1 Daya Saing
Daya saing merupakan salah satu kriteria untuk menentukan keberhasilan dan
pencapaian sebuah tujuan yang lebih baik oleh suatu negara dalam peningkatan
pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Daya saing didentifikasikan dengan masalah
produktifitas, yakni dengan melihat tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang
digunakan. Meningkatnya produktifitas ini disebabkan oleh peningkatan jumlah input fisik
modal dan tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan
teknologi (Abdullah, 2002). Menurut Frinces (2011), daya saing adalah hasil dari
keunggulan-keunggulan yang dimiliki dan nilai lebih oleh sebuah perusahaan untuk
menghasilkan sesuatu, baik berupa jasa atau barang. Kenggulan berasal dari proses kerja
yang dilakukan dengan kualitas yang baik dan konsep manajemen profesional diiringi
dengan kontribusi sumber daya terbaik seperti bahan baku, kepemimpinan, keuangan yang
cukup, SDM dan dukungan dari teknologi yang canggih.
Sumber: Stimson, R., Stough, R., Roberts, B. (2006) Regional Economic Development:
Analysis and Planning Strategy
Pada contoh tabel diatas maka dapat dilihat bahwa pada tabel matriks, indikator
pada kolom berupa kriteria evaluasi, sementara indikator pada baris berupa sektor-
sektor industri. Indeks industri didapatkan dengan mencari rata-rata data pada kolom
yang sama. Indeks kriteria prioritas didapatkan dengan mencari rata-rata data pada
baris yang sama.
C. Structural Analysis
Menurut Godet (1991), analisis struktural digunakan untuk mengatasi permasalahan
dari analisis SWOT pada MSA. Analisis struktural menjelaskan suatu sistem
menggunakan matriks yang menghubungkan seluruh komponen pada sistem tersebut
dengan pembobotan. Manfaat dari penggunaan analisis strukural pada MSA adalah
untuk menstimulasi pemikiran mengenai bagaimana suatu sistem ekonomi wilayah
beroperasi. Disamping itu, analisis ini dapat digunakan untuk mengevaluasi pilihan
strategis dan skenario perencanaan, dan membantu dalam komunikasi dan diskusi untuk
menentukan opsi pengembangan ekonomi yang spesifik.
Gambar 2. 2 Contoh Matriks Stuctural Analysis untuk Mengevaluasi
Interrelationship antara Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Perancis
Sumber: Stimson, R., Stough, R., Roberts, B. (2006) Regional Economic Development:
Analysis and Planning Strategy
Pada contoh tabel diatas, terdapat 41 (empat puluh satu) kategori exogenous dan
endogenous yang berpengaruh terhadap ketenagakerjaan menggunakan qualitative
assessment. Kategori exogenous merupakan variabel yang berasal dari eksternal, sementara
kategori endogenous merupakan variabel yang berasal dari internal kasus tersebut. Pada
contoh matriks diatas, terdapat 5 (lima) indikator pembobotan, yaitu Very Strong (VS),
Strong (S), Average (A), Weak (W), dan Very Weak (VW). Kategori pada matriks tersebut
didapatkan dengan menggunakan Delphi atau teknik FGD (Forum Group Discussion), dan
diperbaiki berulang kali hingga mencapai konsensus. Hasil dari penggunaan analisis
struktural diatas adalah variabel yang paling determinan jika dibandingkan dengan variabel
lainnya.