1. Pendahuluan
Sel endotel adalah suatu lapisan tunggal yang melapisi seluruh sistem vaskuler,
terletak di bagian intima pembuluh darah dan melekat pada membran basalis. Sel
endotel mengeluarkan Oksida Nitrit (NO) yang berperan sangat penting dalam
antara darah dan struktur lain dari sistem peredaran darah, memungkinkan darah
mengalir lebih lancar, dan karena itu beredar lebih cepat ke seluruh tubuh.
Endotelium adalah epitel skuamosa sederhana, artinya terdiri dari satu lapisan,
sel epitel datar, atau skuamosa, sehingga mungkin jenis membran tipis. Endotelium
adalah lapisan tunggal dari sel yang juga dapat disebut sebagai monolayer .
faktor yang membatasi aktivasi dari clotting cascade, menghambat agregasi platelet,
(TFPI), dan heparin sulfate proteoglycan (HSPG) yang berfungsi untuk membatasi
endotelium, untuk menonaktifkan faktor Va dan VIIIa secara proteolitik. Tissue factor
pathway inhibitor (TFPI) berupa inhibitor protease Kunitz-type yang berikatan dan
menghambat faktor VIIa; sekitar 80% dari TFPI berikatan dengan endotelium melalui
sulfat yang terdapat dalam glikokaliks sel endotel mendapatkan sifat anti koagulan
thrombin III dengan faktor Xa, IXa, dan thrombin. Oleh karena itu, faktor anti
koagulan ini berperan untuk membatasi aktivasi dan propagasi dari clotting cascade
plasminogen activator diproduksi dan dilepaskan ke dalam aliran darah secara terus
menerus, tetapi jika tPA berikatan dengan fibrin, maka tPA akan dihilangkan dari
plasma dalam waktu 15 menit oleh hepar. Ikatan dengan fibrin menyebabkan
menghidrolisis adenosin difosfat (ADP), prostasiklin (PGI2), dan nitrit oksida (NO).
bersifat size-selective yang membatasi transit dua arah secara bebas dari air,
makromolekul, dan sel dalam sirkulasi atau resident antara aliran darah dan dinding
bagian dari susunan arsitektural lapisan endotel monolayer dan juga aktivasi jalur
yang memfasilitasi transport transendotelial dari cairan, molekul, dan sel. Transport
ini terjadi melalui jalur transelular yang meliputi pembentukan, trafficking, dan
transitosis vesikel atau dengan pelonggaran junctions inter endotelial dan jalur
pada ukuran diameter kurang dari atau sama dengan 3 nm, sementara molekul
dengan diameter yang lebih besar secara aktif ditransportasikan melewati sel
melalui vesikel. Meskipun aliran difusi air terjadi dalam sel endotel melalui aquaporin
ditemukan pada pembuluh darah arteri dan vena dari jantung, paru-paru, kulit,
jaringan ikat, otot, retina, medulla spinalis, otak, dan mesenterium. Sebaliknya,
vasa recta ascending dan kapiler peritubular dari ginjal, kelenjar endokrin dan
eksokrin, villi intestinal, dan pleksus koroid otak. Sel endotelial ini ditandai dengan
adanya fenestrae atau pori transelular dengan diameter 50 hingga 80 nm, dalam
melewati pembukaan pori. Distribusi fenestrae ini mungkin terpolarisasi dalam sel
diafragma.
sinusoid liver. Lapisan monolayer endotel tipe ini secara khas memiliki fenestrae
dengan diameter yang berukuran besar (100 – 200 nm) dengan tidak adanya
diafragma dan gaps serta membran basalis dasar yang poorly organized, di mana
membran tersebut menyebabkan aliran transelular dari air atau larutan seperti
transportasi selular.
Jalur transelular dan paraselular merupakan dua rute yang berbeda di mana
protein plasma, larutan, dan cairan melewati lapisan endotelial monolayer. Jalur
lipid, dan hormon melewati endotelium. Jalur paraselular merupakan jalur yang
dan gap junctions serta mengizinkan cairan dan larutan untuk menembus antara sel
regangan siklik, dan shear stress cairan, yang terjadi sebagai konsekuensi dari
tekanan darah dan aliran darah pulsatil di dalam vaskulatur. Pada pohon vaskular,
terdapat gradien tekanan pulsatil yang proporsional dengan diameter pembuluh
darah, antara 120-100 mmHg di aorta dan sekitar 0 - 30 mmHg pada mikrosirkulasi,
gaya - gaya ini menjadi respon seluler melalui kanal ion, integrin, dan GPCRs, juga
Endotel monolayer terpapar berbagai level shear stress pada pohon vaskular
yang proporsional secara terbalik terhadap radius pembuluh darah, berkisar antara 1
sampai 6 dyn/cm2 di vena dan dari 10 hingga 70 dyn/cm 2 di arteri. Shear stress
fisiologis menyebabkan fenotipe endotelial yang pasif dengan sel yang tersusun
secara morfologis sesuai arah aliran, disebabkan pengaruh laminar flow dan shear
endotel (EC) dan hipertrofi sel otot polos (SMC) untuk memperlebar pembuluh darah
endotelium. Aliran pada pembuluh darah yang berkelok-kelok atau pada bifurkasio
dicirikan dengan adanya aliran yang terbalik, rendahnya kecepatan aliran, dan
pemisahan aliran yang menyebabkan gradien shear stress. Di sini, sel-sel endotel
(ECs) membutuhkan bentuk sel yang poligonal serta hilangnya kesesuaian sel dan
sitoskeletal dengan aliran. Profil aliran yang terganggu ini berkontribusi terhadap
pembuluh darah yang berhubungan dengan distensi dan relaksasi dengan masing-
regangan siklik secara kasar sekitar 2% pada 1 Hz di aorta, tetapi dapat meningkat
hingga di atas 30% jika terdapat hipertensi. Pada endotel monolayer, sel-sel secara
individu umumnya tersusun tegak lurus terhadap aksis regangan. Akan tetapi, jika
dan serabut stress tersusun pararel terhadap arah regangan. Meningkatnya kadar
Selain gaya fisik yang membebani mereka, sel endotel mampu mengadakan
stress traksi dan menggunakan gaya melawan lingkungan ekstraseluler. Gaya traksi
ini dimediasi oleh serabut stress, interaksi aktin-miosin, serta protein lain yang
mengikatkan sel ke adhesi fokal. Gaya yang dibuat sendiri oleh sel ini penting bagi
endotel dengan membuat jalur pemandu yang berdasar tekanan sehingga sel
endotel (EC) dapat saling berkomunikasi satu sama lain meski berjarak.
Heterogenitas Endotel
pada endotelium yang terjadi akibat perbedaan tugas saat perkembangan, struktur
seluler, serta faktor lingkungan sekitar. Heterogenisitas ini ada untuk mendukung
fungsi khusus pada vaskuler bed dan jaringan di bawahnya. Sebagai hasil dari
perbedaan ini ialah, endotelium orang dewasa normal juga memiliki heterogenisitas
kondisi basal, hal ini terjadi terutama melewati kapiler, walaupun pada angka
berbeda melalui vaskular bed. Akan tetapi, jika distimuli dengan histamin, serotonin,
bradikinin, atau VEGF, endotel di venula postkapiler berespon dengan peningkatan
permeabilitas baik dengan melalui retraksi adherens junction dan pembentukan gap
venula postkapiler.
mesenterium, dan otot, sedangkan di paru-paru dan hepar, fungsi ini terjadi terutama
di level kapiler. Pada nodus limfatikus, fungsi ini terjadi pada venul endotel yang
tinggi. Sel-sel endotel (ECs) yang teraktivasi yang kebanyakan terbatas pada venul
venul postkapiler, dengan level ekspresi tertinggi pada paru-paru dan mesenterium.
interaksi antar leukosit dan endotelium terjadi umumnya di venul postkapiler, mereka
juga mengatur tonus vaskular dan terjadi juga pada level resistan arteriol melalui
Endotelium merupakan sumber NO utama yang terbuat dari eNOS, dan ekspresi
eNOS lebih besar di arteri dibandingkan di sistem vena. Sehingga, banyak dari
heterogenitas fungsional ini membuat endotelium dapat berespon terhadap stimulus
a. Fungsi penghalang
serta transit sel darah putih ke dalam dan ke luar aliran darah.
edema/pembengkakan jaringan.
d. Inflamasi
darah
Daftar pustaka
Anonymus, 2014. Perbedaan jaringan epitelium dan endotrlium,
https://kliksma.com/2014/10/perbedaan-jaringan-epitelium-dan-endotelium.html
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta :
EGC, 1022