanaan non-farmakologi dikenal juga dengan nama perubahan
gaya hidup, meliputi terapi nutrisi medis, aktivitas fisik,serta beberapa upaya
lain seperti hentikan merokok, menurunkan berat badan bagi mereka yang
gemuk, dan mengurangi asupan alkohol.
Penatalaksanaan Farmakologi
Apabila gagal dengan pengobatan non-farmakologi maka harus dimulai
dengan pemberian obat penurun lipid. NCEP-ATP III menganjurkan sebagai
obat pilihan pertama adalah golongan HMG-CoA reductase inhibitor, oleh
karena sesuai dengan kesepakatan kadar kolesterol-LDL merupakan sasaran
utama pencegahan penyakit arteri koroner. Pada keadaan dimana kadar
trigliserida tinggi misalnya >400 mg/dL maka perlu dimulai dengan golongan
derivat asam fibrat untuk menurunkan kadar trigliserida, oleh karena kadar
trigliserid yang tinggi dapat mengakibatkan pankreatitis akut. Apabila kadar
trigliserida sudah turun dan kadar kolesterol-LDL belum mencapai sasaran
maka dapat diberikan pengobatan kombinasi dengan HMG CoA reductase
inhibitor. Kombinasi tersebut sebaiknya dipilih asam fibrat fenofibrat jangan
gemfibrozil.
Pada saat ini dikenal sedikitnya 6 jenis obat yang dapat memperbaiki
profil lipid serum yaitu bile acid sequestran, HMG-CoA reductase inhibitor
(statin), derivat asam fibrat, asam nikotinik, ezetimibe, dan asam lemak
omega-3. Selain obat tersebut, pada saat ini telah dipasarkan obat kombinasi
dua jenis penurun lipid dalam satu tablet seperti Advicor (lofastatin dan
niaspan), Vytorin (simvastatin dan ezetimibe).
1. Asam Fibrat
Klofibrat sebagai hipolipidemik digunakan di Amerika Serikat tahun
1967. Tetapi penggunaannya menurun secara dramatis dan tidak
digunakan lagi karena studi WHO 1978 menunjukkan bahwa walaupun
terjadi penurunan kolesterol, obat ini tidak menurunkan kejadian
kardiovaskular fatal, walaupun infark non fatal berkurang. Selain itu pada
kelompok klofibrat ditemukan peningkatan angka mortalitas. Derivat
asam fibrat yang masih digunakan saat ini adalah gemfibrozil, fenofibrat,
dan bezafibrat.
a. Farmakokinetik & farmakodinamik
Farmakokinetik : Semua derivat asam fibrat diabsorpsi lewat usus
secara cepat dan lengkap (>90%), terutama bila diberikan bersama
makanan. Pemecahan ikatan ester terjadi sewaktu absorpsi dan kadar
puncak plasma tercapai dalam 1-4 jam. lebih dari 95% obat terikat
pada protein, terutama albumin. Waktu paruh fibrat bervarisi :
gemfibrozil 1,1 jam dan fenofibrat 20 jam. gemfibrozil dapat
menembus sawar plasenta. Hasil metabolisme asam fibrat diekskresi
dalam urin (60%) dalam bentuk glukuronid dan 25% lewat tinja.
Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada pasien gagal ginjal.
Farmakodinamik : sebagai hipolipidemik obat-obat ini diduga
bekerja
dengan
cara
berikatan
dengan
reseptor
peroxisome
menurunnya
kadar
trigliserida
oleh
gemfibrozil.
obat
pilihan
utama
pada
pasien
exchange resin yang berbau dan berasa tidak enak. Kolestiramin dan
kolestipol bersifat hidrofilik, tetapi tidak larut dalam air, tidak dicerna dan
tidak diabsorpsi.
a. Farmakokinetik & farmakodinamik
Farmakodinamik : resin menurunkan kadar kolesterol dengan
cara mengikat asam empedu dalam saluran cerna, mengganggu
sirkulasi enterohepatik sehingga ekskresi steroid yang bersifat asam
dalam tinja mengikat. Penurunan kadar asam empedu ini oleh
pemberian resin akan menyebabkan meningkatnya produksi asam
empedu yang berasal dari kolesterol. Karena sirkulasi anterohepatik
dihambat oleh resin maka kolesterol yang diabsorpsi lewat saluran
cerna akan terhambat dan keluar bersama tinja. Kedua hal ini akan
menyebabkan
penurunan
kolesterol
dalam
hati.
Selanjutnya
resin
terbaru
yang
dapat
sehingga
menimbulkan
rasio
LDL:
HDL
yang
kurang
LDL dan
mengecilkan
xanthoma
pada
pasien
6. Dan Lain-lain
a. Ezetimib
Ezetimib tergolong obat penurun lipid yang terbaru dan bekerja
sebagai penghambat selektif penyerapan kolesterol baik yang berasal
dari makanan maupun dari asam empedu di usus halus. Pada
umumnya
obat
ini
tidak
digunakan
secara
tunggal,
tetapi
C. STUDI KASUS
1. Contoh Kasus :
Ny.RT (55 th) seorang anggota parlemen menjalani general cek up
rutin. Ny.RT rajin berjalan setiap pagi sejauh 1 km. Ayah Ny.RT
meninggal pada usia 35 th karena penyakit myocardial infarction, ibunya
masih hidup dan sehat-sehat saja sampai saat ini. Ny.RT mempunyai 3
saudara kandung, saudara pertama menderita hipertensi dan saudara
keduanya menderita diabetes, dan saudara ketiga (perempuan) meninggal
pada usia 45 th karena penyakit myocardial infarction, satu tahun yang
lalu Ny.RT mendapatkan warfarin 5 mg untuk mengatasi kondisi venous
thromboembolism (VTE) yang dideritanya.
Pada pemeriksaan diketahui tekanan darahnya 150/90 mmHg.
Tinggi badannya 150 cm, berat badannya 67 kg, random blood glukose
level 6 mmol/L.
Hasil pemeriksaan lipid puasa :
Total kolesterol 7.5 mmol/L
LDL-cholesterol 3.9 mmol/L
HDL-cholesterol 1.0 mmol/L
Trigliserida 2.0 mmol/L
2. Tujuan Penatalaksanaan Terapi
a. Menurunkan LDL dan meningkatkan HDL
1)
karena
tekanan
darahnya
adalah
150/90
mmHg.
terhadap
(tambahan);
pengobatan
setelah
infark
lain;
gagal
miokard;
jantung
kongestif
nefropati
diabetic
sore
hari)
Warfarin
: 5 mg sehari sekali (malam hari di minum bersama lipitor)
8. Kontra Indikasi
a. Lipitor golongan statin : pasien dengan penyakit hati yang aktif dan
pada kehamilan dan menyusui.
b. Farmoten 12,5 mg : hipersensitif terhadap penghambat ACE
(termasuk angiodema); penyakit renovaskuler
juga menyebabkan sakit kepala, perubahan nilai fungsi ginjal dan efek
saluran cerna (nyeri lambung, mual dan muntah).
b. Farmoten : hipotensi; pusing, sakit kepala, letih, astenia, mual
(terkadang muntah), diare (terkadang kontipasi), kram otot, batuk
kering yang persisten, gangguan kerongkongan, perubahan suara,
perubahan pencecap (mungkin disertai dengan turunnya berat badan),
stomatitis, dispepsia, nyeri perut; gangguan ginjal; hiperkalemia;
angiodema, urtikaria, ruam kulit (termasuk eritema multiforme dan
nekrolisis epidermal toksik), dan reaksi hipersensitivihtas, gangguan
darah (termasuk trombositopenia, neutropenia, agranulositosis, dan
anemia aplastik), gejala-gejala saluran nafas atas, hiponatremia,
takikardia, palpitasi, aritmia, infark miokard, dan strok (mungkin
akibat hipotensiyang berat), nyeri punggung, muka merah, sakit
kuning (hepatoseluler atau kolestatik), pankreatitis, gangguan tidur,
gelisah, perubahan suasana hati, parestia, impotensi, onikolisis,
alopesia.
c. Warfarin : perdarahan, hipersensitivitas, ruam kulit, alopesia, diare,
hematokrit turun, nekrosis kulit, purple toes, sakit kuning, disfungsi
hati, mual, muntah, pankreatitis.
10. Interaksi Obat
warfarin dengan atorvastatin dapat menurunkan protombin tetapi ini
hanya berlangsung pada awal terapi, dan hal ini tidak terlalu penting
dalam terapinya. Artinya
tidak
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Internal
Publishing. Jakarta.
Gunawan, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Departemen Farmakologi
dan Terapeutik UI. Jakarta.