Anda di halaman 1dari 5

GERAKAN KAUM MUDA,

ANTARA SEJARAH &TANTANGANYA


CATATAN UNTUK MILAD PEMUDA MUHAMMADIYAH & NASYIATUL
AISYIYAH

Pada Bulan Mei ini , 2 ortom Muhammadiyah, di ingatkan kembali dengan


bulan berdirinya, yaitu Pemuda Muhammadiyah (PM) dan Nasyiatul Aisyiyah
(NA) yang tahun ini PM memasuki usia 84 thn dan NA memasuki usia 85
thn. Sekalipun usianya sudah termasuk kategori tua, tapi PM dan NA tetap
dan akan terus menjadi gerakan kaum muda dengan semangat Pelopor,
Pelangsung dan Penyempurna Perjuangan .
Maka, menyambut bulan milad ini, ada baiknya kita
mereflekasikan
kembali seputar peran gerakan muda, antara sejarah dan tantangan ke
depannya.
Rasanya tidak pernah selesai jika kita bicara tentang gerakan kaum muda.
Membicarakan kaum muda
berarti kita tengah membicarakan suatu
kelompok masyarakat yang sesungguhnya memiliki peran sangat strategis
dalam dinamika sosial suatu masyarakat secara keseluruhan. Kaum muda
(baca;Pemuda dan mahasiswa) adalah identik dengan semangat membara
dan darah yang tengah menggelora. Pendek kata, kaum muda adalah
simbol vitalitas dan keberanian.
Dalam sejarah peradaban dunia tidak dapat disangkal lagi bahwa terjadinya
suatu gerakan perubahan di sebuah masyarakat dan bangsa selalu dimotori
oleh Creative minority, yaitu sekelompok komunitas yang jumlahnya tidak
banyak (baca;minoritas) tapi memiliki potensi dan energi yang dahsyat,
mereka itulah kaum muda, selain karena potensi fisik, sosial, intelektual,
idealisme juga karena adanya semangat perubahan dengan segala sesuatu
yang bersifat ststus quo.
Oleh karenanya,banyak sebutan-sebutan lain yang disandangkan bagi kaum
muda , beberapa diantaranya seperti sebutan Agent of change, director of
change, Agent of Social Control, Agent of Development, iron stock
leader dan lain sebagainya.

KAUM MUDA DALAM LINTASAN SEJARAH


Dalam wacana kepemudaan, biasanya selalu muncul romantisme
kesejarahan akan peran vital pemuda. Bagi Pemuda Indonesia umumnya
merujuk peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928, perjuangan kemerdekaan
tahun 1945, penumpasan PKI tahun 1965, hingga perjuangan mahasiswa di
era reformasi tahun 1998 yang menumbangkan Orde Baru. Romantisme
terhadap heroisme dalam beberapa hal menjadi sesuatu yang wajar, terlebih
ketika rezim penguasa yang otoriter kerap digambarkan sebagai sebuah
tembok raksasa yang harus dijebol.
Dalam sejarah peradaban Islam juga bisa kita temukan berbagai kisah dari
anak-anak muda pemberani di setiap zamannya. Perlawanan dan pembelaan
adalah energi dari lahirnya sebuah peradaban, dan energi itu kemudian lahir
dari sebuah kegelisahan. Nabi Ibrahim AS membuktikannya. Ibrahim muda
tanpa takut dan segan, hadir di tengah-tengah umatnya menyerukan
idealismenya untuk menegakan ajaran Allah. Bukan tanpa pertentangan dan
perlawanan. Dan tidak tanggung-tanggung, lawan yang dihadapi adalah
penguasa besar saat itu, Raja Namrud. Namun sebesar apapun kuasa Raja
Namrud, tidak mampu membendung energi besar berupa perlawanan dan
daya kritis dari Ibrahim. Maka lahirlah peradaban baru itu, lahirlah sebuah
era dimana Islam menempatkan diri sebagai Rahmatan lil Alamin. Ibrahim
adalah energi itu. Kelak, ia diberi gelar terhormat; Bapaknya para Nabi.
Sejarah juga tidak pernah luput mencatat anak muda pemberani bernama
Muhammad Al- Fatih Murad. Anak muda pemberani yang dipercaya
memimpin suatu misi besar Islam, menaklukkan Konstantinopel. Usianya
tidak lebih dari 19 tahun ketika ia dipercaya untuk melakukan tugas berat
itu. Tetapi usia muda bukanlah sebuah halangan, justru kemudian menjadi
sebuah keunggulan besar, lagi-lagi karena energinya yang besar, karena
semangatnya yang senantiasa menyala. Akhirnya Konstantinopel (sekarang
Negara Turki) pun menjadi bagian dari negeri Islam, hingga kini.
Sejarah Islam lainnya juga mencatat dengan jelas peran para pemuda. Ada
pemuda Ashabul Kahfi yang tegar melawan tiran Dikyanus yang zhalim. juga
para pemuda sahabat Rasulullah seperti Ali bin Abi Thalib RA, Mushab bin
Umair RA, Usamah bin Zaid RA, Bilal RA. Mereka yang masih berusia muda
tak segan-segan mengorbankan diri demi menegakkan kebenaran.
Seorang ahli sejarah berkata :

Banyak para pemuda yang masuk dalam pangkuan Islam. Mereka berasal
dari keluarga dan kabilah terhormat, dan pikiran utama yang bisa kita
kemukakan dari sejarah kaum muslimin pertama adalah bahwa Islam pada
dasarnya adalah gerakan pemuda (Montgomery Watt, Muhammad di
Makkah)

DEMORALISASI, TANTANGAN PEMUDA


Kisah mempesona para pejuang muda dari masa nabi sampai era reformasi
ternyata tidak semua bisa diikuti oleh para pemuda saat ini, sebab
disamping ada pemuda yang menjadi aset kekuatan positif dan kebaikan,
ada pula pemuda yang justru menggunakan potensi mudanya justru untuk
sebaliknya, mereka justru berpihak pada kebatilan, menentang dan
menghadang arus kebenaran. Mereka menjadi kaum muda yang pragmatis,
hedonis, materialistis dan kehilangan idealis dan daya kritis.
Seorang ulama Pakistan, Abul Ala Al Maududi memberi gambaran pemuda
sebagai berikut : Potensi pemuda ini tak ubahnya seperti pedang nan
tajam. Ia bisa digunakan oleh pejuang Allah dan dapat pula digunakan oleh
para perampok
Memang tak dapat dipungkiri, Pemuda juga merupakan bagian dari
makhluk sosial yang tidak bisa terpisahkan dari interaksi sosial sekitarnya.
Disamping memiliki idealisme dan semangat yang cukup tinggi, maka
tantangan yang ada didepan matanya juga tidak sedikit. Manusia secara
fitrah dan naluri menghajatkan sentuhan sosial untuk berbagai kebutuhan
dasar kehidupan. Kesejahteraan, cinta lawan jenis, kecukupan ekonomi
untuk hidup, rasa keamanan, perlindungan terhadap hak milik, dan hak
asasi adalah contoh kebutuhan sosial yang tidak terelakkan.
Yang menjadi tantangan dan permasalahan adalah, banyak perubahanperubahan sosial yang harus dihadapi oleh kaum muda dimana
bertentangan dengan nilai-nilai idealisme yang diperjuangkannya. Dalam
arus perubahan sosial,politik,ekonomi dan budaya yang semakin dan terus
bertambah cepat, maka pemuda
dihadapkan kepada problematikaproblematika internal yang juga tidak terpisahkan dengan problematika
personal, sosial atau keumatan. Problem internal personal misalnya gaya
hidup hedonis, lemahnya pemahaman agama atau pemahaman agama yang
masih parsial, ketidakmampuan memelihara nafsu seks/syahwat yang
sedang menggelora atau rendahnya motivasi untuk berusaha/bekerja
memenuhi nafkah hidupnya sehingga lebih memilih untuk menganggur dari

pada berwirawasta. Dalam kondisi yang penuh dengan tantangan internal


dan eksternal seperti ini maka semangat untuk mempertahankan idealisme
di kalangan kaum muda membutuhkan kekuatan iman,ilmu, moral dan
perjuangan mental agar tidak mudah tergoda berbagai rayuan dan godaan
yang bisa menjerumuskan masa depannya. Terlebih di tengah merebaknya
faham hedonisme, materialisme dan pragmatisme.

SOLUSI
Kini saatnya gerakan pemuda (baca PM dan NA) menjawab semua
tantangan yang menghadang. Bagaimana caranya? Pertama, adalah dengan
menguatkan sendi-sendi keIslaman dalam diri kita. Kadang, pemahaman
Islam yang dangkal adalah penyebab dari jauhnya kita dari nilai-nilai Islam
itu sendiri. Padahal salah strategi besar dari musuh-musuh Islam bukanlah
memurtadkan dan memindah-agamakan Umat Islam, akan tetapi dengan
cara menjauhkan mereka dari nilai-nilai Islam itu sendiri, sehingga pada
akhirnya budaya-budaya negatif Barat akan sangat mudah masuk ke dalam
kehidupan para Pemuda Islam. Inilah yang kemudian harus dicegah sedini
mungkin oleh kita.

Kedua, Berdakwah dan menjaga ukhuwah. KeIslaman kita bukanlah untuk


diri kita pribadi, akan tetapi juga untuk orang lain, untuk lingkungan dan
kemanusiaan. Itulah esensi dakwah. Maka saatnya kita menyeru untuk
kembali kepada jalan agama Allah. Jalan yang telah dijanjikan oleh Allah
dengan surga sebagai balasannya. Maka Pemuda harus menjadi penyerupenyeru yang handal. Selalu gelisah dan risau ketika menemukan
kedzaliman,kemaksiatan,ketidakadilan yang ada di sekitarnya, dan akhirnya
bergerak bersama untuk meluruskannya kembali ke jalan yang benar. Itulah
hakikat pemuda sejati, hakikat dari energi besar seorang pemuda. Ketiga,
terus berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kapabilitas pribadi sebagai
upaya untuk menyesuaikan diri dengan zaman yang semakin maju dan
selalu berubah. Jangan pernah lupa bahwa Allah akan meninggikan derajat
bagi orang-orang yang berilmu (Al-Mujadalah ; 11).

Secara sederhana, solusi yang bisa kita lakukan adalah :

1. Belajar Islam Iman dan taqwa


2. Melaksanakan ibadah (Islamisaasi kehidupan) ibadah khusus dan
ibadah umum
3. Berukhuwah Islamiyyah bersatu padu dan tidak berpecah belah
4. Berdakwah dan melakukan kegiatan keIslaman
makruf dan melarang yang munkar

mengajak yang

5. Selalu meng up grade kemampuan di bidangnya masing-masing.


6. Tahapan ini saling berkaitan dan tidak terpisah. Proses pembentukan
ini saling mengisi dan sambil berjalan.

Pribadi pemuda yang selalu berbuat positif, produktif dan kontributif , insya
Allah akan dapat mengatasi problematika internal dan juga dapat mengatasi
kendala eksternal sehingga akan dapat memecahkan masalah umat dengan
melakukan islahan (reformer) dan tajdidan (innovator).

Wallahu alam bishowab.

Adiwerna, 16 Mei 2016


Fathin Hammam S.Sos
Ketua PDPM Kab Tegal periode 2002-2007 dan
Bendahara PD. Muhammadiyah Kab. Tegal.

Anda mungkin juga menyukai