Anda di halaman 1dari 14

FUNGSI SOSIOLOGI HUKUM

DOSEN PENGAMPU : Dr. SITI RAHMAH. Sh M. Kn

DI SUSUN OLEH :

AUFA RIFQI (231500100)

YUNIATI (23150078)

T FAIZ MUMTAZ (23150089)

FERI ALDI (23150067)

NISFA HERISCHA (231500101)

ILYA MIRANTI (23150063)

FAKULTAS ILMU HUKUM


UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan rahmat
dan hidayat-nya sehingga kami menyelesaikan makalah FUNGSI SOSIOLOGI
HUKUM yang berjudul penting nya pancasila bagi mahasiswa. Terima kasih saya
ucapkan kepada ibu Dosen pengampu Dr. SITI RAHMAH. Sh M. Kn. yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada teman teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Kami menyadari, bahwa makalah
Pancasila yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Tertanda

AUFA RIFQI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1.1
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................1.2
1.3 Tujuan makalah........................................................................................1.3

BAB II PEMBAHASAN
.2 FUNGSI SOSIOLOGI HUKUM..........................................................A

2.2 SEJARAH SOSIOLOGI HUKUM.......................................................B

2.3 KARAKTERISTIK KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM .....................C

2.4 FUNGSI ILMU SOSIOLOGI HUKUM..............................................D


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah yang bisa menjadi fokus penelitian sosiologi hukum
meliputi:

1. Konflik antara Hukum Formal dan Praktik Sosial: Ada seringkali


kesenjangan antara hukum formal yang tercantum dalam undang-undang dan
praktik sosial masyarakat. Penelitian dalam sosiologi hukum dapat menggali
bagaimana ketidaksesuaian ini mempengaruhi implementasi hukum.

2. Pengaruh Kultural Terhadap Sistem Hukum: Budaya, nilai-nilai, dan


norma sosial memiliki pengaruh signifikan pada sistem hukum. Latar belakang ini
dapat dieksplorasi untuk memahami bagaimana faktor-faktor kultural
memengaruhi pembentukan dan aplikasi hukum.

3. Ketidaksetaraan dalam Akses ke Hukum: Masalah aksesibilitas hukum


menjadi latar belakang yang penting. Bagaimana ketidaksetaraan ekonomi, sosial,
dan geografis memengaruhi kemampuan individu untuk mendapatkan
perlindungan hukum adalah isu kunci dalam sosiologi hukum.

4. Perubahan Sosial dan Hukum: Masyarakat selalu mengalami perubahan,


dan hukum harus beradaptasi. Latar belakang masalah ini berfokus pada
bagaimana perkembangan sosial seperti teknologi, migrasi, dan perubahan nilai
sosial mempengaruhi hukum.

5. Konflik Antar Kelompok Sosial: Konflik antara berbagai kelompok


sosial, seperti etnis, agama, dan kelas, seringkali memiliki akar hukum. Sosiologi
hukum dapat menyelidiki konflik semacam itu dan peran hukum dalam
penyelesaiannya.

Penelitian di bidang sosiologi hukum membantu memahami interaksi


kompleks antara hukum dan masyarakat serta dampaknya pada keadilan sosial
dan ketertiban hukum.
1.1 Rumusan masalah

Dari latar belakang tersebut, maka ditentukanlah rumusan masalah dalam


makalah ini adalah sebagai berikut :
 Bagaimana ketidaksesuaian antara hukum formal dan praktik sosial
mempengaruhi implementasi hukum di masyarakat?
 Sejauh mana faktor-faktor budaya, nilai-nilai, dan norma sosial memengaruhi
proses pembentukan kebijakan hukum dan pengambilan keputusan dalam
sistem hukum?
 Apa dampak ketidaksetaraan ekonomi, sosial, dan geografis terhadap
aksesibilitas hukum bagi individu dan kelompok masyarakat tertentu?
 Bagaimana perkembangan teknologi, migrasi, dan perubahan nilai sosial
mempengaruhi struktur dan substansi hukum dalam menghadapi perubahan
sosial?

1.2 Tujuan makalah

 Untuk mengetahui Bagaimana ketidaksesuaian antara hukum formal dan


praktik sosial mempengaruhi implementasi hukum di masyarakat
 Untuk mengetahui Sejauh mana faktor-faktor budaya, nilai-nilai, dan norma
sosial memengaruhi proses pembentukan kebijakan hukum dan pengambilan
keputusan dalam sistem hukum
 Untuk mengetahui Apa dampak ketidaksetaraan ekonomi, sosial, dan
geografis terhadap aksesibilitas hukum bagi individu dan kelompok
masyarakat tertentu
 Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan teknologi, migrasi, dan
perubahan nilai sosial mempengaruhi struktur dan substansi hukum dalam
menghadapi perubahan sosial
BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SOSIOLOGI HUKUM

Sosiologi hukum merupakan cabang dari sosiologi yang relatif masih muda,
namun tetap menjadi penting karena berkaitan dengan aspek kehidupan sosial
masyarakat. Sampai dengan saat ini, sosiologi hukum belum mempunyai batas-
batas yang jelas. Meskipun selalu mendapat perhatian secara khusus, masih belum
mencapai kesepakatan mengenai pokok-pokok persoalannya atau masalah yang
akan dipecahkannya di kalangan para ahli hukum maupun sosiologi.

Pada awalnya sangat sulit untuk dipahami bahwa antara sosiologi dan hukum
dapat dipersatukan sementara ahli hukum memperhatikan masalah quid juris,
sedangkan ahli sosiologi mempunyai tugas untuk menguraikan quid facti
berdasarkan fakta-fakta sosial dalam masyarakat.

Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari perilaku hukum dari warga
masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto sosiologi hukum adalah suatu cabang
ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris menganalisis atau mempelajari
hubungan timbal balik antara hukum dan gejala-gejala sosial lainnya (Soekanto,
1982). Sedangkan menurut Satjipto Rahardjo, sosiologi hukum (sociology of law)
adalah pengetahuan hukum terhadap pola perilaku masyarakat dalam konteks
sosialnya. (Rahardjo, 1979). Menurut R. Otje Salman sosiologi hukum adalah
ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dan gejala-gejala
sosial lainnya secara empiris dan analitis. H.L.A. Hart tidak mengemukakan
definisi tentang sosiologi hukum, namun definisi yang dikemukakannya
mempunyai aspek sosiologi hukum. Hart mengungkapkan bahwa suatu konsep
tentang hukum mengandung unsur-unsur kekuasaan yang terpusatkan dalam
kewajiban tertentu di dalam gejala hukum yang tampak dari kehidupan
bermasyarakat. Menurut Hart, inti dari suatu sistem hukum terletak pada kesatuan
antara aturan utama (primary rules) dan aturan tambahan (secundary rules).
Aturan utama merupakan ketentuan informal tentang kewajiban-kewajiban warga
masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pergaulan hidup.
Sedangkan aturan tambahan terdiri atas (a) rules of recognition yaitu aturan yang
menjelaskan aturan utama yang diperlukan berdasarkan hierarki urutannya. (b)
rules of change yaitu aturan yang mensahkan adanya aturan utama yang baru.
(c) rules of adjudicatio yaitu aturan yang memberikan hak-hak kepada orang
perorangan untuk menentukan sanksi hukum dari suatu peristiwa tertentu apabila
suatu aturan utama dilanggar oleh warga masyarakatnya. (Lihat, H.L.A. Hart, The
concept of Law, 1961). Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa sosiologi
hukum adalah ilmu yang mempelajari segala aktivitas, interaksi, dan perilaku
manusia secara timbal balik dengan hukum.

B. SEJARAH SOSIOLOGI HUKUM

Awal Mula Pemikiran tentang Hubungan Hukum dan Masyarakat Pemikiran


tentang hubungan antara hukum dan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan pemikiran filsafat dan sosial pada abad ke-17 hingga ke-18. Tokoh
seperti Montesquieu dengan karyanya "The Spirit of the Laws" (1748) dan
Rousseau dengan konsep "contract social" (kontrak sosial) membuka jalan bagi
diskusi tentang bagaimana hukum membentuk struktur sosial dan keadilan dalam
masyarakat.

a. Gerakan Pencerahan (Enlightenment) dan Hukum Alam

Pada abad ke-18, Gerakan Pencerahan memperkuat pemikiran tentang hak asasi
manusia dan ide hukum alam. Tokoh seperti John Locke dan Jean-Jacques
Rousseau memandang bahwa hak asasi manusia bersifat universal dan prinsip-
prinsip hukum alam adalah dasar dari sistem hukum yang adil.

b. Positivisme Sosial Auguste Comte

Auguste Comte, seorang filsuf dan sosiolog Prancis pada pertengahan abad ke-19,
memperkenalkan konsep positivisme sosial. Dia menekankan bahwa metode
ilmiah harus digunakan untuk memahami dan memperbaiki masalah sosial,
termasuk hukum. Pendekatan positivis Comte membentuk landasan bagi kajian
sosiologis terhadap hukum.

c. Emile Durkheim: Hukum sebagai Refleksi Norma Sosial

Emile Durkheim, sosiolog Prancis yang hidup pada akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20, dianggap sebagai bapak sosiologi hukum. Dalam karyanya "The
Division of Labour in Society" (1893), Durkheim memandang hukum sebagai
refleksi dari norma-norma dan nilai-nilai sosial. Baginya, hukum adalah
instrumen penting untuk memelihara stabilitas sosial.

d. Max Weber dan Konsep Otoritas Hukum

Max Weber, seorang sosiolog Jerman, memperkaya diskusi tentang hukum


dengan konsep-konsep seperti tipe-tipe otoritas (rasional-legal, tradisional,
karismatik) dan konsep hukum sebagai instrumen dominasi. Weber menekankan
bahwa hukum adalah instrumen penting dalam mempertahankan keteraturan
sosial dan mengatur kehidupan masyarakat.

e. Sociological Jurisprudence dan Roscoe Pound

Pada awal abad ke-20, muncul gerakan Jurisprudensi Sosiologis atau Sociological
Jurisprudence yang dipimpin oleh tokoh seperti Roscoe Pound di Amerika
Serikat. Gerakan ini menekankan pentingnya mempertimbangkan implikasi sosial
dari kebijakan hukum. Pound menekankan bahwa tujuan hukum seharusnya
adalah untuk mencapai keadilan sosial.

f. Eugen Ehrlich dan Konsep "Hukum yang Hidup"

Eugen Ehrlich, seorang ahli hukum Austria, memperkenalkan konsep "hukum


yang hidup" atau "living law". Ia mengemukakan bahwa hukum yang sebenarnya
berasal dari praktik sehari-hari masyarakat, bukan hanya dari peraturan tertulis.
Ehrlich menyoroti pentingnya hukum yang berkembang secara organik dari dalam
masyarakat.

g. Perkembangan Kontemporer dan Tantangan Baru


Di zaman sekarang, sosiologi hukum terus berkembang seiring dengan
kompleksitas dan dinamika masyarakat modern. Para sosiolog hukum
mempelajari berbagai fenomena seperti sistem peradilan, keadilan sosial, dan
dampak hukum terhadap masyarakat dalam konteks globalisasi, teknologi
informasi, dan perubahan sosial yang cepat.

Kontribusi Global dan Terus Berkembang Sosiologi hukum telah menjadi bidang
studi internasional yang penting, dengan berbagai kontribusi dari para akademisi
di seluruh dunia. Melalui penelitian dan analisis, sosiolog hukum terus berusaha
untuk memahami kompleksitas hubungan antara hukum dan masyarakat serta
dampaknya terhadap keadilan dan kesejahteraan sosial.

C. KARAKTERISTIK KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM

Berdasarkan pengertian dan ruang lingkup sosiologi hukum, dapat diketahui


dan dipahami bahwa karakteristik kajian sosiologi hukum adalah fenomena
hukum di dalam masyarakat dalam mewujudkan: (1) deskripsi; (2) penjelasan; (3)
pengungkapan; dan (4) prediksi. Selanjutnya, akan diuraikan beberapa
karakteristik kajian sosiologi hukum sebagai berikut.

1. Sosiologi hukum berusaha untuk memberikan deskripsi terhadap


praktikpraktik hukum. Apabila praktik-praktik itu dibeda-bedakan ke dalam
pembuatan undang-undang, penerapan dalam pengadilan maka ia juga
mempelajari bagaimana praktik yang terjadi pada masing-masing bidang kegiatan
hukum itu.

2. Sosiologi hukum bertujuan untuk menjelaskan mengapa suatu


praktikpraktik hukum di dalam kehidupan sosial masyarakat itu terjadi,
sebabsebabnya, faktor-faktor apa yang berpengaruh, latar belakangnya, dan
sebagainya. Hal itu memang asing kedengarannya bagi studi hukum normatif.
Studi hukum normatif kajiannya bersifat perspektif, hanya berkisar pada apa
hukumnya dan bagaimana menerapkannya. Satjipto Rahardjo mengutip pendapat
Max Weber yang menamakan cara pendekatan yang demikian itu sebagai
interpretatif understanding yaitu cara menjelaskan, sebab perkembangan serta efek
dari tingkah laku sosial. Dengan demikian, mempelajari sosiologi hukum adalah
menyelidiki tingkah laku orang dalam bidang hukum sehingga mampu
mengungkapkannya. Tingkah laku dimaksud mempunyai dua segi yaitu luar dan
dalam. Oleh karena itu, sosiologi hukum tidak hanya menerima tingkah laku yang
tampak dari luar saja, melainkan ingin juga memperoleh penjelasan yang bersifat
internal yaitu motif-motif tingkah laku seseorang. Apabila disebut tingkah laku
(hukum) maka sosiologi hukum tidak membedakan antara tingkah laku yang
sesuai dengan hukum dan yang menyimpang. Kedua-duanya diungkapkan sama
sebagai obyek pengamatan dan penyelidikan ilmu ini (Rahardjo, 1979)

3. Sosiologi hukum senantiasa menguji keabsahan empirik dari suatu


peraturan atau pernyataan hukum sehingga mampu memprediksi suatu hukum
yang sesuai dan atau tidak sesuai dengan masyarakat tertentu. Pernyataan yang
bersifat khas di sini adalah ‘apakah kenyataan memang seperti yang tertera pada
bunyi peraturan itu?’. Bagaimana dalam kenyataannya peraturan-peraturan hukum
itu?. perbedaan yang besar antara pendekatan yuridis normatif dengan pendekatan
yuridis empiris atau sosiologi hukum adalah untuk pendekatan yang pertama
menerima apa yang tertera pada peraturan hukum, sedangkan yang kedua
senantiasa mengujinya dengan data empiris.

4. Sosiologi hukum tidak melakukan penilaian terhadap hukum. Tingkah


laku yang menaati hukum dan yang tidak menaati hukum sama-sama merupakan
obyek pengamatan yang setaraf. Ia tidak menilai yang satu lebih dari yang lain.
Perhatiannya yang utama hanyalah pada memberikan penjelasan terhadap obyek
yang dipelajarinya. Pendekatan yang demikian ini sering menimbulkan salah
paham seolah-olah sosiologi hukum ingin membenarkan praktik yang
menyimpang atau melanggar hukum. Sekali lagi dikemukakan di sini bahwa
sosiologi hukum tidak memberikan penilaian, melainkan mendekati hukum dari
segi obyektivitas semata dan bertujuan untuk memberikan penjelasan terhadap
fenomena hukum yang nyata.

Kasus pengadilan terhadap nenek Asyani, 70, di Situbondo Jawa Timur (Jatim)
menunjukkan potret buram penegakan hukum di Tanah Air. Penegak hukum
semestinya mengedepankan restorative justice (keadilan restoratif) dalam
menangani kasus dugaan pencurian 7 batang kayu jati tersebut.

Pandangan demikian disampaikan pakar hukum tata negara Universitas


Parahyangan Bandung, Asep Warlan Yusuf, dan anggota Komisi III Arsul Sani.
Mereka pun prihatin karena sang nenek didakwa dengan pasal illegal logging
karenatidakdilakukansecara terorganisasi dengan jumlah yang besar. Karena itu
mereka berharap hakim nantinya bisa cermat melihat kasus tersebut.

“Ini kan dugaan pencurian 7 batang kayu, apalagi terdakwa (nenek Asyani)
memiliki bukti kepemilikan tanah dan ini bukan tuduhan pengambilan lahan.
Khawatirnya ada kriminalisasi, yang semula bukan kejahatan dijadikan
kejahatan,” ujar Asep saat dihubungi kemarin. Menurut Asep, dakwaan jaksa yang
menjerat nenek Asyani dengan Pasal 12 juncto Pasal 83 Undang-Undang (UU)
Tahun 2013 tentang IllegalLogging dengan ancaman 5 tahun penjara tidak tepat,
bahkan keterlaluan.
D. FUNGSI ILMU SOSIOLOGI HUKUM

Dalam kajian ilmu hukum, setidaknya ada tiga faktor yang menjadi parameter
berfungsinya sosiologi hukum, yaitu:

1. Berfungsi secara Filosofis

Setiap masyarakat selalu memiliki Rechtsidee, yaitu apa yang diharapkan


masyarakat dari hukum, misalnya hukum dikatakan menjamin keadilan,
kemanfaatan dan ketertiban serta kebahagiaan.

Cita-cita hukum atau rechtsidee berkembang dalam sistem nilai baik dan buruk
suatu komunitas, pandangan mereka terhadap individu dan masyarakat, dan
seterusnya, termasuk pandangan tentang dunia gaib. Semua ini bersifat filosofis,
artinya menyangkut pandangan tentang sifat atau hakikat sesuatu. Hukum juga
dimaksudkan untuk mencerminkan sistem nilai sarana pelestarian nilai sekaligus
sarana mewujudkannya dalam perilaku masyarakat.

Menurut Rudolf Stammler, cita hukum merupakan konstruksi spiritual yang


sangat diperlukan untuk menuntun hukum menuju cita-cita yang diinginkan
masyarakat. Lebih jauh, filsuf hukum Gustav Radbruch mengatakan bahwa cita-
cita hukum berfungsi sebagai acuan preskriptif dan konstruktif. Tanpa cita-cita
hukum, hukum kehilangan maknanya. (Sutradara Manan, 1992, 17)

Dalam proses pembentukan hukum, proses konkretisasi nilai-nilai yang


terkandung dalam cita-cita hukum menjadi norma hukum tergantung pada tingkat
kesadaran dan penilaian terhadap nilai-nilai tersebut oleh pembentuk undang-
undang. Kurangnya kesadaran akan nilai-nilai tersebut dapat menimbulkan
kesenjangan antara cita-cita hukum dengan standar hukum yang dipraktikkan.
Oleh karena itu, dalam negara kesatuan Republik Indonesia, di mana cita-cita
hukum Pancasila serta standar dasar negara itu ada, setiap undang-undang yang
diperkenalkan harus dibumbui dan dikodifikasikan dengan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya dalam undang-undang tersebut.

2. Berfungsi secara Sosiologis/Empiris

Landasan fungsi sosiologis/empiris berarti jika anggota masyarakat mentaati


hukum dimana hukum itu ditegakkan. Nilai empiris dapat dipahami melalui studi
empiris tentang perilaku warga negara. Jika dalam pencarian itu muncul

Jika masyarakat berperilaku atas dasar aturan hukum secara umum, maka aturan
hukum akan memiliki nilai empiris. Dengan demikian, norma hukum
mencerminkan realitas yang hidup dalam masyarakat. (Soerjono Soekanto dan
Purnadi Purbacaraka, 1993, 88-89).

Pengertian Sosiologi Hukum

Dengan landasan sosiologis, produk hukum dibuat dan diterima masyarakat secara
alamiah, bahkan spontan. Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka menambahkan
bahwa ada dua landasan teori yang melandasi sosiologi berjalannya suatu negara hukum,
yaitu: Teori kekuasaan, dalam istilah sosiologi, negara hukum diterapkan dengan paksaan
oleh penguasa baik diterima masyarakat atau tidak.

Teori pengakuan, prinsip bahwa hukum yang berlaku didasarkan pada penerimaan
masyarakat di mana hukum itu diterapkan. (Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka,
1993,91-92)

3. Berfungsi secara Yuridis

keberfungsian hukum atau normatif dari suatu aturan atau aturan jika aturan tersebut
merupakan bagian dari suatu aturan hukum tertentu di mana aturan hukum merujuk satu
sama lain. Sistem aturan hukum yang demikian mencakup seluruh sistem aturan hukum
khusus yang didasarkan pada aturan hukum umum. Dalam pembahasan artikel ini, aturan
hukum yang lebih rendah secara khusus diambil dari aturan hukum yang lebih tinggi.

Sebagaimana ditegaskan Hans Kelsen, fungsi hukum suatu negara hukum tidak dapat
dipisahkan dari teori hukum murni (Reine Rechtslehre). Fungsi hukum negara hukum
dikonkretkan dengan syarat-syarat sebagai berikut:

Pertama, harus ada otoritas pembuat undang-undang. Setiap produk yang sah harus
diproduksi oleh organisasi atau pejabat resmi. Jika tidak, apa yang terjadi adalah batal.
Dianggap tidak pernah ada dan segala akibatnya batal demi hukum.
BAB III PENUTUP

KESIMPULAN
Sosiologi hukum adalah cabang ilmu sosial yang mempelajari hubungan antara
hukum dan masyarakat. Dalam perkembangannya, berbagai tokoh dan ahli telah
memberikan kontribusi penting terhadap pemahaman tentang bagaimana hukum
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh struktur sosial.
Max Weber, Emile Durkheim, Eugen Ehrlich, Roscoe Pound, dan banyak ahli
lainnya memandang sosiologi hukum sebagai alat penting untuk menganalisis
interaksi kompleks antara hukum dan masyarakat. Melalui kajian sosiologi
hukum, para ahli dapat mengidentifikasi konflik, ketidakadilan, dan pengaruh
sosial terhadap sistem hukum.
Sosiologi hukum juga membuka jendela menuju perspektif multidisipliner dengan
mengintegrasikan berbagai bidang ilmu sosial. Hal ini membantu dalam
memahami berbagai aspek yang mempengaruhi peran dan fungsi hukum dalam
masyarakat.
Dengan sosiologi hukum, kita dapat memahami bahwa hukum tidak hanya
bersifat formal dan terbatas pada teks hukum, tetapi juga tercermin dari norma-
norma, nilai-nilai, dan praktik sosial dalam masyarakat. Dengan demikian,
sosiologi hukum memainkan peran penting dalam memastikan bahwa hukum dan
sistem peradilan dapat memenuhi tujuan-tujuan keadilan dan kesejahteraan sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rianto. 2012. Sosiologi Hukum: Kajian Hukum Secara Sosiologis. Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia anggota IKAPI

Anda mungkin juga menyukai