Anda di halaman 1dari 4

AKHLAQUL MEDSOSIYAH WARGA MUHAMMADIYAH

(KODE ETIK NETIZMU)


Oleh :
Hendra Apriyadi
(Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Tegal)

Disarikan dari Kode Etik NetizMu Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
Hadirnya budaya tulis selalu menandai adanya kemajuan masyarakat. Masyarakat akan
mudah melesat maju manakala mampu menghidupkan budaya tulis. Hal itu dikarenakan budaya
menulis merupakan pasangan dari budaya baca. Upaya mengembangkan budaya baca ini
sungguh diperintahkan oleh Allah swt melalui ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw yang dikenal dengan perintah „iqro‟. Al-Qur‟an sendiri sebagai mukjizat yang
diberikan kepada Rasulullah memiliki arti dasar bacaan.
Majalah Suara Muhammadiyah merupakan bukti dari upaya gerakan dakwah dan
gerakan tajdid sebagaimana gerakan dakwah yang mencita-citakan terciptanya warga pemeluk
islam yang berkemajuan (Hasyim, 2009: 28).
Netizen berasal dari kata internet dan citizen. Netizen dapat diartikan sebagai pengguna
internet atau dapat juga disebut sebagai penghuni yang aktif terlibat di komunitas online di
internet. Aktivitas itu dapat bermacam-macam jenisnya, dari yang sekadar berbincang-bincang
sampai aktivisme yang menuntut perubahan di dunia maya atau bahankan dunia nyata.
Sehubungan dengan netizen, Muhammadiyah merupakan organisasi sebagai gerakan dakwah
amar ma’ruf nahi munkar memiliki istilah untuk kalangan sendiri, yakni NetizMu.
Media Sosial (Social Media) merupakan saluran atau sarana interaksi sosial secara online
di dunia maya (internet). Twiter, Facebook, Instagram, Whatsapp atau media sosial lainnya,
merupakan salah satu bentuk media sosial yang saat ini mendominasi penyebaran informasi
secara online. Para pengguna media sosial lebih dikenal sebagai netizen, sedangkan kelompok
netizen di Muhammadiyah disebut sebagai NetizMu. Dalam praktiknya NetizMu melaksanakan
peran sebagai pemberi dan penerima informasi secara online dan dunia pers online. Dunia pers
online merupakan sarana masyarakat untuk memperoleh dan memenuhi informasi
berkomunikasi guna memenuhi kebutuhan serta meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
Maka, sejatinya NetizMu memiliki hak kebebasan berpendapat, berekspresi yang berdasarkan
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Pada
kehidupan nyata maupun dunia maya ada tanggung jawab sosial dan moral sebagai landasan etis
untuk menghormati hak dan kewajiban sesama Netizen/NetizMu .
NetizMu dapat diartikan sebagai pengguna internet warga Muhammadiyah khususnya
dalam berdakwah amar ma’ruf nahi munkar. NetizMu bergerak dalam koridor kode etik yang
dirumuskan persyarikatan. Jurnalis Muhammadiyah harus memiliki kepribadian yang baik,
maksudnya adalah memiliki seperangkat nilai dan kode etik yang bersumber dari nilai-nilai
keislaman, kebangsaan, dan kemuhammadiyahan untuk menuntun dan menjadikan sikap dn

Artikel ini disampaikan pada acara Rapat Koordinasi Daerah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Tegal
pada 17 September 2017 di Aula Multazam RSI PKU Muhammadiyah Tegal
oleh Tim MPI PDM Kab. Tegal 1
perilaku jurnalis Muhammadiyah dalam menjalani profesi dan tugasnya sebagai seorang jurnalis
sesuai dengan ajaran islam.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam bermedia sosial NetizMu senantiasa
berlandaskan pada Akhlaqul Karimah sesuai tuntunan Qur‟an dan Hadits. NetizMu
menggunakan sosial media sebagai sarana dakwah amar ma’ruf nahi munkar dengan hikmah dan
mauizhah hasanah (perkataan bersahabat, nasihat, dan peringatan dengan sanksi: An-Nahl
[125]). NetizMu harus senantiasa menjaga nama baik dan mendukung persyarikatan
Muhammadiyah dalam menyebarkan pesan-pesan positif. NetizMu melarang dengan keras
melakukan hal-hal berikut ini.
1. Melakukan ghibah, fitnah, namimah, dan menyebarkan permusuhan.
2. Melakukan bullying, ujaran kebencian, dan permusuhan berdasarkan suku, ras, atau
antargolongan.
3. Menyebarkan materi pornografi, kemaksiatan, dan segala yang terlarang secara syari.
4. Menyebarkan hoax serta informasi bohong meskipun dengan tujuan baik.
5. Menyebarkan konten yang benar tetapi tidak sesuai dengan tempat atau waktunya.

Maraknya perkembangan kabar bohong (hoax) di media sosial, bahkan telah berkembang
menjadi industrialisasi hoax, Pimpinan Pusat Muhammadiyah kembali mempertegas
komitmennya untuk melawan fenomena tersebut. Komitmen tersebut dituangkan dalam
pernyataan sikap yang ditandatangani oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr. H.
Dadang Kahmad yang membidangi MPI , dan Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP
Muhammadiyah Dr. Muchlas MT. Sikap itu dikeluarkan pada hari Rabu, 30 Agustus 2017. Tiga
poin yang tertuang dalam pernyataan tersebut, yaitu (1) Muhammadiyah berkomitmen untuk ikut
serta membentuk atmosfir positif di sosial media dan bersama semua komponen bangsa
memerangi hoax dan konten negatif, (2) komitmen tersebut diimplementasikan dengan
perumusan Fiqih Informasi yang akan menjadi panduan Warga Muhammadiyah dalam mencerna
dan memproduksi Informasi di ranah online (daring) terutama di Sosial Media, (3)
Muhammadiyah juga mewadahi dan membina Warganet Muhamamdiyah dalam wadah
NetizMu. NetizMu bergerak dalam koridor kode etik yang dirumuskan Persyarikatan
(Khittah.com).

PP Muhammadiyah berkomitmen untuk ikut serta membentuk atmosfir positif di sosial


media dan bersama semua komponen bangsa memerangi hoax dan konten negatif.
Demikian pernyataan sikap resmi PP Muhammdiyah yang ditandatangani Ketua PP
Muhammadiyah Prof. DR. Dadang Kahmad dari Yogyakarta (Tribunnews.com). Pernyataan itu
disampaikan terkait dengan dinamika informasi yang beredar belakangan ini, terutama berkaitan
dengan berita bohong atau hoax. PP Muhammadiyah diwakili Majelis Pustaka dan Informasi,
Prof. Dr. Dadang Kahmad menyatakan bahwa komitmen tersebut diimplementasikan dengan
perumusan Fiqih Informasi yang akan menjadi panduan warga muhammadiyah dalam mencerna
dan memproduksi informasi di ranah online terutama di sosial media. Selain itu, Muhammadiyah
juga mewadahi dan membina Warganet Muhamamdiyah dalam wadah NetizMu. NetizMu
bergerak dalam koridor kode etik yang dirumuskan Persyarikatan Muhammadiyah. Selanjutnya,

Artikel ini disampaikan pada acara Rapat Koordinasi Daerah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Tegal
pada 17 September 2017 di Aula Multazam RSI PKU Muhammadiyah Tegal
oleh Tim MPI PDM Kab. Tegal 2
himbauan diberikan kepada Warga Muhammadiyah dan seluruh komponen Bangsa untuk bijak
dalam mencerna dan menyebar informasi.

Sesuai dengan Kode Etik NetizMu Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dapat dirumuskan bahwa media sosial harus dijadikan sebagai wahana
silaturahim, bermuamalah tukar informasi dan berdakwah amar ma’ruf nahi munkar. Materi
maupun konten yang disebarkan NetizMu harus dapat dipertanggung jawabkan secara personal
dan kelembagaan yang bersifat mencerahkan tidak bertentangan dengan norma sosial, agama,
dan sesuai dengan etika ke Indonesiaan serta tidak melanggar hak orang lain. Selanjutnya,
berkaitan dengan hubungan antara sesama NetizMu bahwa pertama, sesama NetizMu harus
saling berteman menjadi follower sebagai bentuk silaturahim dan menjaga ukhuwah. Kedua,
sesama NetizMu harus saling mengingatkan, menasehati dengan etika yang tinggi sebagaimana
ajaran Islam, sanggup mengoreksi dan meminta maaf ketika melakukan kesalahan. Kode etik
NetizMu yang sudah ditentukan akan diterapkan di bawah pegawasan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dengan pelaksana tugasnya ada pada Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP
Muhammadiyah.

Ketua PP Muhammadiyah Bidang Pustaka Informasi dan Komunikasi, Prof. Dadang


Kahmad mengatakan, bahwa media merupakan salah satu pilar dari negara demokrasi.
Keberadaan media merupakan sebuah kebutuhan dalam menciptakan keseimbangan, sarana
edukasi, hingga sebaga alat kontrol terhadap pemerintahan. Menurutnya, kebebasan berbicara
dalam konteks kebangsaan sangat dilindungi oleh undang-undang, bahkan termasuk sebagai
salah satu unsur Hak Asasi Manusia yang tidak bisa dilanggar oleh siapapun. Namun, di era
digital seperti saat ini, kebebasan berbicara telah mengikis nilai-nilai etika, memorak-porandakan
moralitas, dan mengikis derajat akhlak.

Menurut Prof. Dadang Kahmad, keberadaan media sosial harus bisa digunakan secara
tepat dan proporsional. Masyarakat mengekspresikan pikirannya dalam media sosial dengan
beragam bentuk. Penyebaran berita hoax yang mampu menjadikan orang baik menjadi jelek
begitu juga sebaliknya dijadikan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan berpolitik,
termasuk kampanye. Media sosial atau medsos sangatlah netral, maksudnya tergantung siapa
yang menggunakan dan tujuannya apa. Pengguna medis sosial sepenuhnya akan diserahkan
kepada individu. Beliau mengatakannya sembari mencontohkan peristiwa Arab Spiring yang
sangat massif dan sukses karena diawali dari media sosial.

Selanjutnya, beliau mengingatkan kepada kaum muslimin untuk berhati-hati dalam


menggunakan media sosial. Pada zaman Rasul pernah juga terjadi fenomena berita hoax.
Pertama, berita bohong yang disebarkan oleh Abdullah bin Saba al-Sahul yang menyebarkan
berita fitnah bahwa Aisyah istri nabi telah berzina. Setelah terjadi kekacauan berita selama
sebulan, turun QS. Al-Nur: 11-18 yang isinya tentang melarang menyebarkan berita bohong.
Kedua, peristiwa al-Walid bin Uqbah. Dia diperintahkan oleh Rasul untuk memungut zakat dari
suatu kabilah yang baru masuk Islam. Di tengah jalan, al-Walid berbalik pulang karena takut
berjalan sendiri. Lalu ia melaporkan kepada Rasul bahwa kabilah itu tidak mau membayar zakat
Artikel ini disampaikan pada acara Rapat Koordinasi Daerah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Tegal
pada 17 September 2017 di Aula Multazam RSI PKU Muhammadiyah Tegal
oleh Tim MPI PDM Kab. Tegal 3
dan menantang perang. Tentu saja Rasul menyiapkan pasukan siap perang. Untung saja, al-Haris
mendahului datang ke Rasulullah dan mengatakan bahwa mereka menantikan kedatangan utusan
Rasulullah untuk memungut zakat. Kemudian turunlah QS. At-Taubah: 6 yang artinya “Dan jika
seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah
ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman
baginya”. Dua peristiwa itu menjadi ibrah bagi kita untuk berhati-hati dengan berita yang dapat
menghancurkan tatanan kehidupan. Dunia semakin tidak ada sekat antara sisi positif dan sisi
negatif.

Selain ayat di atas, Prof. Dadang Kahmad juga menjelaskan arti dari QS. An-Nisa: 148
yang artinya “Allah tidak menyukai perkataan buruk yang diucapkan dengan terus terang,
kecuali oleh orang yang teraniaya”. Ayat tersebut memberi pesan supaya dalam berbicara harus
dilandasi dengan etika dan nilai kebaikan, sehingga ketika seseorang berbicara tidak akan
menyakiti hati orang lain; terkecuali saat menyuarakan suara korban ketidakadilan dan
memperjuangkan kebenaran orang yang teraniaya.

Dadang lalu mengutip perkataan Imam An-Nawawy dalam kitab Riyadhah Salihin yang
menjelaskan tentang berbicara yang terpuji, yakni: pertama, materi pembicaraan tidak bertujuan
untuk menjatuhkan orang lain, mengungkapkan aib, rahasia dan kelemahannya. Kedua, materi
disampaikan pada waktu, kesempatan, dan tempat yang tepat. Ketiga, materi tidak berdasarkan
spekulasi, perkiraan, dan prasangka. Keempat, materi harus berpedoman pada etika Alquran dan
Sunah Nabi.

Menghadapi kemajuan dunia informasi dan teknologi yang sedemikian pesat ini
diperlukan peran agama sebagai panduan nilai-nilai moral. Oleh karena itu, sudah menjadi satu
tuntutan bagi Muhammadiyah untuk menyusun fikih informasi. Seperti Pedoman Hidup Islami
(PHI) yang berisi kisi-kisi dan sekaligus aturan serta termasuk ancaman bagi yang menyebarkan
berita palsu. Menurut Dadang, dalam bermedsos harus menanamkan prinsip bahwa semua
aktivitas manusia tidak hanya berimplikasi duniawi, tetapi juga memiliki implikasi ukhrawi.
Maksudnya, kelak apa yang disampaikan akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah
swt. Selain itu, dalam konteks media sosial harus berhati-hati dalam membagikan atau menshare
berita.

Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Tegal


dengan diterbitkannya Kode Etik NetizMu mengharapkan Warga Muhammadiyah untuk berbagi
berita dan informasi sesuai dengan kaidah Kode Etik NetizMu. Mari, kita besarkan kabar
menggembirakan informasi Muhammadiyah di kalangan umum dan berbagi berita sesuai dengan
aturan-aturan yang ditetapkan oleh PP Muhammadiyah.

Artikel ini disampaikan pada acara Rapat Koordinasi Daerah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Tegal
pada 17 September 2017 di Aula Multazam RSI PKU Muhammadiyah Tegal
oleh Tim MPI PDM Kab. Tegal 4

Anda mungkin juga menyukai