Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

FILSAFAT HUKUM
“RUANG LINGKUP,PENYELIDIKAN FILSAFAT HUKUM “

DOSEN PENGAMPU: Sumiati, SH, MH


DISUSUN OLEH:
JAKIRAN : 71170212025

AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... .........
C. Tujuan penulis .........................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
A. RUANG LINGKUP FILSAFAT HUKUM.....................................................
B. Filsafat Hukum Dalam Kaitan Dengan Hakekat Hukum
C. Objek Penyelidikan Filsafat Hukum........................................................
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... .........
B. Saran ...........................................................................................................................
BAB II

PEMBAHASAN

A. .RUANG LINGKUP FILSAFAT HUKUM

Yaitu filsafat umum yang diterapkan pada hukum atau gejala-gejala hukum. Menurut mereka
Filsafat Hukum memiliki telaah meliputi :

- Ontologi Hukum (penelitian tentang hakekat dari hukum)

- Aksiologi Hukum (penentuan isi dan nilai)

- Ideologi Hukum (ajaran idea)

- Epistemologi Hukum (ajaran pengetahuan)

- Teologi Hukum (hal meneetukan makna dan tujuan hukum)

- Ajaran Ilmu dari Hukum (meta-teori dari ilmu hukum)

- Logika Hukum

Pokok kajian filsafat hukum :

Ontologi hukum yaitu ilmu tentang segala sesuatu (Merefleksi hakikat hukum dan konsep-
konsep fundamental dalam hukum, seperti konsep demokrasi, hubungan hukum dan
kekuasaan, hubungan hukum dan moral).

Aksiologi hukum yaitu ilmu tentang nilai (Merefleksi isi dan nilai-nilai yang termuat dalam
hukum seperti kelayakan, persamaan, keadilan, kebebasan, kebenaran, dsb)

Ideologi hukum yaitu ilmu tentang tujuan hukum yang mengangkut cita manusia (Merefleksi
wawasan manusia dan masyarakat yang melandasi dan melegitimasi kaidah hukum, pranata
hukum, sistem hukum dan bagian-bagian dari sistem hukum).

Teleologi hukum yaitu ilmu tentang tujuan hukum yang menyangkut cita hukum itu sendiri
(Merefleksi makna dan tujuan hukum)

Epistemologi yaitu ilmu tentang pengetahuan hukum (Merefleksi sejauhmana pengetahuan


tentang hakikat hukum dan masalah-masalah fundamental dalam filsafat hukum mungkin
dijalankan akal budi manusia)

Logika hukum yaitu ilmu tentang berpikir benar atau kebenaran berpikir (Merefleksi atran-
aturan berpikir yuridik dan argumentasi yuridik, bangunan logical serta struktur sistem
hukum)

Ajaran hukum umum

Yurisprudence adalah ilmu yang mempelajari pengertian dan sistem hukum secara
mendalam
Pokok kajian yurisprudence :

- Logika hukum

- Ontologi hukum (penelitian tentang hakekat dari hukum)

- Epistemologi hukum (ajaran pengetahuan)

- Axiologi (penentuan isi dan nilai)

B..Filsafat Hukum Dalam Kaitan Dengan Hakekat Hukum

Filsafat hukum merupakan ilmu pengetahuan yang berbicara tentang hakekat hukum atau
keberadaan hukum. Hakekat hukum meliputi :

1. Hukum merupakan perintah (teori imperatif)

Teori imperatif artinya mencari hakekat hukum. Keberadaan hukum di alam semesta
adalah sebagai perintah Tuhan dan Perintah penguasa yang berdaulat

Aliran hukum alam dengan tokohnya Thomas Aquinas dikenal pendapatnya membagi
hukum (lex) dalam urutan mulai yang teratas, yaitu :

Lex aeterna (Rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh manusia, yang disamakan hukum
abadi)

Lex divina (Rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh manusia)

Lex naturalis (Penjelmaan dari Lex aeterna dan Lex divina)

Lex positive (hukum yang berlaku merupakan tetesan dari Lex divina kitab suci

Aliran positivisme hukum Jhon Austin beranggapan bahwa hukum berisi perintah,
kewajiban, kedaulatan dan sanksi. Dalam teorinya yang dikenal dengan nama “analytical
jurisprudence” atau teori hukum yang analitis bahwa dikenal ada 2 (dua) bentuk hukum yaitu
positive law (undang-undang) dan morality (hukum kebiasan).

2. Kenyataan sosial yang mendalam (teori indikatif)

Mahzab sejarah : Carl von savigny beranggapan bahwa hukum tidak dibuat melainkan
tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan masyarakat.

Aliran sociological jurisprudence dengan tokohnya Eugen Eurlich dan Roscoe Pound
dengan konsepnya bahwa “hukum yang dibuat agar memperhatikan hukum yang hidup dalam
masyarakat (living law) baik tertulis malupun tidak tertulis”.

Hukum tertulis atau hukum positif


Hukum posistif atau Ius Constitutum yaitu hukum yang berlaku di daerah (negara) tertentu
pada suatu waktu tertentu.

Contoh : UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Hukum tidak tertulis

- Hukum kebiasaan yaitu kebiasaan yang berulang-ulang dan mengikat para pihak yang
terkait

- Hukum adat adalah adat istiadat yang telah mendapatkan pengukuhan dari penguasa adat

- Traktat atau treaty adalah perjanjian yang diadakan antar dua negara atau lebih dimana
isinya mengikat negara yang mengadakan perjanjian tersebut.

- Doktrin adalah pendapat ahli hukum terkemuka

- Yurisprudensi adalah kebiasaan yang terjadi di pengadilan yang berasaskan “azas


precedent” yaitu pengadilan memutus perkara mempertimbangkan putusan kasus-kasus
terdahulu yang di putus (common law)

3. Tujuan hukum (teori optatiif)

Keadilan

Menurut Aristoteles sebagai pendukung teori etis, bahwa tujuan hukum utama adalah
keadilan yang meliputi :

- Distributive, yang didasarkan pada prestasi

- Komunitatif, yang tidak didasarkan pada jasa

- Vindikatif, bahwa kejahatan harus setimpal dengan hukumannya

- Kreatif, bahwa harus ada perlindungan kepada orang yang kreatif

- Legalis, yaitu keadilan yang ingin dicapai oleh undang-undang

Kepastian

Hans kelsen dengan konsepnya (Rule of Law) atau Penegakan Hukum. Dalam hal ini
mengandung arti :

- Hukum itu ditegakan demi kepastian hukum.

- Hukum itu dijadikan sumber utama bagi hakim dalam memutus perkara.

- Hukum itu tidak didasarkan pada kebijaksanaan dalam pelaksanaannya.

- Hukum itu bersifat dogmatic.

Kegunaan
Menurut Jeremy Bentham, sebagai pendukung teori kegunaan, bahwa tujuan hukum
harus berguna bagi masyarakat untuk mencapai kebahagiaan sebesar-besarnya.

C.Objek Penyelidikan Filsafat Hukum


Objek penyelidikan filsafat hukum meliputi:

1. Pengertian hukum.
2. Tujuan Hukum.
3. Berlakunya hukum.
Ad.1 Pengertian Hukum
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan.
Pengertian hukum menurut para ahli:

Mochtar Kusumaatmadja
Keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat,
juga meliputi lembaga (institusi) dan proses yang mewujudkan kaidah tersebut dalam
masyarakat.

Aristoteles
Sesuatu yang berbeda dari sekedar mengatur dan mengekspresikan bentuk dari konstitusi dan
hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku para hakim dan putusannya di pengadilan
untuk menjatuhkan hukuman terhadap pelanggar.

Immanuel Kant
Keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat
menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang yang lain, menuruti peraturan hukum
tentang kemerdekaan.

John Austin
Seperangkat perintah, baik langsung maupun tidak langsung dari pihak yang berkuasa kepada
warga rakyatnya yang merupakan masyarakat politik yang independen dimana pihak yang
berkuasa memiliki otoritas yang tertinggi.

Karl Max
Suatu pencerminan dari hubungan hukum ekonomis dalam masyarakat pada suatu tahap
perkembangan tertentu.

Ad.2 Tujuan hukum


Tujuan hukum yang bersifat universal adalah ketertiban, ketenteraman, kedamaian,
kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat. Dalam perkembangan
masyarakat fungsi hukum terdiri dari:

1. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat


2. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin
3. Sebagai sarana penggerak pembangunan
4. Sebagai fungsi kritis
Menurut para ahli tujuan hukum yaitu:
Dr. Wirjono Prodjodikoro. S.H
Dalam bukunya “Perbuatan Melanggar Hukum”. Mengemukakan bahwa tujuan Hukum
adalah mengadakan keselamatan, kebahagiaan dan tata tertib dalam masyarakat. Ia
mengatakan bahwa masing-masing anggota masyarakat mempunyai kepentingan yang
beraneka ragam. Wujud dan jumlah kepentingannya tergantung pada wujud dan sifat
kemanusiaan yang ada di dalam tubuh para anggota masyarakat masing-masing.

Hawa nafsu masing-masing menimbulkan keinginan untuk mendapatkan kepuasan dalam


hidupnya sehari-hari dan supaya segala kepentingannya terpelihara dengan sebaik-baiknya.

Untuk memenuhi keinginan-keinginan tersebut timbul berbagai usaha untuk mencapainya,


yang mengakibatkan timbulnya bentrokan-bentrokan antara barbagai macam kepentingan
anggota masyarakat. Akibat bentrokan tersebut masyarakat menjadi guncang dan
keguncangan ini harus dihindari. Menghindarkan keguncangan dalam masyarakat inilah
sebetulnya maksud daripada tujuan hukum, maka hukum menciptakan pelbagai hubungan
tertentu dalam hubungan masyarakat.

Prof. Subekti, S.H.


Menurut Prof. Subekti SH keadilan berasal dari Tuhan YME dan setiap orang diberi
kemampuan, kecakapan untuk meraba dan merasakan keadilan itu. Dan segala apa yang di
dunia ini sudah semestinya menimbulkan dasar-dasar keadilan pada manusia.

Dengan demikian, hukum tidak hanya mencarikan keseimbangan antara pelbagai kepentingan
yang bertentangan satu sama lain, akan tetapi juga untuk mendapatkan keseimbangan antara
tuntutan keadilan tersebut dengan “Ketertiban“ atau “Kepastian Hukum“.

Prof. Mr. Dr. L.J. Apeldoorn.


Dalam bukunya “Inleiding tot de studie van het Nederlanse Recht”, Apeldoorn menyatakan
bahwa tujuan Hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil.

Untuk mencapai kedamaian Hukum harus diciptakan masyarakat yang adil dengan
mengadakan perimbanagn antara kepentingan yang saling bertentangan satu sama lain dan
setiap orang harus memperoleh (sedapat mungkin) apa yang menjadi haknya. Pendapat Van
Apeldoorn ini dapat dikatakan jalan tengah antara 2 teori tujuan hukum, Teori Etis dan
Utilitis.

Aristoteles.
Dalam Bukunya “Rhetorica” mencetuskan teorinya bahwa tujuan hukum menghendaki
keadilan semata-mata dan isi daripada hukum ditentukan oleh kesadaran etis mengenai apa
yang dikatakan adil dan apa yang dikatakan tidak adil
.
Menurut teori ini buku mempunyai tugas suci dan luhur, ialah keadilan dengan memberikan
tiap-tiap orang apa yang berhak dia terima yang memerlukan peraturan sendiri bagi tiap-tap
kasus. Apabila ini dilaksanakan maka tidak akan ada habisnya. Oleh karenanya Hukum harus
membuat apa yang dinamakan “Algemeene Regels” (Peratuaturan atau ketentuan-ketentyuan
umum. Peraturan ini diperlukan oleh masyarakat teratur demi kepentingan kepastian Hukum,
meskipun pad asewktu-waktu dadapat menimbulkan ketidak adilan.

Jeremy Bentham
Dalam Bukunya “Introduction to the morals and negismation”, ia mengatakan bahwa hukum
bertujuan semata-mata apa yang berfaedah pada orang. Pendapat ini dititikberatkan pada hal-
hal yang berfaedah pada orang banyak dan bersifat umum tanpa memperhatikan soal
keadilan. Disini kepastian melalui hukum bagi perorangan merupakan tujuan utama dari
Hukum.

Mr. J.H.P. Bellefroid.


Bellefroid menggabungkan 2 pandangn ekstrim tersebut. Ia menggabungkan dalam
bukunya “Inleiding tot de Rechts wetenshap in Nederland” bahwa isi hukum harus
ditentukan menurut dua asas, ialah asas keadilan dan faedah.

Ad.3 Dasar Berlakunya Hukum


Ada tiga dasar berlakunya hukum (perundang- undangan) yaitu:

1). Kekuatan Berlaku Yuridis


Dasar kekuatan berlaku yuridis pada prinsipnya harus menunjukkan:

 Keharusan adanya kewenangan dari pembuat peraturan perundang-undangan, dalam


arti harus dibuat oleh badan atau pejabat yang berwenang.
 Keharusan adanya kesesuaian bentuk atau jenis peraturan perundang-undangan
dengan materi yang diatur, terturama kalau diperintahkan oleh peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi atau sederajat
 Keharusan megikuti tatacara tertentu, seperti pengundangan atau pengumuman setiap
udang-undang harus dalam Lembaran negara atau peraturam derah harus mendapat
persetujuan dari DPRD yang bersanhgkutan
 Keharusan bahwa tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi tingkatannya.

2). Kekuatan berlaku sosiologis


Dasar kekuatan berlaku Sosiologis harus mencerminkan kenyataan penerimaan dalam
masayrakat. Menurut Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, bahwa landasan
teoritis sebagai dasar sosiologis berlakunya suatu kaidah hukum diadasarkan pada dua teori
yaitu:

 Teori kekuasaan, bahwa secara sosiologis kaidah hukum berlaku karena paksaan
penguasa, terlepas diterima atau tidak diterima oleh masyarakat.
 Teori pengakuan, kaidah hukum berlaku berdasarkan penerimaan dari masyrakat
tempat hukum itu berlaku
3). Kekuatan berlaku filosofis
Dasar kekuatan berlaku Filosofis menyangkut pandangan mengenai inti atau hakikat dari
kaidah hukum itu, yaitu apa yang menjadi cita hukum (rexhtsdee), apa yang mereka harapkan
dari hukum (misalnya apakah untuk menjamin keadilan, ketertiban, kesejahteraan, dan lain
sebagainya).

Ketiganya merupakan syarat kekuatan berlakunya suatu perturan perundang-undangan yang


diharapkan memberikan dampak positif bagi pencapaian efektifitas hukum itu sendiri

Menurut Satjipto Rahardjo, Ada 4 Karakteristik hukum yang baik agar dapat diterima
dimasyarakat,
1. Bersifat terbuka
2. Memberitahu terlebih dahulu
3. Tujuannya jelas
4. Mengatasi goncangan

BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN

Filsafat Hukum, didorong dari fitrah manusia untuk berfikir yang pada umumnya disebabkan
karena ada hakekat soal tentang alam, baik yang ada dalam diri, maupun yang berada di luar diri
manusia. Pada umumnya persoalan-persoalan itu timbul dari manusia dan oleh sebab itu ia
memerlukan filsafat bagi kehidupannya. Setiap manusia harus membuat keputusan dan tindakan.
Manakala seseorang hendak mengambil tindakan dan keputusan yang tepat, ia memerlukan
filsafat. Dalam hal yang dipersoalkan adalah Hukum, maka persoalan hukum tersebut menyangkut
tiga objek yaitu : Manusia, Tuhan dan Jagad Raya. Di antara tiga objek itu yang memegang
peranan ialah manusia, karena manusia memerlukan dan menjalankan hukum, sedangkan Tuhan
dan Jagad Raya telah mempunyai ketentuan-ketentuan atau undang-undang sendiri yang tidak
berubah-ubahdan berada di luar ketentuan manusia

Anda mungkin juga menyukai