Anda di halaman 1dari 2

Nama : Mohamad Yusron Mustofa

NIM/Kelas : 18103040026/Ilmu Hukum B


Tugas : Review Jurnal Al Ahwal (Filsafat Ilmu)

PENETAPAN DISPENSASI NIKAH AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH DI


PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015 (ANALISIS HUKUM ACARA
PERADILAN AGAMA)
A. Pendahuluan
Dalam mengadili permohonan dispensasi nikah harus sesuai dengan hukum acara
yang berlaku dan berdasarkan alat bukti serta pertimbangan hukum yang kuat untuk
merumuskan penetapan dispensasi nikah tersebut. Namun, di dalam jurnal ini terdapat
beberapa pengkajian ulang mengenai putusan hakim Pengadilan Agama Yogyakarta dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 terkait dengan dispensasi nikah yang diberikan
akibat hamil di luar nikah. Karena dirasa apakah putusan hakim dalam
mempertimbangkan permohonan dispensasi nikah tersebut sudah sesuai dengan hukum
acara yang berlaku di Peradilan Agama dengan baik dan benar atau belum. Tentu
pengkajian ulang tersebut memerlukan data dan fakta yang betul-betul konkrit hingga
dapat diterima kebenarannya secara ilmiah dan tidak terkesan hanya bersifat asumsi
belaka.1
B. Pembahasan
Dispensasi adalah suatu pengecualian terhadap ketentuan-ketentuan peraturan-
peraturan hukum ataupun undang-undang yang seharusnya berlaku secara formil.2 Jadi,
Disepensasi nikah adalah pengecualian terhadap ketentuan Pasal 7 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang batasan usia minimal menikah bagi calon
mempelai laki-laki dan perempuan yang belum mencapai usia minmal menikah tersebut
karena adanya beberapa hal atau dalam keadaan tertentu, maka Pengadilan Agama dapat
memberikan dispensasi kepada calon mempelai tersebut untuk segera melangsungkan
pernikahan. Namun dalam memberikan dispensasi tersebut hakim tidak serta merta
langsung memberikan dispensasi kepada siapapun yang mengajukan permohonan,
melainkan harus melalui proses peradilan terlebih dahulu, dan pastinya harus melewati
beberpa proses pembuktian. Membuktikan secara yuridis berarti memberikan dasar-dasar
yang cukup bagi hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan untuk memberikan
kepastian tentang kebenaran peristiwa yang diajukan dengan menggunkan alat bukti
yang sudah ditentukan dalam hukum pembuktian. Tujuan pembuktian adalah agar
1
Jujun S. Suriasumatri, Filsafat Ilmu Sebuah Penganta Populer, (Jakarta : Sinar Harapan Anggota
IKAPI, 1984), hlm. 72.
2
Zulkifli & Jimmy P., Kamus Hukum. hlm. 143
putusan yang diambil oleh hakim bersifat definitif, pasti dan tidak meragukan yang
mempunyai akibat hukum.3 Sementara dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Perdata (KUHPer) Menyatakan bahwa macam-macam alat pembuktian itu meliputi:
(1)Bukti tertulis, (2)Bukti Saksi, (3)Persangkaan, (4)Pengakuan, dan (5)Sumpah.
Dalam merumuskan penetapan mengabulkan atau menolak perkara tentunya hakim
harus mendasarkan kepada alat bukti serta pertimbangan hukum yang kuat sehingga
penetapan yang ditetapkan oleh hakim mencapai cita dari suatu hukum yaitu
memberikan kepastian hukum, keadilan hukum serta kemanfaatan hukum kepada para
pencari keadilan. Tetapi yang ditemukan pada pengkajian ulang yang tertera dalam jurnal
yang dibahas, ternyata Hakim Pengadilan Agama Yogyakarta dalam pemeriksaan
perkara permohonan dispensasi nikah akibat hamil diluar nikah masih kurang dari kata
cukup dan belum memenuhi jumlah minimum alat bukti menurut hukum pembuktian
dalam hukum acara Peradilan Agama. Pasalnya pembuktian yang dilakukan oleh hakim
kurang memperhatikan berbagai aspek. Contohnya saja dalam aspek pembuktian dari
alat bukti surat masih sangat lemah dan kurang menggali lebih dalam mengenai alat
bukti surat yang bersifat lebih substantif. Belum lagi jika dikaji dari aspek sosial, moral,
ekonomi, dan psikologi. Karena aspek-aspek tersebut akan sangat berpengaruh terhadap
masa depan hubungan perkawinan yang akan dibangun oleh pasangan suami istri.
Apabila aspek diatas tidak dipertimbangkan, maka akan dapat memicu terjadinya
perceraian di kemudian hari.
C. Penutup
Bukan hanya ilmu pengetahuan saja yang perlu dibuktikan secara konkrit
kebenarannya, akan tetapi dalam pembuktian segala hal perlu dikaji secara mendalam
dari berbagai aspek dan data yang mendukung.
D. Refrensi
Suriasumatri, Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Penganta Populer, Jakarta : Sinar Harapan Anggota
IKAPI, 1984.
Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Ed. Revisi, Yogyakarta: Cahaya Atma
Pustaka, 2013.
Zulkifli & Jimmy P., Kamus Hukum.

3
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Ed. Revisi, (Yogyakarta: Cahaya Atma
Pustaka, 2013), hlm. 144.

Anda mungkin juga menyukai