Anda di halaman 1dari 17

Keberadaan Beruang Madu

(Helarctos malayanus) di Dunia


dan Upaya Pelestariannya
Oleh:
Putri Ayu Ika S 081114012
Dina Ayu Pratiwi 081114013
Shilfiana Rahayu 081114015
Lani Rovendasari M. 081114016
Tri Rahayu081114017
M. Adhy Iswanto 081114018
Luckytasari Alvia W. 081114019
Siti Fatimatuz Zahro 081114020
Devi Oktaviani 081114022

Latar Belakang
Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau sangat mendukung
adanya keanekaragaman flora fauna yang tinggi. Salah satu
contohnya adalah beruang madu sebagai fauna khas
Bengkulu dan Balikpapan.
Beruang madu adalah mamalia yang dilindungi di Indonesia.
Beruang madu termasuk salah satu jenis beruang terkecil di
antara jenis beruang yang ada di dunia yang mempunyai
beberapa keunikan. Namun beruang ini terancam punah
karena perburuan liar, baik untuk diambil dagingnya atau
kepentingan medis. Selain itu habitat beruang madu berkurang
karena dijadikan perkebunan karet, kelapa sawit, dan kopi,
ladang, atau permukiman manusia. Beruang akhirnya mencari
makan pada lahan pertanian dengan memakan pohon pisang,
pepaya, dan tanaman di kebun. Bahkan, ada orang memburu
beruang madu karena bulunya, sedangkan organ tubuhnya
dipercaya sebagai obat tradisional.

Ada catatan historis yang menunjukkan


bahwa beruang madu dulu terdapat di
Tibet, Bangladesh, dan beberapa wilayah
di Hindia dan Cina dan di Pulau Jawa.
Namun demikian, persebaran beruang
madu telah sangat mengecil sejak jaman
dulu dikarenakan kehilangan habitat dan
perburuan.

Beruang Madu termasuk satwa


yang status konservasinya
rentan dalam Appendix I dalam
daftar International Union for
Conservation of Nature, dengan
jumlah di alam kurang dari 800
ekor. Sejak tahun 1979
Beruang ini telah terdaftar
dalam Appendix I of the
Convention on International
Trade in Endangered
Penelitian tentang beruang
madu ini masih minim dan
sedang proses
pengembangan lebih lanjut.
Sehingga diperlukan
pembahasan lebih luas
mengenai beruang madu.

Tujuan

Rumus
an

Mengetahui morfologi, habitat, makanan, perilaku, dan


perkembangbiakan dari beruang madu (Helarctos malayanus).
Mengetahui populasi dan distribusi persebaran beruang madu
(Helarctos malayanus) di dunia dan di Indonesia.
Mengetahui status konservasi beruang madu (Helarctos
malayanus) di dunia dan di Indonesia.
Mengetahui hal yang dapat mengancam kelangsungan hidup
beruang madu (Helarctos malayanus).
Mengetahui usaha melestarikan jumlah populasi beruang madu
(Helarctos malayanus).

Bagaimanakah morfologi, habitat, makanan, perilaku, dan


perkembangbiakan dari beruang madu (Helarctos malayanus)?
Bagaimanakah populasi dan distribusi persebaran beruang madu
(Helarctos malayanus) di dunia dan di Indonesia?
Apakah status konservasi beruang madu (Helarctos malayanus)
di dunia dan di Indonesia?
Apakah hal yang dapat mengancam kelangsungan hidup
beruang madu (Helarctos malayanus)?
Bagaimanakah usaha pelestrian yang dilakukan guna
mendukung jumlah populasi beruang madu (Helarctos
malayanus)?

Klasifikasi Ilmiah dan Morfologi Beruang Madu


(Helarctos malayanus)

Beruang madu dalam bahasa latin disebut


Helarctos malayanus dan dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Malayan Sun Bear atau
Sun Bear.

Beruang madu memiliki ciri fisik dengan panjang tubuhnya mencapai


1,40 m, tinggi punggungnya mencapai 70 cm dengan berat berkisar
antara 50 65 kg. Bulu beruang madu condong pendek, bercahaya
serta biasanya hitam, matanya berwarna cokelat atau biru, diluar itu
hidungnya relatif lebar namun tak terlampau moncong. Tipe bulu
beruang madu yaitu yang paling pendek serta halus dibanding
beruang yang lain, berwarna hitam kelam atau hitam kecoklatan,
dibawah bulu lehernya ada sinyal yang unik berwarna oranye yang
diakui melukiskan matahari terbit.
Beruang madu mempunyai penciuman yang benar-benar tajam serta
mempunyai kuku yang panjang di ke empat lengannya yang dipakai
untuk memudahkan mencari makanan. Beruang madu seringkali jalan
dengan empat kaki, serta benar-benar tidak sering jalan dengan dua
kaki seperti manusia. Lengan beruang tipe ini cukup lebar serta
mempunyai kuku melengkung dan berlubang yang mempermudahnya
memanjat pohon. Kuku tangan yang melengkung dipakai oleh beruang
ini untuk menggali rayap, semut serta sarang lebah serta beruang
yang tengah mencari madu bakal selekasnya menghancurkan kayu
yang tetap hidup serta fresh serta juga berupaya untuk menggaruk
pohon yang memiliki kayu keras.
Rahang beruang madu tak seimbang lantaran terlampau besar hingga
tak bisa memecahkan buah-buah besar, kelapa misalnya. Gigi beruang
ini lebih datar serta rata dibanding dengan tipe beruang lain, gigi
taringnya cukup panjang hingga menonjol keluar dari mulut.

Habitat, Makanan, Perilaku dan Perkembangbiakan Beruang


Madu
Pada

umumnya habitat Beruang madu ada di hutan primer dan sekunder


serta kerap juga hidup di lahan-lahan pertanian petani, mereka umumnya
ada di pohon pada ketinggian 2 7 meter. dari tanah, serta sering kali
mematahkan cabang-cabang pohon atau membuatnya melengkung untuk
bikin sarang. Habitat beruang madu ada di daerah hujan tropis Asia
Tenggara. Penyebarannya ada di pulau Borneo, Sumatera, Indocina, Cina
Selatan, Burma, dan Semenanjung malaya. Oleh oleh karena itu jenis ini
tak membutuhkan saat hibernasi seperti beruang lain yang tinggal di lokasi
empat musim. Beruang madu di zaman dulu di ketahui menyebar hampir di
semua benua Asia, tetapi saat ini jadi semakin sedikit populasinya
disebabkan fragmentasi habitat.
Beruang madu yaitu binatang omnivora yang mengonsumsi apapun di
hutan. Mereka mengonsumsi bermacam buah-buahan serta tanaman hutan
hujan tropis, terhitung juga tunas tanaman type palem. Mereka juga
mengonsumsi serangga, madu, burung, serta binatang kecil yang lain. Jika
beruang madu mengonsumsi buah, biji ditelan utuh, hingga tak rusak,
sesudah buang air besar, biji yang ada didalam kotoran mulai berkembang
hingga beruang madu memiliki peran yang benar-benar utama sebagai
penyebar tumbuhan buah berbiji besar seperti cempedak, durian, lahung,
kerantungan serta banyak type lain

Beruang madu aktif pada malam hari atau dimaksud juga dengan
makhluk nokturnal, mereka menggunakan saat di tanah serta memanjat
pohon-pohon untuk mencari makanan. Terkecuali betina dengan
anaknya, beruang madu biasanya berbentuk soliter. Dalam sehari
seekor beruang madu jalan rata-rata 8 km untuk mencari makanannya.
Tingkah laku beruang madu yaitu menggali serta membongkar juga
berguna untuk mempercepat sistem penguraian serta daur lagi yang
benar-benar utama untuk hutan hujan tropis. Beruang madu juga benarbenar bertindak dalam meregenerasi hutan sebagai penyebar biji buahbuahan, serta populer sebagai pemanjat pohon yang ulung. Sifatnya
pemalu dan hidup penyendiri.
Beruang madu tidak mempunyai musim kawin
tetapi perkawinan dilakukan sewaktu-waktu
terutama bila beruang madu betina telah siap
kawin. Lama mengandung beruang betina adalah
95-96 hari, anak yang dilahirkan biasanya
berjumlah dua ekor dan disusui selama 18 bulan.
Terkadang, beruang betina hanya terlihat dengan
satu bayi dan sangat jarang ditemukan
membawa dua bayi setelah masa kehamilannya.
Hal ini sangat dimungkinkan karena beruang
madu sengaja menunda perkawinan untuk
mengupayakan agar bayi terlahir saat induk
memiliki berat badan yang cukup, cuaca yang

Distribusi dan Persebaran


(Helarctos malayanus)
Penyebaran beruang madu terlihat di
sebagian Asia Selatan dan Asia
Tenggara, yaitu: India bagian timur,
bagian utara Birma, Vietnam, Laos,
Kamboja, Myanmar, Thailand, Malaysia,
Brunei Darrusalam, Kalimantan dan
Sumatera. Ada catatan historis yang
menunjukkan bahwa beruang madu
dulu terdapat di Tibet, Bangladesh, dan
beberapa wilayah di Hindia dan Cina
dan di Pulau Jawa. Namun demikian,
persebaran beruang madu telah sangat
mengecil sejak jaman dulu dikarenakan
kehilangan habitat dan perburuan.
Beruang madu telah dianggap punah di
Tibet, kemungkinan punah di Hindia
bagian timur (namun perlu dipastikan)
dan Bangladesh. Kemungkinan besar
bahwa di Cina bagian selatan sisa
populasi tinggal sedikit ataupun sudah
punah.

Beruang madu dapat


ditemukan di daerah hujan
tropis Asia Tenggara. Beruang
madu di masa lalu diketahui
tersebar hampir di seluruh
benua Asia, namun sekarang
menjadi semakin jarang akibat
kehilangan dan fragmentasi
habitat. Hutan hujan tropis
tumbuh di dekat garis equator,
dimana iklim sepanjang tahun
hangat dan basah. Sebagian
besar hutan ini tumbuh di
lembah sungai Amazon,
lembah sungai Kongo, dan di
wilayah Asia Tenggara.

yang mudah di serang dan


terancam kelangsungan
hidupnya. Hal ini disebabkan oleh
pengerusakan habitat yang
berlangsung terus-menerus.
Ancaman terbesar bagi beruang
madu memang semakin
hilangnya habitat yang berupa
hutan hujan tropis , termasuk
diantaranya fragmentasi hutan
dan degradasi hutan yang
disebabkan oleh perilaku manusia
berupa pembalakan hutan secara
liar serta penebangan hutan
untuk keperluan perkebunan
karet, kelapa sawit serta kopi.
Ancaman lain bagi beruang madu
adalah adanya perburuan, baik
dikawasan perlindungan maupun
di luar kawasan perlindungan,
bagian tubuh beruang madu
seperti katung empedu serta
cairannya banyak
diperdagangkan secara gelap
untuk memenuhi permintaan
pasar pengobatan tradisional.

Status Keberadaan
(Helarctos malayanus)
Persatuan Konservasi Dunia (IUCN)
baru (April 2004) mengubah
klasifikasi status konservasi
beruang madu dari tidak
diketahui karena kurang data
(Data deficient) ke terancam .
Klasifikasi tersebut berartikan
beruang madu terancam punah
terutama karena habitatnya
berkurang terus-menerus. Beruang
madu ini telah terdaftar dalam
Appendix I of the Convention on
International Trade in Endangered
Species (CITES) sejak tahun 1979
yang menyatakan bahwa mereka
tidak boleh diburu oleh siapapun.
Di Indonesia, beruang madu
dilindungi UU No. 5 Tahun 1990
dan PP No. 7 Tahun 1999.

Faktor yang mengakibatkan


berkurangnya populasi beruang
madu antara lain pengrusakan dan
fragmentasi hutan alam akibat ulah
manusia; kebakaran hutan yang
merusak habitatnya; perburuan
beruang madu untuk penggunaan
bagian badannya untuk obat
tradisional, penangkapan untuk
dijadikan satwa peliharaan; dan
pembunuhan beruang akibat
peningkatan konflik antara beruang
dengan manusia di pinggir hutan.

UPAYA PELESTARIAN
BERUANG MADU
Untuk beruang madu sebenarnya
belum banyak memiliki pusat
konservasi, kecuali hanya terdapat
semacam pusat penangkaran
sementara seperti yang terdapat di
banyak lokasi hutan lindung
maupun taman nasional.
Pada tahun 2002, telah
dikukuhkan suatu keinginan untuk
turut menjaga kelestarian
lingkungan dan terutama
kelestarian Beruang madu di
Sungai Wain dengan dibangunnya
wahana pendidikan lingkungan
hidup yang bernama Kawasan
Wisata Pendidikan Lingkungan
Hidup (KWPLH) Balikpapan.

Beruang madu (Helarctos malayanus)


telah dimasukkan ke dalam daftar
satwa liar yang dilindungi menurut
undang-undang di Indonesia sejak
tahun 1999. Dimasukkannya ke dalam
daftar satwa-satwa liar yang dilindungi
sebagai realisasi dari nota
kesepahaman pemerintah Indonesia
dengan organisasi-organisasi
internasional, terutama dari IUCN yang
terlebih dahulu memasukkannya ke
dalam satwa-satwa yang dilarang
untuk diperdagangkan. Selain upaya
perlindungan dilakukan melalui
regulasi, upaya lainnya dilakukan
dengan menjadikan satwa Beruang
madu sebagai maskot daerah.
Terhitung ada dua daerah yang pernah
menggunakan maskot Beruang madu,
yaitu Propinsi Bengkulu dan Kota
Balikpapan (tahun 2002).

Saat ini, KWPLH Kota Balikpapan dengan kapasitas


ruang dan ketersediaan anggaran memiliki
kemampuan yang sangat terbatas untuk menampung
Beruang madu. Belum lama ini, mereka kedatangan
lagi satu ekor Beruang madu hasil operasi satwa liar
dari Polhut setempat. Jumlahnya kini telah mencapai 6
ekor di mana 5 ekor sebelumnya telah berada pada
tahap transisi penuh menuju alam liar. Lima ekor
tersebut telah diberikan nama, di antaranya Anna,
Harry, Bedu, Benni, dan lain-lain. Anna telah ditunjuk
sebagai maskot dan duta Beruang madu mewakili
familia ursidae di dunia.

Beberapa bentuk upaya pelestarian yang dapat


dilakukan adalah:
Memberikan

edukasi kepada masyarakat pentingnya kelestarian


binatang langka untuk tetap hidup di habitatnya. Sehingga,
mereka tidak lagi mengusik keberadaan mereka dan menjaga
binatang langka tersebut untuk tetap hidup di habitat aslinya.
Mendukung setiap aktivitas pelestarian binatang langka yang
dilakukan oleh lembaga pelestarian lingkungan. Caranya dengan
membantu kampanye serta memberikan dukungan finansial dan
moral.
Tidak melakukan perburuan binatang langka dan melaporkan
setiap aktivitas perburuan binatang langka tersebut kepada pihak
berwajib.
Tidak melakukan transaksi atas binatang langka, terutama
binatang hidup. Andai pun melakukan transaksi, sebaiknya
ditujukan untuk menyelamatkan binatang tersebut agar tidak
dikuasai oleh orang yang kurang bertanggung jawab, dan
selanjutnya menyerahkan binatang tersebut pada pihak yang
berkompeten. Dalam hal ini lembaga konservasi binatang langka
dan lingkungan hidup.

Kesimpulan
1.

2.

3.

Beruang madu termasuk famili ursidae dan merupakan jenis paling


kecil dari kedelapan jenis beruang yang ada di dunia. Habitat beruang
madu adalah hidup di hutan-hutan primer, hutan sekunder dan sering
juga di lahan-lahan pertanian, mereka biasanya berada di pohon pada
ketinggian 2 - 7 meter dari tanah, dan suka mematahkan cabangcabang pohon atau membuatnya melengkung untuk membuat sarang.
Beruang madu aktif di malam hari atau disebut juga dengan makhluk
nokturnal, mereka menghabiskan waktu di tanah dan memanjat
pepohonan untuk mencari makanan. Beruang madu adalah binatang
omnivora yang memakan apa saja di hutan. Beruang madu tidak
mempunyai musim kawin tetapi perkawinan dilakukan sewaktu-waktu
terutama bila beruang madu betina telah siap kawin.
Penyebaran beruang madu terlihat di sebagian Asia Selatan dan Asia
Tenggara, yaitu: India bagian timur, bagian utara Birma, Vietnam,
Laos, Kamboja, Myanmar, Thailand, Malaysia, Brunei Darrusalam,
Kalimantan dan Sumatera.
Mengetahui status konservasi beruang madu (Helarctos malayanus) di
dunia dan di Indonesia. Beruang madu telah dikategorikan sebagai
binatang yang mudah di serang dan terancam kelangsungan
hidupnya.

4.

5.

Penyebab terancamnya beruang madu


adalah pengerusakan habitat yang
berlangsung terus-menerus. Ancaman
terbesar bagi beruang madu adalah
semakin hilangnya habitat yang berupa
hutan
hujan
tropis,
termasuk
diantaranya fragmentasi hutan dan
degradasi hutan yang disebabkan oleh
perilaku manusia berupa pembalakan
hutan secara liar serta penebangan
hutan untuk keperluan perkebunan
karet, kelapa sawit serta kopi.
Beruang madu telah terdaftar dalam
Appendix I of the Convention on
International Trade in Endangered
Species (CITES) sejak tahun 1979 yang
menyatakan bahwa mereka tidak boleh
diburu oleh siapapun.

Sekian
Presentasi
dari Kami,
Apakah ada
yang
ditanyakan
?

Anda mungkin juga menyukai