Hukum Perdata Tugas 2 Universitas Terbuka Prodi Ilmu Hukum Semester 4
Hukum Perdata Tugas 2 Universitas Terbuka Prodi Ilmu Hukum Semester 4
NIM: 047986353
Pertanyaan:
1.Pada saat ini banyak lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas kredit. Kredit
tersebut diberikan kepada nasabah internal dan juga masyarakat luas. Salah satu
lembaga tersebut adalah PT Adira Finance. Saat sekarang ini sudah banyak produk
yang diluncurkan oleh PT Adira dalam pelayanan terhadap masyarakat. Salah satu
diantaranya adalah produk Multiguna Maxi yang merupakan jenis pembiayaan
kebutuhan Konsumen atas Barang dan Jasa dengan menjaminkan BPKB kendaraan
Motor/Mobil.
Pertanyaan:
Berdasarkan informasi di atas, apa yang Anda ketahui tentang jaminan fidusia dan
permasalahan hukum apa saja yang terjadi dalam penerapan jaminan fidusia? uraikan
berdasarkan hukum UU Jaminan Fidusia !
2. Anda adalah salah satu orang terkaya di Papua. Anda memiliki harta sebagai
berikut:
Anda memiliki 1 anak laki-laki bernama Ariel 22 Tahun dari hasil perkawinan SAH
dengan seorang wanita bernama Vanesa serta seorang anak perempuan bernama
Lucinta 20 Tahun anak yang diakuinya lahir di luar nikah.
Pertanyaan:
Berdasarkan kasus di atas, menurut analisis Anda apakah Lucinta berhak
mendapatkan warisan? Jelaskan berdasarkan hukum!
Jawaban:
1. Jaminan fidusia merupakan salah satu jenis jaminan yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia ("UUJF"). Dalam
praktiknya, PT Adira Finance sering menggunakan jaminan fidusia untuk produk
Multiguna Maxi, di mana BPKB kendaraan bermotor/mobil dijaminkan sebagai
agunan atas kredit yang diberikan.
Kasus Penarikan Paksa BPKB: Pada tahun 2023, terjadi beberapa kasus penarikan
paksa BPKB kendaraan oleh debt collector PT Adira Finance yang dilakukan
secara sewenang-wenang dan tanpa melalui proses hukum yang sah. Hal ini
menimbulkan keresahan di masyarakat dan memicu protes dari berbagai pihak.
Kasus Perjanjian Fidusia yang Tidak Jelas: Banyak debitur PT Adira Finance
yang mengaku tidak memahami isi perjanjian fidusia yang mereka tandatangani.
Hal ini dikarenakan perjanjian fidusia yang dibuat oleh PT Adira Finance
seringkali menggunakan bahasa yang rumit dan tidak mudah dipahami oleh
masyarakat awam.
Berdasarkan UU Perkawinan:
Hukum waris hanya berlaku bagi anak yang sah. Anak sah adalah anak yang lahir dari
perkawinan yang sah (Pasal 833 ayat (1) UU Perkawinan).
Anak luar nikah tidak berhak atas warisan dari orang tua kandungnya yang menikah
secara sah. Hal ini diatur dalam Pasal 852 ayat (1) UU Perkawinan.
Namun, KHI memberikan peluang bagi anak luar nikah untuk mendapatkan warisan.
Menurut KHI:
Anak luar nikah berhak mendapatkan warisan dari orang tua kandungnya yang tidak
menikah secara sah. Hal ini diatur dalam Pasal 171 ayat (1) KHI.
Anak luar nikah berhak mendapatkan setengah dari bagian warisan yang seharusnya
diterima oleh anak sah. Hal ini diatur dalam Pasal 171 ayat (2) KHI.
Pengakuan anak luar nikah harus dilakukan secara resmi melalui akta pengakuan anak
di hadapan pejabat berwenang, seperti Pejabat Pencatat Nikah (PPN) atau Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil).
Pengakuan anak luar nikah tidak dapat dilakukan secara sepihak oleh ayah. Ibu dari
anak tersebut juga harus memberikan persetujuannya.
Jika ayah dari anak luar nikah meninggal dunia sebelum melakukan pengakuan resmi,
anak tersebut tidak berhak atas warisan dari ayahnya.
Berikut beberapa contoh dasar hukum yang mendukung hak waris anak luar nikah
yang diakui ayahnya:
Kasus Mawardi vs. Dini Marlina (No. 151/Pdt.G/2018/PA.Mdn): Dalam kasus ini,
Mahkamah Agung Republik Indonesia memutuskan bahwa anak luar nikah yang
diakui ayahnya berhak atas warisan dari ayahnya, dengan porsi yang sama dengan
anak sah.
Kasus Siti Nurhayati vs. H. Agus Salim (No. 147/Pdt.G/2020/PA.Mdn): Dalam kasus
ini, Pengadilan Agama Medan memutuskan bahwa anak luar nikah yang diakui
ayahnya berhak atas warisan dari ayahnya, meskipun ayah tersebut telah menikah
dengan perempuan lain dan memiliki anak sah.