Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DAYA SAING EKONOMI DAERAH: MULTI-SECTOR

ANALYSIS

Mata Kuliah : Ekonomi Wilayah


Dosen Pengampu : Ajeng Nugrahaning Dewanti, S.T., M.T., M.Sc.
Anggit Suko Rahajeng, S.T., M.T.

Disusun Oleh:
Affanda Giyan Pratama 08161003
Muhammad Hafiz Anshari 08161049
Novi Anugraheni 08161055
Vitanola Delisia Rizkitiarsie 08161087

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
BALIKPAPAN
2019

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 1


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya dalam usaha penyelesaian Tugas II mata kuliah Ekonomi Wilayah mengenai
Diskusi Pembahasan Materi Kuliah yang berjudul “Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah:
Konsep Multi-Sector Analysis”. Selama penyusunan makalah ini, penulis mengalami
beberapa hambatan dan kesulitan. Namun berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai
pihak, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penulis juga
berterimakasih kepada Ibu Ajeng Nugrahaning Dewanti, S.T., M.T., M.Sc. dan Ibu Anggit
Suko Rahajeng, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi Wilayah.
Penulis menyadari, baik isi maupun teknik penyajian tulisan masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif
dari semua pihak untuk meningkatkan mutu penulisan selanjutnya. Semoga isi didalamnya
bermanfaat dan segala usaha kita mendapat ridho dari-Nya.

Balikpapan, 25 April 2019

Vitanola Delisia Rizkitiarsie

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 5
1.4 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN DAN STUDI KASUS ........................................................................ 6
2.1 Daya Saing ...................................................................................................... 6
2.1.1 Elemen Daya Saing.................................................................................... 6
2.1.2 Konsep Daya Saing .................................................................................... 8
2.2 Multi-Sector Analysis (MSA) .............................................................................. 9
2.2.1 Metode Multi-Sector Analysis (MSA) ............................................................ 9
2.2.2 Manfaat Multi-Sector Analysis (MSA) ..........................................................11
2.3 MSA Dalam Ekonomi Wilayah ...........................................................................12
2.3.1 Kemampuan Inti (Core Competencies) .......................................................12
2.3.2 Infrastruktur Strategis (Strategic Infrastructure) .........................................12
2.3.3 Manajemen Resiko (Risk Management) ......................................................13
2.4 Studi Kasus ....................................................................................................14
BAB III PENUTUP .........................................................................................................17
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................17
3.2 Lesson Learned ..............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................19

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memenuhi
kebutuhan hidupnya yang ketersediaannya atau kemampuan orang mendapatkannya
terbatas. Ilmu ekonomi regional atau ilmu ekonomi wilayah adalah suatu cabang dari ilmu
ekonomi yang dalam pembahasannya memasukkan unsur perbedaan potensi satu wilayah
dengan wilayah lain (DS. Prisyarsono, Ph.D. dan Sahara, S.P., M.Si). Ilmu ekonomi wilayah
merupakan cabang ilmu ekonomi yang analisisnya menekankan aspek ruang ke dalam
analisis ekonomi. Ilmu ekonomi wilayah merupakan gabungan antara ilmu ekonomi
tradisional dengan teori lokasi (Dr. Ir. Sugeng Budiharsono).
Daya saing daerah merupakan kemampuan suatu daerah dibanding daerah lain
dalam menetapkan strategi yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan kata lain, daya saing daerah adalah interaksi yang kompleks antara faktor input
(sebagai faktor utama pembentuk daya saing) dan output (inti dari kinerja perekonomian,
yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat) yang ada di daerah masing-masing. Daya
saing ekonomi daerah bertujuan untuk memberikan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan, yaitu mengembangkan sektor unggulan sesuai dengan potensi dan
kebutuhan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Adapun dalam meningkatkan daya saing suatu wilayah terdapat berbagai faktor yang
perlu dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut contohnya kompetensi inti, infrastruktur
strategis, maupun manajemen resiko. Namun pada kenyataannya masih terdapat
permasalahan yang muncul pada faktor tersebut. Selain itu perlu adanya pemahaman yang
jelas terkait prioritas yang strategis untuk meningkatkan daya saing suatu wilayah pada
faktor terkait. Oleh karena itu, pada penyusunan laporan ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai usaha-usaha pengembangan daya saing suatu wilayah beserta faktor-faktor
pendukungnya melalui Multi-Sector Analysis.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penyusunan laporan “Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah:
Multi-Sector Analysis” antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana teori dan konsep terkait daya saing ekonomi daerah: Multi-Sector
Analysis?
2. Bagaimana identifikasi dan analisa persoalan suatu ekonomi wilayah terkait daya
saing ekonomi daerah: Multi-Sector Analysis?

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 4


3. Bagaimana strategi pengembangan ekonomi wilayah dengan konsep daya saing
ekonomi daerah: Multi-Sector Analysis?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam penyusunan laporan “Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-
Sector Analysis” antara lain sebagai berikut:
1. Memahami teori dan konsep terkait daya saing ekonomi daerah: Multi-Sector
Analysis.
2. Mengidentifikasi dan Menganalisa persoalan suatu ekonomi wilayah terkait daya
saing ekonomi daerah: Multi-Sector Analysis.
3. Manganalisis strategi pengembangan ekonomi wilayah dengan konsep daya saing
ekonomi daerah: Multi-Sector Analysis.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam laporan “Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-
Sector Analysis” adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab 1 pendahuluan berisi tentang latar belakang pembuatan laporan yang
diawali dengan penjelasan umum terkait ilmu ekonomi wilayah kemudian penjelasan yang
lebih khusus atau spesifik terkait konsep daya saing ekonomi daerah, selanjutnya dijelaskan
pula tujuan atau maksud dari disusunnya laporan ini.
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab 2 berisi tentang pembahasan yang menjelaskan tentang konsep daya saing
ekonomi daerah yang berupa Multi-Sector Analysis (MSA) beserta studi kasus terkait.
BAB III PENUTUP
Bab 3 penutup merupakan bab yang berisikan kesimpulan dari setiap subbab yang
telah dijelaskan sebelumnya. Kesimpulan tersebut haruslah menjawab dari tujuan
dibentuknya laporan ini. Adapun pada bab ini terdapat juga lesson learned.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisikan sumber dari setiap data maupun teori yang telah diperoleh
untuk penyusunan laporan ini. Sumber didapatkan dari hasil kajian beberapa pustaka.

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 5


BAB II
PEMBAHASAN DAN STUDI KASUS

2.1 Daya Saing


Daya saing merupakan salah satu kriteria untuk menentukan keberhasilan dan
pencapaian sebuah tujuan yang lebih baik oleh suatu negara dalam peningkatan
pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Daya saing didentifikasikan dengan masalah
produktifitas, yakni dengan melihat tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang
digunakan. Meningkatnya produktifitas ini disebabkan oleh peningkatan jumlah input fisik
modal dan tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan
teknologi (Abdullah, 2002). Menurut Frinces (2011), daya saing adalah hasil dari
keunggulan-keunggulan yang dimiliki dan nilai lebih oleh sebuah perusahaan untuk
menghasilkan sesuatu, baik berupa jasa atau barang. Kenggulan berasal dari proses kerja
yang dilakukan dengan kualitas yang baik dan konsep manajemen profesional diiringi
dengan kontribusi sumber daya terbaik seperti bahan baku, kepemimpinan, keuangan yang
cukup, SDM dan dukungan dari teknologi yang canggih.
2.1.1 Elemen Daya Saing
Menurut Porter (1995), hal yang paling penting dalam pengukuran daya saing adalah
produktivitas suatu industri baik dalam memproduksi barang maupun jasa. Menurutnya
dengan produktivitas dapat meningkatkan pendapatan perkapita disusul dengan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Porter mengemukakan pentingnya daya saing bagi
sebuah industri karena dapat meningkatkan kapasitas ekonomi yang mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, menjadi stimulator peningkatan produktivitas
dan kemampuan usaha mandiri, dan adanya kepercayaan bahwa mekanisme pasar dapat
menimbulkan efisiensi. Dalam model Porter’s diamond, terdapat empat elemen penting
terkait daya saing. Adapun elemen-elemen tersebut adalah kondisi faktor, kondisi
permintaan, industri pendukung terkait, strategi, struktur, dan pesaing. Secara tidak
langsung daya saing perusahaan juga dipengaruhi oleh peran pemerintah dan adanya
peluang-peluang. Berikut adalah bagan dan penjelesan dari masing-masing elemen:

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 6


Gambar 2.1 Model Porter’s Diamond
Sumber: Porter, 1990

a) Kondisi Faktor
Kondisi faktor merupakan faktor-faktor produksi yang sudah dimiliki perusahaan
seperti tenaga kerja (labour), infrastruktur, modal (capital), dan sumber daya alam
(natural resources). Kondisi faktor merupakan input penting dalam sebuah industri untuk
menjalankan usahanya agar tetap memiliki daya saing dengan perusahan-perusahaan
lainnya.
b) Kondisi Permintaan
Kondisi permintaan merupakan bentuk dari kondisi dan sifat asal untuk barang dan
jasa yang berperan penting untuk keunggulan kompetitif. Kondisi ini dapat mendorong
perusahaan untuk terus berinovasi dalam peningkatan kualitas produk yang mereka
tawarkan dalam rangka meningkatkan daya saingnya mereka.
c) Industri Pendukung
Terkait Dengan adanya industri pendukung terkait maka akan terjalin sebuah
hubungan yang baik, cepat, dan aliran informasi yang akurat antara produsen dengan
pengguna terakhir. Hal ini juga mendorong pertukaran ide dan inovasi guna terciptanya
daya saing yang kuat. Selain itu dengan hadirnya industri pendukung terkait akan
menciptakan sinergitas dan efeisiensi bagi industri terkait.
d) Strategi, Struktur dan Pesaing
Daya saing dalam industri yang spesifik merupakan hasil dari konvergensi praktek
manajemen dan model organisasi mayoritas digunakan di suatu negara dan sumber-
sumber keunggulan kompetitif dalam industri itu sendiri.
e) Peran Pemerintah
Secara tidak langsung pemerintah memiliki pengaruh terhadap tingkat daya saing
sebuah perusahaan. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan mempengaruhi tingkah

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 7


laku perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi dan pemasaran. Faktor produksi
perusahaan dipengaruhi oleh regulasi yang dikeluarkan pemerintah, kemudaan akses
suatu faktor produksi dan juga peningkatan infrastruktur. Adanya penentuan standar
produk lokal oleh pemerintah juga strategi akan melihat birokrasi pemerintah setempat
agar strategi yang dikeluarkan tepat dan efektif, seperti kebiakan pajak dan antitrust.
f) Peran Peluang
Peran peluang dalam mempengaruhi daya saing terlepas dari pemerintah dan
kendali perusahaan itu sendiri. Peran peluang dapat menciptakan lingkungan daya saing
baru dan selanjutnya akan meningkatkan daya saing, seperti terobosan teknologi
mutakhir, perkembangan iklim politik, dan adanya perubahan dalam permintaan pasar
asing.
2.1.2 Konsep Daya Saing
Menurut Cho (2003), definisi daya saing yang paling populer pada tingkat nasional
juga dapat ditemukan dalam Laporan Komisi Kemampuan Bersaing Presiden yang ditulis
untuk pemerintahan Reagan pada tahun 1984 yaitu sebagai berikut : “Kemampuan bersaing
sebuah negara adalah derajat di mana negara itu dapat, di bawah keadaan pasar yang
bebas dan adil, menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi uji pasar internasional
sementara secara simultan melakukan perluasan pendapatan riel dari para warga
negaranya. Kemampuan bersaing pada tingkat nasional didasarkan pada kinerja
produktifitas superior” (Millah, 2013). Daya saing mencakup aspek yang lebih luas, tidak
berkutat hanya pada level mikro perusahaan, tetapi juga mencakup aspek diluar perusahaan
seperti iklim berusaha yang jelas diluar kendali perusahaan (Abdullah, dkk, 2002). Secara
lebih rinci, Michael Porter (1990) mendefinisikan daya saing nasional sebagai : “luaran dari
kemampuan suatu negara untuk berinovasi dalam rangka mencapai, atau mempertahankan
posisi yang menguntungkan dibandingkan dengan negara lain dalam sejumlah sektor-sektor
kuncinya”. Martin (2003) menyatakan konsep dan definisi daya saing suatu negara atau
daerah mencakup beberapa elemen utama sebagai berikut :
1) Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
2) Mampu berkompetisi dengan daerah maupun negara lain.
3) Mampu memenuhi kewajibannya baik domestik maupun internasional.
4) Dapat menyediakan lapangan kerja.
5) Pembangunan yang berkesinambungan dan tidak membebani generasi yang akan
dating.

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 8


2.2 Multi-Sector Analysis (MSA)
Multi Sector Analysis (MSA) adalah adalah teknik analisa kualitatif yang menilai
faktor-faktor pada daya saing yang berkontribusi pada pengembangan wilayah (Roberts and
Stimson, 1998). Menurut Stimson, Stough, and Roberts (2005) Multi Sector Analysis (MSA)
adalah metode analisis untuk menilai daya saing dan risiko pada suatu industri atau wilayah
di masa mendatang. MSA digunakan untuk mengetahui faktor dan industri apa saja yang
berkontribusi untuk keunggulan kompetitif, mengetahui kekuatan dan kelemahan dari
sektor, untuk mengidentifikasi hubungan dan interdependensi dari faktor-faktor yang
mendukung. Selain itu, MSA juga digunakan sebagai alat analisis kualitatif dalam mengukur
tingkat kompetitif dari faktor-faktor terkait peranannya dalam perkembangan wilayah.
Analisis tersebut berfungsi untuk melengkapi bukti pendukung strategi pengembangan
perekonomian pada suatu daerah pada pertengahan tahun 90-an. Seiring
perkembangannya, Washington DC, AS, turut mengaplikasikan MSA guna menentukan dasar
dari perkembangan wilayah kedepannya serta strategi pengembangan perekonomiannya
(Stough, 2001 dalam Regional Economic Development Analysis and Planning Strategy).
Selain itu, MSA juga digunakan untuk menganalisis kebutuhan infrastruktur di Ho Chi Minh,
Vietnam (Roberts, 2006). Melaksanakan MSA ekonomi daerah membutuhkan waktu dan
sumber daya. Menurut Puspita (2017), MSA menjembatani metode analisis kuantitatif dan
kualitatif agar memberikan perspektif yang lebih baik dalam mengidentifikasi dan
mengevaluasi faktor-faktor yang menciptakan daya saing pada perekonomian suatu wilayah.
2.2.1 Metode Multi-Sector Analysis (MSA)
MSA (Multi Sector Analysis) digunakan untuk mengetahui faktor dan industri apa saja
yang berkontribusi untuk keunggulan kompetitif, mengetahui kekuatan dan kelemahan dari
sektor, untuk mengidentifikasi hubungan dan interdependensi dari faktor-faktor yang
mendukung. Menurut Stimson, R., Stough, R., Roberts, B. (2006), terdapat beberapa
metode yang digunakan dalam melakukan Multi-Sector Analysis (MSA) antara lain SWOT,
Matrix Theory dan Structural Analysis.
A. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats) pada MSA digunakan
untuk mengidentifikasi kesempatan atau kelebihan dari salah satu sektor industri yang
dapat berpengaruh terhadap industri lain untuk meningkatkan daya saing ekonomi.
Namun, analisis SWOT itu sendiri memiliki kelemahan, yaitu membutuhkan waktu yang
lama pada pengerjaannya dan jarang digunakan dalam analisis pengembangan wilayah
dan perencanaan ekonomi.
B. Matrix Theory

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 9


Matrix Theory dipelopori oleh Saint-Paul dan Teniere-Buchot pada tahun 1974. Matrix
theory digunakan untuk analisis kualitatif, dengan menggunakan data kualitatif dan
kuantitatif. Matrix theory digunakan untuk merepresentasikan serangkaian data yang
kompleks dan tidak jarang juga digunakan untuk menyederhanakan notasi saat
berhadapan dengan angka yang besar pada suatu persamaan. Pada MSA, Matrix Theory
digunakan untuk membandingkan sektor industri pada berbagai macam kriteria. Kriteria-
kriteria tersebut diperoleh dari penaksiran pelaksanaan sektor industri dibandingkan
dengan kriteria evaluasi atau kepentingan kriteria evaluasi untuk daya saing wilayah
pada sektor industri. Keuntungan dari penggunaan teori matriks ini adalah kita dapat
mengetahui faktor yang biasa dibandingkan pada sektor basis antar wilayah yang
berkontribusi dalam daya saing wilayah dan perkembangan ekonomi. Manfaat dari
penggunaan teori matriks pada MSA adalah untuk mengkompilasi serangkaian indikator
yang digunakan untuk mengevaluasi daya saing sektor industri suatu wilayah dan
menaksir faktor resiko apa yang mungkin muncul dari industri tersebut yang akan
berdampak pada wilayah.

Tabel 2.1 Contoh Tabel Matriks pada Multi-Sectoral Analysis

Sumber: Stimson, R., Stough, R., Roberts, B. (2006) Regional Economic Development: Analysis and
Planning Strategy

Pada contoh tabel diatas maka dapat dilihat bahwa pada tabel matriks, indikator
pada kolom berupa kriteria evaluasi, sementara indikator pada baris berupa sektor-
sektor industri. Indeks industri didapatkan dengan mencari rata-rata data pada kolom
yang sama. Indeks kriteria prioritas didapatkan dengan mencari rata-rata data pada
baris yang sama.
C. Structural Analysis
Menurut Godet (1991), analisis struktural digunakan untuk mengatasi permasalahan
dari analisis SWOT pada MSA. Analisis struktural menjelaskan suatu sistem
menggunakan matriks yang menghubungkan seluruh komponen pada sistem tersebut
dengan pembobotan. Manfaat dari penggunaan analisis strukural pada MSA adalah

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 10


untuk menstimulasi pemikiran mengenai bagaimana suatu sistem ekonomi wilayah
beroperasi. Disamping itu, analisis ini dapat digunakan untuk mengevaluasi pilihan
strategis dan skenario perencanaan, dan membantu dalam komunikasi dan diskusi untuk
menentukan opsi pengembangan ekonomi yang spesifik.

Gambar 2.2 Contoh Matriks Structural Analysis untuk Mengevaluasi


Interrelationship antara Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Perancis
Sumber: Stimson, R., Stough, R., Roberts, B. (2006) Regional Economic Development: Analysis and
Planning Strategy

Pada contoh tabel diatas, terdapat 41 (empat puluh satu) kategori exogenous dan
endogenous yang berpengaruh terhadap ketenagakerjaan menggunakan qualitative
assessment. Kategori exogenous merupakan variabel yang berasal dari eksternal,
sementara kategori endogenous merupakan variabel yang berasal dari internal kasus
tersebut. Pada contoh matriks diatas, terdapat 5 (lima) indikator pembobotan, yaitu Very
Strong (VS), Strong (S), Average (A), Weak (W), dan Very Weak (VW). Kategori pada
matriks tersebut didapatkan dengan menggunakan Delphi atau teknik FGD (Forum
Group Discussion), dan diperbaiki berulang kali hingga mencapai konsensus. Hasil dari
penggunaan analisis struktural diatas adalah variabel yang paling determinan jika
dibandingkan dengan variabel lainnya.
2.2.2 Manfaat Multi-Sector Analysis (MSA)
Terdapat beberapa manfaat dari penggunaan Multi-Sector Analysis, yaitu:
1) Untuk mengetahui faktor-faktor dalam industri yang berpengaruh terhadap
keunggulan kompetitif.

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 11


2) Untuk mengukur strength dan weakness dari suatu sektor industry.

3) Untuk mengidentifikasi hubungan dan interdependensi dari faktor-faktor yang


mendukung perkembangan industri.

4) Untuk mengidentifikasi kesempatan dan pasar baru untuk pengembangan ekonomi


wilayah.

2.3 MSA Dalam Ekonomi Wilayah


MSA merupakan teknik analisa untuk menilai faktor-faktor daya saing yang
berkontribusi pada pengembangan wilayah, dimana daya saing tersebut berperan dalam
penyusunan strategi pengembangan ekonomi wilayah dan sebagai penentu potensi
pengembangan wilayah. Selain itu hasil penilaian faktor pada MSA dapat digunakan untuk
mendorong suatu wilayah agar tidak hanya mengandalkan keunggulan komparatifnya saja
namun juga dapat bersaing dengan wilayah lain menggunakan keunggulan kompetitif.
Menurut Simarmata (2013), daya saing wilayah terdiri atas tiga elemen yaitu kemampuan
pusat (core competencies), infrastruktur strategis (strategic infrastructure, dan manajemen
resiko (risk management). Ketiga elemen tersebut menjadi pertimbangan dalam pengukuran
keunggulan kompetitif dalam MSA.
2.3.1 Kemampuan Inti (Core Competencies)
Menurut Hamel dan Prahalad (1994), core competencies yang dimaksud dalam daya
saing wilayah berupa sumber daya keunggulan wilayah, teknologi, kemampuan, dan
infrastruktur yang mendorong keunggulan kompetitif. Core competencies dapat digunakan
untuk mengukur daya saing sektor industri dan daya saing kemampuan pusat. Kompetensi
atau kemampuan inti adalah karakteristik unik dari suatu wilayah dalam menggunakan
sumber daya, teknologi, keterampilan (skill), infrastruktur, dll dengan tujuan untuk
mengembangkan keunggulan kompetitifnya. Untuk mengukur indeks kompetensi inti,
penelitian ini mengkalikan perspektif responden atas tingkat kekuatan (Strength/S) dan
tingkat kepentingan (Importance/I) faktor-faktor yang membentuk dan/atau faktor daya
tarik (attractiveness factors) kompetensi inti. Berikut merupakan rumus perhitungan yang
digunakan dalam menghitung Indeks Kompetensi Inti:

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑒𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐼𝑛𝑡𝑖= T𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑒𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎
J𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛
2.3.2 Infrastruktur Strategis (Strategic Infrastructure)
Infrastruktur strategis dalam penentuan daya saing wilayah adalah segala bentuk
infrastruktur yang mendukung penambahan nilai sebuah kegiatan. Tidak semua infrastruktur

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 12


dinyatakan strategis. Infrastruktur strategis dapat berupa sumber daya internal seperti alam,
fiskal, teknologi, dan sumber daya manusia yang mendukung wilayah untuk bersaing dalam
investasi, pengembangan, dan perdagangan. Adapun infrastruktur strategis dapat berupa
elemen fisik yang memfasilitasi usaha produksi, transportasi, dan perdagangan ekspor yang
menambahkan nilai sektor. Infrastruktur strategis diketahui berperan penting dalam
pengembangan ekonomi dan daya saing wilayah. Bahkan sebuah kesalahan kecil yang
terjadi dalam infrastruktur strategis berdampak sangat signifikan terhadap daya saing
industri, ekonomi, dan perdagangan. Infrastruktur stategis sangat berpengaruh dalam
penentuan daya saing suatu daerah karena daya saing suatu industri dan faktor-faktor
terkait daya saing sangat berkorelasi dengan dukungan infrastruktur yang baik. Infrastruktur
strategis dapat meningkatkan nilai tambah dari aktifitas ekonomi unggulan, memfasilitasi
produksi, transportasi, dan ekspor.
2.3.3 Manajemen Resiko (Risk Management)
Manajemen resiko yang dimaksud dalam daya saing wilayah adalah elemen-elemen
resiko, alam, manusia, pasar, dll yang berdampak terhadap kinerja ekonomi wilayah.
Manajemen resiko secara signifikan akan berpengaruh terhadap daya saing ekonomi wilayah
dan keunggulan kompetitif. Penilaian resiko wilayah adalah salah satu elemen penting dalam
MSA yang sangat krusial dalam perencanaan strategis, dan juga dalam manajemen wilayah
dan keputusan investasi (Mason and Harrison, 1995). Untuk mengembangkan strategi dalam
manajemen resiko regional, pengkategorian resiko sangat berguna untuk dilakukan.
Terdapat tujuh kategori yang dapat dipertimbangkan dalam penilaian dan manajemen
resiko. Ketujuh resiko tersebut diantaranya: economic risk, production risk, governance risk,
environmental risk, societal or social risk, technological risk, and behavioral risk.
Masing-masing dari ketujuh resiko tersebut memiliki masing-masing resiko yang
berdampak terhadap ekonomi wilayah. Faktor resiko tidak dapat diterapkan begitu saja
dalam setiap sektor eknomi wilayah karena beberapa resiko menghasilkan dampak/efek
yang luas. Contohnya pada krisis ekonomi yang terjadi di Asia pada 1997, terjadi perubahan
makro ekonomi secara tiba-tiba yang berdampak terhadap sektor produksi. Perubahan ini
ikut berdampak terhadap perubahan kepemerintahan dan pengembangan wilayah di
Indonesia. Manajemen resiko wilayah membutuhkan pendekatan pengembangan strategis
yang dapat melihat resiko baik secara internal maupun eksternal. Oleh sebab itu,
manajemen resiko terbagi atas exogenous dan endogenous resiko.
a. Exogenous risk adalah resiko yang dilihat secara eksternal. Terdapat empat
pendekatan yang dapat digunakan untuk mengurangi resiko exogeneous wilayah

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 13


yaitu: pembatasan secara kolektif, dukungan dan perlindungan industri, sistem
inovasi daerah, dan strategi kerjasama.
b. Endogenous risk adalah resiko yang dilihat secara internal. Terdapat empat
pendekatan yang dapat digunakan untuk mengurangi resiko exogeneous wilayah
yaitu: kluster industri, peningkatan kerjasama lokal, dan peningkatan proses
konsultasi.

2.4 Studi Kasus


Salah satu contoh studi kasus penerapan Multi-Sector Analysis (MSA) adalah analisis
daya saing Provinsi DKI Jakarta Menggunakan Multi-Sector Analysis (MSA). Dalam hal ini
daya saing wilayah Provinsi DKI Jakarta dinilai dari Kompetensi Inti, Infrastruktur Strategis,
dan Manajemen Risiko. Berikut ini identifikasi potensi dan masalah dari hasil analisis yang
ada ditinjau dari segi internal maupun eksternal:

Tabel 2.2 Klasifikasi Potensi dan Masalah Internal Eksternal


Internal Eksternal
Strenght (S) Weakness (W) Opportunity (0) Threat (T)
1. Kemampuan 1. Belum 1. DKI Jakarta 1. Diperlukan
Kota Jakarta tersedianya berperan penting sinergisasi antar
memfasilitasi sistem sebagai pusat stakeholder
pertumbuhan pembuangan perekonomian 2. Pemberantasan
perekonomiann limbah memadai Indonesia korupsi masih
ya 2. Infrastruktur 2. Adanya minat rendah
2. Terpenuhinya belum optimal pihak asing untuk 3. Terjadi
kebutuhan 3. Angkutan umum menanamkan penurunan
listrik kota hanya mampu modal tingkat investasi
100% melayani 19%
3. Tingginya permintaan
kualitas SDM di 4. Tingginya risiko
Kota Jakarta dampat bencana
4. Kontribusi ulah manusia
sektor 5. Tingkat korupsi
perdagangan, tinggi
bisnis, dan jasa
tinggi pada

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 14


Internal Eksternal
Strenght (S) Weakness (W) Opportunity (0) Threat (T)
PDRB DKI
Jakarta
5. Ketersediaan
jaringan
telekomunikasi
Sumber: Analisis Daya Saing Provinsi DKI Jakarta, 2016

Berdasarkan identifikasi potensi dan masalah diatas, dapat dilakukan analisis lebih
lanjut untuk mengetahui strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi dan
menyelesaikan masalah terkait daya saing Kota Jakarta. Analisis yang dilakukan
menggunakan analisa SWOT sebagai berikut:

Tabel 2.3 Matriks SWOT


Opportunity (O) Treath (T)
1. DKI Jakarta berperan 1. Diperlukan sinergisasi
penting sebagai pusat antar stakeholder (T1)
perekonomian Indonesia 2. Pemberantasan korupsi
(O1) masih rendah (T2)
2. Adanya minat pihak asing 3. Terjadi penurunan
untuk menanamkan tingkat investasi (T3)
modal (O2)
Strenght (S) Strategi S-O Strategi S-T
1. Kemampuan Kota 1. Mengembangkan inovasi 1. Memanfaatkan
Jakarta memfasilitasi program kewirausahaan, teknologi sebagai
pertumbuhan terutama di kalangan sarana komunikasi
perekonomiannya (S1) anak muda (S1, S4, O1) antar sstakeholder (
2. Terpenuhinya 2. Meningkatkan investasi S5, T1)
kebutuhan listrik kota pihak asing terutama 2. Optimalisasi dan inovasi
100% (S2) dalam pengadaan perekonomian DKI
3. Tingginya kualitas SDM infrastruktur DKI Jakarta Jakarta (S1, S4, T3)
di Kota Jakarta (S3) (S1, T1)
4. Kontribusi sektor 3. Meningkatkan daya saing
perdagangan, bisnis, DKI Jakarta untuk

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 15


dan jasa tinggi pada mempercepat ekonomi
PDRB DKI Jakarta (S4) (S4, T1)
5. Ketersediaan jaringan
telekomunikasi (S5)
Weakness (W) Strategi W-O Strategi W-T
1. Belum tersedianya 1. Meningkatkan 1. Meningkatkan
sistem pembuangan infrastruktur transportasi pengawasan antar
limbah memadai (W1) publik melalui kerjasama instansi untuk
2. Infrastruktur belum antar swasta (W3, O2) mengurangi potensi
optimal (W2) 2. Meminimalisir potensi dan terjadinya korupsi (W5,
3. Angkutan umum hanya risiko bencana dengan T1, T2)
mampu melayani 19% pembangunan
permintaan (W3) berwawasan lingkungan
4. Tingginya risiko dampat (W1, W4, O1)
bencana ulah manusia
(W4)
5. Tingkat korupsi tinggi
(W5)
Sumber: Analisis Penulis, 2019

Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan, maka strategi peningkatan daya
saing Kota Jakarta adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan inovasi program kewirausahaan, terutama di kalangan anak muda.
2. Meningkatkan investasi pihak asing terutama dalam pengadaan infrastruktur DKI
Jakarta.
3. Meningkatkan daya saing DKI Jakarta untuk mempercepat ekonomi.
4. Meningkatkan infrastruktur transportasi publik melalui kerjasama antar swasta.
5. Meminimalisir potensi dan risiko bencana dengan pembangunan berwawasan
lingkungan.
6. Memanfaatkan teknologi sebagai sarana komunikasi antar sstakeholder.
7. Optimalisasi dan inovasi perekonomian DKI Jakarta.
8. Meningkatkan pengawasan antar instansi untuk mengurangi potensi terjadinya
korupsi.

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 16


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan dari
pembahasan materi ini adalah sebagai berikut :
1. Menurut Frinces (2011), daya saing adalah hasil dari keunggulan-keunggulan yang
dimiliki dan nilai lebih oleh sebuah perusahaan untuk menghasilkan sesuatu, baik
berupa jasa atau barang.
2. Elemen Daya Saing mempertimbangkan beberapa elemen yaitu kondisi faktor,
kondisi permintaan, industri pendukung terkait, strategi, struktur, dan pesaing.
3. Konsep daya saing mencakup beberapa elemen yaitu:
a) Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
b) Mampu berkompetisi dengan daerah maupun negara lain.
c) Mampu memenuhi kewajibannya baik domestik maupun internasional.
d) Dapat menyediakan lapangan kerja.
e) Pembangunan yang berkesinambungan dan tidak membebani generasi yang
akan dating.
4. Multi-Sector Analisis (MSA) MSA digunakan untuk mengetahui faktor dan industri apa
saja yang berkontribusi untuk keunggulan kompetitif, mengetahui kekuatan dan
kelemahan dari sektor, untuk mengidentifikasi hubungan dan interdependensi dari
faktor-faktor yang mendukung.
5. Metode MSA menggunakan beberapa metode yaitu Analisis SWOT. Matrix Teori dan
Stuctural Analisis.
6. MSA dalam Ekonomi Wilayah dapat digunakan untuk mengetahui Kemampuan Inti,
Infrastuktur Strategis dan Manajemen Resiko.

3.2 Lesson Learned


Adapun Lesson Learned yang dapat dikutip dari materi ini yaitu, MSA dapat
bermanfaat untuk mengetahui faktor-faktor dalam industri yang berpengaruh terhadap
keunggulan kompetitif, mengukur strenght dan weakness dari suatu sektor industri,
mengidentifikasi hubungan dan interdepedensi dari faktor pendukung perkembangan
industri serta mengidentifikasi kesempatan dan pasar baru untuk pengembangan ekonomi
wilayah. Berkaitan dengan Ekonomi Wilayah, MSA dapat mengukur kemampuan inti yang
merupakan karakter dari suatu wilayah dalam menggunakan sumber daya, teknologi,
infrastuktur dan lainnya. MSA dapat digunakan untuk menentukan Infrastuktur Strategis

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 17


dimana hal ini sangat berpengaruh dalam penentuan daya saing suatu daerah. Serta MSA
dapat meminimalisir Manajemen Resiko yang secara signifikan berpengaruh terhadap daya
saing daerah dan keunggulan kompetitifnya.

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 18


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Petter. 2002. Daya Saing Daerah Konsep dan Pengukurannya di Indonesia.
Yogyakarta : BPFE
Afianti, Puspita Putri. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Pada UMKM Di Kabupaten
Bogor. Jurnal FE Universitas Negeri Jakarta. Jakarta
Budiharsono, Sugeng. 2013. Perkembangan dan Pengertian Ekonomi Wilayah. Ruang dan
Wilayah dan Teori Lokasi. Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi, Lembaga Administrasi
Negara (STIA-LAN)
Cho, Dong-Sung & Hwy-Chang Moon. 2003. From Adam Smith To Michael Porter (Evolusi
Teori Daya Saing). Jakarta : Salemba Empat
Frinces, Z. Heflin. 2011. Manajemen SDM: Kiat Memenangkan Persaingan Global.
Yogyakarta: Gradasi Media.
Ganeshan, R., and Harrison, T. P., 1995, An Introduction to Supply Chain Management,
Department of Management Sciences and Information Systems.
Hamel dan Prahalad. Management. New Delhi: Tata McGraw Hill, 1995.
Kitson, M., Martin, R. and Tyler, P. 2004. Regional Competitiveness: An Elusive yet Key
Concept? Regional Studies, 38 (9): 991
Michael E. Porter (1990): “Competitive Strategy”., Techniques for Analysing Industries and
Competitors. New York: The Free Press.
Michael E. Porter (1995): “Competitive Advantage”New York: The Free Press., edisi
terjemahan (2008)., Kharisma Publishing Group.
Millah dan Sasana. (2013). Analisis Daya Saing Daerah di Jawa Tengah (Studi Kasus: Kota
Semarang, Kota Salatiga, Kota Surakarta, Kota Magelang, Kota Pekalongan, dan Kota
Tegal Tahun 2009-2011). Diponegoro Journal of Economics. Vol. 3, No.1, Tahun
2014, 1-8
Multi-Sector Analysis: Approaches to Assessing Regional Competitiveness and Risk. (2006).
In R. J. Stimson, R. R. Stough, & B. H. Roberts, Regional Economic Development (pp.
279-318). Berlin: Sprineger Berlin Heidelberg.
Simarmata, D. M. (2013). Analisis Daya Saing DKI Jakarta Ditinjau Dari Kompetensi Inti,
Infrastruktur Strategis, dan Risiko Ekonomi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sjafrizal. 1985. Teori Ekonomi Regional: Konsep dan Perkembangan dalam Memelihara
Momentum Pembangunan. Jakarta: Penerbit Gramedia

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 19


Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.
Kajian Atas Kebijakan Penguatan Daya Saing Daerah Dalam Rangka Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 20


LAMPIRAN

Konsep Daya Saing Ekonomi Daerah: Multi-Sector Analysis Page 21

Anda mungkin juga menyukai