PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai bagian dari ilmu sosial Ilmu hukum adalah ilmu yang sangat
dinamis. Kelahiran hukum modern sekaligus menempatkannya dalam
posisi yang cukup sulit, yaitu berada dipersimpangan jalan (Bifurcation).
Sejakribuan tahun sebelum munculnya hukum modern, maka hukum
hanyaberurusan dengan perburuan keadilan (Searching For Juctice). Pada
waktu itubelum ada hukum negara atau hukum positif, melainkan hukum
alam. Tetapidengan kelahiran negara modern dan hukum modern, muncul
tuntutan agarhukum itu menjadi positif dan publik, yang di sebut hukum
harus di buat olehsuatu badan khusus, dirumuskan tertulis dan diumumkan
dihadapan publik.Akibatnya bahwa, yang tidak memenuhi persyaratan itu
tidak bisa di sebutsebagai hukum. Berakhirlah tatanan customary law,
interaction law, dan nonformal law. Sejak saat itu, maka hukum tidak lagi
tempat untuk berburukeadilan, melainkan menerapkan undang-undang.
Keadaan yang demikian itumenimbulkan persoalan yang amat besar,
bahkan gawat, karena proseshukum bukan hanya mencari keadilan,
melainkan juga menerapkan undangundang dan prosedur (law
enforcement). Orang sudah menjalankan hukumapabila sudah
menerapkan peraturan dan prosedur positif. Dengan bertindak. seperti itu
orang sudah bisa mengatakan bahwa “justice is done” atau “justice is
delivered.
Berangkat dari realitas di atas juga kultur masyarakat Bima yang terbuka
dan realistis dengan watak ketimuran yang keras, konflikpun menjadi
jawaban bila masyarakat berurusan dengan masalah hukum. Timbulnya
konflik ada yang dapat di prediksi ada pula yang tidak. Ciri kehidupan
masyarakat pedesaan di Indonesia meliputi, konflik dan persaingan,
kegiatanbekerja, sistem tolong menolong, gotong royong dan jiwa gotong
royong, musyawarah dan jiwa musyawarah.
C. Tujuan Penulis
1. Pengertian Sosiologi
Sosiologi berasal dari kata socius yang artinya teman, dan logos yang
artinya ilmu. Secara harfiah, sosiologi berarti ilmu yang mempelajari
tentang hidup bermasyarakat atau ilmu bersama. Definisi tersebut tidak
membuat orang-orang puas dikarenakan sosiologi tidak hanya membuat
studi tentang masyarakat yang sifatnya marko saja tetapi juga tentang
perilaku-perilaku sosial yang sifatnya mikro.
Sosiolog De Saint Simon, bapak perintis sosiologi (1760 – 1825)
menjelaskan bahwasanya sosiologi itu mempelajari masyarakat dalam
aksi-aksinya dan dalam usaha koleksinya, baik spritual maupun material.
- Peter L. Berger
Peter L. Berger menjelaskan bahwa sosiologi adalah ilmu atau studi
ilmiah mengenai hubungan antara individu dan masyarakat. Dalam
definisi itu terkandung pemahaman bahwa individu dianggap adalah
subyek sedangkan masyarakat adalah obyek. Hubungan antara
keduanya sebagai subyek dan obyek saling melengkapi dan
menentukan eksistensi satu sama lain. Individu tidak mungkin ada
tanpa adanya masyarakat dan sebaliknya masyarakat tidak mungkin
eksis tanpa adanya individu-individu. Peter L. Berger menyebutkan
sosiologi sebagai studi ilmiah dikarenakan sosiologi memiliki
beberapa unsur yang dimiliki oleh ilmu pengetahuan, yakni :
- Sosiologi bersifat empiris
- Sosiologi bersifat teoritis
- Sosiologi bersifat kumulatif
- Sosiologi bersifat bebas nilai / apa adanya.
- Mayor Polak
Polak mengatakan bahwa sosiologi adalah :
1. Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat.
2. Sosiologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari
masyarakat sebagai keseluruhan, yakni antara hubungan
manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, dan
kelompok dengan kelompok.
3. Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan antara
manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, dan
kelompok dengan kelompok yang sifatnya formal maupun
material.
4. Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan antara
manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, dan
kelompok dengan kelompok baik formal maupun material, baik
statis maupun dinamis.
- Soerjono Soekanto
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur sosial dan
proses-proses sosial yang didalamnya termasuk perubahan-perubahan
sosial.
2. Sejarah perkembangan sosiologi
Pada awal perkembangannya, sosiologi lahir karena adanya gejolak sosial
dari efek revolusi industri. Akibat revolusi tersebut banyak terjadi
eksploitasi tenaga kerja dan urbanisasi yang sangat besar. Dari situlah
peran ilmu pengetahuan dibutuhkan untuk memberikan pengamatan serta
pengalaman kepada masyarakat yang kemudian dikemas dalam rancangan
ilmu sosiologi. Lalu pada abad ke-19 muncul banyak sekali konflik di
dunia yang mengakibatkan perubahan sosial terjadi secara besar-besaran.
Terlebih lagi pada tahun 1798 terjadi revolusi di perancis yang
menimbulkan banyak kekhawatiran di tengah-tengah masyarakat. Oleh
karena itu, Auguste Comte merancang sebuah penelitian yang ia gunakan
untuk mempelajari pola-pola perilaku masyarakat. Penelitian sosial yang
dilakukan oleh Auguste Comte itu kemudian dikenal sebagai Sosiologi.
6. Fungsi sosiologi
- Fungsi sosiologi dalam perencanaan sosial.
Perencanaan sosial adalah kegiatan untuk mempersiapkan masa depan
individu di masyarakat. Tujuan dari perencanaan itu ialah untuk
mengetahui kemungkinan munculnya masalah-masalah disaat
terjadinya sebuah perubahan. Berikut ini beberapa fungsi sosiologi
dalam hal perencanaan sosial :
1. Perencanaa sosial merupakan alat untuk mengetahui perubahan
yang terjadi di masyarakat.
2. Perencanaan disusun atas dasar kenyataan yang faktural
3. Perencanaa digunakan untuk mengantisipasi berbagai masalah
yang timbul di lingkungan masyarakat.
4. Perencanaan sosial sebagai alat untuk mengetahui perkembangan
yang terjadi di lingkungan masyarakat.
- Fungsi sosiologi dalam hal penelitian
Penelitian adalah suatu usaha untuk meningkatkan ilmu. Penelitian
berguna untuk memberikan sebuah gambaran mengenai kehidupan
masyarakat. Dalam sosiologi, kegiatan penelitian biasanya mengkaji
berbagai masalah atau gejala-gejala yang timbul di masyarakat, setelah
itu akan diperoleh suatu rencana penyelesaian sosial yang baik. Setelah
diperolehnya rencana penyelesaian tersebut, diambilah keputusan
untuk merencanakan penyelesaian suatu masalah sosial. Berikut ini
beberapa fungsi sosiologi dalam hal penelitian :
1. Untuk mempertimbangkan gejala-gejala sosial yang timbul dalam
masyarakat.
2. Untuk memahami pola tingkah laku di dalam masyarakat.
3. Untuk selalu berhati-hati dan bersikap rasional.
4. Agar dapat mengetahui perubahan tingkah laku anggota
masyarakat.
5. Untuk mengetahui simbol,kode, dan berbagai macam istilah yang
menjadi objek penelitian.
- Peran sosiologi
1. Sebagai ahli riset, tujuannya adalah untuk mencari data kehidupan
sosial dalam masyarakat.
2. Sebagai konsultan kebijakan. Prediksi sosiologi dapat berpengaruh
terhadap kebijakan sosial yang mungkin saja terjadi.
3. Sebagai praktisi.
4. Sosiologi sebagai guru atau pendidik.
Lalu ada juga yang namanya penjenisan dalam metode sosiologi yang
terdiri dari :
- Metode Induktif, yakni suatu gejala yang khusus untuk mendapatkan
kaidah-kaidah yang berlaku dalam lapangan yang lebih luas.
- Metode Deduktif, adalah kaidah-kaidah yang dianggap berlaku umum
untuk dipelajari dalam keadaan khusus.
- Sosiologi Hukum
Sosiologi hukum lahir di fenomena abad ke-20. Memasuki abad 20,
terjadi perubahan penting yang akan memberikan dampak terhadap
cara-cara orang mempelajari hukum, sebab pada abad ke-19 cara
mempelajari hukum lebih banyak memekarkan substansi hukum,
sedangkan pada abad 20, mengalami perubahan dalam cara
mempelajari hukum yang lebih banyak menyangkut metodenya.
Bidang kajian sosiologi hukum termasuk bidang kajian yang usianya
relatif masih muda. Dengan demikian maka apa yang telah dicapai
oleh sosiologi hukum sejauh ini pada umumnya masih merupakan
pencerminan dari apa yang sudah dicapai oleh ahli-ahli yang
memusatkan perhatiannya pada sosiologi hukum.
Sosiologi hukum merupakan suatu cabang dari sosiologi umum
sebagaimana halnya dengan sosiologi keluarga, sosiologi industri,
sosiologi politik, ataupun sosiologi ekonomi. Sosiologi hukum
merupakan suatu disiplin ilmu yang sangat muda dan merupakan
cabang sosiologi yang terpenting, sampai sekarang masih dicari
perumusannya. Sosiologi hukum masih belum mempunyai batas-batas
yang jelas, para ahli sosiologi hukum juga masih belum mempunyai
kesepakatan mengenai pokok persoalan tentang apa itu sosiologi
hukum. Alvin S. Johnson mengemukakan bahwa sosiologi hukum
adalah bagian dari sosiologi jiwa manusia, yang menelaah sepenuhnya
atas realitas sosial hukum, dimulai dari hal-hal nyata, seperti observasi
perwujudan lahiriah dalam kebiasaan-kebiasaan kolektif yang efektif
dan juga dalam materi dasarnya (struktur ruang dan kepadatan
lembaga-lembaga hukumnya secara demografis).
Sosiologi hukum memulai dari pola-pola perlambangan hukum,
mengorganisasi prosedur-prosedur hukum dan sanksinya sampai pada
simbol-simbol hukum yang sesuai, misalnya kefleksibelan peraturan-
peraturan dan kespontanan hukum. Satjipto Rahardjo mengatakan
bahwa obyek yang menjadi sasaran studi sosiologi hukum adalah
mengkaji pengorganisasian sosial hukum. Obyek sasarannya adalah
badan-badan yang terlibat dalam penyelenggaraan hukum, yaitu
pembuat undang-undang, polisi, jaksa, notaris, advokat dan
pengadilan.
Pemikiran sosiologi hukum juga lebih berfokus pada keberlakuan
empiris atau faktual dari hukum. Hal ini memperlihatkan bahwa
sosiologi hukum tidak secara langsung diarahkan pada hukum sebagai
sistem konseptual, melainkan pada kenyataan sistem kemasyarakatan
yang di dalamnya terdapat hukum yang hadir sebagai hal yang
diutamakan. Obyek utama sosiologi hukum adalah masyarakat, setelah
itu barulah norma-norma hukum. Sosiologi hukum memandang hukum
dari luar hukum. Dalam hal ini sosiologi hukum mencoba untuk
memperlakukan sistem hukum dari sudut pandang ilmu sosial. Lalu,
ada beberapa masalah-masalah yang banyak disoroti ketika sedang
membahas objek kajian dari sosiologi hukum itu sendiri. Masalah-
masalah tersebut yakni :
● Hukum dan sistem sosial
Suatu sistem hukum merupakan pencerminan dari suatu sistem sosial
di mana sistem hukum tadi merupakan bagiannya. Dengan demikian
maka dalam hal ini perlu dikaji mengenai masalah dalam keadaan-
keadaan apa dan dengan cara-cara yang bagaimana sistem sosial
mempengaruhi suatu sistem hukum sebagai subsistemnya, dan sampai
sejauh mana proses pengaruh mempengaruhi tersebut bersifat timbal
balik, Misalnya sistem perkawinan (kawin siri, kawin kontrak, kawin
secara agama, dan lain-lain) yang dianut oleh sebagian anggota
masyarakat apakah akan mempengaruhi hukum perkawinan yang
berlaku di masyarakat tersebut? Dan apakah hukum perkawinan yang
diterapkan dalam masyarakat akan mendorong hilangnya salah satu
sistem perkawinan yang ada di masyarakat tersebut? Apakah dengan
diperkenalkannya suatu sistem perkawinan yang baru maka sistem
perkawinan yang lama akan hilang? Itulah sejumlah permasalahan
yang bisa disoroti oleh sosiologi hukum.
● Persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang terdapat pada
berbagai sistem hukum.
Penelitian pada aspek ini merupakan penelitian yang sifatnya itu
membandingkan. Di samping itu, penelitian tentang aspek ini penting
untuk mengetahui apakah ada konsep-konsep hukum yang sifatnya
universal, sementara apabila ada perbedaan-perbedaan apakah hal itu
berarti penyimpangan dari konsep-konsep yang universal tersebut.
● Hukum dan kekuasaan
Hukum adalah sarana yang digunakan oleh masyarakat untuk
memegang dan mempertahankan kekuasaannya. Sehubungan dengan
hal ini maka masalah yang perlu disoroti adalah sejauh mana terdapat
penyesuaian persepsi antara yang berkuasa dengan yang dikuasai
tentang keadilan, kepastian hukum, kesadaran hukum, dan lain-lain.
Dalam hal ini maka penelitian yang dapat dilakukan adalah penelitian
tentang pelanggaran HAM di Nanggro Aceh Darussalam, perlindungan
hak dari para TKW dan TKI, dan lain-lain.
- Hukum dan nilai-nilai sosial budaya
Hukum merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat. Sebagai contoh adalah hukum waris pada masyarakat
Tapanuli di mana seorang istri tidak berhak memperoleh warisan dari
suaminya karena istri dianggap sebagai orang luar. Istri ini akan
mendapat warisan dari kerabatnya sendiri. Hukum ini merupakan
cerminan dari garis patrilineal yang dianut masyarakat Tapanuli
tersebut.
● Sistem hukum yang dualistis
Hukum mempunyai sisi yang sifatnya dualistik, yaitu di satu sisi
berfungsi untuk menjamin hak, tetapi di sisi lainnya juga bisa
berfungsi untuk melaksanakan pemerintahan yang tirani. Contohnya
adalah aturan sertifikat hak milik yang bisa berfungsi untuk
melindungi hak seseorang atas kepemilikan tanah tetapi di sisi lain bisa
berfungsi sebagai legitimasi pemerintah daerah dalam mengambil alih
kepemilikan beberapa tanah adat yang secara turun-temurun dikelola
oleh suatu kelompok masyarakat dan kemudian dipindahkan
kepemilikannya sebagai sewa kepada pemilik modal dengan alasan
tanah adat tersebut adalah milik negara.
- Sosiologi Pendidikan
Sosiologi muncul akibat para sosiolog yang ingin menyumbangkan
pemikirannya bagi pemecahan masalah pendidikan. Masalah
pendidikan berakar dari cepatnya perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat yang menyebabkan terjadinya disintegrasi di segala aspek
kehidupan, termasuk keluarga dan sekolah. Sehubungan dengan hal
ini, institusi pendidikan ternyata tidak mampu mengejar perubahan
sosial yang cepat tersebut. Pemikiran-pemikiran dari para sosiolog
tersebut diharapkan akan dapat menyumbangkan bagi pemecahan
masalah pendidikan akibat dari cepatnya arus perubahan sosial. Selama
40 tahun, perkembangan sosiologi pendidikan memang berjalan
lamban. Perkembangan nyata dari sosiologi pendidikan ditandai
dengan diangkatnya Sir Fred Clarke sebagai Direktur Pendidikan
Tinggi Kependidikan di London pada tahun 1937. Di belakang Clarke
terdapat tokoh sosiologi yang bernama Karl Mannheim. Bagi
Mannheim pendidikan merupakan satu elemen dinamis dalam
sosiologi, di mana pendidikan dapat digunakan sebagai teknik sosial
dan alat pengendalian sosial.
Dalam pemilihan istilah-istilah pun menuai perdebatan yang sangat
tajam. Istilah-istilah yang akan digunakan antara lain adalah
Sociologycal Approach to Education, Educational Sociology,
Sociology of Educational, atau The Foundation of Education. Pada
akhirnya, dipilihlah istilah Sociology of Education dengan pengertian
analisis terhadap proses-proses sosiologis yang berlangsung dalam
lembaga pendidikan dengan penekanan pada lembaga pendidikan. Jadi
perhatian utama sosiologi pendidikan adalah pada upaya untuk
menemukan aspek-aspek sosiologis dari fenomena pendidikan.
4. Pandangan Psikologi
Pandangan ini melihat penyimpangan sebagai ketidaknormalan
dari struktur psikologi individu. Pandangan ini memadukan antara
pokok pikiran bahwa penyimpangan adalah warisan genetika
dengan pengaruh lingkungan. Menurut pandangan ini, seseorang
bisa menyimpang dikarenakan bawaan pribadinya dan juga
didukung oleh lingkungannya. Contohnya seseorang yang lahir
dengan kondisi ekonomi dibawah rata-rata kemudian dilahirkan
sebagai jahat akan menimbulkan yang namanya sifat menyimpang,
pada akhirnya individu tersebut akan menjadi pelaku
penyimpangan.
● Teori Kontrol
Teori kontrol juga mendasarkan diri pada pokok pikiran
disorganisasi sosial. Teori kontrol berpendapat bahwa
penyimpangan terjadi karena hilangnya kontrol sosial. Contohnya,
melemahnya kontrol sosial terhadap pelaksanaan norma-norma
tradisional, akhirnya memunculkan perilaku homoseksual,
pemakaian obat-obat terlarang, dan lain-lain.
● Teori Sosialisasi
Teori sosialisasi berasumsi bahwa penyimpangan adalah sesuatu
yang dipelajari. Jadi seseorang menjadi pencuri (dan dianggap
menyimpang) karena orang itu belajar untuk menjadi pencuri.
● Teori Labeling
Teori ini berpendapat bahwa orang atau perilaku dianggap
menyimpang atau tidak menyimpang adalah hasil dari pemberian
label oleh sekelompok orang.
● Teori Konflik
Teori ini bersandarkan pada pokok pikiran Marx yang berpendapat
bahwa perbedaan distribusi kekuasaan yang ada pada masyarakat
merupakan pangkal dari munculnya penyimpangan. Artinya
kelompok masyarakat yang memegang kekuasaan akan
mendefinisikan perilaku apa saja yang dianggap menyimpang dan
apa saja yang tidak dianggap menyimpang.
9. Hubungan Sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya
Sosiologi biasanya bekerja sama dengan ilmu-ilmu lainnya yang
masuk dalam rumpun ilmu-ilmu sosial, yaitu ilmu yang mengkaji
kehidupan sosial manusia. Termasuk dalam ilmu-ilmu sosial ini adalah
sosiologi, antropologi, komunikasi, ekonomi, psikologi sosial, geografi
kependudukan, politik, dan sejarah. Berikut ini beberapa yang kami
uraikan mengenai hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu lainnya :