Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, makalah ini
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Hukum. Saya berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai Sosiologi Hukum.
Terima kasih kepada Bapak dosen pengajar dan semua pihak yang telah
memberikan saya semangat, motivasi dan bantuan baik langsung dan tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini. Dan juga kepada teman-teman yang
membantu saya dalam berbagai hal. Harapan saya, informasi dan materi yang
terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Demikian makalah ini saya buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
pun adanya ketidaksesuaian materi yang saya angkat pada makalah ini, saya
mohon maaf.
Saya menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..................................................................................................
B. Rumusan masalah .............................................................................................
C. Tujuan ..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. sejarah awal sosiologi hukum………………………………………………
B. aliran yang mempengaruhi sosiologi hukum ………………………………
C. pelopor dan tokoh-tokoh sosiologi hukum………………………………....
D. ajaran-ajaran dalam sosiologi hukum……………………………………….
BAB III
Penutup……………………………………………………………………………..
Daftar pustaka………………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosiologi merupakan ilmu sosial yang mempelajari mengenai perilaku
sosial antara kelompok dengan kelompok lainnya ataupun dari individu dengan
individu lainnya. Manusia merupakan makhluk sosial yang mana sehari-harinya
akan selalu berkaitan dengan hubungan sosial. Sebagai sebuah bidang studi tentu
saja cakupan dari ilmu sosiologi ini sangat lah luas.
Tak hanya mempelajari awal terbentuknya sebuah hukum yang berasalkan
dari tingkah laku atau prilaku masyarakat tersebut ada beberapa aspek juga yang
mempengaruhinya, sehingga pembahasan sosiologi hukum itu cukup luas. Dengan
keluasan tersebut dapat kita jadikan suatu alas an kita menggunakan sosiologi
dalam menarik atau membentuk suatu hukum itu sendiri. Dalam penarikan itu
tentunya ada yang berperan yaitu orang-orangatau tokoh-tokoh yangberperan atau
pernah mencetuskan suatu pemikiran dalam kehidupan bermasyarakatnya. Dan
bagaimana pengaruh orang terhadap orang lain namun juga pada bidang-bidang
lainnya. Di dalam sebuah bidang studi tentu saja terdapat tokoh-tokoh di
dalamnya yang memiliki peran dalam mengembangkan bidang ilmu tersebut.
Penting dan sekaligus menarik bagi para sosiolog Indonesia untuk
mendiskusikan tentang perkembangan sosiologi di Indonesia, bagaimana state of
the art keilmuan ini, yakni 'cerita' tentang levels of development-nya dan lain-lain
sekitar itu. Sebagaimana perkembangan sosiologi di negara-negara lain, meskipun
itu terjadi di negara maju seperti di Eropa dan Amerika, pergerakannya tidak
mudah diprediksi dan oleh karenanya juga tidak mudah 'diatur' mau kemana.
Demikian pula yang terjadi di Indonesia, terlebih sejarah perkembangan sosiologi
sangat berbeda dari negara-negara atau wilayah di mana sosiologi berinduk.
Secara sederhana state of the art dari sosiologi sebagaimana keilmuan
lainnya mengandung tiga tahap analisis: dasar mula berkembangnya keilmuan,
fakta yang berkembang saat ini, dan arah masa depannya. Dari ketiga analisis itu,
arah masa depan adalah yang paling sulit dipahami dan karenanya paling sulit
dibangun. Ini disebabkan bukan saja karena ilmu sosial pada umumnya lebih
bersifat reaktif terhadap kejadian sosial di sekitarnya, juga karena temuan atau
hasil kajian penelitian ilmu sosial kurang terangkai dalam satu sistem temuan
yang kontinum dan sustainable per bidang kajian. Dua kelemahan ini adalah
sekurang-
kurangnya faktor yang membawa sosiologi (dan tentu saja kebanyakan ilmu sosial
lainnya) sulit memprediksi dirinya, bahkan jauh lebih sulit ketimbang
memprediksi fenomena yang akan terjadi di sekitarnya.
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah awal dari sosiologi hukum di mana?
2. Sejarah awal sosiologi hukum masuk di indonesia di tandai dengan apa?
3. Bagaimana sosiologi hukum masuk di indonesia?
4. Siapa pelopor sosiologi hukum secara mendunia?
5. Aliran-aliran apa saja yang mempengaruhimya.?
6. Siapa pelopor sosiologi hukum di indonesia.?
C. Tujuan
Tujuan kami membentuk makalah ini agar kami mendapatakan ilmu
tambaan yang dimana di dalam makalah ini akan membaas beberapa sub-sub
dalam sosiologi hukum yang berawal dari sejarah, aliran-aliran yang
mempengaruhinya, tokoh-tokoh sosiologi hukum itu sendiri dan samapai kepada
aliran-aliran sosiologi hukum.
BAB 2 PEMBAHASAN
1
M. Chairul Basrun Umanailo,sosiologi hukum. (Fam Publishing) hlm 21
dan Sosiologi Hukum genetis, tetapi hanya dilapangan Sosiologi Hukum genetis,
dan selanjutnya pula dikhususkan kepada hukum negara Yunani masa itu.2
Sosiologi Hukum Monstequieu karena faktor banyak jumlahnya dan bercorak
ragam bentuknya, yang terjalin di dalamnya, yang dikembangkan, dimasukan ke
dalam telaah semangat sejarah dengan kecendrungannya kepada individualisasi
fakta-fakta. Sosiologi Hukumnya mengarahkan syarat-syarat naturalistik untuk
menelaah pola tingkah laku kolektif sebagai benda-benda fisik pada pengamatan
empiris yang nyata dan konsekuen; ia mengganti rasionalisme yang begitu
menonjol bahkan di antara orang-orang sesudah Monstequieu seperti Condorcet
dan Comte dengan empiris radikalnya.
Demikianlah untuk pertama kalinya Sosiologi Hukum Monstequieu membebaskan
Sosiologi Hukum dari segala kecendrungan-kecendrungan metafisika yang
dogmatis, dan membawanya lebih dekat barangkali terlalu dekat kepada telaah
perbandingan hukum. Bagaimanapun juga, monstequieu dengan mengguraikan isi
konkret dari pengalaman hukum dalam tipe-tipe peradaban yang berbagai
jenisnya, lebih daripada semua orang sebelumnya mampu berkata tentang hukum
membawa “ia berbicara tentang apa yang ada, bukan tentang apa yang
seharusnya” dan bahwa ia “tidak menilai kebiasaan-kebiasaan melainkan
menerangkannya”.3
Namun demikian ada pandangan yang mengartikan keterpengaruhan Sosiologi
Hukum terhadap Filsafat hukum, Ilmu Hukum dan Sosiologi yang berorientasi
pada hukum sebagai awal berkembangnya Sosiologi Hukum itu sendiri. Pada
segmentasi Filsafat Hukum Hans Kelsen mengungkapkan bahwasanya hukum
tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang lebih atas derajatnya, sementara
kajian ilmu hukum sendiri mengganggap “hukum sebagai gejala sosial” dan hal
ini berbeda seperti yang diungkapkan oleh Kelsen menanggapi hukum sebagai
gejala normative.
Untuk Sosiologi yang berorientasi pada Hukum terwakili oleh Durkheim dan
Weber; dalam setiap masyarakat selalu ada solidaritas, ada solidaritas organis dan
ada pula solidaritas mekanis. Solidaritas mekanis, yaitu yang terdapat pada
masyarakat sederhana, hukumnya bersifat represif yang diasosiasikan seperti
dalam hukum pidana. Lain halnya dengan solidaritas organis, yaitu terdapat
pada
2
(Johnson, 1994; 71).
3
(Johnson, 1994; 71).
masyarakat modern, hukumnya bersifat restuitif yang diasosiasikan seperti hukum
perdata.4
Perkembangan Awal Sosiologi di Indonesia
Ada kemiripan antara perkembangan awal dari sosiologi di Indonesia
dengan di Amerika. Kemiripan itu terletak pada karakter sosiologi, meskipun di
Indonesia lebih spesifik. Di Amerika, para pemikir sosiologi bermula dari
keilmuan yang beragam, demikian juga sebenarnya yang terjadi di Indonesia.
Hanya bedanya para pemikir itu lebih didominasi oleh ahli hukum. Mengapa
demikian? Karena pada masa Indonesia sebelum merdeka (akhir abad ke-19
sampai dengan awal abad ke-20) ketika Indonesia masih dijajah Belanda,
kawasan-kawasan Indonesia ditampakkan dalam kawasan-kawasan ethnologis
ketimbang seperti yang berkembang sekarang sebagai 'kawasan nasional'. Atas
keadaan seperti itu, perhatian Belanda diarahkan untuk menguasai pengetahuan
yang berhubungan dengan ethnografi. Dari kajian itu yang paling menonjol adalah
sudut pandang hukum adat yang dianggap sangat berguna bagi penjajah dalam
rangka merumuskan pengaturan hak dan kewajiban pemerintah yang dapat
diterima oleh pribumi. Prinsip mereka tentu menguntungkan pihak penjajah tetapi
tidak bertentangan atau berbenturan dengan hukum adat masyarakat setempat.5
Sebagaimana kita ketahui dalam sejarahnya, Belanda demikian lama
bertahan di nusantara karena mereka menguasai benar tipologi masyarakat yang
dijajahnya. Demikianlah kita kenal misalnya Krom, Veth dan Snouck Hurgronje
merupakan para pejabat merangkap pemikir yang boleh dikatakan ahli
kemasyarakatan, dan sekaligus sebagai cikal bakal yang memulai kajian-kajian
berbau sosiologi di Indonesia. Mereka menguasai struktur masyarakat dan banyak
menguasai hukum adat di berbagai belahan wilayah Indonesia masa itu (akhir
abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20). Sejak tahun 1920 mulai timbul
minat sarjana-sarjana Belanda untuk memahami masyarakat lebih luas. gejala-
gejala yang disoroti tidak hanya terbatas pada lingkungan suku atau kelompok
etnik, tetapi lebih makro lagi.
4
(Ali, 2005;2-3).
5
Tjondronegoro, Sediono MP. 2002. “Perlunya Reorientasi Sosiologi di Indonesia”. Makalah pada
Seminar Nasional di Bogor.
Diantara mereka antara lain adalah B Schrieke (1890-1945) yang menulis sejarah
yang dikawinkan dengan ethnografis, sehingga tulisan-tulisannya bercorak
sosiologi. Salah satu hasil karyanya adalah tentang akulturasi. Schrieke juga
mengulas pergeseran kekuasaan politik dan ekonomi di nusantara antara abad ke-
16 sampai abad ke-17. Tulisan Schrieke banyak berbahasa Belanda, baru pada
tahun 1955 beredar kumpulan tulisannya yang berbahasa Inggris. Selain Schrieke,
tokoh Belanda lainnya adalah J.C. Van Leur (tinggal di Indonesia tahun 1934-
1942). Salah satu tulisannya yang dikenal adalah Indonesian Trade and Society.
Seorang lagi yang lebih luas dikenal dan juga menulis tentang Indonesia
kontemporer adalah Prof. W.F. Wertheim yang meninggal di tahun 2001 dalam
usia yang sangat tua, mencapai 102 tahun. Beliau pernah mengajar di Rechts
Hogeschool di Jakarta (1937) dan di Institut Pertanian Bogor yang waktu itu
masih menjadi Fakultas pertanian UI di Bogor, tahun 1957 ( lihat Sediono MP
Tjondronegoro, “Perlunya Reorientasi Sosiologi di Indonesia”, makalah pada
Seminar Nasional “Menggalang Masyarakat Indonesia Baru yang
Berkemanusiaan”, Bogor 28 Agustus 2002).
Demikianlah kita mengenal awal sosiologi yang dikenalkan oleh para
sosiolog yang umumnya memiliki latar belakang ilmu hukum. Tidak heran jika
kita mengenal senior-senior sosiolog kita di zaman awal kemerdekaan sampai
dengan di tahun 60-70-an berlatar belakang ilmu hukum. Yang terkenal antara
lain adalah Prof. Hardjono dan Prof. Soedjito Sosromihardjo di UGM, Prof.
Soelaeman Soemardi dan Prof. Soekanto di UI, Prof. Satjipto Rahardjo di UNDIP
dan bahkan yang lebih muda, Prof. Soetandyo Wignyo Soebroto di UNAIR.
Pengaruh Sosiologi Eropa jelas terhadap sosiologi Indonesia, terutama pengaruh
Comte dan Durkheim, Weber, Karl Marx dan Simmel. Pengaruh Sosiolog
Amerika belum nampak pada masa awal. Baru pada pertengahan tahun 1950-an
Indonesia mulai mengirim mahasiswa mereka belajar ke Amerika jauh lebih
banyak daripada ke Eropa. Tercatat antara lain, Selo Soemardjan, Mely G. Tan,
Harsya Bachtiar, dan Umar Kayam. Sejak itu pengaruh sosiologi Amerika lebih
bergema dan buku-buku karangan sosiolog Amerika memasuki perpustakaan di
Indonesia. Mahasiswa mulai mengenal Malinowski, Parsons, Merton, Coser,
Jonathan Turner dan banyak yang
lain lagi. Perkembangan sosiologi di Indonesia memasuki masa-masa yang lebih
bergairah.
5. Mahzab Realisme Hukum (Karl Llewellyn, Jerome Frank Dan J.O.W Holmes).
Aliran realisme hukum merupakan salah satu subaliran dari positivisme
hukum yang dipelopori oleh John Chipman, Oliver Wendel Holmes, Karl
Liwellyn, Jerome Frank, William James, dan lain-lain. Roescoe Pound pun dapat
digolongkan dalam aliran ini melalui pendapatnya yang mengungkapkan bahwa
hukum itu merupakan a tool of social engineering.
Gerakan realisme mulai melihat apa sebenarnya yang dikehendaki hukum
dengan menghubungkan kedua sisinya, seperti fakta-fakta dalam kehidupan
sosial. Realisme yang berkembang di Amerika Serikat menjelaskan bagaimana
pengadilan membuat putusan. Penemuan mereka mengembangkan formula dalam
memprediksi tingkah laku hakim (peradilan) sebagai suatu fakta (kenyataan).
Jadi, hal yang pokok dalam ilmu hukum realis adalah “gerakan dalam
pemikiran dan kerja tentang hukum”. Ciri-ciri dari gerakan ini, Llewellyn
menyebut beberapa hal, yang terpenting diantaranya:
- Tidak ada mazhab realis, realisme adalah gerakan dalam pemikiran dan kerja
tentang hukum.
- Realisme adalah konsepsi hukum yang terus berubah dan alat untuk tujuan-
tujuan sosial, sehingga tiap bagian harus diuji tujuan dan akibatnya. Realisme
mengandung konsepsi tentang masyarakat yang berubah lebih cepat daripada
hukum.
- Realisme menganggap adanya pemisahan sementara antara hukum yang ada
dan yang seharusnya ada untuk tujuan-tujuan studi. Pendapat-pendapat tentang
nilai harus selalu diminta agar tiap penyelidikan ada sasarannya, tetapi selama
penyelidikan, gambaran harus tetap sebersih mungkin, karena keinginan-
keinginan pengamatan atau tujuan-tuan etis.
- Realisme tidak percaya pada ketentuan-ketentuan dan konsepsi-konsepsi
hukum, sepanjang ketentuan dan konsepsi itu menggambarkan apa yang
sebenarnya dilakukan oleh pengadilan-pengadilan dan orang-orang. Realisme
menerima peraturan-peraturan sebagai “ramalan-ramalan umum tentang apa yang
akan dilakukan oleh pengadilan-pengadilan.”
- Realisme menekankan pada evolusi tiap bagian dari hukum dengan
mengingat akibatnya.
Llewellyn sebagai salah satu tokoh pragmatic legal realism, mengalisa
perkembangan hukum di dalam kerangka hubungan antara pengetahuan-
pengetahuan hukum dengan perubahan-perubahan keadaan masyarakat. Hukum
merupakan bagian dari kebudayaan yang antara lain mencakup kebiasaan, sikap-
sikap maupun cita-cita yang ditransmisikan dari suatu generasi tertentu ke
generasi berikutnya. Dengan kata lain, hukum merupakan bagian kebudayaan
yang telah melembaga. Lembaga-Lembaga tersebut telah terorganisir dan
harapannya terwujud di dalam aturan-aturan eksplisit yang wajib ditaati serta
didukung oleh para ahli. Jadi yang namanya hukum itu bukan hanya yang tertulis
dalam Undang- Undang atau ketentuan dan peraturan tertulis, namun lebih besar
ditentukan oleh hakim di pengadilan yang pada umumnya didasarkan pada
kenyataan di lapangan. Hakim punya otoritas untuk menentukan hukum ketika
menjatuhkan putusan di pengadilan, meskipun putusannya itu dalam beberapa hal
tidak selalu sama dengan apa yang tertulis dalam Undang-Undang atau aturan
lainnya. Sehubungan dengan itu moralitas hakim sangat menentukan kualitas
hukum yang merupakan hasil putusan pengadilan itu. Dengan demikian, tidak ada
alasan untuk mengatakan bahwa suatu kasus tidak dapat diadili karena belum ada
hukum tertulis yang mengaturnya. (Soerjono Soekanto, 1985)
Holmes dikenal sebagai “the founder of the realist shoud”. Holmes, selama
30 tahun menjabat jabatan Hakim Agung Amerika Serikat. Kata-katanya yang
paling terkenal adalah: The life of the law has been, not logic, but experience.
Aspek-aspek empiris dan pragmatis dari hukum merupakan hal yang penting.
Bagi Holmes, yang disebutnya sebagai hukum adalah apa yang diramalkan akan
diputus dalam kenyataannya oleh pengadilan: Buku Holmes yang terkenal terbit
pada tahun 1920 berjudul: The Path of Law.
Jadi bagi Holmes, hukum adalah kelakuan aktual para hakim ( Patterns of
behaviors) dimana patterns of behavior hakim itu ditentukan oleh tiga faktor,
masing-masing:
1. Kaidah-kaidah hukum yang dikonkritkan oleh hakim dengan metode
interpretasi dan konstruksi.
2. Moral hidup pribadi hakim.
3. Kepentingan sosial. (Teguh Prasetya et al,2009)
tokoh sosiologi di dunia - Max Weber Teori yang dikemukakan oleh Max
Weber tidak sependapat dengan Marx, yang mana menyatakan jika ekonomi
menjadi kekuatan pokok perubahan sosial. Dari karyanya yaitu “Etika Protestan
dan Semangat Kapitalisme”, Weber berpendapat jika kebangkitan pandangan
suatu religius tertentu (Protestanisme) lah yang membawa masyarakat menuju
perkembangan kapitalismen. Kaum Protestan yang memiliki tradisi Kalvinis
menyatakan jika kesuksesan finansial menjadi tanda utama jika Tuhan berpihak
pada mereka. Sehingga untuk mendapatkan tanda ini, maka mereka akan
menjalani gaya hidup yang hemat, rajin menabung, serta menginvestasikan
keuntungannya agar bisa mendapatkan modal yang banyak.
Pandangan lainnya dari Weber adalah mengenai perilaku individu yang
bisa mempengaruhi masyarakat secara luas, hal ini lah yang dinamakan sebagai
Tindakan Sosial. Menurutnya, tindakan sosial bisa dipahami asalkan kita dapat
memahami ide, niat, nilai, serta kepercayaan sebagai bentuk dari motivasi sosial.
Pendekatan inilah yang dinamakan Verstehen.
BAB 3 PENUTUP
A.Simpulan
Dilihat dari sudut historis istilah Sosiologi Hukum untuk pertama kali
digunakan oleh seorang Italia yang bernama Anzilotti pada tahun 1882. Dari sudut
perkembangannya Sosiologi Hukum pada hakekatnya lahir dari hasil-hasil
pemikiran-pemikiran para ahli pemikir, baik dibidang Filsafat Hukum, ilmu
hukum maupun Sosiologi. Hasil-hasil pemikiran tersebut tidak saja berasal dari
individu- individu, akan tetapi berasal dari mazhab-mazhab atau aliran-aliran yang
mewakili sekelompok ahli pemikir yang pada garis besarnya mempunyai pendapat
yang tidak banyak berbeda.
Tokoh dalam sosiologi hukum :
Auguste Comte (1798-1857), Herbet Spencer (1820-1903), Emile Durkheim (1859-
1917), Karl Marx (1818-1883), Max Weber (1846-1920), Georg Simmel (1859-
1919) , Ferdinand Tonnies (1855-1936) , Herbert Marcuse (1898-1979), Leopold
Von Wiese (1876-1949), Antonio Gramsci (1891-1937), George Herbert Mead
(1863-1931), Lester Frank Ward (1841-1913), Vilfredo Pareto (1848-1923)
DAFTAR PUSTAKA
- https://materiips.com/tokoh-sosiologi
- http://yanikasiani77.blogspot.com/2016/09/mazhab-mazhab-yang-
berpengaruh-dalam.html
- Gillin, John Lewis. 1926. “The Development of Sociology in the United
States”.
- American Sociological Society, vol XXI.
- Tjondronegoro, Sediono MP. 2002. “Perlunya Reorientasi Sosiologi di
Indonesia”. Makalah pada Seminar Nasional di Bogor.
- Website Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM
Yogyakarta: Profil, 2009.
- Website UGM, Situs Fakultas ISIPOL. www.fisipol ugm.ac.id, 2009
- Website Universiteit Leiden, 2009.
- www.sosiologi-ui.or.id, 2009
- www.suara media.com, 2009
- Bustami Rahman Perkembangan Sosiologi di Indonesia.