Anda di halaman 1dari 12

Sel Endothelium

1. Pendahuluan

Sel endotel adalah suatu lapisan tunggal yang melapisi seluruh sistem vaskuler,

terletak di bagian intima pembuluh darah dan melekat pada membran basalis. Sel

endotel mengeluarkan Oksida Nitrit (NO) yang berperan sangat penting dalam

mempertahankan tonus pembuluh darah khususnya untuk proses relaksasi

pembuluh darah. NO merupakan hasil dari proses perubahan L-Arginine menjadi

sitrulin yang dikatalisis oleh enzim Nitric Oxyde Syntase (NOS).

Endotelium yang melapisi jantung disebut juga endokardium, meskipun mirip

dengan jaringan lapisan pembuluh daraah. Endotelium membentuk penghalang

antara darah dan struktur lain dari sistem peredaran darah, memungkinkan darah

mengalir lebih lancar, dan karena itu beredar lebih cepat ke seluruh tubuh.

Endotelium adalah epitel skuamosa sederhana, artinya terdiri dari satu lapisan,

sel epitel datar, atau skuamosa, sehingga mungkin jenis membran tipis. Endotelium

adalah lapisan tunggal dari sel yang juga dapat disebut sebagai monolayer .

Endotelium normal menjaga fluiditas darah dengan mensintesis dan mensekresi

faktor yang membatasi aktivasi dari clotting cascade, menghambat agregasi platelet,

dan mendukung terjadinya fibrinolisis. Endotelium normal meliputi trombomodulin

cell surface-associated anticoagulant factors, protein, tissue factor pathway inhibitor

(TFPI), dan heparin sulfate proteoglycan (HSPG) yang berfungsi untuk membatasi

koagulasi di permukaan luminal endotelium. Sebagai contoh, trombin yang

memediasi aktivasi protein C dipercepat aktivitasnya 10 4-kali lipat saat berikatan

dengan trombomodulin, Ca2+, dan reseptor endotelial protein C. Activated protein C


(APC) mengikat circulating protein S, yang juga disintesis dan dilepaskan oleh

endotelium, untuk menonaktifkan faktor Va dan VIIIa secara proteolitik. Tissue factor

pathway inhibitor (TFPI) berupa inhibitor protease Kunitz-type yang berikatan dan

menghambat faktor VIIa; sekitar 80% dari TFPI berikatan dengan endotelium melalui

glycosylphosphatidylinositol anchor dan membentuk kompleks kuartet dengan faktor

jaringan-faktor VIIa untuk mengurangi aktivitas pro koagulan. Proteoglikan heparin

sulfat yang terdapat dalam glikokaliks sel endotel mendapatkan sifat anti koagulan

dengan mengkatalisis hubungan antara circulating serine protease inhibitor anti

thrombin III dengan faktor Xa, IXa, dan thrombin. Oleh karena itu, faktor anti

koagulan ini berperan untuk membatasi aktivasi dan propagasi dari clotting cascade

di permukaan luminal endotelial dan menjaga patensi vaskular.

Endotelium juga mensintesis dan mensekresi tissue plasminogen activator

(tPA) dan ecto-adenosine diphosphatase (ecto-ADPase) CD39 untuk proses

fibrinolisis dan menghambat aktivasi platelet secara berturut-turut. Tissue

plasminogen activator diproduksi dan dilepaskan ke dalam aliran darah secara terus

menerus, tetapi jika tPA berikatan dengan fibrin, maka tPA akan dihilangkan dari

plasma dalam waktu 15 menit oleh hepar. Ikatan dengan fibrin menyebabkan

percepatan aktivitas tPA amidolitik dengan meningkatkan efisiensi katalitik untuk

aktivasi plasminogen dan pembentukan plasmin. Aktivasi platelet di permukaan

luminal endotelial dihambat oleh aksi dari ectonucleotidase CD39/NTPDase 1 yang

menghidrolisis adenosin difosfat (ADP), prostasiklin (PGI2), dan nitrit oksida (NO).

Secara bersama-sama agen-agen tersebut memelihara lingkungan permukaan

endotelial yang profibrinolitik dan antitrombotik.

Lapisan monolayer endotelium bertindak sebagai barrier semipermeabel yang

bersifat size-selective yang membatasi transit dua arah secara bebas dari air,
makromolekul, dan sel dalam sirkulasi atau resident antara aliran darah dan dinding

atau jaringan pembuluh darah setempat. Fungsi permeabilitas ditentukan oleh

bagian dari susunan arsitektural lapisan endotel monolayer dan juga aktivasi jalur

yang memfasilitasi transport transendotelial dari cairan, molekul, dan sel. Transport

ini terjadi melalui jalur transelular yang meliputi pembentukan, trafficking, dan

transitosis vesikel atau dengan pelonggaran junctions inter endotelial dan jalur

paraselular. Molekul yang melintasi endotelium melalui jalur paraselular terbatas

pada ukuran diameter kurang dari atau sama dengan 3 nm, sementara molekul

dengan diameter yang lebih besar secara aktif ditransportasikan melewati sel

melalui vesikel. Meskipun aliran difusi air terjadi dalam sel endotel melalui aquaporin

transmembrane water channels, kontribusi kanal ini terhadap konduktivitas dan

permeabilitas selular cukup terbatas.

Terdapat heterogenitas makrostruktural dari lapisan monolayer endotelial

yang mencerminkan kebutuhan fungsional dan metabolik dari jaringan dasar

endotelialnya dan memiliki akibat pada fungsi permeabilitasnya. Endotelium dapat

tersusun secara continuous atau discontinuous: endotelium yang tersusun secara

continuous dapat disertai dengan fenestrae atau tanpa fenestrae.

Endotelium continuous nonfenestrated membentuk barrier eksklusif dan

ditemukan pada pembuluh darah arteri dan vena dari jantung, paru-paru, kulit,

jaringan ikat, otot, retina, medulla spinalis, otak, dan mesenterium. Sebaliknya,

endotelium continuous fenestrated terletak di pembuluh darah yang

memvaskularisasi organ-organ yang terlibat dalam proses filtrasi atau organ-organ

dengan transendothelial transport demand yang tinggi, termasuk glomeruli renal,

vasa recta ascending dan kapiler peritubular dari ginjal, kelenjar endokrin dan

eksokrin, villi intestinal, dan pleksus koroid otak. Sel endotelial ini ditandai dengan
adanya fenestrae atau pori transelular dengan diameter 50 hingga 80 nm, dalam

sebagian besar sel, terdapat diafragma nonmembranous berukuran 5 hingga 6 mm

melewati pembukaan pori. Distribusi fenestrae ini mungkin terpolarisasi dalam sel

endotelial dan mengizinkan terjadinya peningkatan barrier size selectivity dari

diafragma.

Endotelium discontinuous ditemukan dalam sumsum tulang, lien, dan

sinusoid liver. Lapisan monolayer endotel tipe ini secara khas memiliki fenestrae

dengan diameter yang berukuran besar (100 – 200 nm) dengan tidak adanya

diafragma dan gaps serta membran basalis dasar yang poorly organized, di mana

membran tersebut menyebabkan aliran transelular dari air atau larutan seperti

transportasi selular.

Jalur transelular dan paraselular merupakan dua rute yang berbeda di mana

protein plasma, larutan, dan cairan melewati lapisan endotelial monolayer. Jalur

transelular menyediakan mekanisme receptor-mediated untuk transport albumin,

lipid, dan hormon melewati endotelium. Jalur paraselular merupakan jalur yang

bergantung pada integritas struktural dari kelekatan (adherens), kerapatan (tight),

dan gap junctions serta mengizinkan cairan dan larutan untuk menembus antara sel

endotelial, tetapi membatasi transport molekul yang besar. Meskipun jalur-jalur

tersebut saling berkaitan dan bersama-sama berperan dalam modulasi permeabilitas

di bawah kondisi basal.

Mekanotransduksi gaya hemodinamik

Endotelium dipengaruhi oleh gaya hemodinamik seperti tekanan hidrostatik,

regangan siklik, dan shear stress cairan, yang terjadi sebagai konsekuensi dari

tekanan darah dan aliran darah pulsatil di dalam vaskulatur. Pada pohon vaskular,
terdapat gradien tekanan pulsatil yang proporsional dengan diameter pembuluh

darah, antara 120-100 mmHg di aorta dan sekitar 0 - 30 mmHg pada mikrosirkulasi,

dan memodulasi gaya hemodinamik lain. Sel endotel melakukan mekanotransduksi

gaya - gaya ini menjadi respon seluler melalui kanal ion, integrin, dan GPCRs, juga

deformasi atau pemindahan sitoskeletal.

Endotel monolayer terpapar berbagai level shear stress pada pohon vaskular

yang proporsional secara terbalik terhadap radius pembuluh darah, berkisar antara 1

sampai 6 dyn/cm2 di vena dan dari 10 hingga 70 dyn/cm 2 di arteri. Shear stress

fisiologis menyebabkan fenotipe endotelial yang pasif dengan sel yang tersusun

secara morfologis sesuai arah aliran, disebabkan pengaruh laminar flow dan shear

terhadap pelepasan NO. Peningkatan shear stress menstimulasi kompensasi sel

endotel (EC) dan hipertrofi sel otot polos (SMC) untuk memperlebar pembuluh darah

sehingga mengembalikan shear force ke level basal. Sebaliknya, penurunan shear

dapat mempersempit lumen pembuluh darah melalui mekanisme yang bergantung

endotelium. Aliran pada pembuluh darah yang berkelok-kelok atau pada bifurkasio

dicirikan dengan adanya aliran yang terbalik, rendahnya kecepatan aliran, dan

pemisahan aliran yang menyebabkan gradien shear stress. Di sini, sel-sel endotel

(ECs) membutuhkan bentuk sel yang poligonal serta hilangnya kesesuaian sel dan

sitoskeletal dengan aliran. Profil aliran yang terganggu ini berkontribusi terhadap

berkembangnya disfungsi endotel pada lokasi-lokasi yang rawan tersebut.

Regangan siklik merupakan perubahan bentuk sirkumferensial pada dinding

pembuluh darah yang berhubungan dengan distensi dan relaksasi dengan masing-

masing siklus kardiak. Di bawah kondisi yang berkaitan dengan lingkungan,

regangan siklik secara kasar sekitar 2% pada 1 Hz di aorta, tetapi dapat meningkat

hingga di atas 30% jika terdapat hipertensi. Pada endotel monolayer, sel-sel secara
individu umumnya tersusun tegak lurus terhadap aksis regangan. Akan tetapi, jika

level regangan meningkat hingga level patofisiologis, orientasi tersebut menghilang,

dan serabut stress tersusun pararel terhadap arah regangan. Meningkatnya kadar

regangan siklik meningkatkan matriks endotel metalloproteinase (MMPs), dan

menginduksi remodelling matriks ekstraseluler (ECM) sebagaimana pula VE-

cadherin dan adherens junction.

Selain gaya fisik yang membebani mereka, sel endotel mampu mengadakan

stress traksi dan menggunakan gaya melawan lingkungan ekstraseluler. Gaya traksi

ini dimediasi oleh serabut stress, interaksi aktin-miosin, serta protein lain yang

mengikatkan sel ke adhesi fokal. Gaya yang dibuat sendiri oleh sel ini penting bagi

stabilitas bentuk sel, regulasi permeabilitas, dan konektivitas endotel dengan

mengaplikasikan gaya pada cell junction, dan menyebabkan pembentukan jaringan

endotel dengan membuat jalur pemandu yang berdasar tekanan sehingga sel

endotel (EC) dapat saling berkomunikasi satu sama lain meski berjarak.

Heterogenitas Endotel

Di dalam pohon vaskular, terdapat heterogenitas regional yang signifikan

pada endotelium yang terjadi akibat perbedaan tugas saat perkembangan, struktur

seluler, serta faktor lingkungan sekitar. Heterogenisitas ini ada untuk mendukung

fungsi khusus pada vaskuler bed dan jaringan di bawahnya. Sebagai hasil dari

perbedaan ini ialah, endotelium orang dewasa normal juga memiliki heterogenisitas

fungsional pada homeostatis Contohnya, fungsi endotel sebagai membran

semipermeabel yang mengatur transport cairan, protein, dan makromolekul. Pada

kondisi basal, hal ini terjadi terutama melewati kapiler, walaupun pada angka

berbeda melalui vaskular bed. Akan tetapi, jika distimuli dengan histamin, serotonin,
bradikinin, atau VEGF, endotel di venula postkapiler berespon dengan peningkatan

permeabilitas baik dengan melalui retraksi adherens junction dan pembentukan gap

endotelial, atau melalui peningkatan transitosis transendotelial. Fenomena ini

didukung dengan meningkatnya ekspresi reseptor untuk agonis-agonis ini pada

venula postkapiler.

Migrasi transendotelial leukosit terjadi di venul postkapiler di kulit,

mesenterium, dan otot, sedangkan di paru-paru dan hepar, fungsi ini terjadi terutama

di level kapiler. Pada nodus limfatikus, fungsi ini terjadi pada venul endotel yang

tinggi. Sel-sel endotel (ECs) yang teraktivasi yang kebanyakan terbatas pada venul

postkapiler dan mengekspresikan E-selektin memediasi fungsi ini. P-selektin, yang

tersimpan di badan Weibel-Palade, juga lebih cenderung diekspresikan endotel di

venul postkapiler, dengan level ekspresi tertinggi pada paru-paru dan mesenterium.

Sebaliknya, ICAM-1 dan VCAM-1 dapat diekspresikan melalui vaskular dan

berespon cepat terhadap induksi oleh lipopolisakarida atau sitokin. Walaupun

interaksi antar leukosit dan endotelium terjadi umumnya di venul postkapiler, mereka

juga dapat terjadi di arteriol, kapiler, dan vena besar.

Endotelium meregulasi fungsi hemostasis terutama melalui ekspresi faktor

antikoagulan dan antiplatelet yang terdistribusi secara tidak merata di sepanjang

vaskulatur. Contohnya, endotelium pada sistem arteri mengekspresikan

thrombomodulin (tPA) dan reseptor protein C endotelial; kapiler mengeskpresikan

thrombomodulin dan TFPI, dan vWF umumnya diekspresikan di vena. Endotelium

juga mengatur tonus vaskular dan terjadi juga pada level resistan arteriol melalui

pelepasan molekul vasodilator dan vasokonstriktor yang spesifik lokasinya.

Endotelium merupakan sumber NO utama yang terbuat dari eNOS, dan ekspresi

eNOS lebih besar di arteri dibandingkan di sistem vena. Sehingga, banyak dari
heterogenitas fungsional ini membuat endotelium dapat berespon terhadap stimulus

(pato)fisiologis dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.

2. Ciri – ciri dan Morfologi sel endothelium

 Endotelium memiliki asal mesoderma.

 Endotelium mengeluarkan zat yang terlibat dalam pembekuan darah dan

stimulasi sel darah putih.

 Endotel terdiri dari satu lapisan sel hidup.


 Berbentuk polygonal

Nucleus sel endotel

Gambar sel endothelium

 Ukuran sel, panjang sekitar 25-50 µm dan lebar 10-15 µm


 Memiliki front luminal yang menghadap darah dan front albuminal.

3. Fungsi sel endothelium

Fungsi sel endothelium adalah sebagai berikut:

a. Fungsi penghalang

Endothelium bertindak sebagai penghalang semiselektif antara lumen

pembuluh dengan jaringan di sekitarnya, mengontrol lalu lintas material

serta transit sel darah putih ke dalam dan ke luar aliran darah.

Peningkatan permeabilitas endotel selapis yang berlebihan atau

berkepanjangan, seperti halnya inflamasi kronik, dapat menyebabkan

edema/pembengkakan jaringan.

b. Pembekuan darah (thrombosis dan fibrinolysis)

Endothelium normalnya menyediakan permukaan nontrombogenik karena

endotel memuat, sebagai contoh heparin sulfat yang bertindak sebagai

kofaktor untuk mengaktivasi antitrombin, protease yang menginaktivasi

berbagai factor dalam kaskade koagulasi.

c. Pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis)

d. Inflamasi

e. Vasokontriksi dan vasodilatasi, serta karenanya mengontrol tekanan darah


f. Memperbaiki organ yang rusak atau sakit melalui injeksi sel pembuluh

darah

Daftar pustaka
Anonymus, 2014. Perbedaan jaringan epitelium dan endotrlium,
https://kliksma.com/2014/10/perbedaan-jaringan-epitelium-dan-endotelium.html

Baraas F., 2006. Kardiologi Molekuler, Radikal Bebas, Disfungsi Endotel,


Aterosklerosis, Antioksidan, Latihan Fisik dan Rehabilitasi Jantung. Yayasan Kardia
Iqratama, RS. Jantung Harapan Kita

Espinoza, Helim Aranda, 2015. Mekanobiologi Endotelium, science publisher book.


USA

Lemos Da Luz, Protasio, et all, 2018. Endothelium and Cardiovascular Diseases:


Vascular Biology and Clinical Syndromes. Academic press. india

Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta :
EGC, 1022

Risau, werner & Gabor M. Rubanyi, 2004. Morphogenesis of endothelium. Harwood


academy publisher. USA.

Anda mungkin juga menyukai