Anda di halaman 1dari 15

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Hukum Keluarga di Dunia Islam

Dosen Pengampu:
Abdul Hakim, S.H., M.A.

Disusun Oleh:
Ulul Fadhli
(NIM: 2022xxxxxx)

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM IMAM SYAFI’I CIANJUR
2023
Abstrak
Makalah ini membahas tentang dasar prngrtahuan dalam
kerangka filsafat ilmu. Materi ini penting untuk disampaikan
kepada para mahasiswa untuk mengetahui asal muasal ilmu,
objek yang dibahas, metode yang digunakan, dan juga fungsi
dari mempelajari ilmu tersebut.
Kata Kunci: Pengantar, Ilmu, hukum

Pendahuluan
Pengantar Hukum Indonesia maupun Pengantar Ilmu Hukum
sama- sama merupakan pengantar untuk mempelajari hukum, dan
merupakan matakuliah dasar yang wajib dikuasai oleh setiap mahasiswa
Fakultas Syariah dan Hukum. PHI merupakan singkatan dari Pengantar
Hukum Indonesia. Di beberapa universitas, ada Fakultas Syariah dan
Hukum yang menggunakan istilah PHI dengan PTHI, yang merupakan
singkatan dari Pengantar Tata Hukum Indonesia. Sementara itu, PIH
adalah Pengantar Ilmu Hukum. Sekilas istilah PHI dan PIH tampaknya
sama, namun sebenarnya berbeda. Perbedaan mendasar antara PHI dan
PIH terletak pada objeknya. Objek PHI adalah peraturan-peraturan
hukum yang sedang berlaku di Indonesia saat ini (hukum positif
Indonesia). Dari istilahnya, tampak jelas bahwa PHI (Pengantar Hukum
Indonesia) terbatas hanya khusus mempelajari hukum yang berlaku di
suatu tempat (dalam hal ini Indonesia), serta terikat pada waktu tertentu
(dalam hal ini hanya hukum yang sedang berlaku saat ini saja). PHI
merupakan pengantar untuk mempelajari
bidang-bidang/aturan/ketentuan/tata hukum yang berlaku di Indonesia.
Berbeda dengan PHI, objek PIH (Pengantar Ilmu Hukum) lebih luas,
yaitu hukum pada umumnya yang tidak terbatas pada tempat dan waktu
(cakupannya lebih luas dan umum). PIH merupakan pengantar untuk
memahami arti hukum, permasalahan--permasalahan di bidang hukum,
asas-asas hukum, maupun memberikan gambaran atau dasar mengenai
sendi-sendi utama dari hukum itu sendiri. PIH menunjang setiap orang
yang akan mempelajari hukum positif Indonesia. Untuk mempelajari PHI
perlu terlebih dahulu mempelajari PIH, sebab pengertian-pengertian dan
istilah mendasar tentang hukum diberikan dalam PIH. Sebaliknya, apa

yang dipelajari dalam PHI merupakan salah satu contoh konkret dari apa
yang dibahas dalam PIH.
1. Apa Itu Pengantar Hukum Indonesia (PHI)?
Pengertian PHI atau Pengantar Hukum Indonesia terdiri dari tiga kata,
“Penghantar”, “Hukum”, dan “Indonesia”. Pengantar berarti
mengantarkan pada tujuan tertentu. Pengantar dalam bahas Belanda
disebut inleiding danintroduction (bahasa inggris) yang berarti
memperkenalkan secara umum atau secara garis besar yang tidak
mendalam atas sesuatu hal tertentu. Pada istilah Pengantar Hukum
Indonesia yang diperkenalkan secara umum atau secara garis besar
adalah hukum Indonesia.

Istilah “Hukum Indonesia” yang dimaksud adalah hukum yang berlaku di


Negara Indonesia pada waktu sekarang. Hukum yang berlaku pada waktu
sekarang disuatu tempat atau wilayah disebut “Hukum Positif”. Artinya
hukum yang (dipositifkan) berlaku untuk masyarakat tertentu dan dalam
waktu tertentu.

Hukum positif juga disebut ius constitutum, artinya hukum yang sudah
ditetapkan untuk diberlakukan saat ini pada suatu tempat atau Negara
tertentu.

Hukum positif (hukum yang ditetapkan) yaitu hukum yang berlaku saat
ini disuatu tempat. Baik hukum itu berasal dari hukum yang lama yang
masih ditetapkan berlaku maupun hukum yang baru yang juga ditetapkan
berlaku.

Menurut Soediman Kartohadiprodjo, yang dimaksud dengan “Tata


Hukum di Indonesia” itu ialah “Hukum yang sekarang berlaku di
Indonesia”. Berlaku berarti yang memberi akibat hukum kepada
peristiwa-peristiwa dalam pergaulan hidup sekarang.

Menunjukkan kepada pergaulan hidup pada saat ini, dan tidak pada
pergaulan hidup yang telah lampau, pula tidak pada pergaulan hidup
masa yang kita cita-citakan di kemudian hari. Di Indonesia menunjukkan
kepada pergaulan hidup yang terdapat di Republik Indonesia dan tidak di
Negara lain. Selanjutnya beliau menyatakan bahwa hukum positif disebut
juga ius constitutum sebagai lawan dari ius constituendum, yakni kaidah
hukum yang dicita-citakan.
2. Tujuan Mempelajari Pengantar Hukum Indonesia (PHI)

1. Untuk mengetahui dan memahami susunan sistematika tata


hukum di Indonesia;
2. Untuk memelihara tata tertib di masuarakat;
3. Dengan mengetahui tata hukum, dapat menumbuhkan
keksakdakran dan membedakan perbuatan yang melanggar
hukum atau tidak;
4. Untuk mengetahui fungsi hukum yaitu ilmu yang mengajarkan
dasar-dasar pengetahuan di antara hukum.

3. Ruang Lingkup Pengantar Hukum Indonesia (PHI)


Pengantar Hukum Indonesia membahas mengenai hukum positif yang
berlaku di Indonesia sehingga fungsi dari pengantar hukum indonesia
adalah untuk mengantarkan dan membantu setiap orang untuk
mempelajari hukum positif yang berlaku di Indonesia.
Persamaan Antara Pengantar Ilmu Hukum (PIH) dan Pengantar Hukum
Indonesia (PHI):
Baik PIH maupun PHI, sama‐sama merupakan mata kuliah dasar,
keduanya merupakan mata kuliah yang mempelajari hukum.

Istilah PIH dan PHI pertama kalinya dipergunakan sejak berdirinya


Perguruan Tinggi Gajah Mada tanggal 13 Maret 1946. Selanjutnya pada
tahun 1992 bersamaan dihapusnya jurusan di fakultas hukum, istilah
PTHI dalam kurikulum berubah menjadi PHI (Pengantar Hukum
Indonesia).
Namun demikian adanya perubahan istilah diatas bukan berarti materi
ajarnya juga mengalami perubahan karena pada dasarnya baik PTHI
maupun PHI sama mempelajari tata hukum Indonesia (hukum positif
= ius constitutum).
Perbedaan Antara PIH dan PHI :
Perbedaan antara Pengantar Ilmu Hukum (PIH) dengan Pengantar
Hukum Indonesia (PHI) dapat dilihat dari segi obyeknya. PHI berobyek
pada hukum yang sedang berlaku di Indonesia sekarang ini, atau
obyeknya khusus mengenai hukum positif (ius constitutum).

Sedangkan obyek PIH adalah aturan tentang hukum pada umumnya,


tidak terbatas pada aturan hukum yang berlaku pada suatu tempat dan
waktu tertentu.
Hubungan antara PIH dengan PHI :
PIH mendukung atau menunjang kepada setiap orang yang akan
mempelajari hukum positif Indonesia (Tata Hukum Indonesia).

PIH menjadi dasar dari PHI, yang berarti bahwa, untuk mempelajari PHI
(Tata Hukum Indonesia) harus belajar PIH dahulu karena pengertian-
pengertian dasar yang berhubungan dengan hukum diberikan di dalam
PIH.

Sebaliknya pokok-pokok bahasan PHI merupakan contoh kongkrit apa


yang dibahas di dalam PIH.
Fungsi dasar PTHI/PHI:
Sebagai ilmu yang mengajarkan dan menanamkan dasar-dasar hukum di
Indonesia bagi para calon sarjana hukum yang menuntut ilmu di
Indonesia. Hal ini penting bagi mereka untuk memahami pengetahuan
dan pengertian tentang hukum ditingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Mengantar setiap orang yang akan mempelajari hukum yang sedang
berlaku di Indonesia (hukum positif).

Maka dapat disimpulkan Pengantar Tata Hukum Indonesia (PTHI) atau


sekarang Pengantar Hukum Indonesia (PHI) adalah suatu ilmu yang
mengajarkan tentang tata hukum Indonesia dan segala seluk beluk yang
terdapat di dalamnya.

Jadi, yang menjadi objek pembicaraan dalam pengantar hukum Indonesia


ialah hanya tata hukum Indonesia (hukum positif) seperti HTN, HAN,
Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang, dll.

4. Jenis-jenis Hukum di Indonesia


Hukum Administrasi Negara
a. Pengertian dan Kedudukan HAN
Administrasi dalam arti sempit adalah hitung menghitung, catat mencatat,
ketik mengetik. Dalam arti luas mencakup aparatur negara, pemerintahan,
atau instansi politik atau kenegaraan meliputi organ yang berada di
pemerintahan sebagai fungsi atau aktifitas dan sebagai proses teknik
penyelenggaraan.

Kedudukan sebagai hukum publik yaitu hukum yang mengatur tindakan


pemerintahan dan mengatur hubungan antara pemerintah dengan warga
negara dan pemerintah dengan organisasi pemerintahan.

Jadi Hukum Administrasi Negara mengatur bagaimana organ


pemerintahan menjalankan pemerintahannya.
b. Fungsi

 Untuk mengatur tindakan pemerintahan;


 Mengatur hubungan antar instansi;
 Mengatur hubungan pemerintah dengan warga negaranya.

Suatu lembaga yang melanggar HAN maka akan diadili di Pengadilan


Tata Negara atau Mahkamah Konstitusi, juga ke PTUN.
c. Hubungan HAN dengan HTN
Persamaan antara Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata
Negara yaitu terletak pada sama-sama membicarakan tentang eksekutif.
Namun yang menjadi bagian HTN adalah tentang pemerintah dan
lembaga-lembaganya karena HTN membicarakan tentang pemerintah
dengan lembaga negara dalam keadaan diam.

Sementara HAN mengatur tentang hubungan tentang pemerintah dan


warga negaranya. Karena itu maka HAN akan bicara tentang bagaimana
pemerintah melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan waarga
negarnya atau negara dalam keadaan bergerak.

Istilah negara dalalm keadaan bergerak di berikan oleh Oppen Helm. Jadi
HAN dengan HTN sama-sama membicarakan tentang negara, sama-sama
eksekutif, dan sama-sama hukum publik.
d. Asas-asas Hukum Administrasi Negara

1. Asas Legalitas, Setiap perbuaan administrasi negara harus


berdasarkan hukum.
2. Asas de tourhement de pouvoir, Artinya tidak boleh
menyalahgunakan kekuasaan
3. Asas exes de pouvoir, Artinya tidak boleh menyerobot wewenang
yang satu dengan yang lain
4. Asas non diskriminator, Artinya tidak boleh membeda-bedakan
antara warga negara atau menjunjung tinggi kesamaan hak bagi
seluruh penduduk
5. Asas pemaksa, Artinya memiliki sangsi agar hukum administrasi
negara di taati, sanksinya bisa berbentui pembatalan keputusan
6. Asas fries ermessen, Artinya pembebasan bertindak atau di
sebut discressioner di berikan kepada aparatur pemerintahan atau
administrasi negara dalam menyelenggarakan pemerintahan.

Hukum Perdata
a. Pengertian Hukum Perdata
Hukum perdata di golongkan ke dalam hukum prifat. Merupakan aturan
yang mengatur tingkah laku setiap orang terhadap orang lain berkenaan
dengan hak dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat
maupun dalam pergaulan keluarga.

Jadi hukum perdata adalah suatu hukum yang mengatur setiap subyek
hukum yang satu dengan subyek hukum yang lain mengenai suatu objek
hukum tertentu.
b. Macam-macam Hukum Perdata
Hukum perdata di bagi menjadi dua, yaitu hukum perdata formal dan
hukum perdata materiil.

1. Formal yaitu mengatur tentang bagaimana


seseorangmempertahankan hak apabila di langgar oleh orang lain.
Ini sering di sebut dengan hukum acara perdata.
2. Materiil yaitu mengatur tentang kepentingan-kepentingan
keperdataan setiap subjek hukum.

c. Kitab Undang-undang Hukum Perdata


Di bagi menjadi empat buku yaitu:
1. Buku 1 mengatur tentang orang;
2. Buku 2 mengatur tentan kebendaan;
3. Buku 3 mengatur tentang perikatan;
4. Buku 4 mengatur tentang pembuktian.

d. Sistematika Hukum Perdata

1. Hukum tentang orang yaitu hukum yang mengatur tentang orang


sebagai subjek hukum dan orang dalam kecakapan untuk
memiliki hak dan bertindak sendiri untuk melaksanakan haknya.
2. Hukum keluarga yaitu aturan hukum yang mengatur tentang
hubungan hukum antar orang tua dengan anak, perkawianan,
perceraian, perwalian, dan hubungan yang timbul dari penyebab
perkawinan antara suami dan istri.
3. Hukum kekayaan yaitu hukum yang mengatur tentang hubungan
hak mutlak yaiyu hak yang berlaku bagi setiap orang, hak
perorangna yaitu hak yang mengatur bagi orang-orang tertentu.
4. Hukum waris yaitu hukum yang mengatur tentang harta atau
kekayaan seseorang jika telah meninggal serta mengatur akibat
hukum yang timbul dalam hubungan keluarga terhadap warisan
yang di tinggalkan oleh seseorang.

e. Macam-macam Hak dalam Hukum Perdata

1. Hak perorangan yaitu hak yang di miliki oleh setiap manusia.


2. Badan hukum yaitu hak yang di miliki oleh badan hukum dengan
syarat-syarat seperti berikut:
o Di dirikan dengan akta notaris;
o Di daftarkan di panitera ( panitia perkara ) setempat.
Panitera ada beberapa bagian di antaranya panitera kepala,
panitera pemuda, dan panitera pengganti.
3. ADRT (Anggaran Dasar Rumah Tangga).
4. Di umumkan dalam berita negara.
f. Domisili
Adalah tempat seseorang atau kediaman seseorang. Domisili bermanfaat
untuk:

1. Apabila seseorang menikah maka di tempat tinggal tersebut itulah


tempat sebagai domisili secara hukum pada saat dia menikah.
2. Jika terjadi kasus perceraian, maka alamat tempat tinggal pada
saat itulah di jadikan tempat domisili.
3. Jika terjadi perjanjian maka di tempat itulah di jadikan sebagai
tempat domisili.
4. Sebagai tempat di laksanakannya pembagian warisan.

Hukum Pidana
a. Pengertian Hukum pidana
Hukum pidana adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran dan
kejahatan terhadap kepentiangan umum.
b. Dasar Hukum Pidana

1. KUHP atau Wet Book van Stafrecht;


2. KUHAP UU nomor 8 tahun 1981;
3. Perundang-undangan di luar KUHP dan KUHAP.

c. Sistematika KUHP

1. Buku I tentang ketentuan umum;


2. Buku II tentang kejahatan;
3. Buku III tentang pelanggaran.

d. Istilah-istilah Dalam Hukum Pidana


Kejahatan merupakan perbuatan pidana yang berat yang ancaman
hukumannya dapat berpa hukuman denda, penjara, hukkuman mati, dan
dapat juga di tambah dengan penyitaan atau pencabutan barang-barang
tertentu serta pengumuman putusan hakim. Semua jenis kejahatan di atur
dalam buku 2 KUHP.
Pelanggaran adalah perbuatan pidana yang ringan. Tentang pelanggaran
ini di atur dalam buku 3 KUHP dengan hukuman denda atau kurungan. 8
macam pelanggaran, yaitu:

1. Pelanggaran terhaadap keamanan umum bagi orang, barang, dan


kesehatan umum;
2. Pelanggaran terhadap kedudukan warga;
3. Pelanggaraan terhadap penguasa umum;
4. Pelanggaran terhadap orang yang perlu di tolong;
5. Pelanggaran terhadap kesusilaan;
6. Pelanggaran mengenai tanah;
7. Pelanggaran dalam jabatan;
8. Pelanggaran dalam pelayanan.

Peristiwa adalah hal-hal yang terjadi dalam kehidupan. Peristiwa di bagi


menjadi 3 yaitu:

1. Peristiwa biasa adalah sutau kejadian yang sudah biasa terjadi


dalam kehidupan sehari-hari yang tidak menimbulkan akibat
hukum apapun.
2. Peristiwa hukum adalah suatu tindakan atau perbuatan yang
apabila di lakukan dapat dikenai sanksi atau hukuman.
3. Peristiwa pidana adalah suatu tindakan atau perbuatan yang
mengakibatkan seseorang yang bersangkutan di kenai hukuman
pidana sesuai perbuatan atau tindakan yang di lakukan.

Ada beberapa syarat-syarat seseorang dapat di katakan melakukan


peristiwa pidana yaitu:

 Harus ada oerbuatan yang di lakukan ikeh seseorang atau


kelompok.
 Perbuatan tersebut harus sesuai dengan rumusan UU. Contoh
pada pasal 362 KUHP.
 Harus ada kesalahan yang dapat di pertanggungjawabkan.
 Harus ada ancaman hukumannya

e. Tujuan Hukum Pidana

1. Untuk menakut nakuti setiap irang agar tidak melakukan


perbuatan pedana. Fungsi ini di sebut fungasi prefentif
(pencegahan).
2. Untuk mendidik orangn yang telah melakkukan pebuatan pidana
agar menjadi orang yang baik dan dapat di terima kembali dalam
masyarakat. Ini di sebut fungsi reprensif.
3. Menjadi konklusi (kesimpulan) dari tujuan-tujuna di ats untuk
mellindungi masyarakat apabila seseorang takut melakukan
perbuatan pidana atau tidak baik. Dengan begitu masyaarakat
akan menjadi aman dan tentram.

f. Bagian-bagian Hukum Pidana


Hukum pidana objektif yaitu seluruh aturan yang memuat atau yang
berisi tentang keharusan atau larangan di sertai ancaman hukuman.
Hukum pidanan objektif di bedakan menjadi dua yaitu:

1. Hukum pidana materiil yaitu semua peraturan yang memuat


perumusan tentang.
o Perbuatan-perbuatan yang dapat di hukum;
o Siapa yang dapat di hukum;
o Hukuman apa yang dapat di terapkan.
Hukum pidana materiil di bagi menjadi dua yaitu:
 Hukum pidana materiil umum yaitu hukum
piidanan yang berlaku bagi semua orang.
 Hukum pidana materiil khusus yaitu hukkum
pidanan yang berlaku bagi orang-orang tertentu.
2. Hukum pidana formil adalah peraturan hukumyang menetukan
bagaimana cara memelihara dan mempertahankan pidana materil.
Hukum pidana formil mengatur bagaimana menerapkan sanksi
terhadap seseorang yang melanggar pidana materil.
Hukum pidana subjektif yaitu hak negara untuk menghukum seseirang
berdasarkan hukum objektif.
g. Tindakan Pidana
Tindakan pidana adalah suatu kejadian yang mengandung unsur pidana
atau perbuatan yang dilarang oleh UU sehingga siapa yang menimbulkan
tindakan pidan tersebut dapat di kenai sanksi pidana.
h. Macam-macam Perbuatan Pidana

1. Delik formil adalah suatu perbuatan pidana yang sudah di lakukan


dan perbuatan itu benar-benar melanggar ketentuan yang ada di
Undang-undang.
2. Delik materiil adalah suatu perbuatan pidana yang di larang akibat
yang timbul dari perbuatan itu.
3. Dellik dolus adalah perbuatan pidana yang di lakkukan dengan
sengaja misalnya pembunuhan berencana.
4. Delik culpa adalah perbuatan yang secara tidak sengaja
menghilangkan nyawa seseorang
5. Dellik aduan adalah suaaatu perbuatan pidanan yang memerlukan
aduan.
6. Delik politik adalah perbuatan pidana yang di tujukan kekpada
keamanan negara. Contohnya perbuatan kudeta (perbuatan
pengambilan kekuasaan secara tidak sah).

i. Jenis Hukuman

1. Hukuman pokok, contohnya hukuman mati, penjara;


2. Hukuman tambahan, contohnya denda, penyitaan barang-barang
dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai