DI SUSUN OLEH :
YUNIATI (23150078)
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan rahmat
dan hidayat-nya sehingga kami menyelesaikan makalah FUNGSI SOSIOLOGI
HUKUM yang berjudul penting nya pancasila bagi mahasiswa. Terima kasih saya
ucapkan kepada ibu Dosen pengampu Dr. SITI RAHMAH. Sh M. Kn. yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada teman teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Kami menyadari, bahwa makalah
Pancasila yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Tertanda
AUFA RIFQI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1.1
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................1.2
1.3 Tujuan makalah........................................................................................1.3
BAB II PEMBAHASAN
.2 FUNGSI SOSIOLOGI HUKUM..........................................................A
1.1 Latar belakang masalah yang bisa menjadi fokus penelitian sosiologi hukum
meliputi:
Sosiologi hukum merupakan cabang dari sosiologi yang relatif masih muda,
namun tetap menjadi penting karena berkaitan dengan aspek kehidupan sosial
masyarakat. Sampai dengan saat ini, sosiologi hukum belum mempunyai batas-
batas yang jelas. Meskipun selalu mendapat perhatian secara khusus, masih belum
mencapai kesepakatan mengenai pokok-pokok persoalannya atau masalah yang
akan dipecahkannya di kalangan para ahli hukum maupun sosiologi.
Pada awalnya sangat sulit untuk dipahami bahwa antara sosiologi dan hukum
dapat dipersatukan sementara ahli hukum memperhatikan masalah quid juris,
sedangkan ahli sosiologi mempunyai tugas untuk menguraikan quid facti
berdasarkan fakta-fakta sosial dalam masyarakat.
Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari perilaku hukum dari warga
masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto sosiologi hukum adalah suatu cabang
ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris menganalisis atau mempelajari
hubungan timbal balik antara hukum dan gejala-gejala sosial lainnya (Soekanto,
1982). Sedangkan menurut Satjipto Rahardjo, sosiologi hukum (sociology of law)
adalah pengetahuan hukum terhadap pola perilaku masyarakat dalam konteks
sosialnya. (Rahardjo, 1979). Menurut R. Otje Salman sosiologi hukum adalah
ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dan gejala-gejala
sosial lainnya secara empiris dan analitis. H.L.A. Hart tidak mengemukakan
definisi tentang sosiologi hukum, namun definisi yang dikemukakannya
mempunyai aspek sosiologi hukum. Hart mengungkapkan bahwa suatu konsep
tentang hukum mengandung unsur-unsur kekuasaan yang terpusatkan dalam
kewajiban tertentu di dalam gejala hukum yang tampak dari kehidupan
bermasyarakat. Menurut Hart, inti dari suatu sistem hukum terletak pada kesatuan
antara aturan utama (primary rules) dan aturan tambahan (secundary rules).
Aturan utama merupakan ketentuan informal tentang kewajiban-kewajiban warga
masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pergaulan hidup.
Sedangkan aturan tambahan terdiri atas (a) rules of recognition yaitu aturan yang
menjelaskan aturan utama yang diperlukan berdasarkan hierarki urutannya. (b)
rules of change yaitu aturan yang mensahkan adanya aturan utama yang baru.
(c) rules of adjudicatio yaitu aturan yang memberikan hak-hak kepada orang
perorangan untuk menentukan sanksi hukum dari suatu peristiwa tertentu apabila
suatu aturan utama dilanggar oleh warga masyarakatnya. (Lihat, H.L.A. Hart, The
concept of Law, 1961). Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa sosiologi
hukum adalah ilmu yang mempelajari segala aktivitas, interaksi, dan perilaku
manusia secara timbal balik dengan hukum.
Pada abad ke-18, Gerakan Pencerahan memperkuat pemikiran tentang hak asasi
manusia dan ide hukum alam. Tokoh seperti John Locke dan Jean-Jacques
Rousseau memandang bahwa hak asasi manusia bersifat universal dan prinsip-
prinsip hukum alam adalah dasar dari sistem hukum yang adil.
Auguste Comte, seorang filsuf dan sosiolog Prancis pada pertengahan abad ke-19,
memperkenalkan konsep positivisme sosial. Dia menekankan bahwa metode
ilmiah harus digunakan untuk memahami dan memperbaiki masalah sosial,
termasuk hukum. Pendekatan positivis Comte membentuk landasan bagi kajian
sosiologis terhadap hukum.
Emile Durkheim, sosiolog Prancis yang hidup pada akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20, dianggap sebagai bapak sosiologi hukum. Dalam karyanya "The
Division of Labour in Society" (1893), Durkheim memandang hukum sebagai
refleksi dari norma-norma dan nilai-nilai sosial. Baginya, hukum adalah
instrumen penting untuk memelihara stabilitas sosial.
Pada awal abad ke-20, muncul gerakan Jurisprudensi Sosiologis atau Sociological
Jurisprudence yang dipimpin oleh tokoh seperti Roscoe Pound di Amerika
Serikat. Gerakan ini menekankan pentingnya mempertimbangkan implikasi sosial
dari kebijakan hukum. Pound menekankan bahwa tujuan hukum seharusnya
adalah untuk mencapai keadilan sosial.
Kontribusi Global dan Terus Berkembang Sosiologi hukum telah menjadi bidang
studi internasional yang penting, dengan berbagai kontribusi dari para akademisi
di seluruh dunia. Melalui penelitian dan analisis, sosiolog hukum terus berusaha
untuk memahami kompleksitas hubungan antara hukum dan masyarakat serta
dampaknya terhadap keadilan dan kesejahteraan sosial.
Kasus pengadilan terhadap nenek Asyani, 70, di Situbondo Jawa Timur (Jatim)
menunjukkan potret buram penegakan hukum di Tanah Air. Penegak hukum
semestinya mengedepankan restorative justice (keadilan restoratif) dalam
menangani kasus dugaan pencurian 7 batang kayu jati tersebut.
“Ini kan dugaan pencurian 7 batang kayu, apalagi terdakwa (nenek Asyani)
memiliki bukti kepemilikan tanah dan ini bukan tuduhan pengambilan lahan.
Khawatirnya ada kriminalisasi, yang semula bukan kejahatan dijadikan
kejahatan,” ujar Asep saat dihubungi kemarin. Menurut Asep, dakwaan jaksa yang
menjerat nenek Asyani dengan Pasal 12 juncto Pasal 83 Undang-Undang (UU)
Tahun 2013 tentang IllegalLogging dengan ancaman 5 tahun penjara tidak tepat,
bahkan keterlaluan.
D. FUNGSI ILMU SOSIOLOGI HUKUM
Dalam kajian ilmu hukum, setidaknya ada tiga faktor yang menjadi parameter
berfungsinya sosiologi hukum, yaitu:
Cita-cita hukum atau rechtsidee berkembang dalam sistem nilai baik dan buruk
suatu komunitas, pandangan mereka terhadap individu dan masyarakat, dan
seterusnya, termasuk pandangan tentang dunia gaib. Semua ini bersifat filosofis,
artinya menyangkut pandangan tentang sifat atau hakikat sesuatu. Hukum juga
dimaksudkan untuk mencerminkan sistem nilai sarana pelestarian nilai sekaligus
sarana mewujudkannya dalam perilaku masyarakat.
Jika masyarakat berperilaku atas dasar aturan hukum secara umum, maka aturan
hukum akan memiliki nilai empiris. Dengan demikian, norma hukum
mencerminkan realitas yang hidup dalam masyarakat. (Soerjono Soekanto dan
Purnadi Purbacaraka, 1993, 88-89).
Dengan landasan sosiologis, produk hukum dibuat dan diterima masyarakat secara
alamiah, bahkan spontan. Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka menambahkan
bahwa ada dua landasan teori yang melandasi sosiologi berjalannya suatu negara hukum,
yaitu: Teori kekuasaan, dalam istilah sosiologi, negara hukum diterapkan dengan paksaan
oleh penguasa baik diterima masyarakat atau tidak.
Teori pengakuan, prinsip bahwa hukum yang berlaku didasarkan pada penerimaan
masyarakat di mana hukum itu diterapkan. (Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka,
1993,91-92)
keberfungsian hukum atau normatif dari suatu aturan atau aturan jika aturan tersebut
merupakan bagian dari suatu aturan hukum tertentu di mana aturan hukum merujuk satu
sama lain. Sistem aturan hukum yang demikian mencakup seluruh sistem aturan hukum
khusus yang didasarkan pada aturan hukum umum. Dalam pembahasan artikel ini, aturan
hukum yang lebih rendah secara khusus diambil dari aturan hukum yang lebih tinggi.
Sebagaimana ditegaskan Hans Kelsen, fungsi hukum suatu negara hukum tidak dapat
dipisahkan dari teori hukum murni (Reine Rechtslehre). Fungsi hukum negara hukum
dikonkretkan dengan syarat-syarat sebagai berikut:
Pertama, harus ada otoritas pembuat undang-undang. Setiap produk yang sah harus
diproduksi oleh organisasi atau pejabat resmi. Jika tidak, apa yang terjadi adalah batal.
Dianggap tidak pernah ada dan segala akibatnya batal demi hukum.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Sosiologi hukum adalah cabang ilmu sosial yang mempelajari hubungan antara
hukum dan masyarakat. Dalam perkembangannya, berbagai tokoh dan ahli telah
memberikan kontribusi penting terhadap pemahaman tentang bagaimana hukum
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh struktur sosial.
Max Weber, Emile Durkheim, Eugen Ehrlich, Roscoe Pound, dan banyak ahli
lainnya memandang sosiologi hukum sebagai alat penting untuk menganalisis
interaksi kompleks antara hukum dan masyarakat. Melalui kajian sosiologi
hukum, para ahli dapat mengidentifikasi konflik, ketidakadilan, dan pengaruh
sosial terhadap sistem hukum.
Sosiologi hukum juga membuka jendela menuju perspektif multidisipliner dengan
mengintegrasikan berbagai bidang ilmu sosial. Hal ini membantu dalam
memahami berbagai aspek yang mempengaruhi peran dan fungsi hukum dalam
masyarakat.
Dengan sosiologi hukum, kita dapat memahami bahwa hukum tidak hanya
bersifat formal dan terbatas pada teks hukum, tetapi juga tercermin dari norma-
norma, nilai-nilai, dan praktik sosial dalam masyarakat. Dengan demikian,
sosiologi hukum memainkan peran penting dalam memastikan bahwa hukum dan
sistem peradilan dapat memenuhi tujuan-tujuan keadilan dan kesejahteraan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Rianto. 2012. Sosiologi Hukum: Kajian Hukum Secara Sosiologis. Jakarta: