Anda di halaman 1dari 11

FILSAFAT HUKUM

HAKIKAT DAN TUJUAN HUKUM


Disusun Guna Memenuhi Tugas Filsafat Hukum
Dosen Pengampu :
Wildani Hefni, MA.

Disusun Oleh :

Angwa Neilsen Agnesi 221102020021


Syah Atika 221102020032
Imam Zaid Masykuri 221102020024
Muhammad Ilham 221102020015
Muhammad Risqiantono 212102040030

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UIN KHAS JEMBER
2022/2023
Jalan Mataram Nomor 1 Mangli , Kaliwates , Jember
Email :info@uinkhas.ac.id Website: https://uinkhas.ac.id/

JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat serta ridho nya
penulis bisa menyelesaikan tugas makalah Filsafat Hukum yang berjudul “Hakikat Dan Tujuan
Hukum” tepat waktu tanpa terkendala apapun. Makalah ini kami susun menggunakan bahasa yang
mudah dipahami oleh pembaca.
Kami dari kelompok 2 yang beranggotakan 4 orang yang terdiri dari :
1. Angwa Neilsen Agnesi (221102020021)
2. Syah Atika (221102020032)
3. Imam Zaid Masykuri (221102020024)
4. Muhammad Ilham (221102020015)
5. Muhammad Risqiantono (212102040030)
Mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Filsafat Hukum, Bpk Dr.
Wildani Hefni,MA.yang telah membantu serta memberikan arahan dalam penyusunan makalah
ini, Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama pembaca yang telah
meluangkan waktunya untuk membaca makalah yang kami buat.
Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan kata atau terdapat kata yang kurang tepat, karena
penulis sendiri menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik serta saran
sangat kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini serta mampu membuat makalah yang lebih
baik lagi dikesempatan berikutnya.
Besar harapan kelompok kami semoga makalah yang kami susun ini dapat memberikan banyak
manfaat serta menambah wawasan yang luas bagi pembaca.

Jember, 18 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1

A. Latar Belakang .................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................1

C. Tujuan ..............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................2

1.1 Pandangan Filsafat Hukum Tentang Hakikat Hukum ....................................................2

1. Ontologi hukum ............................................................................................................2

2. Epistemologi hukum .....................................................................................................3

3. Askiologi Hukum ..........................................................................................................4

1.2 Hakikat Hukum dari Sudut Pandang Ideologi Hukum ...................................................5

1.3 Tujuan Hukum ..............................................................................................................5

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................7

A. Kesimpulan ......................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan mempelajari filsafat hukum untuk memperluas cakrawala sehingga dapat
memahami dan mengkaji dengan kritis atas hukum dan diharapkan akan menumbuhkan sifat kritis
sehingga mampu menilai dan menerapkan kaidah-kaidah hukum. Filsafat hukum ini berpengaruh
terhadap pembentukan kaidah hukum sebagai hukum abstract.Keadilan merupakan salah satu
tujuan hukum yang paling banyak dibicarakan sepanjang perjalanan sejarah filsafat hukum. Telah
disebutkan sebelumnya, bahwa tujuan hukum memang tidak hanya keadilan, tetapi juga kepastian
hukum, dan kemanfaatan. Idealnya, hukum memang harus mengakomodasikan ketiganya. Putusan
hakim, misalnya, sedapat mungkin merupakan resultante dari ketiganya. Sekalipun demikian, tetap
ada yang berpendapat, di antara ketiga tujuan hukum itu, keadilan merupakan tujuan yang paling
penting, bahkan ada yang berpendapat merupakan tujuan hukum satu-satunya.

Cabang ilmu utama dari filsafat adalah ontologi, epistimologi dan tentang nilai (aksiologi)
serta moral (etika). Ontologi (metafisika) membahas tentang hakikat mendasar atas kebenaran
sesuatu. Epistimologi membahas pengetahuan yang di peroleh manusia, misalnya mengenai
asalnya (sumber) dari mana sajakah pengetahuan itu di peroleh manusia, apakah ukuran kebenaran
pengetahuan yang telah diperoleh manusia itu dan bagaimanakah susunan pengetahuan yang sudah
diperoleh manusia. Ilmu tentang nilai atau aksiologi adalah bagian dari filsafat yang khusus
membahas mengenai hakikat nilai berkaitan dengan tingkah laku manusia dimana nilai disini
mencakup baik dan buruk serta benar dan salah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Hakikat Dalam Filsafat Hukum ?
2. Apa Tujuan Hukum ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Apa Itu Hakikat Hukum
2. Mengetahui Apa Tujuan Hukum

1
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pandangan Filsafat Hukum Tentang Hakikat Hukum


Ada 3 aspek Dalam mempelajari hakikat hukum :

1. Ontologi hukum

Menurut bahasa, Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu: On/Ontos artinya ada, dan Logos
artinya ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Sedangkan menurut istilah Ontologi
adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yaitu meliputi yang ada sebagai wujud
konkret dan abstrak, indriawi, maupun tidak indriawi. Ontologi merupakan penelitian tentang
hakikat dari hukum misalnya hakikat demokrasi, hubungan hukum dengan moral yang selalu
bermula dari dari pertanyaan “apa” sebagai pertanyaan dasar dari sesuatu. Ontologi hukum
meneliti tentang hakikat hukum dari pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang makna,
landasan dan struktur hukum.

Hakikat hukum membicarakan sesuatu yang ada dari hukum itu sendiri yang memberi jawaban
atas persoalan-persoalan yang bersifat:

a. Matrealisme meliputi hal-hal yang bersifat materi atau kebendaan;


b. Idealisme, yaitu berupa realitas dari ide pikiran akal (mind) atau jiwa ( selves);
c. Agnotisisme, mengenai sesuatu yang tidak terjangkau karena keterbatasan kemampuan
manusia;
d. Dulisme perpaduan antara idealisme dan matrealisme.

Jika dipertanyakan apa hakikat atau esensi dari hukum? Jawabannya terdapat pada pengertian
hukum yang secara causa (sebab) hukum itu ada karena punya sebab tertentu. Secara fungsional
hukum itu dibentuk atau diciptakan semata-mata demi tujuan tertentu. Salah satu tujuan dari
banyak tujuan hukum adalah mendapatkan atau menegakkan keadilan.

Menggunakan teori kausalitas Aristoteles, ada empat sebab dalam realitas untuk mendefenisikan
hukum antara lain: sebab yang berupa bahan (causa materialis), sebab yang berupa bentuk (causa
formalis), sebab yang berupa pembuat (causa efisien) dan sebab yang berupa tujuan (causa finali).

2
Hakikat hukum dapat diketahui dengan menggunakan kausalitas tersebut. Misalnya apa bahan
hukum, bentuknya, siapa pembuatnya dan apa tujuannya? Rupanya yang paling penting bagi
Aristoteles adalah bahwa hukum itu ada karena terdapat causa (sebab) tertentu. Apabila hukum itu
bertujuan untuk menertibkan masyarakat atau untuk mendapatkan keadilan, maka hakikat
mendasar dari hukum adalah fungsi atau manfaatnya.

Inti dari pengertian hukum menurut Theo Huijbers adalah hakikat hukum itu sendiri, yaitu hukum
yang menjadi sarana bagi penciptaan suatu aturan masyarakat yang adil. Adil merupakan suatu
keadaan yang ingin diwujudkan oleh semua masyarakat manapun. Dengan gambaran seperti ini,
maka hukum menurut hakikatnya adalah sebagai hukum, yang melebihi negara, walaupun berasal
dari negara itu sendiri. Hukum merunjuk pada suatu aspek hidup yang istimewa yang tidak
terjangkau ilmu-ilmu lain. Intisari hukum ialah membawa aturan yang adil dalam masyarakat. Dari
berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat hukum adalah menciptakan suatu
aturan yang adil ke dalam masyarakat.

2. Epistemologi hukum

Epistemologi merupakan salah satu objek kajian dalam filsafat, dalam pengembangannya
menunjukkan bahwa epistemologi secara langsung berhubungan secara radikal (mendalam)
dengan diri dan kehidupan manusia. Pokok kajian epistemologi akan sangat menonjol bila
dikaitkan dengan pembahasan mengenai hakikat epistemologi itu sendiri. Secara linguistik kata
“Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu: kata “Episteme” dengan arti pengetahuan dan
kata “Logos” berarti teori, uraian, atau alasan. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang
pengetahuan yang dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah theory of knowledge. Istilah
epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan dalam bahasa
Indonesia lazim disebut filsafat pengetahuan. Secara terminologi epistemologi adalah teori
mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan.

Masalah epistemologi berkaitan erat dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan dan


penekanannya pada bagaimana dan dengan sarana apakah kita dapat diketahui. Maka manusia
bertanya untuk memuaskan hatinya tersebut. Bahwa dari masalah tahu dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa adanya empat jenis gejala tahu yaitu :

3
a) Manusia ingin tahu;
b) Manusia ingin tahu yang benar;
c) Objek tahu ialah yang ada dan yang mungkin ada;
d) Manusia tahu, bahwa ia tahu.

Tidaklah semua pengetahuan dapat disebut ilmu pengetahuan sebab paling sedikit ada enam
komponen yang harus dipenuhi agar sebuah pengetahuan dapat disebut ilmu pengetahuan, dan
keenam komponen ilmu pengetahuan tersebut meliputi:

1) Masalah (problem)
2) Sikap (attitude)
3) Metode (method)
4) Kegiatan/aktivitas (activity)
5) Kesimpulan (conclusion)
6) Akibat (effects)

Untuk memperoleh pengetahuan ataupun melakukan penyelidikan dalam mencari suatu kebenaran
dapat menggunakan metode rasionalisme.1

3. Askiologi Hukum

Aksiologi hukum (ajaran nilai, waardenleer) berperan dalam penentuan isi nilai-nilai dalam
hukum, seperti persamaan, kebebasan. Aksiologi sebagai nilai yang berlaku dalam setiap akta
perbuatan manusia, seperti telah dijelaskan pada bab filsafat umum sebelumnya merupakan bagian
tak terpisahkan dalam filsafat.

Askiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai-nilai. Pertanyaan-pertanyaan


hakikat nilai dapat dijawab dengan tiga cara:

1. Nilai sepenuhnya berhakikat subjektif;


2. Nilai-nilai merupakan kenyataan;
3. Nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan.

1
Arman Suadi, Buku “Filsafat Hukum”, Halaman 25-27.

4
Ajaran moral mengenai yang baik dan buruk membuat aksiologi hukum penuh dengan penilaian
akan sesuatu yang baik. Berangkat dari pemahaman tersebut, maka hukum pula memiliki nilai
untuk diwujudkan dalam bentuk peraturan ketetapan dan lain sebagainya. Aksiologi menentukan
misalnya nilai apa yang ingin dicapai dalam suatu peraturan atau sebaliknya nilai apa yang
mendasari terbitnya suatu ketetapan hukum. Dalam hukum ada nilai yang ingin diwujudkan di
antaranya nilai kebebasan, nilai keadilan, nilai kemanfaatan, nilai persatuan, ketertiban, dan lain
sebagainya. Lalu, ada antinomi atau lawan dari nilai tersebut yang tentu saja selalu berdiri sejajar
dan tarik menarik. Layaknya lambang hukum itu sendiri, yaitu timbangan, maka manusia sebagai
pemilik serta pembuat hukum harus menjaga timbangan itu pada titik keseimbangan.

1.2 Hakikat Hukum dari Sudut Pandang Ideologi Hukum


Beberapa ideologi hukum juga mengemukakan pendapatnya tentang hakikat hukum di antaranya
sebagai berikut:

1. aliran hukum alam berpendapat bahwa hakikat hukum terletak pada moral, baik yang berasal
dari Tuhan maupun akal manusia;

2. aliran positivisme memiliki keyakinan bahwa hakikat hukum adalah perintah, kewajiban,
kedaulatan, penguasa, dan sanksi;

3. mazhab utilitarianisme berkeyakinan bahwa hakikat hukum adalah kemanfaatan (kegunaan);

4. mazhab sejarah memaknai hakikat hukum sebagai ekspresi jiwa bangsa (volkgeist)2

1.3 Tujuan Hukum


filsafat hukum adalah cabang filsafat, filsafat tingkah laku atau etika yang mempelajari hakikat
hukum. Dengan kata lain, filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis.

Gustav Radbruch menjelaskan filsafat hukum mengandung tiga aspek, yaitu:

1. Aspek keadilan, yaitu kesamaan hak semua orang didepan pengadilan

2
Marjan Miharja, Buku “Filsafat Hukum”, Halaman 9.
3
Serlika Aprita, Buku “Filsafat Hukum”, Halaman 173.

5
2. Aspek tujuan keadilan atau finalitas
3. Aspek kepastian hukum atau legalitas yang menjamin hukum dapat berfungsi sebagai
peraturan yang harus ditaati

Jadi dari penjelasan gustav radbruch dapat disimpulkan bahwa keadilan adalah tujuan dari hukum.
Prof. van Apeldoorn dalam bukunya yang berjudul “Inleiding tot de studie van het Nederlandse
recht” mengatakan bahwa tujuan hukum ialah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, keadilan bukanlah satu-satunya tujuan hukum, melainkan
terdapat tujuan lain seperti kemanfaatan dan kepastian hukum. Ketiga tujuan tersebut tidak saling
bertentangan bahkan saling melengkapi satu sama lain. Namun demikian banyak ahli hukum yang
menitikberatkan keadilan sebagai tujuan hukum. Rudolf Stammler dan Radbruch adalah salah
satunya. Radbruch menyatakan bahwa keadilan sebagai tujuan umum dapat diberikan arah yang
berbeda-beda untuk mencapai keadilan yang sebagai tujuan dari hukum.

Keadilan berusaha memberikan kepada siapapun hal-hal apa yang menjadi haknya yang dilakukan
secara proporsional dan tidak melanggar hukum. Bahkan pembuat undang-undang diharuskan
berpatokan bahwa dalam setiap produk hukum yang dibuat harus didasarkan pada keadilan, yang
menurut teori etis tujuan hukum adalah semata-mata untuk mewujudkan keadilan. Keadilan
menjadi lebih penting lagi karena erat kaitannya dengan hak dan kewajiban. Memperhatikan
semua pembahasan dalam tulisan ini, keadilan dalam filsafat hukum akan selalu ada disepanjang
usaha pelaksanaan penegakan hukum dikarenakan hakikatnya yang dapat mengimbangi unsur
unsur tujuan hukum lain seperti kemanfaatan dan kepastian hukum.

Keadilan sebagai tujuan hukum dalam perspektif filsafat hukum ada untuk menjembatani
kemanfaatan dan kepastian hukum. Keadilan dianggap sebagai tujuan umum dan merupakan
tujuan hukum itu sendiri. Di Indonesia pelaksanaan keadilan didasarkan kepada ketentuan Pasal
16 ayat (1) UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa
keadilan menjadi wajib untuk tetap ditegakkan kendatipun tidak ada dalam ketentuan normatif. 3

4
Kamarusdiana, Buku “Filsafat Hukum”, Halaman 1.
5
Sinaulan, Ramlani Lina, Buku “Filsafat Hukum” Halaman 74.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
pada hakikatnya hukum merupakan alat atau sarana untuk mengatur dan menjaga
ketertiban guna mencapai suatu masyarakat yang berkeadilan dalam menyelenggarakan
kesejahteraan sosial yang berupa peraturan-peraturan yang bersifat memaksa dan memberikan
sangsi bagi yang melanggarnya, baik itu untuk mengatur masyarakat ataupun aparat pemerintah
sebagai penguasa.

Adapun tujuan hukum pada umumnya atau tujuan hukum secara universal yaitu
menggunakan asas prioritas sebagai tiga nilai dasar hukum atau sebagai tujuan hukum, masing-
masing: keadilan,kemanfaatan, dan kepastian hukum sebagai landasan dalam mencapai tujuan
hukum yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan yang dapat menciptakan kedamaian,
ketenteraman, dan ketertiban dalam masyarakat, terutama masyarakat yang kompleks dan
majemuk seperti di Indonesia, maka semestinya kita menganut asas prioritas yang kasuistis yang
ketika tujuan hukum diprioritaskan sesuai kasus yang dihadapi dalam masyarakat, sehingga pada
kasus tertentu dapat diprioritaskan salah satu dari ketiga asas tersebut sepanjang tidak mengganggu
ketenteraman dan kedamaian merupakan tujuan akhir dari hukum itu sendiri.

7
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Drs. H. Arman Suadi, S. M. (2019). Filsafat Hukum. Jakarta: PrenadaMedia Group.

Dr. Marjan Miharja, S. M. (2021). Filsafat Hukum. CV Cendekia Press.

Dr. Serlika Aprita, S. R. (2020). Filsafat Hukum. Depok: PT RajaGrafindo Persada.

Kamarusdiana, M. (2018). Filsafat Hukum. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Simaulan, R. L. (2018). Filsafat Hukum. Yogyakarta: Zahing Publishing.

Anda mungkin juga menyukai