Anda di halaman 1dari 10

Tugas Resume dan Analisa Subjek Hukum Internasional

1. Negara sebagai Subyek Utama Hukum Internasional


a. Unsur-unsur Konstitutif Negara
Adapun unsur-unsur negeri yang bersifat konstitutif harus terdapat rakyat, wilayah
tertentu, dan pemerintahan yang berdaulat. Dari ketiga unsur tersebut bersifat
konstitutif dikarenakan merupakan syarat yang mutlak bagi terbentuknya negeri.
b. Berbagai Macam Bentuk Negara
- Negara Kesatuan
Ada beberapa definisi negara kesatuan dari para ahli antara lain: Fred
Isjwara mengatakan bahwa negara kesatuan adalah bentuk kenegaraan yang paling
kokoh, jika dibendungkan dengan federal atau kenfederasi, dalam negara kesatuan
terdapat baik persatuan (union), maupun kesatuan (unity). Daud Busroh juga
mengatakan bahwa negara kesatuan adalah negara yang tidak tersusun daripada
negara bagian, seperti halnya pada negara federasi, melainkan negara itu sifatnya
tunggal, artinya hanya ada satu negara, tidak ada negara dalam negara. dengan
demikian dalam negara kesatuan hanya ada satu pemerintahan saja, yaitu
pemerintah pusat yang memiliki kewenangan tertinggi atas negara tersebut.
Negara kesautan juga dibedakan dalam dua bentuk, yaitu negara kesatuan dengan
sistem sentralisasi dan negara kesatuan dengan sistem desentralisasi. Dalam sistem
sentralisasi segala sesuatu yang ada dalam negara langsung diatur oleh pemerintah
pusat dan daerah-daerah hanya tinggal melaksanakan apa yang diintruksikan oleh
pemerintah pusat. Sedangkan sistem desentralisasi daerah-daerah masih diberi
kewenangan untuk mengatur dan mengurus daerahnya sendiri yang dinamakan
daerah otonom.
- Negara Federal
Federal berasal dari Bahasa latin Feodas yang artinya perjanjian. Negara
federal dibentuk oleh beberapa negara bagian atau wilayah yang independent, yang
awalnya memiliki keadulatan pada tiap-tiap negara, kemudian bersepakat
membentuk suatu federal. Contohnya Amerika Serikat.
Salah satu tokoh yang memberikan pendapatnya tentang negaara serikat adalah C.F
Strong, C.F Strong menyatakan bahwa untuk membentuk negara serikat sedikitnya
harus ada dua hal yang menjadi syarat. Pertama, munculnya perasaan sebangsa dari
integrasi-integrasi politik yang akan membuat negara serikat. Kedua, integrasi-
integrasi politik tersebut diwujudkan dengan kesepakatan yang mengikat yang
sifatnya terbatas.
- Negara Konfederasi
Negara Konfederasi merupakan suatu bentuk negara yang diciptakan secara
tidak permanen dikarenakan perjanjian antarnegara yang berkonfederasi untuk
tujuan bersama, yaitu untuk mempertahankan kedaulatan negara. urusan yang ada
di tiap negara merupakan urusan masing-masing, tetapi untuk urusan bersama
diperlukan kerja sama antar negara yang terikat dengan suatu perjanjian.
- Negara Monarki
Negara monarki merupakan suatu bentuk negara yang pemerintahannya
dipimpin oleh satu orang saja. Dalam hal ini, hak pemerintah hanya diatur oleh satu
orang saja tanpa ada orang lain yang bisa mengganggu gugat. Pemerintahan ini
merupakan bentuk yang umum pada abad ke-19.
- Negara Oligarki
Negara oligarki merupakan bentuk negara yang dimana pemilik
kekuasaannya sepenuhnya dipegang oleh suatu kelompok yang disebut kelompok
feudal. Oligarki merupakan sistem kekuasaan yang memungkinkan beberapa
keluarga atau individu untuk berkuasa memimpin suatu negara.
- Negara Demokrasi
Sistem demokrasi ini pemerintahannya sepenuhnya berada di tangan rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Artinya, rakyat memiliki kewenangan penuh atas
berjalannya pemerintahan. Demokrasi ini dapat dilakukan oleh warga negara
melalui pemilihan.

2. Subyek Hukum Internasional Lainnya


a. Organisasi-Organisasi Internasional
Organisasi ini memiliki kedudukan sebagai subjek hukum internaisonal serta
memilik kapasitas dalam membuat perjanjian internasional. Organisasi internasional
memiliki tujuan yaitu tujuan bersama yang menyangkut kepentingan antar bangsa.
- Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Organization)
Adapun beberapa tujuan dari PBB ini, yaitu:
a. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional.
b. Mengembangkan hubungan-hubungan persaudaraan antarbangsa.
c. Menciptakan kerjasama dalam memecahkan masalah usaha internasional dalam
bidang ekonomi, sosial budaya, dan hak asasi manusia.
d. Menjadikan PBB sebagai pusat usaha dalam mewujudkan tujuan-tujuan
pendirian PBB.
- Association of South East Asian Nations (ASEAN)
Asean merupakan salah satu dari berbagai macam organisasi internasional
yang terdiri dari negara yang ada di Kawasan Asia Tenggara. Asean ini berdiri pada
tanggal 8 Agustus 1967 dan dideklarasikan oleh Indonesia diwakili Adam Malik,
Singapura oleh S. Rajaratnam, Malaysia oleh Tun Abdul Razak, Filipina oleh
Narciso R. Ramos, dan Thailand oleh Thanat Khoman.
Adapun beberapa tujuan ASEAN ini, yaitu:
 Percepat pertumbuhan, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan di
kawasan Asia Tenggara.
 Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati
keadilan dan tertib hukum.
 Meningkatkan kerjasama yang aktif dalam bidang ekonomi, sosial, budaya,
teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi.
 Saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana latihan dan penelitian.
 Meningkatkan kerjasama dibidang pertanian, industri, perdagangan dan jasa,
serta meningkatkan taraf hidup rakyat mereka.
 Memelihara kerjasama yang erat dan bermanfaat dengan organisasi-organisasi
internasional dan regional.
- Konferensi Asia Afrika (KAA)
Konferensi ini merupakan momen pertemuan politik yang pertama antara
kepala negara di Asia dan Afrika yang diadakan di Bandung pada tanggal 18-25
April 1955. Konferensi ini sendiri dipelopori oleh lima negara yaitu Indonesia,
India, Sri Langka, Myanmar, dan Pakistan.
- Asia Pacific Economic Cooperation (APEC)
APEC merupakan suatu organisasi yang berjalan dibidang ekonomi yang
terdiri dari negara di Kawasan Asia Pasifik. APEC berdiri atas gagasan Bob Howke
(Perdana Menteri Australia) dan resmi didirikan pada bulan November 1989 di
Canberra, Australia.
Tujuan dari organisasi ini, antara lain:
 Mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Asia Pasifik.
 Memperkuat sistem perdagangan multilateral yang terbuka.
 Memberikan fokus kerjasama di bidang ekonomi.
- Gerakan Non-Blok
Gerakan ini dicetuskan oleh pemimpin dari lima negara, yaitu Yosep Broz Tito
(Presiden Yugoslavia), Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir), Soekarno (Presiden
Indonesia), Jawaharal Nehru (Perdana Menteri India), dan Kwane(Presiden
Ghana).
Tujuan dari dibentuknya Gerakan Non-Blok ini, yaitu
 Mendukung perjuangan dekolonisasi dan memegang teguh perjuangan
melawan imperialism, kolonialisme, neokolonialisme, rasialisme, dan
zionisme.
 Wadah perjuangan negara yang sedang berkembang.
 Mengurangi ketegangan antar Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan
Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet.
 Tidak membenarkan usaha penyelesaian sengketa dengan kekerasan senjata.
- Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC)
OPEC adalah salah satu organisasi yang bergerak di bidang pengekspor
minyak. OPEC ini dibentuk saat harga minyak turun dan berimbas pada perusahaan
minyak besar seperti Shell, British, Petroleum, Texaco, Exxon, Mobil, Socal, dan
Gulf.
Tujuan dari OPEC ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan ekonomi dan tujuan
politik. Tujuan ekonominya untuk mempertahankan harga minyak dan menentukan
harga minyak sehingga menguntungkan negara produsen. Sedangkan tujuan politik
yaitu mengatur hubungan dengan perusahaan minyak asing atau pemerintah negara
konsumen.
- North Atlatic Treaty Organization (NATO)
NATO terdiri dari beberapa Lembaga yaitu Nort Atlantic Council,
International Secretary, Military Committee, dan hingga saat ini NATO terdiri dari
26 negara. Tujuan pembentukan NATO antara lain:
 Untuk menyelesaikan persengketaan secara damai.
 Tidak membenarkan penggunaan kekuatan militer dalam hubungan
internasional.
 Meningkatkan kerjasama ekonomi diantara Negara-negara NATO.
 Membela negara anggota dengan prinsip bahwa serangan terhadap satu
anggota berarti serangan terhadap seluruh anggota NATO.

b. Pemberontak dan Belligerent


Belligerent merupakan pihak-pihak yang bersengketa dalam sebuah konflik
bersenjata, dalam hal ini pihak yang bersengketa bisa siapa saja termasuk juga
pemberontak (rebells). Pemberontak adalah orang-orang yang memberontak terhadap
pemerintah mereka dan diakui sebagai pemberontak. Hal ini memungkinkan mereka
untuk melakukan perang internal dengan pemerintah, yang menyebabkan dan
melakukan perang dengan pemerintah yang sah. Ketika sekelompok pemberontak
memiliki wilayah dan pemerintahan yang terorganisir, dan kemudian mendapat
pengakuan dari negara lain, pengakuan itu disebut pengakuan berperang. Dengan
adanya badan hukum, pihak yang berperang dapat tampil sebagai badan hukum dan
kombatan yang sah.
Menurut hukum perang, kelompok pemberontak dapat menjadi subjek hukum
internasional jika telah terorganisir, menaati hukum perang, memiliki wilayah yang
dikuasai, memiliki kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain,
dapat menentukan nasibnya sendiri, menguasai sumber daya alam di wilayah yang
dikuasainya, dan memilih sistem ekonomi, politik, dan sosial sendiri.

c. Duta dan Konsul


Duta besar adalah seseorang yang pergi ke negara lain dan mengurus kepentingan
negara, membantu dan melindungi warga negaranya, dan sebagainya. Sedangkan
konsul adalah orang yang ditunjuk dan ditugaskan untuk mewakili pemerintah suatu
negara dalam mengurus kepentingan perdagangan atau menyangkut warganya di
negara lain.
Perbedaan duta dan konsulat terletak pada asal lembaganya, perwakilan Republik
Indonesia di Luar Negeri dibagi menjadi dua yaitu perwakilan diplomatik sebagai
lembaga diplomatik dan perwakilan konsuler sebagai lembaga konsuler.Duta termasuk
ke dalam perwakilan diplomatik, sedangkan konsul atau konsulat termasuk ke dalam
perwakilan konsuler.

d. Tawanan Perang
Suatu konflik bersenjata internasional (armed conflict) yang harus dilindungi
adalah penduduk sipil dan kombatan.Yang dimaksud konflik bersenjata internasional
menurut Pietro Verri37 istilah “konflik bersenjata” (armed conflict) merupakan
ungkapan umum yang mencakup segala bentuk konfrontasi antara beberapa pihak,
yaitu:
o Dua Negara atau lebih;
o Suatu Negara dengan suatu entitas bukan-Negara;
o Suatu Negara dan suatu faksi pemberontak; atau
o Dua kelompok etnis yang berada di dalam suatu Negara.
Ketika kombatan jatuh ketangan musuhnya maka kombatan itu statusnya berubah
menjadi tawanan perang. Tawanan perang memiliki definisi sebagai sebuah sebutan
bagi tentara yang dipenjara oleh musuh pada masa atau segera berakhirnya konflik
bersenjata. Menurut F.Sugeng Istanto tawanan perang adalah tawanan dari penguasa
musuh yang bertanggung jawab atas penanganan tawanan perang. dalam keaadan
apapun, tawanan perang berhak atas perlakuan manusiawi dan penghormatan atas
diridan kehormatannya dan tetap memiliki kemampuan sipil sepenuhnya. Pengertian
lain tentang tawanan perang (prisoner of war) terdapat dalam Konvensi Jenewa III
tahun 1949, Tawanan perang adalah tawanan Negara musuh, bukan tawanan orang
perorangan atau kesatuan-kesatuan militer yang telah menawan mereka. Lepas dari
tanggung jawab perseorangan yang mungkin ada, Negara Penahan bertanggung jawab
atas perlakuan yang diberikan kepada mereka.
e. Korban Perang
Hukum humaniter merupakan salah satu sistem hukum yang diciptakan oleh
masyarakat internasional dalam mengatur mengenai perlindungan korban perang
tersebut.
Adapun tujuan dari hukum humaniter ini yaitu memberikan perlindungan dan
pertolongan kepada mereka yang telah terkena dampak perang atau menjadi korban
perang, baik dari warga sipil maupun aktif dalam permusuhan.

f. Refugee (Pengungsi)
Pengungsi merupakan orang yang berada di luar negara asalnya atau tempat tinggal
aslinya, mempunyai dasar ketakutan yang sah akan diganggu keselamatannya sebagai
akibat kesukuan (ras), agama, kewarganegaraan keanggotaan dalam kelompok sosial
tertentu atau pendapat poltik yang dianutnya, serta tidak mampu atau tidak ingin
memperoleh perlindungan bagi dirinya dari negara asal tersebut, ataupun kembali ke
sana karena mengkhawatirkan keselamatan dirinya

g. Penjahat Perang
Kejahatan perang merupakan suatu Tindakan pelanggaran, dalam cakupan hukum
internasional, terhadap hukum perang oleh satu atau beberapa orang, baik militer
maupun sipil. Pelaku kejahatan perang ini disebut penjahat perang. Setiap pelanggaran
hukum perang pada konflik antar bangsa merupakan kejahatan perang.
h. Perusahaan-Perusahaan Multinasional
Dalam hukum internasional yang sekarang, posisi Multinasional Corporation
(MNCs) tidak berada di bawah hukum internasional, melainkan dibawah hukum
nasional seperti badan hukum atau warga negara di tempat dimana MNCs berdiri.

i. Vatikan
Vatikan merupakan subjek hukum internasional karena sudah diakui oleh beberapa
negara di dunia dan juga menjadi pihak pada perjanjian-perjanjian internasional dan
anggota pada beberapa organisasi internasional.

Analisis Kedudukan Vatikan Sebagai Subyek Hukum Internasional


Vatikan adalah subjek hukum internasional karena diakui oleh negara-negara di dunia dan
menjadi pihak pada perjanjian-perjanjian internasional dan anggota pada beberapa organisasi
internasional. Negara yang pertama mengakui Vatikan sebagai subjek hukum internasional adalah
Italia melalui Pakta Lateran yang ditandatangani pada 1929, yang secara historis Pakta Lateran
juga menjadi dasar berdirinya negara kota Vatikan (Vaticancity state). Dalam hubungan
internasional negara Vatikan dikenal juga dengan nama “Tahta Suci”. Tahta Suci (Holy See)
sebagai subjek hukum internasional.
Stato Città del Vaticano, (The Vatican City State/ Negara Kota Vatikan, dibentuk melalui
TraktatLateran (Lateran Treaty) yang ditandatangani pada tahun 1929 antara Wakil Kepala
PemerintahTakhta Suci, Kardinal Pietro Gaspari dan Perdana Menteri Kerajaan Italia, Benito
Mussolini. Negara Kota Vatikan diakui sebagai badan politik yang menjamin Takhta Suci sebagai
institusitertinggi dalam Gereja Katolik sedunia dan sebagai negara berdaulat. Takhta Suci Vatikan
pada dasarnya adalah pemerintahan Gereja Katolik, dalam kenyataannya secara aktif melakukan
pulamisi sekuler seperti negara-negara lainnya. Misi sekuler ini selain telah digariskan dalam
Traktat Lateran (1929) antara Pemerintah Italia dengan Takhta Suci Vatikan, juga lebihdipertegas
dalam Konsili Vatikan II, yang antara lain ditetapkan bahwa Gereja Katolik berhak menganggap
dirinya mempunyai panggilan untuk memberikan bantuan secara aktif terhadap masyarakat dunia
dengan jalan mempererat persatuan dan persaudaraan umat manusia. Berdasarkan misi tersebut,
Takhta Suci Vatikan menjalankan Roda Pemerintahannya, yang pada dasarnya tetap bermuara
pada tujuan religius, yaitu terlaksananya kepentingan gereja secara universal.Vatikan diakui
memiliki kedudukan sebagai subyek hukum internasional berdasarkan Traktat Lateran tanggal 11
Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan mengenai penyerahan sebidang
tanah di Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia
atas eksistensi Tahta Suci sebagai pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri, walaupun
tugas dan kewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara,sebab hanya terbatas pada
bidang kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan moral saja, namun
wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik sedunia, sudah diakui
secara luas di seluruh dunia.
Tahta Suci merupakan suatu subyek hukum internasional dalam arti penuh, dan sejajar
kedudukannya dengan negara mempunyai perwakilan diplomatik dibanyak negara, termasuk
Indonesia, yang sejajar kedudukannya dengan perwakilan diplomatik negara-negara. Dasar lain
yang menjadikan Tahta Suci (Holy See) sebagai subjek hukum internasional adalahdengan
mengacu juga kepada Konvensi Montevideo 1933 yang mana Vatikan merupakan pihakdan
memenuhi ketentuan-ketentuan pada Konvensi tersebut. Ketentuan-ketentuan tersebut antara lain:
1. Memiliki populasi permanen yang secara faktual penduduk tetap Vatikan adalah 800 orang.
2. Memiliki suatu wilayah tertentu yang dalam hal ini Tahta Suci terletak di atas lahan seluas 44
hektar / 0,44 Kilometer yang terletak di tengah-tengah Kota Roma, Italia.
3. Terdapat suatu bentuk pemerintahan yang dalam hal ini bentuk negara Vatika nadalah
Monarki Absolut yang dikepalai oleh seorang Paus (kepala negara) yang memilikikekuasan
absolut atas kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
4. Serta memiliki kapasitas untuk terlibat dalam hubungan internasional dengan negara
lain,dalam hal ini selain Vatikan adalah pihak pada perjanjian-perjanjian internasional seperti
[09.19, 21/10/2022] Ersa: “The International Convention on the Elimination of All Forms of
Racial Discrimination” dan “Vienna Convention on Diplomatic Relations” Selain itu Vatikan
adalah anggota pada organisasi-organisasi internasional seperti World Organization of
Intellectual Properties (WOIP) dan UNESCO.
5. Vatikan juga memiliki hubungan diplomatik dengan negara-negara di dunia, sebagai contoh
Indonesia yang memiliki perwakilan diplomatik khusus untuk Vatikan begitu juga Vatikan
terhadap Indonesia.

Bagaimana analisa anda terkait subyek hukum berikut ini apakah ketiganya merupakan subyek
hukum Internasional? jawaban iya ataupun tidak harus di sertai dengan landasan hukum.
A. Palestina
Secara umum, ada dua teori yang berkaitan dengan pembentukan negara baru yang
berdaulat. Yang pertama adalah teori konstitutif dan yang kedua adalah teori deklaratif. Teori
konstitutif menekankan bahwa negara-negara atau pemerintah dapat menjadi subyek hukum
Internasional jika negara lain mengakui mereka terlebih dahulu. Sementara itu, teori deklaratif
lebih menekankan bahwa sebuah negara, baru dapat diklasifikasikan sebagai sebuah negara
baru berdaulat jika negara-negara ini dapat memenuhi persyaratan normatif sebagaimana
disebutkan dalam konvensi Montevideo.
Menurut teori deklaratif ini terdapat empat kriteria, yaitu adanya populasi yang tetap
(permanent population), adanya wilayah yang jelas dan tetap (defined territory), adanya
pemerintah (government), dan adanya kapasitas (negara) untuk melakukan tindakan atau
hubungan hukum dengan negara lain. Sedangkan menurut teori konstitutif, menekankan
adanya pengakuan dari negara lain untuk dinyatakan sebagai sebuah negara baru. Ini berarti
bahwa ketika suatu negara telah memiliki wilayah, penduduk dan juga pemerintah menurut
teori ini hal itu tidak otomatis menjadikan negara tersebut sebagai sebuah negara baru yang
berdaulat. Berdasarkan teori ini, perlu adanya pengakuan yang cukup dari negara-negara
berdaulat lainnya.
Jadi menurut saya, Palestina sudah bisa dianggap sebagai sebuah negara jika dilihat dari
fakta-fakta diatas, karena mereka juga telah diperlakukan seperti selayaknya sebah negara
oleh negara-negara lain dan juga organisasi internasional. Selain itu, mereka telah terlibat
dalam banyak perjanjian internasional dan juga menjadi negara pengamat non-anggota di
forum PBB. Jadi, berdasarkan fakta-fakta ini Palestina dapat dianggap sebagai sebuah negara
berdaulat untuk tujuan-tujuan hukum publik internasional.

B. Gerakan Aceh Merdeka


Secara teoretis, GAM dapat dikategorikan sebagai belligerents, karena telah memiliki
organisasi yang terpimpin dan teratur, memiliki simbol atau tanda pengenal yang menunjukan
identitas serta menguasai wilayah tertentu.
Terkait nota kesepahaman antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka
“GAM”, nota kesepahaman tersebut tidak dapat dianggap sebagai perjanjian internasional,
karena Gerakan Aceh Merdeka bukanlah subjek hukum internasional. adanya nota
kesepahaman antara pemerintah Indonesia dengan GAM, berarti pemerintah Indonesia, secara
langsung maupun tidak langsung, mengakui GAM sebagai belligerent yang merupakan subjek
hukum internasional yang dapat membuat perjanjian internasional. perjanjian internasional
memang tidak terbatas pada negara saja, namun subjek hukum internasional secara umum.
Namun, unsur penguasaan wilayah ini tidak dapat dikatakan efektif dengan melihat bahwa
anggota GAM kebanyakan bergerilya di hutan dan pemerintahan yang efektif masih
dikendalikan oleh Indonesia di seluruh wilayah Aceh. Kriteria tersebut, meskipun telah
terpenuhi, tetapi sebenarnya belum cukup untuk memberikan status belligerent kepada GAM,
karena masih memerlukan pengakuan dari subjek hukum internasional, baik secara diam-diam
atau secara tegas.
GAM telah dianggap mendapatkan pengakuan secara diam-diam dari subjek hukum
internasional lain, karena adanya keterlibatan pihak ketiga, baik dalam proses perundingan
dan pelaksanaan nota kesepahaman, namun Indonesia sendiri tidak mengakui GAM sebagai
belligerent

C. Catalonia
Catalonia ingin melepaskan diri dari Spanyol dengan membuat sebuah referendum.
Membuat referendum ini adalah suatu cara masyarakat Catalonia untuk menyampaikan suatu
pendapat mereka. Hal ini sesuai dengan prinsip self-determination dalam hukum
internasional, karena hak untuk memisahkan diri bisa muncul dalam keadaan-keadaan khusus
tertentu, selain dalam konteks dekolonisasi. Ketika suatu bangsa dihalangi haknya oleh
pemerintah yang berkuasa dalam menikmati internal self-determination (untuk mendapatkan
status politik, ekonomi, sosial dan budaya), maka sebagai jalan terakhir yang diperbolehkan
dalam hukum internasional adalah upaya melepaskan diri dari negara tersebut.
Syarat-syarat self-determination dalam kasus Catalonia yang ingin memisahkan diri dari
Spanyol adalah aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya. Setelah itu Catalonia harus sesuai
dengan Konvensi Montevideo Tentang Hak dan Tugas Negara Tahun 1933 Pada Pasal 1 yaitu
syarat terbentuknya suatu negara, dan terakhir Catalonia harus mendapatkan pengakuan dari
sebuah negara.
Pemisahan diri Catalonia dianggap oleh Spanyol tidak sesuai dengan konstitusi dari
pemerintahan Spanyol. Pemerintah Spanyol menolak referendum Catalonia karena tidak
sesuai dengan syarat dari sebuah negara dan Catalonia adalah wilayah dari Spanyol yang maju
di antara wilayah lainnya seperti perekonomian, sumber daya alam dan kemajuan teknologi.
Dalam kasus Catalonia yang ingin melepaskan diri dari Spanyol bisa terlaksana dengan baik
tanpa ada korban yang jatuh, karena ini semua adalah sistem demokrasi. Catalonia punya hak
untuk melakukan atau mewujudkan mimpinya, karena pada dasarnya suatu hak itu dimiliki
oleh semua manusia dan Catalonia beserta masyarakatnya mempunyai itu. Prinsip
Selfdetermination bisa dilakukan karena ada beberapa faktor dari sebuah wilayah yang ingin
berdiri sendiri. Catalonia membuat referendum sesuai dengan syarat self-determination.
Menurut pendapat saya Catalonia tidak bisa dijadikan sebagai subjek hukum internasional
karena kurang terlaksananya syarat-syarat yang berlaku dalam pasal 1 Konvensi Montevideo
Tentang Hak dan Tugas Negara Tahun 1933

D. Isis
Subyek Hukum Internasional diartikan sebagai pemilik, pemegang atau pendukung hak
dan pemikul kewajiban berdasarkan hukum internasional. Seiring dengan perkembangan
zaman tidak hanya Negara yang dianggap menjadi subyek hukum internasional namun kaum
pemberontak juga telah dianggap sebagai salah satu subyek hukum internasional.
Pemberontak atau gerakan separatis dapat dianggap sebagai suatu subjek hukum internasional
karena memiliki hak yang sama dengan apa yang dimiliki oleh subjek hukum internasional
lainnya.
Hingga saat ini, ISIS memang dapat dikatakan sebagai golongan kaum pemberontak yang
kuat dan memiliki susunan organisasi yang tetap, dan mapan dari segi politik namun hal
tersebut tidak cukup karena kaum pemberontak harus memiliki komandan yang
bertanggungjawab terhadap anak buahnya, melakukan aksi dalam wilayah tertentu dan
memiliki sarana untuk menghormati dan menjamin penghormatan terhadap Konvensi Jenewa
agar dapat menjadi belligerent. Tidak hanya itu, sampai saat ini kaum pemberontak ISIS juga
belum mendapatkan pengakuan sebagai belligerent baik dari pemerintah setempat maupun di
mata dunia internasional. Oleh karena itu, sesuai dengan penjelasan-penjelasan diatas ISIS
masih berada dalam tahap insurgent dimana kedudukan ISIS ini belum dapat diakui sebagai
pribadi internasional yang menyandang hak dan kewajiban menurut hukum internasional.

Anda mungkin juga menyukai