Nim : 12019053
UTS PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI
A. Kasus
Pasien didiagnosis dokter penyakit jantung dengan kompilkasi penyakit hipertensi stage 3
dan dm tipe 2 diberikan terapi spironolactone 2x1, isdn 1x1, walfarin 2x1, nifedifin 2x1,
candesartan 1x1, furosemide 2x1, insulin 3x 15 unit, glibencalmid 1x1 pasien mengeluhan
kadang terjadinya mual setelah mengkonsumsi obat walfarin? Lakukan analisis
B. Dasar Teori
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi klinis dimana tekanan darah sistolik
mencapai ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang diukur pada saat
istirahat. Hipertensi disebut juga sebagai "silent killer" karena penyakit ini tidak
menimbulkan keluhan ataupun gejala yang nyata pada penderitanya, umumnya terdiagnosa
melalui skrining atau saat memeriksakan diri terkait penyakit lain. Namun, pada sebagian
orang keluhan-keluhan seperti sakit kepala, pusing, telinga berdenging, gangguan
penglihatan, nyeri di daerah dada, serta sulit bernapas bahkan seperti ingin pingsan, bisa jadi
merupakan tanda-tanda dari hipertensi.
Kategori Hipertensi
Diabetes tipe 2 adalah kondisi ketika kadar gula darah melebihi nilai normal akibat resistensi
insulin. Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling sering terjadi. Kondisi yang
berlangsung dalam jangka panjang ini lebih sering dialami oleh orang dewasa.
1. Patofisologi
Patofisiologi Diabetes Militus Tipe -2
Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe-2 (DMT2) terjadi sebagai akibat kombinasi beberapa
aspek yang berlangsung lama, dapat bertahun-tahun secara subklinis. Aspek-aspek tersebut
adalah penurunan sekresi insulin, resistensi insulin, dan ominous octet.
Resistensi Insulin
Resistensi insulin akan terjadi bila alur penyimpanan nutrisi yang bertugas memaksimalkan
efisiensi penggunaan energi terpapar terus menerus dengan surplus energi. Surplus energi ini
akan menurunkan sensitifitas insulin. Paparan surplus energi dalam jangka panjang akan
menyebabkan sensitifitas insulin semakin menurun hingga terjadi resistensi insulin, terutama
pada jaringan otot, hepar, dan lemak.
Resistensi insulin akan menyebabkan penurunan asupan glukosa perifer diiringi dengan
peningkatan endogen produksi glukosa oleh hepar melalui proses glukoneogenesis. Selain itu,
jaringan tubuh yang tidak mendapat energi juga akan memecah lipid dalam jaringan sel
lemak sehingga terjadi katabolisme lemak tubuh atau lipolisis.
Patofisiologi hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas rata-rata normal yang ditunjukkan
dengan alat tensimeter. Hipertensi tidak menunjukkan gejala, terutama di tahap awal.
Meskipun begitu, perjalanan penyakit atau patofisiologi hipertensi ini sangat kompleks dan
rumit Geng.
Ada banyak faktor yang terlibat dalam patofisiologi hipertensi. Faktor yang paling
berpengaruh pada hipertensi esensial atau hipertensi primer adalah faktor genetik, diet tinggi
garam, kondisi hormonal, dan masih banyak faktor lainnya.
Meskipun ada pengaruh genetik, namun sampai saat ini mekanisme terjadinya hipertensi
primer masih belum diketahui dengan pasti. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi,
berikut ini penjelasannya secara sederhana.
Patofisiologi hipertensi secara alami diawali dari kenaikan tekanan darah sesekali saja. Tanpa
melakukan pemeriksaan tekanan darah, Kamu tidak akan tahu kalau terjadi kenaikan tekanan
darah. Naiknya tekanan darah yang kadang-kadang ini, lama-kelamaan akan semakin sering
dan kemudian menetap, atau tidak bisa turun kembali.Awalnya, penderita hipertensi tidak
merasakan gejala. Jika pun ada gejala, biasanya tidak spesifik dan berubah-ubah. Setelah
penyakit berkembang menjadi hipertensi persisten (menetap), maka patofisiologi hipertensi
menjadi lebih rumit, di mana sudah melibatkan kerusakan organ-organ lain di seluruh tubuh.
Diawali dari kerusakan pembuluh-pembuluh darah kecil karena hipertensi, diikuti pembuluh
darah yang lebih besar seperti arteri dan aorta. Keduanya adalah pembuluh utama di tubuh
yang berukuran besar, salah satunya yang membawa darah menuju dan meninggalkan
jantung.
Kerusakan pembuluh darah kecil juga terjadi di seluruh organ tubuh sehingga perlahan-lahan
jantung, ginjal, retina, dan sistem saraf pusat akan mengalami kerusakan.
2. Hipertensi Tahap 1
Hipertensi tahap 1 umumnya dialami pada usia 20-40 tahun, ketika tekanan darah antara
140/90 dan 159/99. Jika sudah diketahui hipertensi seperti ini, maka harus dilakukan terapi
3. Hipertensi Tahap 2
Dikenal juga sebagai hipertensi tahap 2, yakni ditunjukkan dengan tekanan darah 160/100
atau lebih tinggi. Umumnya hipertensi yang sudah menetap ini diderita orang mulai usia 30-
50 tahun.
Patofisiologi jantung koroner Penyakit jantung koroner disebabkan oleh penyempitan atau
penyumbatan pada pembuluh darah yang menyuplai darah ke otot jantung. Otot jantung juga
memerlukan darah untuk menggerakkan otot-otonya agar tetap mampu memompa darah ke
seluruh tubuh.
Hal yang paling sering menyebabkan penyempitan atau penyumbatan tersebut adalah
trombosis atau atherosklerosis. Trombosis adalah jaringan luka pada pembuluh darah yang
membentuk jaringan fibrosa yang disebabkan kolesterol. Jaringan ini berisiko menyumbat
aliran darah.
Sedangkan atherosklerosis adalah penumpukan plak di dalam arteri menuju jantung. Plak
tersebut berisi kolesterol, kalsium, atau bahan lain yang berlebihan di dalam aliran darah. Jika
terus menumpuk, plak ini akan menyumbat pembuluh darah.
Jika trombosis dan atherosklerosis terjadi, maka suplai darah ke otot jantung akan berkurang.
Kurangnya aliran darah ke jantung bisa menyebabkan berbagai penyakit serius, seperti angina
pectoris (nyeri dada) sampai infark jantung yang menyebabkan kematian mendadak.
2. Guideline terapi :
Terapi Penyakit DM Tipe 2
Mayoritas pasien diabetes mellitus tipe 2 merupakan pasien obesitas sehingga doktter
sebaiknya merujuk pasien ke ahli gizi. Target penurunan berat badan 5-10% dalam jangka
waktu setahun terbukti tidak hanya menurunkan kadar gula darah, tetapi juga menurunkan
kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL, risiko penyakit kardiovaskular, dan tekanan
darah.
Terdapat beberapa pilihan golongan pengobatan untuk diabetes mellitus tipe 2, yaitu:
Biguanida
Sulfonilurea
Derivat meglitinide
Thiazolidinediones
Glucagonlike peptide-1 (GLP-1) agonists
Dipeptidyl peptidase IV (DPP-4) inhibitors
Selective sodium-glucose transporter-2 (SGLT-2) inhibitors
Insulin
Agonis dopamin
Terapi Penyakit Jantung
Namun, tidak semua orang boleh mengonsumsi aspirin. Ada kalanya Anda telah
mengonsumsi obat pengencer darah jenis yang lain, sehingga dokter tidak menyarankan Anda
mengonsumsi obat ini. Selain itu, jika Anda memiliki masalah pendarahan, obat ini juga tidak
disarankan untuk dikonsumsi. Maka itu, penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter
mengenai penggunaan obat-obatan.
clopidogrel
rivaroxaban
ticagrelor
prasugrel
2. Statin
Obat-obatan penurun kolesterol juga dapat digunakan untuk pengobatan untuk penyakit
jantung koroner. Salah satunya adalah obat-obatan statin. Cara kerja statin adalah mencegah
pembentukan kolesterol dan peningkatan jumlah reseptor untuk kolesterol jahat (LDL) di
dalam liver
3. Beta Blockers
Cara tepat untuk mengatasi penyakit jantung koroner, yaitu beta blockers. Obat-obatan ini
berfungsi untuk mengurangi kecepatan detak jantung dan mengurangi tekanan darah. Kedua
hal tersebut dapat mengurangi kebutuhan jantung akan oksigen.
Atenolol
Bisoprolol
Metoprolol.
Nebivolol
4. ACE inhibitors
ACE inhibitor juga bisa digunakan untuk pengobatan penyakit jantung koroner. Obat ini
berfungsi untukmenurunkan tekanan darah tinggi, salah satu faktor risiko yang dapat menjadi
penyebab penyakit jantung koroner.
Obat ini menghambat hormon yang disebut angiotensin-2 yang dapat menyebabkan
pembuluh darah menyempit. Selain mencegah agar jantung tidak bekerja terlalu keras, obat
ini juga dapat meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh.
5. Nitrat
Obat-obatan nitrat berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah. Obat ini bisa menjadi
pengobatan terhadap penyakit jantung koroner yang efektif. Obat ini terdapat dalam berbagai
sediaan, termasuk tablet, spray, dan masih banyak lagi sediaan lainnya.
Obat ini bekerja dengan cara membantu pembuluh darah untuk rileks, sehingga jumlah aliran
darah yang dapat masuk dan melewati pembuluh darah tersebut juga menjadi lebih banyak.
Dengan begitu, tekanan darah Anda bisa menurun dan rasa nyeri dada yang mungkin Anda
rasakan juga perlahan mereda.
Terapi non farmakologi berupa modifikasi gaya hidup meliputi pola diet, aktivitas fisik,
larangan merokok dan pembatasan konsumsi alkohol.
Terapi farmakologis
Dapat di berikan terapi antihipertensi tugal maupun kombinasi
Sublingual
Angina pektoris: 2,5–5 mg tiap 15 menit
Gagal jantung: 5–10 mg tiap 2 jam sekali bila diperlukan.
Suntik
Isosorbide dinitrate bentuk suntik dapat diberikan untuk
memperbaiki fungsi pompa jantung pada pasien gagal jantung.
Kontraindikasi : isosorbid dinitrat merupakan kontraindikasi
pada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap kandungan
isosorbid dinitrat, pasien yang sedang menjalani terapi obat
golongan inhibitor PDE seperti sildenafil dan pasien yang
sedang mendapatkan terapi kombinasi isosorbide dinitrat
dengan riociguat (obat guanylate cyclase stimulator).
Cara kerja obat : cara melebarkan pembuluh darah
(vasodilator) agar aliran darah dapat mengalir lebih lancar ke
otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan menjadi obat
tambahan untuk pasien gagal jantung
3. Walfarin
Indikasi : obat antikoagulan oral yang sering digunakan untuk
mengobati dan/atau mencegah terbentuknya bekuan darah (trombus).
Warfarin bekerja dengan cara menginhibisi faktor-faktor koagulan
tergantung vitamin K (Vitamin K- dependent factors).
Dosis dan aturan pakai : Dosis awal: 5 mg/hari.Dosis sebanyak 10 mg
per hari selama 2 hari. Sesuaikan dosis berikutnya berdasarkan waktu
protrombin atau INR.Dosisi perawatan: 3-9 mg/hari. Berikan di
waktu yang sama setiap hari.Khusus untuk pasien lanjut usia, berikan
dosis lebih rendah.
Aturan pakai obat : Oral: Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.
Injeksi: Dilakukan langsung oleh dokter atau tenaga medis di bawah
pengawasan dokter
Cara kerja obat : bekerja di hati dengan menghambat karboksilasi
vitamin K dari protein prekursornya. Karena waktu paruh dari masing-
masing faktor pembekuan darah tersebut, maka bila terjadi deplesi
faktor Vll waktu Page 2 protrombin sudah memanjang.
Kontraindikasi : Kehamilan. Orang dengan gangguan pembekuan
darah, seperti hemofilia A dan B, atau penyakit von Willebrand. Pasca
operasi sistem saraf pusat, mata, dan operasi traumatik terbu.
4. Nifedifin
Indikasi : Mengobati hipertensi, mencegah angina, mengobati fenomena
Raynaud
Dosis dan aturan pakai : Dosis nifedipine berbeda-beda tergantung
pada jenis sediaan dan kondisi yang ingin diatasi. Berikut adalah
penjelasannya:Kondisi: Hipertensi Bentuk immediate release: Dosis
awal: 5 mg 3 kali sehari. Dosis lanjutan: 10–20 mg 3 kali sehari.
cara kerja : cara menghambat kalsium untuk masuk ke dalam sel-sel
pembuluh darah dan jantung.
Kontraindikasi : Riwayat alergi nifedipine. Syok kardiogenik. Angina
tidak stabil akut.
5. Candesartan
Indikasi : untuk menangani hipertensi pada orang dewasa dan anak
berusia ≥1 tahun, serta untuk menangani gagal jantung pada orang
dewasa.
Dosis dan aturan pakai : Dosis candesartan yang digunakan akan
bervariasi tergantung indikasi pengobatan, usia pasien, dan respons
tekanan darah terhadap terapi.
Cara kerja obat : bekerja dengan cara menghambat reseptor
angiotensin II. Saat angiotensin II dihambat, pembuluh darah akan
lemas dan melebar sehingga aliran darah menjadi lebih lancar dan
tekanan darah turun.
Kontraindikasi : riwayat hipersensitivitas terhadap candesartan, pasien
hamil/menyusui, anak berusia kurang dari 1 tahun, dan pasien diabetes
mellitus yang juga menerima aliskiren
6. Furosemid
Indikasi : obat golongan diuretik yang bermanfaat untuk mengeluarkan
kelebihan cairan dari dalam tubuh melalui urine. Obat ini sering
digunakan untuk mengatasi edema (penumpukan cairan di dalam
tubuh) atau hipertensi (tekanan darah tinggi).
Dosis dan aturan pakai : Furosemide bisa diberikan dalam bentuk obat
minum atau suntikan. Suntikan furosemide bisa diberikan secara IM
(intramuskular/ke otot) atau IV (intravena/ke pembuluh darah). Berikut
ini adalah pembagian dosis furosemide berdasarkan kondisi yang ingin
diobati: Kondisi: Tekanan darah tinggi (hipertensi) ,Dewasa: Tablet
40–80 mg per hari. Bisa dikombinasikan dengan obat antihipertensi.,
Lansia: Dosis furosemide tablet untuk lansia selalu diawali dengan
dosis terendah, lalu ditingkatkan secara bertahap sesuai kondisi pasien.
Cara kerja obat : bekerja dengan cara menghalangi penyerapan
natrium di dalam sel-sel tubulus ginjal dan meningkatkan jumlah urine
yang dihasilkan oleh tubuh.
Kontraindikasi : penggunaan furosemide adalah pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal, karena furosemide dapat menimbulkan
nefrotoksisitas.
7. Insulin
Indikasi : untuk tata laksana kondisi hiperglikemia, baik pada pasien
diabetes mellitus, ketoasidosis diabetik (KAD), sindrom hiperosmolar
hiperglikemik (SHH), hiperkalemia, maupun toksisitas obat calcium
channel blockers dan beta-blockers.
Dosis dan aturan pakai : Dewasa: Dosis suntikan awal adalah 20 unit,
diikuti dengan 6 unit per jam sampai gula darah turun ke 10 mmol/l
atau di bawah 180 mg/dl.
Cara kerja obat : membantu mengontrol kadar gula darah (glukosa)
dalam tubuh. Caranya dengan memberi sinyal pada sel lemak, otot, dan
hati untuk mengambil glukosa dari darah dan mengubahnya menjadi
glikogen (gula otot) di sel otot, trigliserida di sel lemak, dan keduanya
di sel hati.
Kontraindikasi : penggunaan insulin reguler adalah keadaan
hipoglikemia dan pasien dengan riwayat hipersensitivitas obat ini.
Selain itu, beberapa peringatan penggunaan insulin reguler yang harus
diperhatikan di antaranya hati-hati pada kondisi penurunan
kebutuhan insulin, seperti diare dan muntah.
8. Glibenclamid
Indikasi : Membantu menurunkan kadar gula dalam darah pada
penderita diabetes tipe 2.
Dosis dan aturan pakai : Dosis awal glibenclamide adalah 2,5–5 mg
per hari. Dosis bisa ditingkatkan setiap minggu sampai dosis maksimal
20 mg per hari. Untuk dosis yang lebih dari 10 mg per hari,
glibenclamide bisa dikonsumsi 2 kali sehari.
Cara kerja obat : hypoglycemic oral derivat sulfonylurea yang bekerja
aktif menurunkan kadar gula darah. Glibenclamide bekerja dengan
merangsang sekresi insulin dari pankreas.
Kontraindikasi : Diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus yang
bergantung pada insulin. Ketoasidosis diabetikum dengan atau tanpa
koma. Gangguan ginjal, hati, tiroid atau adrenokortikal yang berat.
2. Objective :
Tekanan Darah untuk hipertensi Srage 3 lebih dari 180mmHg /
120 mmHg
Denyut nadi kurang dari 60 kali dalam per menit dengan nilai
normal jantung berdetak 60–100 kali per menit ketika istirahat
Perdiabetes : jumlah HbA1c Antara 5,7% - 6,4% dengan nilai
normal di bawah 5,7%
Diabetes : jumlah HbA1c mencapai 6,5% atau lebih
Di berikan Terapi :
Spironolactone 2x1
ISDN. 1x1
Warfarin. 2x1
Nifedipin. 2x1
Candesartan. 1x1
Furosemid. 1x1
Insulin. 3x 15 Unit
Glibenclamid. 1x1
Kenapa si pasien sering mengeluh kadang terjadi mual setelah mengkonsumsi warfarin karna
dari efek samping obat warfarin tersebut sudah menjelaskan akan terjadi mual serta muntah ,
DanTidak semua orang mengalami efek samping tersebut
3. Assessment :
Problem Medik Terapi Asesment Rekomendasi
Efek samping dari
beberapa obat yang di
konsumsi menimbulkan
Memberi jarak
rasa mual dan jika
Pasien mengalami waktu minum obat
mengkonsumsinya
rasa mual setelah Warfarin 2x1 dengan rentan
dengtan rentan waktu
meminum warfarin waktu yang tidak
yang berdekatan maka
berdekatan
efek samping yang di
timbulkan akan cepat
timbul
4. Plan : memberikan jarak waktu untuk konsumsi tiap obat agar efek samping “mual”
tidak timbul secara cepat
Wirianta Jeffrey. 2021. Punya Hipertensi? Waspada Serangan Jantung!. Diambil dari
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/punya-hipertensi-waspada-
serangan-jantung
Pittara. 2021. Pengertian Diabetes Tipe 2. Diambil dari
https://www.alodokter.com/diabetes-tipe-2
Dame Cristy Pane Merry. 2020. Spironolactone. Diambil dari
https://www.alodokter.com/spironolactone
Dame Cristy Pane Merry. 2020. Isosorbide Dinitrate. Diambil dari
https://www.alodokter.com/isosorbide-dinitrate
Admin Web Gendhis Manis Senin, 20 April 2020. Di ambil dari
https://gendhismanis.Ide /read /76/ patofisiologi – diabetes – melitus – tipe - 2 -dmt2.
Html
Annisa Hapsari Diperbarui Jul 09, 2021Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri
https :// hellosehat.com/jantung/jantung-koroner/pengobatan-jantung-koroner/?amp=1
Studi kasus
Kasus 3 pasien didiagnosis dokter penyakit jantung dengan kompilkasi penyakit hipertensi
stage 3 dan dm tipe 2 diberikan terapi spironolactone 2x1, isdn 1x1, walfarin 2x1, nifedifin 2x1,
candesartan 1x1, furosemide 2x1, insulin 3x 15 unit, glibencalmid 1x1 pasien mengeluhan kadang
terjadinya mual setelah mengkonsumsi obat walfarin? Lakukan analisis
Tahapan EBM:
Ekokardiogram
Stress test
d. Mengevaluasi hasil
Pasien didiagnosis Dokter Penyakit Jantung Dengan Komplikasi Penyakit Hipertensi Stage 3
dan Diabetes Melitus Tipe 2 dengan terapi obat spironolactone 2x1, isdn 1x1, walfarin 2x1, nifedifin
2x1, candesartan 1x1, furosemide 2x1, insulin 3x 15 unit, glibencalmid 1x1.
pasien mengeluhkan ketika setelah mengkonsumsi obat warfarin yang dirasakan mual
setelahnya, dari terapi yang diberikan obat dokter efek samping dari obat spironolactone, isdn,
walfarin, nifedifin, candesartan, furosemid, glibencalmid. Menimbulkan efek samping mual / bisa
mengiritasi lambung.
Maka dari itu diperlukan evaluasi dari dokter untuk terapi tambahan dengan penambahan
obat lambung / antimual untuk mengantisipasi efek dari terapi obat yang biasa dikonsumsi serta
pasien memberi jarak waktu atau jeda saat mengkonsumsi masing masing obat