PENETAPAN DISPENSASI NIKAH AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH DI
PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015 (ANALISIS HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA) A. Pendahuluan Dalam mengadili permohonan dispensasi nikah harus sesuai dengan hukum acara yang berlaku dan berdasarkan alat bukti serta pertimbangan hukum yang kuat untuk merumuskan penetapan dispensasi nikah tersebut. Namun, di dalam jurnal ini terdapat beberapa pengkajian ulang mengenai putusan hakim Pengadilan Agama Yogyakarta dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 terkait dengan dispensasi nikah yang diberikan akibat hamil di luar nikah. Karena dirasa apakah putusan hakim dalam mempertimbangkan permohonan dispensasi nikah tersebut sudah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Peradilan Agama dengan baik dan benar atau belum. Tentu pengkajian ulang tersebut memerlukan data dan fakta yang betul-betul konkrit hingga dapat diterima kebenarannya secara ilmiah dan tidak terkesan hanya bersifat asumsi belaka.1 B. Pembahasan Dispensasi adalah suatu pengecualian terhadap ketentuan-ketentuan peraturan- peraturan hukum ataupun undang-undang yang seharusnya berlaku secara formil.2 Jadi, Disepensasi nikah adalah pengecualian terhadap ketentuan Pasal 7 ayat 1 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang batasan usia minimal menikah bagi calon mempelai laki-laki dan perempuan yang belum mencapai usia minmal menikah tersebut karena adanya beberapa hal atau dalam keadaan tertentu, maka Pengadilan Agama dapat memberikan dispensasi kepada calon mempelai tersebut untuk segera melangsungkan pernikahan. Namun dalam memberikan dispensasi tersebut hakim tidak serta merta langsung memberikan dispensasi kepada siapapun yang mengajukan permohonan, melainkan harus melalui proses peradilan terlebih dahulu, dan pastinya harus melewati beberpa proses pembuktian. Membuktikan secara yuridis berarti memberikan dasar-dasar yang cukup bagi hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan untuk memberikan kepastian tentang kebenaran peristiwa yang diajukan dengan menggunkan alat bukti yang sudah ditentukan dalam hukum pembuktian. Tujuan pembuktian adalah agar 1 Jujun S. Suriasumatri, Filsafat Ilmu Sebuah Penganta Populer, (Jakarta : Sinar Harapan Anggota IKAPI, 1984), hlm. 72. 2 Zulkifli & Jimmy P., Kamus Hukum. hlm. 143 putusan yang diambil oleh hakim bersifat definitif, pasti dan tidak meragukan yang mempunyai akibat hukum.3 Sementara dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (KUHPer) Menyatakan bahwa macam-macam alat pembuktian itu meliputi: (1)Bukti tertulis, (2)Bukti Saksi, (3)Persangkaan, (4)Pengakuan, dan (5)Sumpah. Dalam merumuskan penetapan mengabulkan atau menolak perkara tentunya hakim harus mendasarkan kepada alat bukti serta pertimbangan hukum yang kuat sehingga penetapan yang ditetapkan oleh hakim mencapai cita dari suatu hukum yaitu memberikan kepastian hukum, keadilan hukum serta kemanfaatan hukum kepada para pencari keadilan. Tetapi yang ditemukan pada pengkajian ulang yang tertera dalam jurnal yang dibahas, ternyata Hakim Pengadilan Agama Yogyakarta dalam pemeriksaan perkara permohonan dispensasi nikah akibat hamil diluar nikah masih kurang dari kata cukup dan belum memenuhi jumlah minimum alat bukti menurut hukum pembuktian dalam hukum acara Peradilan Agama. Pasalnya pembuktian yang dilakukan oleh hakim kurang memperhatikan berbagai aspek. Contohnya saja dalam aspek pembuktian dari alat bukti surat masih sangat lemah dan kurang menggali lebih dalam mengenai alat bukti surat yang bersifat lebih substantif. Belum lagi jika dikaji dari aspek sosial, moral, ekonomi, dan psikologi. Karena aspek-aspek tersebut akan sangat berpengaruh terhadap masa depan hubungan perkawinan yang akan dibangun oleh pasangan suami istri. Apabila aspek diatas tidak dipertimbangkan, maka akan dapat memicu terjadinya perceraian di kemudian hari. C. Penutup Bukan hanya ilmu pengetahuan saja yang perlu dibuktikan secara konkrit kebenarannya, akan tetapi dalam pembuktian segala hal perlu dikaji secara mendalam dari berbagai aspek dan data yang mendukung. D. Refrensi Suriasumatri, Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Penganta Populer, Jakarta : Sinar Harapan Anggota IKAPI, 1984. Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Ed. Revisi, Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2013. Zulkifli & Jimmy P., Kamus Hukum.
3 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Ed. Revisi, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2013), hlm. 144.