Anda di halaman 1dari 17

Pengertian Kebebasan (Pengertian Umum Kebebasan Beragama)

Kebebasan adalah kekuasaan atau kemampuan bertindak tanpa paksaan; ketiadaan


kendala (hambatan); kekuasaan untuk memilih tindakan seseorang vis-à-vis negara,
yang seringkali dilihat di dalam arti kebebasan dasar (fundamental freedom).

Kebebasan beragama adalah suatu kebebasan yang sangat dibutuhkan secara mutlak
bagi pemeliharaan dan perlindungan atas martabat manusia di dalam masyarakat
yang terorganisasikan sebagai satu jenis perlindungan paling minimum yang dapat
diterima.

Dalam berbagai dokumen HAM disebutkan secara jelas bahwa hak atas kebebasan
beragama bersifat mutlak dan berada di dalam forum internum; merupakan wujud
dari 'inner freedom'(freedom to be) dan karenanya termasuk hak non-derogable.
Artinya: hak yang secara spesifik dinyatakan di dalam perjanjian hak asasi manusia
sebagai hak yang tidak bisa ditangguhkan (pemenuhannya) oleh negara selama
dalam keadaan bahaya, seperti perang sipil atau invasi militer.

Hak 'non-derogable‘ dikenal sebagai hal paling inti dari hak asasi manusia. Hak non
derogable ini tidak boleh ditangguhkan, selalu harus dilaksanakan dan harus
dihormati oleh negara pihak dalam keadaan apapun.

Seyyed Hussein Nasr, seorang sufi dan ilmuwan Iran, memilah dua bentuk kebebasan
beragama:

1. Kebebasan menjadi (freedom to be), yang ditandai oleh pengalaman keberadaan-


diri yang asali berkaitan dengan mistikisme yang kepedulian utamanya adalah
kebebasan pribadi, bukan kebebasan politis.

Kebebasan pribadi adalah kebebasan mutlak (absolute or infinite freedom), yang


terdapat di dalam kehidupan spiritual, yang juga disebut sebagai kebebasan moral
(kebebasan menentukan sendiri tanpa hambatan sebab-sebab eksternal), atau
kebebasan batin pada pikiran dan imaginasi.

2. Kebebasan bertindak (freedom to act) yang ada dalam batas-batas yang


dipaksakan oleh realitas eksternal kepada manusia.

Prinsip kebebasan beragama dijelaskan secara gamblang dalam Al-Qur'an, seperti


QS. Al-Baqarah, 2:256 (tidak ada paksaan dalam beragama); al-Kafirun, 1-6
(pengakuan terhadap pluralisme agama); Yunus, 99 (larangan memaksa penganut
agama lain memeluk Islam); Ali Imran, 64 (himbauan kepada ahli kitab untuk
mencari titik temu dan mencapai kalimatun sawa’); dan al-Mumtahanah, 8-9
(anjuran berbuat baik, berlaku adil, dan menolong orang-orang non-Muslim yang
tidak memusuhi dan tidak mengusir mereka).

Sayangnya, ajaran Islam yang mengedepankan nilai-nilai humanisme, pluralisme, dan


inklusifisme itu tidak banyak disosialisasikan di masyarakat. Tidak heran jika potret
umat Islam dewasa ini sangat jauh dari potret yang ditampilkan umat Islam generasi
awal, khususnya di masa Nabi dan Khulafa Rasyidin, yang dikenal penuh toleransi,
persahabatan, dan persaudaraan.

Nabi Muhammad sejak awal sudah mengimplementasikan prinsip kebebasan


beragama dalam wujud prinsip persamaan dan penghormatan kepada manusia
dalam masyarakat Madinah yang sangat heterogen sebagaimana tertuang dalam
Piagam Madinah. Piagam tersebut intinya menggarisbawahi lima hal pokok sebagai
dasar bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pertama, prinsip persaudaraan
dalam Islam (ukhuwah Islamiyah), umat Islam dari berbagai latar belakang suku,
etnis, kebudayaan pada hakikatnya bersaudara. Kedua, prinsip saling menolong dan
melindungi, penduduk Madinah yang terdiri dari beragam agama: penyembah
berhala, Yahudi, dan Islam harus saling membantu dalam menghadapi lawan. Ketiga,
prinsip melindungi yang teraniaya. Keempat, prinsip saling kontrol. Kelima, prinsip
kebebasan beragama.

Karena Piagam Madinah adalah konstitusi negara Madinah, ketetapan tersebut


mengandung makna dan fungsi strategis. Disebut strategis karena kebebasan
melaksanakan agama dan keyakinan bagi komunitas-komunitas agama di Madinah
dijamin secara konstitusional. Dengan ungkapan lain, kebebasan beragama dijamin
oleh negara dan undang-undang. Nabi saw. dalam kapasitasnya sebagai Nabi dan
kepala negara tidak memaksakan agama Islam kepada non-Muslim. Dengan cara
demikian Nabi berhasil menciptakan kedamaian dan keharmonisan di Madinah.

Prinsip kebebasan beragama yang diundangkan dalam Piagam tersebut telah


membuka babakan baru dalam kehidupan politik dan peradaban dunia saat itu.
Artinya, pengakuan prinsip kebebasan beragama ini sebagai hak personal manusia,
baik melalui ketentuan wahyu maupun ketetapan Piagam Madinah adalah pertama
dalam sejarah peradaban manusia. Fakta ini secara tegas menepis klaim yang
mengatakan kebebasan beragama itu konsep Barat yang sengaja disusupkan ke
Indonesia untuk melemahkan aqidah umat Islam.

Sangat disesalkan mengapa uswatun hasanah (contoh ideal) dalam wujud kebebasan
beragama yang dipraktekkan Rasul pada masanya tidak mampu dijabarkan dalam
realitas kehidupan umat Islam, termasuk umat Islam Indonesia dewasa ini. Bahkan,
kebebasan beragama yang dicontohkan secara gamblang oleh Rasul dan sahabat-
sahabatnya pada abad ketujuh menjadi asing dalam komunitas Islam dewasa ini.
Sangat ironis!!

SUMBER: https://referensi.elsam.or.id/wp-content/uploads/2014/12/Pengertian-
Umum-Kebebasan-Beragama.pdf

Tentang Kebebasan dan Tanggungjawab Informasi di Internet: Beberapa Catatan


Susanto Karthubij

Teknologi, hakikatnya merupakan upaya manusia untuk mengatasi transendensi


ketika berhubungan dengan alam agar menjadi imanen (van Peursen, 1988). Dengan
instrumen akal budi yang dimilikinya, ditambah pengalaman dan pembacaan
terhadap lingkungan sekitar, manusia mengembangkan piranti dan kemampuan
adaptasi untuk berdamai dengan kekuatan dan hukum alam yang pada mulanya tak
tertundukkan. Manusia, misalnya, pada mulanya tidak mampu memindahkan beban
yang beratnya berlipat dari berat tubuhnya. Namun ketika manusia menemukan
benda berbentuk lingkar yang bisa menggelinding—kemudian dikenal dengan roda—
pemindahan benda berat menjadi lebih memungkinkan. Singkatnya, teknologi
semakin membuat hidup manusia menjadi lebih mudah dan nyaman.

Pada mulanya, salah satu persoalan terbesar dalam komunikasi—dalam pengertian


transaksional: menyampaikan pesan kepada pihak lain—adalah tentang ruang dan
waktu. Secara alamiah, kemampuan manusia untuk berkomunikasi sangatlah
terbatas, baik secara spasial maupun temporal.

Tentang ruang, misalnya, seberapa jauh kita mampu berkomunikasi? Tanpa


intervensi teknologi, maka ruang komunikasi manusia hanyalah sebatas jangkauan
inderawi kita: sejauh suara bisa ditangkap, sejauh mata memandang; dan tidak lebih.
Tentang waktu: bisakah pesan disampaikan kepada mereka yang ada pada dimensi
waktu yang berlainan? Bisakah kita berkomunikasi dengan masa lalu, atau masa
depan? Jawabannya adalah tidak.

Namun selanjutnya teknologi (informasi dan komunikasi) membalikkan itu semua.


Ruang dan—dalam kadar tertentu—waktu menjadi relatif. Jarak tampaknya harus
didefinisikan ulang. Mana yang lebih jauh/dekat: kampung halaman kita atau New
York? Jawabannya sangat bergantung pada intervensi teknologi: yang lebih dekat
adalah yang sudah terpenetrasi oleh teknologi komunikasi. Dan inilah yang bisa
dilakukan teknologi komunikasi ketika harus menembus waktu: sebagian dari kita
saat ini masih tertawa menikmati guyonan alm. Timbul meskipun berbeda dimensi
waktu.

Persoalan ruang dan waktu ini, oleh Harold Adam Innis, salah satu tokoh generasi
awal di bidang teknologi komunikasi, merupakan bias yang melekat pada tiap-tiap
bentuk media komunikasi dan kebudayaan yang kemudian dilahirkannya. Ada media
yang time-binding dan space-binding (Innis, 1950); sebagian media terikat
ruang,sementara media yang lain terikat waktu. Media yang space-binding adalah
media yang tidak mobile, misalnya menhir atau catatan di dinding gua. Untuk
menangkap pesannya, manusia yang harus datang ke media, bukan media yang
mengunjungi kita menyajikan informasi. Itulah repotnya. Kelebihannya: ia tahan
terhadap waktu sampai ribuan tahun. Time-binding: sangat terikat waktu, meskipun
mobile dan terdistribusi luas. Koran kemarin adalah bungkus kacang hari ini.

Kebutuhan akan Informasi Ketika bentuk masyarakat masih sangat sederhana, segala
kebutuhan dipenuhi sendiri. Setiap orang harus menjadi petani, pengrajin, pendidik,
tukang dan seniman untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, pendidikan, dan
hiburan. Kebutuhan akan informasi juga demikian adanya. Bila menghendaki gosip,
misalnya, harus mencarinya di tempat umum seperti pasar atau pemandian umum.
Pada perkembangannya selanjutnya, terjadi pelembagaan dalam masyarakat: bahwa
ada fungsi-fungsi tertentu yang diperankan oleh bagian masyarakat. Pekerjaan
menjadi lebih terspesialisasi, ada pembagian kerja (Eitzen & Baca-Zinn, 2001).

Bentuk masyarakat semacam ini mulai mengenal sistem ekonomi dalam wujud
pertukaran komoditas baik barang maupun jasa, meskipun dalam pola yang
sederhana. Kemudian mulailah dikenal konsep privat dan publik yang secara politik
mempengaruhi sistem politik yang lebih lanjut: mana yang menjadi wilayah pribadi
dan wilayah umum. Dalam hal informasi, mulai dikenal lembaga informasi dalam
bentuk yang paling awal—dalam masa romawi disebut diurnarii.

Yang hendak disampaikan di sini adalah bahwa pelembagaan informasi berkembang


sesuai dengan tahap perkembangan masyarakat bersamaan dengan pranata-pranata
sosial lainnya, termasuk teknologi. Semakin lanjut tatanan yang dikembangkan oleh
masyarakat, semakin rumit pula pelembagaan sosial yang ada, serta semakin jelas
pula pola-pola pembagian kerja yang terjadi di dalamnya. Termasuk di dalamnya
adalah nilai, etika dan konsensus atas pelbagai hal yang mengatur kehidupan
bersama. Teknologi, dan ilmu pengetahuan, oleh Marx, justru berkembang lebih
cepat dari pada lembaga sosial dan nilai-nilai yang mengikatnya. Karenanya, kerap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disikapi secara gagap—atau paling
tidak secara problematik—oleh masyarakat yang lembaga sosial dan nilai yang
dianutnya belum siap dengan kemungkinankemungkinan yang dibawa oleh
teknologi. Salah satu wujud dari ‘kebenaran’ tesis Marx itu adalah setiap invensi dan
inovasi teknologi selalu mengundang perselisihan dalam menilai potensi
konsekuensinya bagi masyarakat; termasuk internet.

Internet Internet dikembangkan pada tahun 1962 oleh Departemen Pertahanan


Amerika Serikat bekerjasama dengan Ran Corporation untuk memastikan
kesinambungan komunikasi bila Perang Nuklir terjadi. Selanjutnya kita tahu: perang
nuklir tidak pernah terjadi, namun internet tetap ‘meledak’ demikian dahsyat, dan
kita menjadi bagian dari ledakan itu hingga saat ini, bahkan di kemudian hari. Di
Indonesia saja, pada 2009, mencapai 17% dari jumlah penduduk, setara dengan 35
juta orang (Nielsen Media Research 2008-2009). Teknologi informasi ini menawarkan
sesuatu yang baru, mengerjakan sesuatu yang baru, membawa konsekuensi-
konsekuensi baru bagi kehidupan bersama, membuka cakrawala pikiran sekaligus
menawarkan alternatif pilihan, serta menggoda terjadinya

transformasi lembaga-lembaga yang sudah mapan. Internet juga menawarkan


pembebasan, sekaligus penindasan (Silverstone, 1999). Namun demikian,
kehadirannya bukannya tanpa pertanyaan. Di antara pertanyaan itu adalah tentang
kebebasan informasi yang dibawanya, akurasi dan kredibilitas informasi yang
dikandung di dalamnya, serta tanggungjawab teknologi ini terhadap pengetahuan
dan perilaku khalayak yang mengkonsumsi informasi yang disajikannya. Sebenarnya,
persoalan ini merefleksikan dua hal saja dari satu persoalan informasi di internet
yang kita diskusikan saat ini: antara kebebasan dan tanggungjawab. Selanjutnya kita
tahu bahwa diskusi tentang internet jatuh pada dua titik ekstrim; mereka yang lebih
melihat bahwa internet merupakan berkah bagi kebebasan, bisnis,
kesalingterhubungan dan berbagai bentuk berkah lain yang menguntungkan publik.
Titik ekstrim lain: mereka yang meratapi bahaya dan kerusakan yang akan
ditimbulkan bagi lembaga dan struktur sosial, kebudayaan, moralitas dan hubungan
antar manusia. Di antara keduanya, ada juga sebenarnya yang bersikap bimbang;
mengakui manfaat sekaligus awas terhadap ancaman destruktif yang memang lekat.
Inilah kutipan dari kaum optimis itu, “internet menawarkan kita kesempatan untuk
bertanggung jawab atas kehidupan kita sendiri dan untuk mendefinisikan kembali
peran kita baik sebagai warga masyarakat lokal sekaligus masyarakat global. Ini juga
menjadi kesempatan bagi kita untuk mengambil tanggung jawab dan mengatur diri
kita sendiri, untuk berpikir untuk diri kita sendiri, untuk mendidik anak-anak kita,
untuk melakukan bisnis secara jujur, dan bekerja sama dengan sesama warga untuk
merancang aturan yang ingin kita jalani” (Dyson, 1997). Jadi, internet menawarkan
kesempatan untuk membangun komunitas yang menyenangkan dengan individu
yang memiliki pemikiran serupa, memungkinkan orang untuk mendefinisikan
kembali pekerjaan sebagaimana yang diinginkan, memupuk kebenaran
menceritakan dan keterbukaan informasi, membantu membangun kepercayaan
antar manusia, dan bahkan menjadikan internet sebagai rumah kedua. Untuk
penilaian negatif: simak pendapat the Council of Torah Sages, sekelompok rabbi
terkemuka ortodoks di Israel, yang pada tahun 2000 mengeluarkan putusan yang
melarang internet dari rumah-rumah Yahudi. Dewan mengklaim bahwa internet itu
"1.000 kali lebih berbahaya daripada televisi" (yang dilarang tiga puluh tahun
sebelumnya). Dewan menggambarkan internet sebagai "penyebab utama dunia
godaan" dan "racun mematikan yang membakar jiwa" yang "menghasut dan
mendorong dosa dan dibenci dari jenis yang terburuk." Dewan mengakui manfaat
internet, tetapi tidak melihat cara menyeimbangkan manfaat ini dengan biaya
potensial yang harus ditanggung, akibat terkena "polusi moral" dan kecanduan
menggunakan internet yang bisa meredam motivasi untuk belajar Taurat, terutama
di kalangan anak-anak. Apa yang mempengaruhi perbedaan pendapat itu? Yang
pertama adalah perbedaan sistem nilai yang dianut. Dyson adalah penganut nilai-
nilai liberal yang mengedepankan kebebasan individual, hak-hak akan kepemilikan
dan sistem ekonomi pasar yang kapitalistik. Sementara para rabbi adalah penganut
nilai ortodoks yang berpegang teguh pada ajaran Taurat: bahwa kebaikan paling
tinggi adalah kepatuhan pada ajaran Tuhan; dan karenanya melihat internet sebagai
ancaman terhadap kepatuhan itu (Brey, 2000).

Tiga Isu
Setidaknya ada tiga isu yang berhubungan aspek sosial ketika berbicara tentang
internet (Katz & Rice, 2004), yaitu persoalan akses, keterlibatan masyarakat sipil dan
interaksi dan ekspresi sosial. Akses. Jika seseorang dengan (atau tanpa) usaha dapat
memiliki akses ke jaringan komputer dan mampu menggunakannya untuk
menemukan sesuatu (seperti halaman web) atau untuk berkomunikasi dengan orang
lain (seperti melalui e-mail), maka orang tersebut memiliki akses ke internet. Bila
seseorang tahu ada pengetahuan di satu tempat tidak bisa menjangkaunya, atau
memiliki teknologi untuk mendapatkan pengetahuan namun tidak mampu
menggunakannya, maka orang tersebut berarti tidak memiliki akses. Akses terhadap
internet ini menjadi penting bagi tingkat aktivitas ekonomi, interaksi sosial,
kesadaran akan kejadian-kejadian aktual dan untuk memantau dinamika politik yang
tengah berkembang. Keterlibatan merupakan partisipasi dalam aktivitas komunitas
sipil yang dilakukan secara bersama. Keterlibatan ini membutuhkan seseorang yang
bersedia untuk berperan serta dan berinteraksi dengan pihak lain. Ada keuntungan
sekaligus biaya yang harus ditanggung baik pada tingkat individu maupun kelompok
untuk mewujudkan partisipasi ini. Pada tingkat individu, harga yang dibayar
berhubungan dengan uang, tenaga dan komitmen untuk bisa mendapatkan
kenikmatan intrinsik maupun pengaruh finansial yang bersifat entrinsik. Sedang pada
tingkat kolektif, diperlukan partisipan yang terorganisir untuk mendapatkan
sumberdaya dan pengaruh yang nantinya tersedia bagi individu. Interaksi sosial
meliputi baik pertukaran informasi antar individu dan kelompok secara online, dan
pengaruh interaksi online pada komunikasi offline, wajah dalam bentuk tatap muka
maupun melalui media lainnya (seperti telepon). Interaksi sosial lebih difokuskan
pada hubungan individu dan tujuan yang dicapai daripada keterlibatan masyarakat
dan memerlukan interaksi dengan orang lain baik yang sudah maupun baru akan
dikenalnya. Interaksi ini mungkin melibatkan hubungan diadik, persahabatan,
kekeluargaan, romantis, dan kelompok. Interaksi semacam ini kurang langsung
bersinggungan dengan kepentingan dan tujuan kelompok. Adapun ekspresi mengacu
pada materi yang diciptakan oleh individu atau kelompok untuk mencerminkan
pandangan mereka, minat, atau bakat.

Kebebasan informasi merujuk pada perlindungan hak untuk bebas menyatakan


pendapat (the right to freedom of expression) dalam hubungannya dengan internet
dan teknologi komunikasi secara umum. Dalam pengertian yang lebih spesifik,
kebebasan informasi berarti juga bebasa dari sensor dalam konteks teknologi
informasi, yaitu kemampuan setiap orang untuk melakukan akses terhadap isi media
baru tanpa sensor atau pembatasan-pembatasan tertentu. Kebebasan informasi ini
merupakan perluasan dari kebebasan berbicara (freedom of speech), suatu hak asasi
paling asasi manusia yang diakui dalam hukum internasional. Kebebasan berekspresi
ini harus dijamin untuk dinyatakan dalam media apapun, baik itu secara lisan,
tertulis, cetak, melalui internet atau melalui bentuk-bentuk seni. Ini berarti bahwa
perlindungan kebebasan berbicara sebagai hak meliputi tidak hanya isi, tetapi juga
sarana ekspresi. Kebebasan informasi juga dapat diperoleh pada hak privasi dalam
konteks internet dan teknologi informasi. Dalam hubungannya dengan kebebasan
informasi ini, kenyataan yang tejadi adalah bahwa di satu sisi jelas internet
mempermulus kebebasan informasi dengan memfasilitasi kemudahan akses bagu
publik terhadap pelbagai sumber informasi. Namun di sisi yang berbeda, ketika
secara bersamaan internet juga menyajikan kebebasan arus informasi, maka hal itu
menggoda bagi pihak-pihak tertentu untuk mengaturnya—paling tidak dengan
niatan untuk memperkecil kemungkinan dampak buruk yang diandaikan akan
muncul akibat keberadaan internet. Munculnya aturan yang membatasi ‘kebebasan’
informasi di internet misalnya adalah US Communication Decency Act in 1996, the
Children’s Online Protection Act in 1998, and the Children’s Internet Protection Act
in 2000. Di Indonesia muncul dalam bentuk UU No. 32 Tahun 2009 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik. Upaya meregulasi isi di internet memicu pertanyaan
mengenai bagaimana merumuskan internet dalam lingkupnya sebagai ruang publik
dan tentang keseimbangan antara hak ekspresi secara online melawan pembatasan
dibutuhkan dalam sebuah masyarakat yang demokratis.Dengan kata lain, sampai
pada tingkat seperti apa pembatasan diperlukan dalam sebuah ruang komunikasi di
ruang maya (Jørgensen, 2001).

Contoh Kasus Sebenarnya, semakin lebar ruang kebebasan yang bisa dimanfaatkan
oleh seseorang untuk menyebarluaskan informasi secara online, maka semakin besar
pula sebenarnya peluang untuk terbuka rahasia pribadinya di masa mendatang
(Solove, 2007). Jadi, sebagaimana selalu terjadi pada media offline maupun online,
kebebasan selalu berpeluang menjadi berkah sekaligus kutukan. Dalam situasi
demikian, maka soal tanggungjawab adalah ihwal yang mendesak untuk dibahas
dalam tarikan nafas yang sama dengan soal kebebasan tadi. Dalam catatan ini, ada
dua ilustrasi yang menggambarkan kebebasan dan tanggungjawab informasi di
internet. Keduanya tentang anjing. Cerita anjing yang pertama, seorang gadis naik
kereta bawah tanah di Seoul membawa anjing. Tidak berapa lama, si anjing pups ini
membuat orang yang ada di sekitarnya merasa tidak nyaman, dan meminta si gadis
membersihkan kotorannya. Namun gadis itu justru menyahut dengan kasar
permintaan itu, dan mengatakan yang kurang lebih berisi agar tidak usah ikut
campur urusan orang. Kemudian ia turun sambil membawa anjingnya dan
meninggalkan kotoran tetap di lantai subway—yang kemudian dibersihkan oleh
penumpang lainnya. Saat kejadian, ada seorang, juga seorang gadis, namanya Nona
Kim, yang mengambil foto gadis tadi, anjingnya dan kotoran yang ditinggalkan serta
penumpang yang dengan rela hati membersihkan kotoran anjing—dan kemudian
mengunggah ke dalam satu blog terkemuka di Korea. Tidak lama kemudian, Don
Park, seorang blogger menjelaskan apa yang selanjutnya terjadi: Hanya dalam
beberapa jam, gadis itu secara nasional dijuluki sebagai gae-ttong-nyue (dog shit
girl). Gambar dan parodi tentangnya sudah menyebar ke mana-mana. Dalam
hitungan hari, identitas dan masa lalu gadis itu terungkap. Keingintahuan tentang
siapa orangtuanya dan keluarganya mengemuka, dan orang-orang mulai
mengenalinya dari anjing, tas dan jam yang dikenakannya, yang nampak sangat jelas
dalam gambar yang diunggah tadi. Soal privasi tentang gadis itu musnah sudah...
menurut pendapat umum yang mengemuka, gadis itu memang tidak memiliki hak
untuk privasinya lagi (Solove, 2007). Di internet, orang kemudian membuat poster
tentang gadis itu dengan ilustrasi yang beraneka ragam, karikatur, kartun dan
sejenisnya. Cerita ini kemudian melebar ke media-media arus utama dan menjadi isu
nasional di Korea. Tidak lama kemudian, gadis tadi memutuskan DO dari kuliahnya.
Dalam dunia offline, persoalan anjing pastilah persoalan itu selesai begitu si gadis
kabur, dan tidak akan ada lagi yang mengenalinya. Di situlah perbedaannya: internet
menjadikan tindakannya tidak pernah dilupakan. Kasus ini menunjukkan penggunaan
kebebasan internet untuk memastikan terpeliharanya sebuah norma: membersihkan
kotoran anjing yang menjadi tanggungjawabnya, apalagi di tempat umum. Norma
itulah yang mendefinisikan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak. Masyarakat
diikat oleh norma untuk mengatur keseharian hidup. Norma menjadi semacam
pelumas yang mengatasi gesekan-gesekan dalam interaksi sosial. Karenanya, norma
perlu dikawal agar kehidupan tetap nyaman terjaga. Ia menjadi pusat pusaran
mekanisme pelaksanaan kontrol sosial.
Gadis tadi jelas melanggar norma itu. Tapi, adakah ‘polisi norma’ yang berhak begitu
keras menghukumnya? Dan mana yang benar: adalah perbuatan yang tidak bisa
diterima bagi siapapun membiarkan anjing buang kotoran di tempat umum dan tidak
membersihkannya; atau: melindungi privasi seseorang dengan anjingnya itu jauh
lebih penting ketimbang masalah yang ditimbulkan oleh kotoran anjing? Cerita
anjing yang kedua: pada tahun 1993, kartunis New Yorker, Peter Steiner
menggambar sebuah kartun yang judulnya: On the Internet, Nobody Knows You’re a
Dog. Istilah ini selanjutnya menjadi terkenal dalam waktu singkat, dan mewakili isu
penting dalam jagat maya: privasi dan identitas pibadi, suatu ujian dan dilema dalam
budaya internet di mana ada peluang bagi individu untuk sepenuhnya tak dikenali
dalam dunia maya (Anderson, 2005). Ya, siapa yang tahu kalau Anda itu anjing?
Namun demikian, ada persoalan privasi juga: bahwa sebenarnya apapun yang
dilakukan meninggalkan jejak yang sebenarnya sangat mudah untuk dilacak; dan
karenanya sangat mungkin mengancam privasi pengguna internet. Ada keharusan
untuk registrasi untuk memanfaatkan fasilitas di internet. Ada cookies yang
mencatat log ke apapun yang dilakukan dan ke mana kunjungan-kunjungan
dilakukan, ada spam yang mengintai, dan seterusnya. Jadi: secara konvensional,
sebagai manusia, kita hanyalah digit-digit yang anonim ketika memasuki dunia maya.
Sementara, secara teknis, kita telanjang di depan perangkat teknologi, tidak ada
apapun yang bisa disembunyikan. Pelajarannya: janganlah jadi anjing.

DAFTAR PUSTAKA Anderson, J. (2005). Imagining the Internet: Personalities,


Predictions, Perspectives. Oxford: Rowman & Littlefield Publishers, Inc. Brey, P.
(2000). Evaluating the Social and Cultural Implications of the Internet. Twente:
Department of Philosophy University of Twente Netherland. Dyson, E. (1997).
Release 2.0. A Design for Living in the Digital Age. New York: Broadway Books. Eitzen,
D., & Baca-Zinn, M. (2001). “Social Institutions”. In D. Eitzen, & M. BacaZinn, In
Conflict and Order. Boston: Allyn and Bacon. Innis, H. (1950). Empire and
Communications. Oxford: Clarendon. Hal. 47-49. Jørgensen, R. (2001). Internet and
Freedom of expression. Kopenhagen: Raoul Wallenberg Institute. Katz, J., & Rice, R.
(2004). Social Consequences of Internet Use: Access, Involvement and Interaction.
Cambridge, Massachusetts: The MIT Press. Silverstone, R. (1999). “What's New about
New Media?” In New Media and Society, hal. 10-82. Solove, D. (2007). The Future of
Reputation: Gossip, Rumor and Privacy in the Internet. New Haven and London: Yale
University Press. van Peursen, C. (1988). Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisisus.

SUMBER: http://www.jurnalkommas.com/docs/KEBEBASAN%20DAN
%20TANGGUNGJAWAB%20INFORMASI%20DI%20INTERNET%20Edit%20Eka
%20Fix.pdf

Pengertian Tanggung Jawab

Pengertian Tanggung Jawab, Lengkap dengan Contoh, Bentuk, dan Ciri-cirinya

Pengertian Tanggung Jawab


Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan keadaan
untuk wajib menanggung segala sesuatunya. Dalam hal ini, jika dijabarkan tanggung
jawab adalah kesadaran seseorang akan kewajiban untuk menanggung segala akibat
dari sesuatu yang telah diperbuatnya.

Dikutip dari buku yang diterbitkan oleh Kemendikbud berjudul "Pendidikan Orang
Tua: Mengembangkan Tanggung Jawab Pada Anak" (2016), menerangkan bahwa
sikap tanggung jawab akan terbentuk, seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak yang berasal dari dalam hati dan kemauan sendiri untuk
melakukan suatu kewajiban.

Bentuk-bentuk Tanggung Jawab:


Seperti yang dikutip dari buku yang diterbitkan oleh Kemendikbud berjudul
"Pendidikan Orang Tua: Mengembangkan Tanggung Jawab Pada Anak" (2016)
tanggung jawab terbagi menjadi kepada Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat,
serta bangsa dan negara.

1. Tanggung Jawab kepada Tuhan


Manusia merupakan salah satu dari banyaknya bukti makhluk ciptaan Tuhan YME.
Rasa tanggung jawab manusia sebagai ciptaan kepada Tuhan adalah dengan selalu
bersyukur dan menjaga semua nikmat yang telah diberikan-Nya, serta senantiasa
untuk mentaati segala perintah dan menjauhi segala larangan Tuhan.

2. Tanggung Jawab kepada Diri Sendiri


Menanamkan sikap tanggung jawab pada diri sendiri dapat mencerminkan karakter
diri kita. Tanggung jawab dengan diri sendiri, yaitu:

-Menjaga diri sendiri dari hal-hal yang membahayakan.


-Menjaga kebersihan diri
-Menjaga kesehatan dan gizi seimbang.
-Menjaga keamanan.
-Melaksanakan apa yang sudah dijanjikan.
-Bertanggung jawab terhadap perkataan dan perbuatan.
-Bertanggung jawab terhadap keputusan yang menjadi pilihannya.

3. Tanggung Jawab kepada Keluarga


Bertanggung jawab dalam keluarga adalah dengan selalu menjaga nama baik
keluarga, dengan cara:
-Memelihara kebersihan, kenyamanan, keamanan dalam keluarga.
-Mematuhi aturan yang telah ditetapkan bersama-sama.
-Bertingkah laku sesuai norma dan aturan yang berlaku dalam keluarga.
-Menjaga keharmonisan keluarga dengan saling menyayangi, menghormati, dan
menghargai.

4. Tanggung Jawab kepada Lingkungan dan Masyarakat


Sebagai makhluk sosial, tentunya kita memiliki tanggung jawab dalam lingkungan
bermasyarakat, yang dapat dilakukan di antaranya dengan:

-Berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat, misalnya menjaga


kebersihkan lingkungan, menjaga keamanan, dan ketertiban dalam masyarakat.
-Tidak melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan peraturan/norma yang
berlaku.
-Berani melaporkan kejadian yang merugikan masyarakat kepada yang berwenang.
-Menghargai perbedaan agama, suku, dan budaya.

5. Tanggung Jawab kepada Bangsa dan Negara


-Menjaga kesatuan dan persatuan bangsa.
-Mencintai tanah air dengan melestarikan bahasa dan seni budayanya.
-Menghargai keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
-Selalu mencintai semua produk-produk buatan dalam negeri.

Ciri-ciri dari Sikap Bertanggung Jawab:


-Selalu berhati-hati.
-Disiplin untuk menepati janji yang telah dibuatnya.
-Berusaha melakukan tugas dengan semaksimal mungkin.
-Mampu menangung risiko atas ucapan dan perbuatannya.
-Memiliki komitmen yang tinggi terhadap sesuatu.
-Rela berkorban.
-Jujur dalam melakukan sesuatu.
-Berani menangung risiko.
-Peduli dengan kondisi lingkungan sekitarnya.

SUMBER: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5721612/pengertian-
tanggung-jawab-lengkap-dengan-contoh-bentuk-dan-ciri-cirinya

Pengertian Tanggung Jawab berdasarkan KBBI

Berdasarkan KBBI atau yang biasa disebut dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
tanggung jawab adalah suatu kondisi dimana setiap individu memiliki suatu
kewajiban untuk menanggung segala sesuatunya sendirian.

Pengertian Tanggung Jawab secara Harfiah

Selain berdasarkan KBBI, Secara harfiah tanggung jawab adalah suatu kondisi dimana
seseorang harus menanggung sesuatunya secara sendiri meskipun dirinya disalahkan
sebagai penerima beban yang disebabkan oleh pihak lain.

Pengertian Tanggung Jawab Menurut Para Ahli


Agar kamu dapat tahu mengenai apa itu tanggung jawab, kamu juga bisa mengacu
pada beberapa gagasan dari para ahli tentang tanggung jawab. Berikut pengertian
tanggung jawab berdasarkan para ahli yang perlu kamu ketahui.

1. Friedrich August von Hayek

Menurut Friedrich August von Hayek, dirinya mengemukakan gagasannya bahwa


istilah tanggung jawab umumnya dipakai untuk menutupi tanggung jawab itu sendiri.
Sedangkan tanggung jawab dan kebebasan ialah kedua hal yang tidak bisa untuk
dipisahkannya.

Sebab seseorang yang dapat bertanggung jawab atas tindakannya dan bisa
mempertanggungjawabkan segala perbuatannya tersebut hanyalah seorang yang
dapat mengambil sebuah keputusan dan sanggup untuk bertindak secara bebas atau
tanpa adanya suatu tekanan dari berbagai pihak.

2. George Bernard Shaw

Sementara gagasan yang dikemukakan oleh George Bernard Shaw mengenai


tanggung jawab yaitu setiap orang yang sanggup mempraktekkan semua
pengetahuan dan tenaganya dalam sebuah tindakan yang efektif, dan berguna jika
seseorang wajib menanggung segala akibat yang dilakukannya. Baik dapat
memberikan keuntungan bagi dirinya maupun malah merugikan dirinya.

Pengertian Tanggung Jawab secara Umum

Pada umumnya, pengertian mengenai tanggung jawab adalah kesadaran seseorang


terhadap perbuatan maupun perilaku yang secara sengaja itu meskipun tidak
sengaja memperlakukannya. Tanggung jawab bisa kamu lakukan pada kondisi
dimana seseorang dalam keadaan sadar.

Apabila seseorang tersebut memiliki suatu sifat tanggung jawab, maka dirinya
tergolong menjadi pribadi yang memiliki kejujuran serta kepedulian yang tinggi.

Namun, apabila seseorang itu kehilangan suatu sifat tanggung jawab, akan terdapat
pihak yang lain untuk memaksakan tanggung jawab tersebut. Dengan ini, tanggung
jawab dapat dilihat dari kedua sisinya yakni sisa pihak yang telah diperbua t atau
dibentuknya beserta sisi kepentingan bagi pihak yang lain.

Ciri-Ciri Tanggung Jawab

Terdapat beberapa ciri-ciri dari seseorang yang bertanggung jawab. Apa sajakah
sikapnya, Berikut dibawah ini adalah ciri-ciri dari seseorang yang bertanggung jawab.

1. Menentukan jalan yang benar


2. Selalu tetap memotivasi diri sendiri
3. Tetap menjaga menghormati diri sendiri
4. Tetap waspada
5. Mempunyai komitmen dalam sebuah tugas
6. Menjalankan tugas sesuai standar yang baik
7. Menepati segala janjinya
8. Memiliki keberanian guna menanggung segala resiko yang diperbuatnya.

Jenis-Jenis Tanggung Jawab beserta Contohnya

Tanggung jawab mempunyai berbagai pemahaman mengenai tanggung beserta


contohnya dari beberapa mengenai salah satu sifat yakni tanggung jawab beserta
contohnya :

1. Tanggung Jawab pada Diri Sendiri

Tanggung jawab terdiri dari tanggung jawab kepada diri sendiri, hanyalah diri sendiri
yang memahami tentang makna serta capaian yang perlu anda lakukannya. Guna
menyelesaikan tanggung jawab yang kamu punyai pada diri sendiri.

Salah satu contoh tanggung jawab kepada diri sendiri yakni apabila kamu
menginginkan agar bisa lulus kuliah secara tepat waktu dan memiliki ipk sesuai yang
didambakannya. Maka kamu wajib untuk belajar secara giat dengan tanggung jawab
terhadap waktu yang kamu miliki.

Kamu wajib mengetahui kapan waktu untuk bermain dan belajar. Hal itu perlu kamu
ketahuinya agar kamu dapat mencapai keinginan dan dapat bertanggung jawab
terhadap waktu yang kamu miliki.

Maka diwajibkannya bertanggung jawab kepada diri sendiri sebab dengan kamu 
tidak memiliki semangat belajar. Hal yang terjadi yaitu nilai ipk untuk kuliah kamu
akan tidak bisa maksimal atau kurang memuaskannya.

2. Tanggung Jawab pada Keluarga

Tanggung jawab tersebut juga merupakan suatu tanggung jawab yang wajib
dipenuhi oleh seseorang untuk keluarganya. Tanggung jawab itu tidak hanya sekedar
sebagai tulang punggung, akan tetapi juga dapat seperti tanggung jawab sebagai
seorang anak guna menuntaskannya pendidikan dan bisa membanggakannya orang
tua.

Salah satu contoh tanggung jawab terhadap keluarga adalah sebagai seorang anak
wajib menghormati orang tua sebab hal itu bagian dari kewajiban dari dirinya.
Sehingga seorang anak wajib dapat bertanggung jawab kepada orang tua dengan
cara menyayanginya serta menghormatinya.

3. Tanggung Jawab kepada Masyarakat


Sebagai seorang manusia yang membutuhkan bantuan orang lain tentunya kamu
mempunyai tanggung jawab yang wajib dipenuhi kepada masyarakat di lingkungan
yang anda tinggali saat ini.

Salah satu contoh dari tanggung jawab kepada masyarakat yaitu jika terdapat
seseorang yang tak mau untuk melakukan kerja bakti sebab malas. Maka dirinya
akan mendapatkan teguran dari kepala desa ataupun warga setempat, sebab kerja
bakti adalah tanggung jawab terhadap semua anggota masyarakat.

4. Tanggung Jawab kepada Tuhan

Berdasarkan pancasila pada sila ke satu yakni ketuhanan yang maha esa, maka anda
adalah seorang makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dengan mempunyai tanggung
jawab kepada tuhan kamu.

Salah satu contoh tanggung jawab kepada Tuhan adalah setiap individu yang
beragama wajib mematuhi kewajibannya masing-masing sesuai yang telah diatur
oleh agamanya. Tak hanya beribadah saja, namun seseorang juga perlu bersikap baik
serta mempunyai sikap toleransi kepada semua orang.

5. Tanggung Jawab kepada Bangsa dan Negara

Selain menjadi seorang warga negara yang menghuni di sebuah negara bersama
para pemimpin dengan aturan yang telah ditetapkan negara. Maka kamu
mempunyai tanggung jawab kepada bangsa dan negara sebagai seorang warga
negara yang baik.

Salah satu contoh tanggung jawab kepada bangsa dan negara yaitu dengan cara
menjaga suatu kesatuan dan persatuan serta mencintai tanah air atau negara
sendiri. Tanggung jawab tersebut dapat anda wujudkan dengan cara
mempersembahkan sebuah prestasi yang dapat membanggakan negara.

Selain itu juga bisa kamu lakukan dengan cara melestarikan serta mencintainya
warisan dari tanah air tersebut tergolong sebagai tanggung jawab menjadi warga
negara yang baik.

Langkah Guna Membangun Rasa Tanggung Jawab

Dengan bertambahnya usia maka akan bertambah juga tanggung jawabmu. Dulunya
belum sempat memikirkan untuk menyisihkan uang guna membeli pulsa ataupun
lainnya, kini wajib pandai dalam mengatur uang agar kamu tetap dapat membelinya.
Agar kami dapat mewujudkan masa depan kamu yang cerah. Berikut ini terdapat
beberapa cara guna membentuk rasa tanggung jawab.

1. Menghentikan Kebiasaan Mengeluh


Menghentikan kebiasaan untuk mengeluh dan mengkomplain pada sesuatu hal.
Kebiasaan tersebut dapat berdampak terhadap munculnya suatu hal negatif pada
pikiran.

Dengan terdapatnya pikiran yang negatif, maka kamu akan melihat segala
sesuatunya lewat sudut pandang yang negatif. Karena itulah pentingnya kamu untuk
biasa mengeluh serta mengkomplain dari saat ini. Apabila kamu menjalankan suatu
hal dengan cara salah, maka kamu tak hanya mengkomplain saja, akan tetapi juga
memperlihatkan sebaiknya yang benar untuk dilakukannya seperti apa.

2. Tidak Perlu Banyak Alasan

Selain menghentikan kebiasaan mengeluh, kamu juga perlu membuang kebiasan


untuk membuat alasan. Saat kamu melakukan sebuah kesalahan, maka saat itulah
kamu perlu untuk mengakuinya dan belajar pada kesalahan yang telah kamu
perbuat. Kesalahan adalah suatu hal wajar, sebab tentunya semua masyarakat
pernah melakukannya, dan ketika saat tertentu pun kesalahan tersebut juga wajib
terjadi guna membentuk kamu agar bisa memahami bagaimana yang seharusnya
benar untuk dilakukannya. Dengan membuat alasan ataupun menyalahkan
seseorang akan membuat anda menjadi seorang pengecut dan tak memiliki
tanggung jawab. Sehingga jangan menjanjikan segala sesuatu kepada orang lain
apabila kamu tidak sanggup untuk melakukannya dengan benar dan maksimal.

3. Jangan Menunda-Nunda Pekerjaan

Waktu luang yang kamu pakai untuk bermain hp ataupun melakukan suatu hal yang
tidak jelas, sebenarnya dapat kamu lakukan untuk melakukan segala hal positif.
Kamu dapat membaca suatu berita, menuntaskan sebuah tugas walaupun waktu
deadline masih lebih lama ataupun berolahraga. Waktu senggang tersebut juga
dapat kamu pakai untuk merapikan sebuah kamar kamu yang berantakan, agar kamu
dapat mempunyai suasana baru yang tentunya dapat menjernihkan atau
menenangkan pikiran.

Menunda-nunda suatu pekerjaan maka juga berarti akan menunda kesuksesan anda.
Sehingga apabila kamu mempunyai waktu senggang, sebaiknya pakailah untuk suatu
hal yang memiliki manfaat.

4. Menjadi Seorang Konsisten

Lakukanlah segala aktivitas harianmu secara konsisten. Apabila kamu pada hari kerja
pukul 6 pagi biasanya bangun pagi, maka bangunlah pagi juga pada hari libur.
Janganlah untuk bermalasan sampai siang hari berada di kamar dengan alasan
bahwa kamu telah bekerja selama seminggu, dan hari libur pantas untuk dibuat
bermalasan. Kamu dapat mengisi hari libur dengan beristirahat dari kepenatan di
kantor maupun sekolah melalui berolahraga. Tak hanya dapat menghilangkan rasa
bosan, akan tetapi juga dapat menyehatkan tubuh anda. Hal mudah bermanfaat
yang dapat kamu lakukan sebagai anak rantau ketika hari libur yakni dengan
menghubungi teman ataupun keluarga. Guna membantu kamu menjadi seorang
yang konsisten, maka kamu dapat membuat jadwal. Dengan memilikinya jadwal
tersebut, kamu akan selalu ingat apa yang seharusnya perlu anda lakukan saat hari
itu.

5. Belajar Mengatur Keuangan secara Sendiri

Uang adalah suatu hal penting yang ada di dalam hidup. Dengan uanglah kamu bisa
menentukan apa yang bisa anda lakukan serta kemana anda pergi. Belajar untuk
mengatur keuangan merupakan hal yang wajib anda lakukan guna menjadi seorang
yang memiliki tanggung jawab. Kamu akan memiliki sebuah penghasilan secara
mingguan maupun bulanan. Sisihkanlah sebagian dari uang tersebut serta
melakukannya secara berulang. Janganlah kamu mudah terbujuk oleh suatu hal yang
sia-sia atau tidak memiliki kegunaan, hal itu justru dapat menyebabkan kamu akan
mengganggu keberlangsungan hidup kamu pada akhir bulan. Sehingga belajarlah
untuk menabung agar kamu dapat terhindar dari kebiasaan meminjam uang atau
berhutang.

Akibat Jika Tidak Melakukan Sikap Tanggung Jawab

Bagi anda yang tidak dapat bertanggung jawab atas suatu hal yang telah dibebankan
kepada kamu, maka dapat memberikan dampak negatif antara lain :

1. Dikucilkan oleh warga setempat maupun orang terdekat anda


2. Tidak akan dihargai orang atas apa saja yang telah anda lakukan
3. Tidak akan dianggap menjadi bagian dari warga pada lingkungan tempat
tinggal anda
4. Menjadi perbincangan oleh warga di lingkungan tempat tinggal anda
5. Memperoleh banyak teguran ataupun hingga cacian dari masyarakat
Tanggung jawab merupakan suatu kewajiban yang harus kamu lakukan pada apa
yang sudah dibebankan kepada kamu. Sikap tanggung jawab tersebut dapat melatih
kamu untuk dapat menjadi seorang yang memiliki disiplin dan bisa menghargai
sebuah waktu yang ada.

Manfaat Sikap Tanggung Jawab

Sikap tanggung jawab pastinya memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan.
Sebab, sikap yang satu ini perlu dimiliki oleh semua orang. Bagaimana bisa kita hidup
tanpa adanya rasa tanggung jawab. Padahal hidup itu sendiri merupakan tanggung
jawab masing-masing orang. Dimana kita diharuskan untuk bertanggung jawab atas
hidup kita sendiri, berbuat baik dengan orang lain, dan bertanggung jawab atas apa
yang kita lakukan.
Jika kamu masih ragu, apa sih sebenarnya manfaat dari tanggung jawab itu? Nah,
berikut ini adalah beberapa manfaat sikap tanggung jawab yang akan kamu
dapatkan jika kamu memiliki sikap tersebut.

1. Lebih Dihargai Orang Lain

Dengan memilikinya tanggung jawab maka seseorang akan dapat dihargai oleh
masyarakat. Sebab dengan mempunyai sikap tanggung jawab kamu akan
bertanggung jawab terhadap tugas yang telah dibebankannya dan tidak
melalaikannya. Sehingga kamu tidak akan melakukan sebuah kesalahan pada tugas
yang telah dibebankan kepada kamu. Karena itulah seseorang menghargai kamu.

2. Mempunyai Ketelitian Tinggi

Pada umumnya seseorang memiliki sifat tersebut maka akan memiliki sifat teliti yang
tinggi. Sebab ia melakukan segala sesuatunya dengan hati-hati. Orang yang memiliki
sikap tanggung jawab akan cenderung memikirkan risiko dan manfaat atas apa yang
mereka lakukan. Sehingga mereka akan lebih hati-hati dan memperhitungkan segala
sesuatunya.

3. Akan Lebih Dipercaya Orang Lain

Sifat tanggung jawab adalah sifat baik, sehingga seseorang yang mempunyai sikap itu
akan mudah dipercaya oleh orang lain. Baik dari organisasi ataupun tempat lainnya.
Kepercayaan tersebut merupakan sebuah usaha mengenai apa yang telah kamu
lakukan sebelumnya.

Misalnya jika kamu ingin mengajak kerjasama orang lain, tentu kamu akan memilih
orang-orang yang memiliki sikap tanggung jawab. Sebab, semua hal yang mereka
kerjakan pasti akan sesuai dengan apa yang kamu harapan. Iya kan?

4. Mendorong Kesuksesan

Tanggung jawab pastinya akan memperoleh hasil kepuasan bagi diri sendiri maupun
orang lain. Sebab sejatinya seorang yang memiliki sikap tanggung jawab tak akan
secara asal-asalan dalam melakukan sesuatu. Serta dia tak akan pernah untuk lari
dari masalah hingga dirinya menuntaskan masalahnya.

Itulah beberapa ulasan mengenai sikap tanggung jawab dan bagaimana cara
membentuk sikap tanggung jawab di dalam diri. Sikap ini sangat penting untuk
diajarkan dan ditanamkan dalam diri sendiri sejak dini. Selain bermanfaat untuk diri
sendiri, sikap tanggung jawab juga bisa bermanfaat bagi masa depan kita. Sebab,
dengan memiliki sikap ini, kita akan lebih mudah dipercaya oleh orang lain.

Bagi kamu yang ingin menanamkan sikap tanggung jawab kepada anak-anak kecil.
Mungkin kamu bisa menggunakan buku ini untuk referensi pengajaran. Kamu bisa
membaca buku rekomendasi di bawah ini dan menceritakannya kepada anak-anak.
Terkadang belajar melalui sebuah cerita akan lebih mudah dipahami dan dicontoh.

SUMBER: https://www.gramedia.com/best-seller/tanggung-jawab/

Anda mungkin juga menyukai