Pasal 1
Netizmu senantiasa berlandaskan pada al Quran dan as Sunnah, kebijakan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, peraturan perundangan dan kode etik jurnalistik dalam bermedia sosial.
Pasal 2
1) Netizmu wajib berdakwah dengan membela agama Islam dan Muhammadiyah sebagai gerakan
dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid.
2) Netizmu wajib menjaga nama baik dan mendukung Persyarikatan Muhammadiyah di dunia
maya dalam hal ini termasuk juga para pimpinan, warga dan Amal Usaha Muhammadiyah.
Pasal 3
Netizmu dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Melakukan ghibah, fitnah, namimah, melakukan bullying, ujaran kebencian, dan menyebarkan
permusuhan berdasarkan suku,agama, ras, atau antar golongan (SARA)
2) Menyebarkan materi pornografi, kemaksiatan, dan segala yang terlarang secara syar’i
3) Menyebarkan informasi bohong (hoax), manipulasi berita dan tindakan provokatif.
Pasal 4
1) Netizmu wajib menjadikan media sosial sebagai wahana silaturahmi, tukar informasi dan
tabayun (klarifikasi).
2) Sesama Netizmu harus saling berteman menjadi follower sebagai bentuk silaturahmi dan
menjaga ukhuwah.
3) Sesama Netizmu harus saling mengingatkan, menasehati dengan etika yang tinggi sebagimana
ajaran Islam, sanggup mengoreksi dan meminta maaf ketika melakukan kesalahan.
Pasal 5
Materi yang disebarkan Netizmu harus mencerahakan dan dapat dipertanggung jawabkan secara
personal dan kelembagaan yang tidak bertentangan dengan norma sosial, sesuai nilai-nilai
keislaman dan keIndonesaian.
Pasal 6
1) Pengawasan Netizmu dilakukan oleh Dewan Etik Netizmu yang ditunjuk oleh Majelis Pustaka
dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
2) Dewan Etik Netismu terdiri dari 5 (lima) orang yang memiliki integritas dan komitemen dalam
berMuhammadiyah serta memahami dunia media sosial.
3) Dewan Etik Netizmu berwenang memberikan sanksi kepada Netizmu apabila diperlukan
Ada etika yang harus diperhatikan ketika bermedsos ria. Pasalnya, bermain media sosial ibarat
menghunus sebuah pedang. Jika salah mengayunkannya, maka kita sendiri yang akan tertebas.
Sedikitnya ada 10 etika yang mesti diperhatikan agar tak salah langkah dalam menjelajah akses
internet yang canggih tersebut.
1.Muraqabah
Etika pertama yakni merasa selalu diawasi oleh Allah. Apapun yang kita posting, termasuk niat
dibalik postingan tersebut, sadarilah selalu bahwa semua itu diketahui oleh Sang Maha Tahu.
Dengan selalu merasa diawasi Allah, maka pastilah kita takut melanggar batasan-batasan agama
dalam memanfaatkan medsos.
2.Hisab
Ingatlah selalu bahwa ada hisab atau perhitungan atas setiap apa yang kita lakukan, meski seberat
dzarrah. Setiap kalimat, foto, video yang kita unggah, akan dipertanyakan kelak di akhirat. Allah
berfirman, “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat Dzarrah, niscaya dia akan melihat
balasannya. Barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar Dzarrah, niscaya dia akan melihat
balasannya.” (QS. Az-Zalzalah: 7-8).
3.Istifadah
Yakni menggunakan sarana yang ada untuk diambil manfaatnya. Jika media sosial bermanfaat bagi
kehidupan kita, maka tak ada salahnya untuk memanfaatkannya. Namun jika medsos justru
membawa lebih banyak kerugian daripada manfaatnya, maka etika seorang muslim pastilah
menghentikan aktivitas tersebut.
Rasulullah bersabda, “Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah ia meninggalkan perkara
yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. At Tirmidzi).
4.Bertanggung jawab
Menggunakan medsos berarti kita bertanggung jawab atas semua yang diposting ke publik,
termasuk saat follow, share, Iike, retweet, repost, comment dan lain sebagainya. Seorang muslim
beretika baik akan berhati-hati dalam menyampaikan sesuatu atau menanggapi sesuatu. “Dan
janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan
hati akan diminta pertanggung jawabannya.” (QS. Al-Isra’: 36)
6.Memperhatikan pertemanan
Berteman di medsos mestilah mempertimbangkan kebaikan dengan timbangan ilmu syar’i. Jangan
Bermudah-mudahan mengikuti status seseorang yang tak jelas kebaikannya. Ibnu Mas’ud pernah
memberikan nasihat, “Jika engkau sekedar menjadi pengikut kebaikan, maka itu lebih baik daripada
engkau menjadi panutan dalam kejelekan.” (Kitab Al Ibanah).
7.Wasilah
Etika muslim berikutnya yakni menjadikan medsos sebagai penghantar atau sarana atau wasilah
kepada kebaikan. Artinya, manfaatkanlah medsos untuk menebar kebaikan. Sebagai contoh,
memposting ayat-ayat Al-Qur’an, hadits, kata mutiara para shahabat Rasulullah, permasalahan
agama dan lain sebagainya.
8.Tidak lalai
Inilah yang sering luput jika sudah asyik bermain medsos. Kita mudah terlalaikan hingga waktu
yang berhaga terbuang begitu saja.
9.Mengumpulkan kebaikan
Etika muslim dalam bermedia sosial dengan menjadikannya sebagai sarana pengumpul ilmu dan
kebaikan. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang memberi teladan dalam agama ini suatu
kebaikan, maka baginya pahala setiap orang yang mengamalkannya hingga hari Kiamat tanpa
mengurangi pahala mereka sedikitpun.”
10.Ikhlas
Selalu menjaga keikhlasan menjadi salah satu etika yang harus dilakukan muslimin saat bermedia
sosial. Termasuk didalamnya agar tidak memposting sesuatu dengan maksud ria. Rasulullah
bersabda, “Barangsiapa yang mampu merahasiakan amal salehnya, maka hendaknya ia lakukan.”
(HR. Al Khatib)
Ibnu Rajab pernah berkata, “Tidaklah seseorang yang ingin dilihat itu mencari perhatian makhluk.
Akan tetapi mereka melakukannya akibat kejahilan (kebodohan) diri akan keagungan Sang Khalik.”
Dengan melaksanakan 10 etika ini, maka media sosial yang sejatinya berbahaya dapat menjadi
sebuah anugerah bagi manusia. Kemajuan teknologi tentu bersifat memudahkan kehidupan
manusia. Namun kemajuan tersebut harus dibarengi dengan ilmu syar’i dan akhlakul karimah. Mari
beretika muslim saat memanfaatkan media sosial