Anda di halaman 1dari 14

HERMENEUTIKA p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439

VOL. 5, NO. 1, FEBRUARI 2021 http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

TINDAK PIDANA PERUSAKAN FASILITAS UMUM


PADA KEGIATAN UNJUK RASA

Hogi Wahyu Setiawan 1, Muhadar 2, Hijrah Adhyanti Mirzana 3


1,2,3
Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makassar

DOI:
Diterima: 09 Desember 2020; Direvisi: 17 Januari 2021; Dipublikasikan: Februari 2021

Abstrak: Persoalan mengenai perusakan fasilitas umum pada kegiatan unjuk rasa seolah-
olah selesai tanpa adanya penindakan terhadap pelaku perusakan, hal ini menjadi preseden
buruk bagi penegakan hukum, sehingga para pelaku demonstran cenderung memandang hal
ini sebagai sesuatu yang tidak memiliki dampak hukum berupa pertanggung jawaban pidana.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Manokwari yakni di Kepolisian Resort Manowkari.
Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa di lokasi tersebut banyak kasus yang
terjadi sehubungan dengan perusakan fasilitas umum pada saat dilakukannya aksi unjuk
rasa dalam bentuk demonstrasi oleh masyarakat umum. Tipe penelitian yang penulis
gunakan adalah penelitian hukum empiris (empirical legal research). Data penelitian yang
digunakan adalah data primer dan data sekunder, yang dikumpulkan melalui hasil
wawancara secara mendalam (deep interview) dan studi dokumen. Data yang terkumpul
kemudian dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guna menjamin
rasa keadilan dalam upaya penegakan hukum sehubungan dengan penanganan tindak
pidana perusakan fasilitas umum dalam kegiatan demonstrasi, maka penulis
merekomendasikan kepada Penyidik pada Polres Manokwari agar dalam melakukan
penyidikan guna mengungkap pelaku perusakan berupaya seoptimal mungkin menemukan
semua pelaku yang terlibat dan memiliki peran terhadap rusaknya fasilitas umum pada
kegiatan demonstrasi. Dalam hal penyidik tidak dapat mengungkap semua pelaku yang
terlibat, maka terhadap orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka, harus diteliti dengan
cermat terkait barang yang dijadikan sebagai barang bukti dalam perkaranya, dan tidak
menjadikan seluruh barang yang rusak pada lokasi demonstran sebagai barang bukti, dalam
hal ini keterkaitan barang bukti dengan perbuatan pelaku haruslah memiliki kausalitas yang
jelas. Sehingga orang yang dihukum atas perbuatan persuakan, tidak terkesan dibebani
tanggung jawab karena telah melakukan perusakan terhadap barang yang ternyata
dilakukan oleh orang lain yang tidak diproses secara hukum.

Kata kunci: fasilitas umum, perusakan, tindak pidana, unjuk rasa.

1
Hogi Wahyu Setiawan
Email: hogisetiawan31@gmail.com
2
Muhadar
Email: muhadar@unhas.ac.id
3
Hijrah Adhyanti Mirzana
Email: hijrahadhyantimirzana@gmail.com
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

I. PENDAHULUAN
Sebagai salah satu negara yang harus dilaksanakan dengan penuh
menjunjung tinggi demokrasi, Indonesia tanggung jawab, sejalan dengan ketentuan
telah membentuk Undang-Undang Nomor peraturan perundang-undangan yang
9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan berlaku dan prinsip hukum internasional
Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum. sebagaimana tercantum dalam Pasal 29
Dengan dibentuknya undang-undang ini Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi
diharapkan masyarakat dapat melakukan Manusia yang antara lain menetapkan
kegiatan menyampaikan pendapat di muka sebagai berikut:
umum dengan bebas namun tetap 1. “Setiap orang memiliki kewajiban
menjunjung tinggi kebebasan yang terhadap masyarakat yang
bertanggung jawab. Menyampaikan memungkinkan pengembangan
pendapat di muka umum merupakan salah kepribadiannya secara bebas dan
satu hak asasi manusia yang dijamin dalam penuh.
Pasal 28 UUD NRI 1945 yang 2. Dalam pelaksanaan hak dan
menentukan: kebebasannya, setiap orang harus
“kemerdekaan berserikat dan tunduk semata-mata pada
berkumpul, mengeluarkan pikiran pembatasan yang ditentukan oleh
dengan lisan dan tulisan dan undang-undang dengan maksud
sebagainya ditetapkan dengan untuk menjamin pengakuan dan
undang-undang”. penghargaan terhadap hak serta
kebebasan orang lain dan untuk
Kemerdekaan menyampaikan memenuhi syarat-syarat yang adil
pendapat tersebut sejalan dengan Pasal 19 bagi moralitas, ketertiban, serta
Deklarasi Universal Hak-hak Asasi kesejahteraan umum dalam suatu
Manusia yang berbunyi: masyarakat yang demokratis;
“Setiap orang berhak atas kebebasan 3. Hak dan kebebasan ini sama sekali
mempunyai dan mengeluarkan tidak boleh dijalankan secara
pendapat dengan tidak mendapat bertentangan dengan tujuan dan
gangguan dan untuk mencari, asas perserikatan Bangsa-bangsa”.
menerima dan menyampaikan
keterangan dan pendapat dengan Dikaitkan dengan pembangunan
cara apapun juga dan dengan tidak bidang hukum yang meliputi materi
memandang batas-batas”. hukum, aparatur hukum, sarana dan
prasarana hukum, budaya hukum dan hak
Perwujudan kehendak warga negara asasi manusia, pemerintah Republik
secara bebas dalam menyampaikan pikiran Indonesia berkewajiban mewujudkan
secara lisan, tulisan, dan sebagainya tetap dalam bentuk sikap politik yang aspiratif
harus dipelihara agar seluruh tatanan sosial terhadap keterbukaan dalam pembentukan
kelembagaan baik infrastruktur maupun dan penegakan hukum. Bertitik tolak dari
supra struktur tetap terbebas dari pendekatan perkembangan hukum, baik
penyimpangan atau pelanggaran hukum yang dilihat dari sisi kepentingan nasional
yang bertentangan dengan maksud, tujuan, maupun dari sisi kepentingan hubungan
dan arah dari proses keterbukaan dalam antar bangsa maka kemerdekaan
pembentukan dan penegakan hukum menyampaikan pendapat di muka umum
sehingga tidak menciptakan disintregasi sebagaimana ditentukan pada penjelasan
sosial, tetapi justru harus dapat menjamin Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998
rasa aman dalam kehidupan masyarakat. tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Dengan demikian, maka kemerdekaan Pendapat Di Muka Umum harus
menyampaikan pendapat di muka umum berlandaskan:
Hogi Wahyu Setiawan, Muhadar, Hijrah Adhyanti Mirzana
Tindak Pidana Perusakan Fasilitas Umum Pada Kegiatan Unjuk Rasa
163
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

1. “asas keseimbangan antara hak pelaksanaan demonstrasi, termasuk salah


dankewajiban; satunya adalah perusakan fasilitas umum.
2. asas musyawarah dan mufakat; Melalui Peraturan Kepala Kepolisian
3. asas kepastian hukum dan Negara Republik Indonesia No. Pol.: 16
keadilan; Tahun 2006 tentang Pedoman
4. asas proporsionalitas; Pengendalian Massa dijelaskan bahwa
5. asas manfaat”. bentuk penganganan dalam kegiatan
demonstrasi adalah melalui tahap
Kelima asas tersebut merupakan persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap
landasan kebebasan yang bertanggung pengakhiran Konsolidasi. Di Kabupaten
jawab dalam berpikir dan bertindak untuk Manokwari, demonstrasi sering dilakukan
menyampaikan pendapat di muka umum. kemudian berakhir dengan adanya bentrok
Berdasarkan atas kelima asas kemerdekaan antara petugas kepolisian yang menjaga
menyampaikan pendapat di muka umum dengan pelaku unjuk rasa. hal ini dipicu
tersebut maka pelaksanaannya diharapkan oleh tindakan aparat yang berupaya
dapat mencapai tujuan untuk: menghentikan tindakan anarkis pendemo
a. Mewujudkan kebebasan yang yang telah menghalangi akses jalan umum
bertanggung jawab sebagai salah bahkan sampai merusak fasilitas umum
satu hak asasi manusia sesuai seperti trafict light, rambu lalu lintas,
dengan Pancasila dan Undang- perkantoran dan juga kendaraan pribadi
Undang Dasar1945. maupun kendaraan dinas. Hal ini tentu
b. Mewujudkan perlindungan hukum meresahkan masyarakat yang akan
yang konsisten dan menggunakan fasilitas umum tersebut.
berkesinambungan dalam POLRI yang bertugas untuk menjaga
menjamin kemerdekaan keamanan dan ketertiban masyarakat
menyampaikan pendapat; cenderung berada dalam posisi yang sulit.
c. Mewujudkan iklim yang kondusif Di satu sisi, sebagai petugas keamanan,
bagi berkembangnya partisipasi polisi diharapkan mampu menjaga
dan kreativitas setiap warga negara keamanan masyarakat terhadap aksi-aksi
sebagai perwujudan hak dan demonstrasi yang terjadi guna melindungi
tanggung jawab dalam kehidupan dan menciptakan ketertiban bagi
berdemokrasi. masyarakat lainnya. Di sisi lain, polisi
d. Menempatkan tanggung jawab harus berhadapan dengan sekelompok
sosial dalam kehidupan orang yang melakukan demonstrasi, yang
bermasyarakat, berbangsa, dan bertindak anarkis dalam pelaksanaan
bernegara, tanpa mengabaikan demonstrasi dengan tetap menjunjung
kepentingan perorangan atau perwujudan HAM dalam setiap
kelompok. tindakannya. Tak jarang pula anggota
POLRI yang menjalankan tugas
Seiring dengan dinamika masyarakat pengamanan menjadi sasaran tindakan
yang semakin maju, dibentuknya Undang- anarkis oleh para demonstran.
Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tindak pidana dalam Kitab Undang-
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di undang Hukum Pidana dikenal dengan
Muka Umum ternyata menimbulkan istilah “stratbaar feit”1 dan dalam
masalah baru yang juga sangat meresahkan kepustakaan tentang hukum pidana sering
masyarakat. Pihak-pihak yang melakukan
penyampaian aspirasi melalui media
demonstrasi ternyata tidak mengindahkan
aturan yang ada. Sehingga banyak hak 1
Bambang Purnomo, Asas-Asas Hukum Pidana,
warga negara yang terabaikan dalam
Yogyakarta: Ghalia Indonesia, 1993, hlm. 91
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
164 Vol. 5, No. 1, Februari 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

mempergunakan istilah delik,2 sedangkan kegiatan unjuk rasa seolah-olah selesai


pembuat undang-undang merumuskan tanpa adanya penindakan terhadap pelaku
suatu undang-undang mempergunakan perusakan, hal ini menjadi preseden buruk
istilah peristiwa pidana atau perbuatan bagi penegakan hukum, sehingga para
pidana atau tindak pidana.3 Tindak pidana pelaku demonstran cenderung memandang
merupakan suatu istilah yang mengandung hal ini sebagai sesuatu yang tidak memiliki
suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum, dampak hukum berupa pertanggung
sebagai istilah yang dibentuk dengan jawaban pidana. Banyak faktor yang
kesadaran dalam memberikan ciri tertentu menghambat dalam upaya penegakan
pada peristiwa hukum pidana. Seperti hukumnya, salah satunya adalah mengenai
yang diungkapkan oleh seorang ahli persoalan issu kriminalisasi bagi pelaku
hukum pidana yaitu Moeljatno yang demonstran yang telah menyuarakan
berpendapat bahwa “pengertian tindak gagasan yang bertentangan dengan
pidana yang menurut istilah beliau yakni kebijakan pemerintah, padahal antara
perbuatan pidana adalah perbuatan yang tindakan perusakan dan penegakan hukum
dilarang oleh suatu aturan hukum larangan adalah bagian dari pada supremasi hukum
mana disertai ancaman (sanksi) yang itu sendiri, dan bukan sebagai balasan bagi
berupa pidana tertentu, bagi barang siapa pelaku demonstran yang telah menentang
melanggar larangan tersebut”.4 kebijakan pemerintah.
Pengertian tindak pidana, Keadaan tersebut di atas, merupakan
sebagaimana menurut Wirjono suatu fenomena yang menimbulkan
Prodjodikoro bahwa “Tindak pidana atau preseden buruk bagi proses penegakan
dalam Bahasa Belanda strafbaarfeit, yang hukum di negeri ini. Penghentian
sebenarnya merupakan istilah resmi dalam penyelidikan atau bahkan pengabaian atas
wetboek van strafrecht, atau Kitab peristiwa pengurasan yang terjadi pada
Undang-Undang Hukum Pidana, yang peristiwa demonstrasi cenderung
berlaku sekarang di Indonesia ada istilah dilatarbelakangi oleh faktor menghindari
dalam bahasa asing, yaitu delict yang adanya gejolak di masyarakat sehubungan
berarti suatu perbuatan yang pelakunya dengan proses penegakan hukum terhadap
dapat dikenakan hukum pidana dan pelaku hal tersebut. hal ini justru menimbulkan
ini dapat dikatakan merupakan subjek permasalahan dimana para pelaku
tindak pidana”.5 Termasuk subjek tidak perusakan tidak mendapatkan efek jera
pidana dalam pandangan KUHP yaitu atas perbuatannya dan cenderung
seorang manusia sebagai oknum”.6 mengulangi perbuatan yang sama sehingga
Dalam berbagai kasus, persoalan berpotensi menimbulkan kebiasaan buruk
mengenai perusakan fasilitas umum pada khususnya para pelaku demonstrasi yang
tidak bertanggung jawab.
2
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana
Kepolisian, kejaksaan dan
Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997, hlm. pengadilan bertindak guna mencapai
17 tujuan Negara dengan mengadakan hukum
3
Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana, pidana.7 Peranan POLRI dalam melakukan
Yogyakarta: Rangkang Education Yogyakarta & penegakan hukum terhadap peristiwa
PuKAP-Indonesia, 2012, hlm. 18
4
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta:
tersebut tidak hanya dimaksudkan untuk
Bina Aksara, 1987, hlm. 54 memberikan efek jera bagi para pelaku,
5
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana namun juga memberikan rasa keadilan
di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2003, hlm. bagi masyarakat selaku pengguna fasilitas
55 umum yang telah disediakan oleh negara.
6
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana,
Bagian 1; Stelsel Pidana, Teori-Teori Pemidanaan
7
& Batas Berlakunya Hukum Pidana, Jakarta: PT Leden Marpaung, Azas-Teori-Praktik Hukum
Raja Grafindo, 2002, hlm. 126-127 Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, hlm. 21
Hogi Wahyu Setiawan, Muhadar, Hijrah Adhyanti Mirzana
Tindak Pidana Perusakan Fasilitas Umum Pada Kegiatan Unjuk Rasa
165
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

Bagaimanapun, pengabaian terhadap Unjuk rasa atau demonstrasi


peristiwa ini tidak hanya melanggar hak merupakan salah satu bagian dari
pengguna fasilitas umum, melainkan juga kehidupan demokrasi untuk
dapat memberikan dampak kerugian yang mengungkapkan pendapat dimuka umum
lebih besar. Anggaran yang digunakan disertai tuntutan-tuntutan tertentu kepada
untuk perbaikan fasilitas umum yang pihak yang didemo. Secara yuridis unjuk
dirusak para pelaku demonstran yang tidak rasa di dalam negara hukum yang
bertanggung jawab, seharusnya dapat demokratis memang dijamin dan
digunakan untuk membiayai hal-hal yang dilindungi undang-undang. Demikian juga
berkaitan dengan kepentingan umum yang berlaku di Indonesia. UndangUndang
lainnya. Nomor 9 Tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di
II. METODE PENELITIAN Muka Umum, telah menormatifkan bahwa
Penelitian ini dilakukan di menyampaikan pendapat di muka umum
Kabupaten Manokwari yakni di Kepolisian merupakan salah satu hak asasi manusia
Resort Manowkari. Pemilihan lokasi yang dijamin berdasarkan Pasal 28
didasarkan pada pertimbangan bahwa di Undang Undang Dasar 1945.
lokasi tersebut banyak kasus yang terjadi Namun menurut praktiknya, unjuk
sehubungan dengan perusakan fasilitas rasa yang terjadi di berbagai daerah dan
umum pada saat dilakukannya aksi unjuk kota di Indonesia, baik yang dilakukan
rasa dalam bentuk demonstrasi oleh oleh mahasiswa, kelompok masyarakat,
masyarakat umum. Tipe penelitian yang organisasi massa, dan berbagai komponen
penulis gunakan adalah penelitian hukum masyarakat lainnya, justru cukup banyak
empiris8 (empirical legal research). Data yang berakhir dengan tindakan anarkis,
penelitian yang digunakan adalah data kerusuhan massal dan perusakan terhadap
primer dan data sekunder, yang fasilitas publik. Sehingga bersentuhan
dikumpulkan melalui hasil wawancara dengan persoalan pelanggaran hukum
secara mendalam (deep interview) dan sebagaimana dimaksud Pasal l6 UU No. 9
studi dokumen.9 Data yang terkumpul Tahun 1998, yang menyatakan dengan
kemudian dianalisis secara kualitatif. tegas, bahwa: “Pelaku atau peserta
pelaksanaan penyampaian pendapat di
III. HASIL PENELITIAN muka umum yang melakukan perbuatan
Penyidikan Tindak Pidana Perusakan melanggar hukum, dapat dikenakan sanksi
Fasilitas Umum hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
Menurut R. Soesilo,10 maksud dari perundang-undangan yang berlaku”.
penghancuran dan perusakan dalam Konsekuensinya adalah Polri harus
hukum pidana adalah melakukan melakukan tindakan penegakan hukum
perbuatan terhadap barang orang lain sesuai kewewenangan, tugas dan
secara merugikan tanpa mengambil barang fungsinya. Terhadap perbuatan peserta
itu. unjuk rasa yang melakukan perusakan
fasilitas publik dapat dikenakan dakwaan
melanggar Pasal 170, 192, 193, 197, 200,
201 KUHP. Tetapi pada tataran
8
Irwansyah, Penelitian Hukum, Pilihan Metode implementasinya tetap saja ada kendala-
dan Praktik Penulisan Artikel. (Yogyakarta: Mirra
Buana Media, 2020), hal. 173
kendala teknis yang dihadapi, antara lain
9
Kadarudin, Penelitian di Bidang Ilmu Hukum dalam penyidikan terhadap perbuatan
(Sebuah Pemahaman Awal), (Semarang: Formaci penyertaan (deelneming) sebagaimana
Press, 2021), hal. 203 diatur Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP. Pasal
10
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum 55 KUHP menentukan, dipidana sebagai
Pidana Dengan Penjelasannya, Bogor: Politeia,
1995, hlm. 278
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
166 Vol. 5, No. 1, Februari 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

pembuat, pelaku atau dader dari suatu pidana penjara paling lama lima
perbuatan pidana: belas tahun.
Ke-1: Mereka yang melakukan, yang (3) Pidana tambahan bagi
menyuruh melakukan dan pembantuan sama dengan
turut serta melakukan tindak pidana tambahan bagi
pidana itu. kejahatannya sendiri.
Ke-2: Mereka yang dengan memberi (4) Dalam menentukan pidana bagi
atau menjanjikan sesuatu, si pembantu perbuatan
dengan menyalahgunakan kejahatan, yang diperhitungkan
kekuasaan atau martabat, hanya perbuatan yang sengaja
dengan kekerasan, ancaman dipermudah atau diperlancar
atau penyesatan, atau dengan olehnya, beserta akibat-
memberi kesempatan, sarana akibatnya.
atau keterangan, sengaja
menganjurkan orang lain Dalam konteks pelaksanaan unjuk
supaya melakukan tindak rasa yang disertai tindakan perusakan
pidana itu. terhadap fasilitas publik dengan
melibatkan banyak orang (massa), tidaklah
Kemudian Pasal 56 KUHP mudah untuk menentukan unsur perbuatan
menentukan, terhadap orang yang pidana sebagaimana dimaksud Pasal 55
membantu melakukan suatu kejahatan dan 56 KUHP. Sebab terdapat sejumlah
(medeplichtige) juga dikenakan pidana, hambatan bersifat teknis (menemukan alat
yaitu: bukti), sosiologis (resistensi pengunjuk
Ke-1: Mereka yang sengaja memberi rasa) dan politis (opini publik) yang
bantuan pada waktu dihadapi oleh penyidik Polri, sehingga
kejahatan sedang dilakukan. memerlukan kecermatan yang tinggi
Ke-2: Mereka yang dengan sengaja dalam melaksanakan tugas penyidikan
memberi kesempatan, sarana sesuai KUHAP.
atau keterangan untuk Unjuk rasa oleh masyarakat, sangat
melakukan kejahatan. sering dilakukan di Wilayah Hukum
Polres Manokwari, sejak tahun 2015
Berdasarkan ketentuan Pasal 55 dan tercatat sebanyak 51 Izin keramaian untuk
Pasal 56 KUHP menunjukkan, terjadinya kegiatan unjuk rasa telah dikeluarkan. Dari
perbuatan penyertaan (deelneming) ialah : jumlah tersebut, tidak sedikit pula yang
“apabila dalam suatu perbuatan pidana akhirnya berujung pada perusakan fasilitas
terlibat lebih dari satu orang” baik sebagai umum.
pelaku maupun membantu melakukan. Keefektifan hukum tentu tidak
Kepada mereka yang diklasifikasikan terlepas dari penganalisisan terhadap
sebagai membantu melakukan, dikenakan karakteristik dua variable terkait yaitu
sanksi sesuai ketentuan Pasal 57 KUHP, karakteristik/dimensi dari obyek sasaran
yang menyatakan: yang dipergunakan.11 Ketika berbicara
(1) Dalam hal pembantuan sejauh mana efektivitas hukum maka kita
melakukan kejahatan, pertama-tama haru dapat mengukur sejauh
maksimum pidana pokok mana aturan hukum itu ditaati atau tidak
terhadap kejahatan dikurangi ditaati.12 Teori efektivitas hukum menurut
sepertiganya.
(2) Bila kejahatan diancam dengan 11
Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum
pidana mati atau pidana penjara Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2013, hlm.
seumur hidup, maka dijatuhkan 67
12
Salim H.S dan Erlis Septiana Nurbani,
Hogi Wahyu Setiawan, Muhadar, Hijrah Adhyanti Mirzana
Tindak Pidana Perusakan Fasilitas Umum Pada Kegiatan Unjuk Rasa
167
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

Soerjono Soekanto adalah bahwa efektif Pada dasarnya pemeriksaan alat


atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh bukti pada perkara perusakan fasilitas
5 (lima) faktor, yaitu faktor hukum, faktor umum terutama saat terjadi demonstrasi
penegak hukum, faktor sarana, faktor tidaklah sulit, karena hampir semua
masyarakat, dan faktor kebudayaan.13 perkara sekaitan dengan itu peristiwanya
Dalam kurun waktu 2014 sampai terjadi dikeramaian, sehingga banyak yang
dengan 2020, terdapat 16 kasus perusakan melihat dan menyaksikan adanya
fasilitas umum yang telah diputus, dengan perusakan itu. Apalagi saat ini, teknologi
demikian jika mengacu pada data yang sudah sangat maju, dimana hampir setiap
diperoleh dari Polres Manokwari, kegiatan demonstrasi terekam oleh
sehubungan dengan permohonan izin kamera, baik itu direkam oleh pengunjuk
keramaian untuk kegiatan demonstrasi rasa itu sendiri, ataupun oleh wartawan
yakni sebanyak 51 Izin, maka dan aparat yang sedang melaksanakan
perbandingan kegiatan yang berujung pada tugas pada saat itu.
perusakan adalah 16:51 (persentase 31,37) Sehubungan dengan hal tersebut di
atau dengan kata lain, 1 dari 3 kegiatan atas, penulis berpendapat bahwa keadaan
unjuk rasa berujung pada tindak pidana yang demikian memang benar adanya,
perusakan fasilitas umum. bahwa dalam setiap aksi unjuk rasa banyak
Pemeriksaan Alat Bukti pihak yang melakukan perekaman dan
Sebagaimana diketahui bahwa tentunya itu sangat membantu aparat
berdasarkan ketentuan Pasal 184 KUHAP kepolisian untuk mengungkap dalam hal
Alat bukti yang sah ialah Keterangan pada kegiatan tersebut terjadi suatu tindak
Saksi, Keterangan ahli, Surat, Petunjuk pidana berupa perusakan barang. Namun
dan Keterangan Terdakwa. Selain itu demikian, hal yang menjadi pertanyaan
dikenal pula alat bukti elektronik adalah apakah dalam kasus perusakan
berdasarkan ketentuan Pasal 5 Undang- barang, semua orang yang terlibat dalam
Undang Nomor 11/2008 Tentang perbuatan itu, diperiksa sebagai saksi
Informasi Transaksi Elektronik, yaitu ataukah hanya sebagian orang saja, dan
“Informasi Elektronika dan/atau Dokumen terhadap selain dan selebihnya tidak
elektronik dan/atau hasil cetaknya diperiksa lagi sebagai saksi. Sehubungan
merupakan alat bukti hukum yang sah”. dengan hal tersebut, penulis melakukan
Alat bukti adalah dapat menjelaskan wawancara dengan Bapak Aslam Kasiran,
sendiri peristiwa pidana atau tindak pidana selaku anggota kepolisian yang juga sering
sesuai posisinya dalam perkara, dengan melakukan penyidikan tindak pidana
kata lain alat bukti dapat menjelaskan perusakan barang di Polres Manokwari,
peristiwa pidana sesuai posisinya terkait beliau pada pokoknya mengemukakan
dengan kasus tersebut. Alat Bukti dapat sebagai berikut:
menjelaskan perbuatan pidana tanpa Dalam upaya menemukan tersangka
bantuan pihak lain. Sehubungan dengan dalam suatu peristiwa pidana, biasanya
hal tersebut, pada tanggal 3 Agustus 2021 kami memanggil beberapa orang sebagai
penulis melakukan wawancara dengan saksi untuk dimintai keterangannya.
Bapak Arifal Utama selaku Kasat Reskrim Apabila terdapat bukti permulaan yang
Polres Manokwari, beliau mengemukakan cukup, seorang saksi yang telah
sebagai berikut: memberikan keterangan bisa ditingkatkan
statusnya menjadi seorang tersangka.
Yang sering terjadi jika suatu perkara yang
Penerapan Teori Hukum Pada Tesis dan Disertasi, diperiksa itu tersangkanya ada banyak,
Jakarta: Rajawali Press, 2013, hlm. 375 hanya satu atau dua orang saja yang
13
Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi berhasil diungkap, oleh karena mereka
Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007,
sesama pengunjuk rasa saling melindungi
hlm. 110
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
168 Vol. 5, No. 1, Februari 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

teman-temannya. Dalam keadaan yang mencari kebenaran materill. Dengan


demikian, maka menjadi sulit bagi aparat demikian, keterangan terdakwa saja tidak
untuk memperoleh bukti permulaan yang dapat sepenuhnya menjadi dasar untuk
cukup, terlebih yang diperiksa sebagai tidak melakukan pemeriksaan yang lebih
tersangka tidak menyebutkan siapa-siapa luas terhadap suatu dugaan peristiwa
saja orang yang turut melakukan perbuatan pidana.
tersebut, dan malah justru melindungi Selanjutnya, hal yang juga cukup
rekannya dengan memberikan keterangan perlu untuk dibahas dalam kaitannya
bahwa dirinya sendiri pada saat melakukan dengan pemeriksaan alat bukti apakah
perbuatan tersebut. Penyidik membutuhkan keterangan ahli
Sehubungan dengan hal tersebut di sehubungan dengan pengungkapan kasus
atas, penulis berpendapat sebagai berikut, tindak pidana perusakan. Berkaitan dengan
pada dasarnya aksi unjuk rasa dilakukan hal tersebut, penulis melakukan
oleh sejumlah masa dan tentu tersangka wawancara dengan bapak Arifal Utama
berada di dalam kerumunan massa selaku Kasat Reskrim Polres Manokwari,
tersebut, namun karena tertangkap kamera beliau mengemukakan pada dasarnya
atau dialah yang paling mencolok dalam pembuktian pada tindak pidana perusakan
melakukan perusakan, maka terhadap tidaklah sulit, seperti tindak pidana lainnya
seseorang bisa saja dibebankan yang membutuhkan keterangan ahli, sebut
Pertanggungjawaban Hukum atas saja delik dalam UU Perikanan, UU
Perbuatan ratusan orang, yang mana Kehutanan, UU Kesehatan ataupun UU
keadaan tersebut terjadi karena ITE. Karena pada dasarnya dalam tindak
ketidakmampuan aparat dalam pidana ini jika kekerasan itu tidak
mengungkap peristiwa yang sebenarnya dilakukan kepada orang, maka dilakukan
terjadi. Dalam kasus perusakan, seseorang kepada barang, sebagaimana diatur dalam
dihukum karena perbuatannya, yakni Pasal 170 ayat 1 KUHP. Jadi, tanpa perlu
karena telah melakukan kekerasan mendengarkan keterangan ahli, penyidik
terhadap orang atau barang. Salah satu kami dapat mengidentifikasi apakah atas
indikator dalam menjatuhkan perbuatan tersangka unsur-unsur dalam
penghukuman bagi Terdakwa tentu adalah Pasal ini sudah terpenuhi atau belum.
seberapa besarkah dampak perusakan yang Barda Nawawi Arief, menjelaskan
dilakukannya? Hal ini tentu menjadi tidak bahwa kejahatan adalah masalah sosial
adil jika yang ditetapkan sebagai tersangka yang dihadapi oleh masyarakat di seluruh
hanya beberapa orang saja, sementara negara semenjak dahulu dan pada
yang melakukan ada banyak orang. hakikatnya merupakan produk dari
Dengan demikian, seperti yang penulis masyarakat sendiri,14 sehingga menurut
katakan tadi, bahwa penyidikan yang tidak Charles Reith, polisi dituntut mengayomi
optimal, dapat berujung pada pemidanaan masyarakat namun di satu sisi polisi dapat
terhadap seseorang untuk menanggung melakukan tindakan hukum dari beratnya
perbuatan yang senyatanya dilakukan oleh kejahatan.15
banyak orang. Keadaan ini tentu akan Pemeriksaan Barang Bukti
menciptakan ketidakadilan bagi seorang Barang bukti pada dasarnya
tersangka. Meskipun pada dasarnya berfungsi untuk mendukung dan
seorang tersangka pasang badan terhadap menguatkan alat bukti yang sah
tindakan orang lain, namun karena ini
adalah hukum pidana, maka sebisa
14
mungkin hal itu tidak menjadikan aparat Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan
Hukun dan Kebijakan Penegakan Penanggulangan
lengah dengan tidak mencari tersangka kejahatan, Jakarta: Kencana, 2007, hlm. 2
yang lebih banyak lagi. Karena hakikat 15
Anton Tabah, Terjemahan Buku Police Reacean
dari pada hukum acara pidana kita adalah War, Jakarta: Tunggul Maju, 2002, hlm. 33
Hogi Wahyu Setiawan, Muhadar, Hijrah Adhyanti Mirzana
Tindak Pidana Perusakan Fasilitas Umum Pada Kegiatan Unjuk Rasa
169
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 184 Mnk. Adapun kronologis perkara tersebut
ayat (1) KUHAP serta untuk memperoleh sebagai berikut:
keyakinan Hakim atas pembuktian Bahwa Terdakwa I FRENDI
terhadap pasal sebagaimana atas yang di MARIAR alias FRENDI, Terdakwa II
dakwaan oleh penuntut umum kepada ROCKY GILBERT DIMARA alias ROKI
terdakwa. Dengan demikian bukan pelaku dan YOHANIS pada hari Senin tanggal 19
atau tersangka tindak pidana saja yang Agustus 2019 sekitar jam 09.45 WIT atau
harus dicari atau ditemukan oleh penyidik, setidak-tidaknya pada suatu waktu di
melainkan bahan pembuktian harus bulan Agustus Tahun 2019 atau setidak-
ditemukan pula, mengingat bahwa fungsi tidaknya pada suatu waktu di tahun 2019
utama dari hukum acara pidana adalah bertempat di lokasi Kantor DPRD Provinsi
tidak lain dari pada me-rekontruksi Papua Barat Jalan Siliwangi Kabupaten
kembali dari kejadian-kejadian dari Manokwari atau setidak-tidaknya pada
seorang pelaku dan membuktikan bahwa suatu tempat lain yang masih termasuk
perbuatannya tersebut bertentangan dalam daerah hukum Pengadilan Negeri
dengan ketentuan hukum Pidana Materil. Manokwari yang berwenang untuk
Alat-alat pelengkap yang dimaksud tidak memeriksa dan mengadili perkara, dengan
lain adalah barang bukti yang fungsi terang-terangan dan dengan tenaga
utamanya adalah menguatkan kedudukan bersama menggunakan kekerasan terhadap
alat bukti yang sah sebagaimana telah orang atau barang, perbuatan para
ditentukan dalam Pasal 184 ayat (1) terdakwa dilakukan dengan cara-cara
KUHAP. sebagai berikut:
Fungsi lain dari barang bukti adalah - Awalnya pada hari Senin tanggal
untuk mencari dan menemukan kebenaran 19 Agustus 2019 sekitar jam 05.30
materiil atau perkara sidang yang terdakwa II ROCKY GILBERT DIMARA
ditangani. Hal ini merupakan fungsi dari alias ROKI keluar dari rumah di Fanindi
barang bukti dalam kaitannya sebagai Pantai Manokwari menggunakan pakaian
pendukung alat bukti di persidangan. baju kaos oblong warna biru motif gambar
Benar bahwa alat bukti merupakan alat bunga warna putih dan celana pendek
utama Hakim dalam memutus suatu warna hitam sedangkan Terdawa I
perkara pidana, namun demikian dalam FRENDI MARIAR alias FRENDI keluar
menarik fakta hukum ke dalam suatu dari rumah di Jalan Angrem jam 09.00
putusan, hakim harus pula mampu WIT menggunakan pakaian kemeja lengan
menunjukkan keterkaitan antara barang pendek warna hitam putih bermotif daun,
bukti dengan alat bukti, sehingga dapat kedua Terdakwa bertujuan untuk
menjadi satu rangkaian peristiwa yang bergabung dengan massa unjuk rasa orang
utuh dan menggambarkan peristiwa pidana asli papua sehubungan dengan adanya
yang terjadi. Setelah barang bukti menjadi perbuatan yang dinilai rasis terhadap
penunjang alat bukti yang sah maka mahasiswa Papua di Surabaya dan
barang bukti tersebut dapat menggunakan Malang.
keyakinan hakim atas kesalahan yang - Saat itu Terdakwa II ROCKY
didakwakan jaksa penuntut umum. GILBERT DIMARA alias ROKI bersama-
Sekaitan dengan penelitian tesis ini, sama dengan terdakwa I FRENDI
penulis telah melakukan sudi kasus dengan MARIAR alias FRENDI bergabung dan
mengambil putusan pada Pengadilan berjalan dengan massa yang lain menuju
Negeri Manokwari, terkait tindak pidana ke Kantor DPRD Provinsi Papua Barat
perusakan fasilitas umum yang terjadi melewati jalan Yos Sudarso.
pada kegiatan demonstrasi, yakni putusan - Sekitar jam 09.45 WIT, massa tiba
dalam perkara Nomor 203/Pid.B/2019/PN di Kantor DPRD Provinsi Papua Barat di
Jalan Siliwangi Kabupaten Manokwari,
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
170 Vol. 5, No. 1, Februari 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

saksi MAIS SIMSON WIAY dan saksi • Ruangan kerja sub bagian
STANLY JHON JUNIOR DIMARA, protokoler dan RT
S.Kom melihat massa mulai masuk ke • Gedung arsip media center
halaman Kantor DPRD Provinsi Papua • Gedung sekretariat DPRD lantai 1
Barat termasuk terdakwa I dan terdakwa II • Gedung sekretariat DPRD lantai 2
yang saat itu melakukan pengrusakan • Gedung sekretariat DPRD lantai 3
dengan cara melempar Gedung Kantor • Gedung sekretariat DPRD lantai 4
DPRD Provinsi Papua Barat termasuk 2
(dua) unit mobil yang sedang terparkir di Perbuatan terdakwa sebagaimana
halaman kantor DPRD Provinsi Papua diatur dan diancam ketentuan pidana
Barat. dalam 170 ayat (1) KUHP;
- Saat itu Terdakwa I FRENDI Dalam perkara tersebut di atas,
MARIAR alias FRENDI mengambil batu Terdakwa memberikan keterangan sebagai
karang yang ada di halaman kemudian berikut:
dengan batu karang tersebut melempar Terdakwa I Frendi Mariar alias
kaca mobil dinas 1 (satu) unit Mobil Hilux Frendi:
warna hitam abu-abu milik DPRD - Bahwa Terdakwa menerangkan
Provinsi Papua Barat selain itu terdakwa I pada hari Senin tanggal 19 Agustus 2019
juga melempar pintu dan jendela kaca sekitar pukul 09.00 Wit terdakwa keluar
kantor DPRD Provinsi Papua Barat, dari rumah di Jalan Anggrem Kabupaten
sedangkan Terdakwa II ikut masuk ke Manokwari seorang diri dan kemudian
ruang rapat Gedung kantor DPRD Provinsi saat itu terdakwa berjalan kaki dengan
Papua Barat lalu secara berulang kali melewati kantor tebek dan melewati jalan
melempari kaca jendela menggunakan kotaraja dan keluar di samping kantor
kayu dan besi selain itu juga melempar gubernur lama dan pada saat itu terdakwa
kursi ke meja, sehingga barang-barang langsung bergabung dengan massa yang
tersebut tidak adapat digunakan lagi. berkumpul dan melakukan aksi
- Perbuatan para terdakwa pengrusakan di Kantor DPRD Provinsi
mengakibatkan terganggunya ketertiban Papua Barat;
umum dimana akses jalan umum tertutup - Bahwa awalnya terdakwa
dan Gedung Kantor DPRD Provinsi Papua melakukan pengrusakan dengan
Barat secara umum tidak dapat digunakan menggunakan batu yaitu dengan cara
lagi sehingga pelayanan publik menjadi melakukan pelemparan terhadap bangunan
terhambat karena beberapa Fasilitas kerja atau kaca-kaca jendela serta pintu dari
berupa meja, kursi, komputer/CPU beserta Kantor Kantor DPRD Provinsi Papua
dokumen-dokumen ada yang hilang. Barat dan kemudian setelah terdakwa
- Adapun daftar barang-barang yang selesai melakukan pengrusakan di Kantor
rusak, yaitu : DPRD Provinsi Papua Barat;
• 1 (satu) unit mobil Hilux No. Pol - Bahwa Terdakwa menjelaskan
DS 811 PB Nomor rangka bahwa jendela di Gedung DPRD yang saat
MR0FR22G4C0620703 itu terdakwa lempar adalah jendela jenis
• 1 (satu) unit mobil Daihatu Xenia kaca riben sedangkan pintu yang terbuat
PB 5363 G Nomor rangka kaca riben dan terdakwa melempar jendela
MHKV1BA1DK026838 dan pintu yang terbuat dari kaca tersebut
• 1 (satu) unit Mitsubishi Colt Diesel sebanyak 2 (Dua) kali dengan
Nomor Polisi DS 5853 PB menggunakan batu;
• Ruangan rapat paripurna - Bahwa cara terdakwa melakukan
• Ruangan monitor sound system pelemparan terhadap kantor DPRD Prov
• Ruangan arsip risalah persidangan Papua Barat sehingga mengenai pada
• Ruang transit vip bagian kaca dan juga pintu yang terbuat
Hogi Wahyu Setiawan, Muhadar, Hijrah Adhyanti Mirzana
Tindak Pidana Perusakan Fasilitas Umum Pada Kegiatan Unjuk Rasa
171
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

dari kaca dengan menggunakan batu yaitu melakukan pengerusakan diruangan sidang
dimana pada saat itu terdakwa bersama utama kantor DPRD provinsi papua barat;
sama massa yang lain masuk kedalam - Bahwa Terdakwa menjelaskan
kantor DPRD Prov Papua Barat tepatnya hanya membawa handphone yang
didepan halaman kantor kantor DPRD terdakwa gunakan untuk merekam, dan
Prov Papua Barat kemudian terdakwa saat itu terdakwa memakai kaos berwarna
mengambil batu yang terdakwa peroleh biru putih bermotif bunga dan kaos
dihalaman kantor kemudian terdakwa dan tersebut tersebut digantungkan dipundak
juga massa yang berada didalam halaman se belah kiri, dan terdakwa memakai
kantor melempar kearah jendela dan pintu celana pendek yang ada saku kanan kiri
kantor DPRD Prov Papua Barat dengan berwarna hitam;
sekuat tenaga sehingga jendela dan pintu - Bahwa Terdakwa berada di
yang terbuat dari kaca menjadi pecah dan ruangan sidang utama DPRD provinsi
terdakwa melakukan pelemparan lebih dari papua barat sekitar 30 menit dan alasan
satu kali; terdakwa melepas kaos saat itu karena
- Bahwa Terdakwa menjelaskan panas, sehingga terdakwa melepas kaos
pada saat hari itu juga terdakwa bersama dan menaruh di pundak kiri tersangka;
sama dengan beberapa orang melakukan - Bahwa Terdakwa menjelaskan
pengrusakan terhadap mobil yang terparkir merekam kejadian pengerusakan di dalam
dihalaman kantor DPRD Provinsi Papua gedung DPRD Prov. Papua Barat
Barat; menggunakan handphone milik terdakwa
- Bahwa Terdakwa diperlihatkan yaitu handphone Merk VIVO, type/model
foto kepada berupa gambar dua kendaraan 1804 warna hitam kebiru biruan;
yang terparkir di halaman kantor DPRD - Bahwa saat itu Terdakwa sambil
Prov. Papua Barat dan terdakwa merekam, terdakwa sempat berteriak
membenarkan bahwa mobil tersebut lah memberikan “bongkar, bongkar”
yang dirusak oleh Terdakwa; tujuannya agar massa tetap semangat
- Bahwa Terdakwa melakukan - Bahwa Terdakwa merekam video
pengrusakan terhadap mobil tersebut tersebut untuk kepentingan terdakwa
dengan menggunakan batu karang; sendiri, dan terdakwa merekam atas
Terdakwa II Rocky Gilbert Dimara inisiatif terdakwa sendiri dan tidak ada
alias Roki: orang lain yang menyuruh terdakwa untuk
- Bahwa Terdakwa menerangkan merekamnya kemudian Selesai merekam
tiba sekitar kurang lebih jam 09.30 wit dan video di ruangan sidang utama DPRD
terdakwa masuk melalui pintu yang dekat provinsi papua barat selanjutnya terdakwa
TK pertiwi samping kantor DPRD keluar melalui pintu gerbang utama yang
Provinsi papua barat sudah ada massa ada pos security dan bergabung dengan
yang banyak melakukan pengerusakan di massa selanjutnya berjalan menuju kantor
ruang sidang DPRD provinsi papua barat; Pos dan beristirahat atau duduk dijalan
- Bahwa Terdakwa menjelaskan raya depan pelabuhan besar manokwari
pada saat itu berada di dalam ruangan sambil menyanyi “Usir, Usir pendatang,
sidang utama, terdakwa melihat massa usir pendatang sekarang juga” dan
melakukan pengerusakan meja, kursi dan terdakwa sempat merekam videonya
lainnya, kemudian terdakwa merekam dengan durasi 12 detik dengan maksud
menggunakan Handphone milik terdakwa hanya ikut-ikutan saja karena pada saat itu
dan terdakwa hanya melihat dan merekam banyak massa atau orang yang nyanyi-
saja, terdakwa tidak ikut melakukan nyanyi bersemangat;
pengerusakan dan tidak ada orang yang Dari uraian tersebut di atas, jelas
terdakwa kenal dari massa yang bahwa pelaku perusakan dalam kasus yang
didakwakan kepada Terdakwa dilakukan
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
172 Vol. 5, No. 1, Februari 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

oleh lebih banyak orang lagi, hal ini dapat 12. 1 (satu) buah botol plastik
dilihat dari adanya ketidaksesuaian minyak goreng merk Kunci Mas
keterangan terdakwa yang telah yang berisikan minyak tanah.
melakukan perusakan sejumlah barang,
namun barang bukti yang diajukan lebih Berdasarkan fakta di persidangan
banyak dari yang disampaikan oleh adalah benar dari hasil kejahatan para
Terdakwa. Melalui keadaan ini, penulis Terdakwa maka terhadap barang bukti
berpendapat bahwa penegakan hukum tersebut harus dirampas untuk
yang demikian tidaklah adil bagi dimusnahkan.
Terdakwa. Seharusnya Penyidik dan Berdasarkan pertimbangan tersebut
penuntut umum hanya menyertakan di atas, Terdakwa telah dianggap
barang bukti yang ada kaitannya dengan melakukan kejahatan perusakan terhadap
perusakan yang dilakukan oleh Terdakwa. seluruh barang bukti yang diajukan di
Sehingga tidak ada pengalihan persidangan, yang mana barang bukti
pertanggung jawaban pidana, dari tersebut adalah temuan Penyidik saat olah
perbuatan yang dilakukan oleh banyak TKP. Berdasarkan hasil wawancara
orang, dan hukumannya hanya dibebankan penulis dengan anggota kepolisian yang
pada satu orang saja. menjadi penyidik dalam perkara tesebut,
Setelah penulis mencermati Putusan beliau membenarkan bahwa keseluruhan
Nomor 203/Pid.B/2019/PN Mnk, dalam barang bukti tersebut adalah barang bukti
pertimbangannya dikemukakan sebagai yang diperoleh telah dalam keadaan rusak
berikut: pasca peristiwa demonstrasi.
Menimbang, bahwa terhadap barang Sebagaimana yang telah penulis
bukti yang diajukan di persidangan untuk paparkan pada sub bab sebelumnya, bahwa
selanjutnya dipertimbangkan sebagai keadaan ini tidak lepas dari adanya
berikut: kesalahan dalam proses penyidikan,
1. 1 (satu) rangka kursi besi yang dimana penyidik menjadikan seluruh
terbakar; benda yang rusak dalam area demonstrasi
2. 1 (satu) rangka kursi kerja yang tersebut sebagai barang bukti dalam
bekas terbakar; perkara yang terdakwanya hanya 2 orang
3. 8 (delapan) buah batu; saja. Sementara secara nyata, masih
4. 4 (empat) lembar pecahan kaca banyak pihak lain yang harusnya dibebani
pintu bangunan yang rusak; tanggung jawab karena melakukan tindak
5. Plat nomor Polisi PB 5368 G pidana yang sama.
dan kaca mobil; Sehubungan dengan hal ini, Penulis
6. 1 (satu) komponen AC yang mengemukakan pandangan, bahwa benar
terbakar; untuk menemukan semua orang yang
7. 2 (dua) lembar pecahan kaca terlibat dalam perusakan fasilitas umum
mobil yang terbakar; pada kegiatan demonstrasi adalah hal yang
8. 1 (satu) lembar pecahan kaca sangat sulit untuk dilakukan, namun
Gedung sekretariat DPRD Prov. demikian tidak lantas ketidakmampuan
Papua Barat yang terbakar; tersebut menjadikan orang tertentu
9. 2 (dua) lembar seng bangunan diharuskan bertanggung jawab atas semua
bekas terbakar; peristiwa perusakan yang terjadi.
10. 2 (dua) potongan kayu balok Seharusnya, mereka yang diperiksa
bekas bangunan yang terbakar; sebagai Terdakwa, hanya dihukum karena
11. 1 (satu) komponen sepeda motor telah merusakan sebagian barang yang
yang terbakar; diakuinya atau dilihat saksi dirusak oleh
terdakwa, dan bukan terhadap seluruh
barang bukti yang rusak di lokasi
Hogi Wahyu Setiawan, Muhadar, Hijrah Adhyanti Mirzana
Tindak Pidana Perusakan Fasilitas Umum Pada Kegiatan Unjuk Rasa
173
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

terjadinya demonstrasi. Oleh karena itu,


penyidik dalam suatu perkara yang DAFTAR PUSTAKA
demikian, harus cermat dalam memilah- Adami Chazawi, Pelajaran Hukum
milah barang bukti apa yang akan Pidana, Bagian 1; Stelsel Pidana,
diajukannya ke Penuntut umum untuk di Teori-Teori Pemidanaan & Batas
bawa ke persidangan, dan tidak lantas Berlakunya Hukum Pidana,
menyerahkan semua barang bukti yang Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002.
ditemukan di TKP, karena keadaan Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana,
tersebut dapat menimbulkan kesan, bahwa Yogyakarta: Rangkang Education
terhadap seluruh barang bukti yang Yogyakarta & PuKAP-Indonesia,
diajukan tersebut adalah hasil kejahatan 1 2012.
atau 2 orang saja, yang kebetulan terlibat Anton Tabah, Terjemahan Buku Police
dan diperiksa perkaranya, padahal Reacean War, Jakarta: Tunggul
kerusakan barang tersebut adalah hasil Maju, 2002.
perbuatan massa yang banyak, dan karena Bambang Purnomo, Asas-Asas Hukum
tidak dapat diungkap secara keseluruhan, Pidana, Yogyakarta: Ghalia
maka orang tertentu dibebani Indonesia, 1993.
pertanggungjawaban hukum atas semua Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan
keadaan tersebut. Hukun dan Kebijakan Penegakan
Penanggulangan kejahatan,
IV. KESIMPULAN Jakarta: Kencana, 2007.
Guna menjamin rasa keadilan dalam Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta
upaya penegakan hukum sehubungan Hukum Pidana, Bandung: Citra
dengan penanganan tindak pidana Aditya Bakti, 2013.
perusakan fasilitas umum dalam kegiatan Irwansyah, Penelitian Hukum "Pilihan
demonstrasi, maka penulis Metode dan Praaktik Penulisan
merekomendasikan kepada Penyidik pada Artikel. Yogyakarta: Mirra Buana
Polres Manokwari agar dalam melakukan Media, 2020.
penyidikan guna mengungkap pelaku Kadarudin, Penelitian di Bidang Ilmu
perusakan berupaya seoptimal mungkin Hukum (Sebuah Pemahaman
menemukan semua pelaku yang terlibat Awal), Semarang: Formaci Press,
dan memiliki peran terhadap rusaknya 2021.
fasilitas umum pada kegiatan demonstrasi. Leden Marpaung, Azas-Teori-Praktik
Dalam hal penyidik tidak dapat Hukum Pidana, Jakarta: Sinar
mengungkap semua pelaku yang terlibat, Grafika, 2005.
maka terhadap orang yang telah ditetapkan Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana,
sebagai tersangka, harus diteliti dengan Jakarta: Bina Aksara, 1987.
cermat terkait barang yang dijadikan P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum
sebagai barang bukti dalam perkaranya, Pidana Indonesia, Bandung: Citra
dan tidak menjadikan seluruh barang yang Aditya Bakti, 1997.
rusak pada lokasi demonstran sebagai R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum
barang bukti, dalam hal ini keterkaitan Pidana Dengan Penjelasannya,
barang bukti dengan perbuatan pelaku Bogor: Politeia, 1995.
haruslah memiliki kausalitas yang jelas. Salim H.S dan Erlis Septiana Nurbani,
Sehingga orang yang dihukum atas Penerapan Teori Hukum Pada
perbuatan persuakan, tidak terkesan Tesis dan Disertasi, Jakarta:
dibebani tanggung jawab karena telah Rajawali Press, 2013.
melakukan perusakan terhadap barang Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi
yang ternyata dilakukan oleh orang lain Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo
yang tidak diproses secara hukum. Persada, 2007.
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
174 Vol. 5, No. 1, Februari 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum


Pidana di Indonesia, Bandung:
Refika Aditama, 2003.

Hogi Wahyu Setiawan, Muhadar, Hijrah Adhyanti Mirzana


Tindak Pidana Perusakan Fasilitas Umum Pada Kegiatan Unjuk Rasa
175

Anda mungkin juga menyukai