Anda di halaman 1dari 2

HKUM4103-2

TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER : 2022/23.1 (2022.2)

Nama :
NIM :
Fakultas : FHISIP / Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Kode / Nama MK : HKUM4103 / Filasafat Hukum dan Etika Profesi
Tugas :2

NO. SOAL
Kasus

Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara menjatuhkan vonis terhadap 2 pelaku penyiram
air keras kepada Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, masing-masing
2 tahun penjara untuk Rahmat Kadir dan 1 Tahun 6 bulan penjara untuk Ronny Bugis.

Dalam putusan, keduanya dinyatakan bersalah karena melanggar Pasal 353 Ayat (2) KUHP jo
Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP, subside pasal 351 Ayat (2) KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
Vonis ini lebih tinggi dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yaitu satu tahun.

Novel disiram air keras pada 11 April 2017 lalu setelah menunaikan shalat subuh di mesjid Al
Ihsan, tak jauh dari rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Akibat penyerangan
tersebut, Novel mengalami luka pada matanya yang menyebabkan gangguan penglihatan.

Sumber : kompas.com

Pertanyaan:
1. Bagaimanakah vonis yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta kepada 2
pelaku penyiraman novel berdasarkan konsep teori keadilan menurut Thomas Aquinas? Jelaskan
analisis anda!

Jawaban:

Keadilan menurut konsep Thomas Aquinas adalah kesetaraan. Menurutnya keadilan terkait
mengenai apa yang seharusnya diterima oleh seseorang menurut suatu kesamaan proporsional.
Dalam sidang yang dilakukan secara virtual itu majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara
menjatuhkan vonis terhadap dua terdakwa Rahmat Kadir Mahulette dan Ronny Bugis, masing-
masing dua tahun dan satu tahun enam bulan penjara. Keduanya juga dihukum membayar biaya
perkara masing-masing Rp 5 ribu.

2. Apakah perbuatan yang dialami oleh Novel Baswedan dapat dikategorikan sebagai pelanggaran
HAM berdasarkan Undang-undang No. 39 Tahun 1999? Jelaskan analisis anda secara konkrit!

Jawaban:

Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun. Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 355 ayat (1) KUHP:“Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.”
Jika melihat akibat hukum yang ditimbulkan oleh perbuatan Terdakwa, tuntutan hukuman 1
tahun penjara kepada Terdakwa jelas tidak sebanding dengan penderitaan korban yang
mengalami cacat permanen pada mata kirinya akibat disiram air keras. Bujug buneng… Hukuman
1 tahun penjara sih kelas pelaku kecelakaan lalu lintas kategori ringan, Malih! (lihat Pasal 310 s/d
Pasal 311 UU No. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).Dalam persidangan, JPU
menilai perbuatan Terdakwa tidak memenuhi unsur-unsur dakwaan primer soal penganiayaan
berat dalam Pasal 355 ayat (1) KUHP. Oleh karena itu, JPU hanya menuntut Terdakwa dengan
dakwaan subsider, yakni Pasal 353 ayat (2) KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Alasannya, cairan
asam sulfat yang disiram Terdakwa tidak disengaja mengenai mata korban. Jaksa menyebut
Terdakwa tidak ingin menyiramkan air keras ke bagian wajah korban. Menurut jaksa, Terdakwa
HKUM4103-2

hanya ingin menyiramkan air keras ke badan korban untuk memberikan pelajaran. Berikut
pernyataan JPU yang dikutip oleh pelbagai media:
“Bahwa dalam fakta persidangan, terdakwa tidak pernah menginginkan melakukan
penganiayaan berat. Terdakwa hanya akan memberikan pelajaran kepada saksi Novel Baswedan
dengan melakukan penyiraman air keras ke Novel Baswedan ke badan, namun mengenai kepala
korban. Akibat perbuatan terdakwa, saksi Novel Baswedan mengakibatkan tidak berfungsi mata
kiri sebelah hingga cacat permanen.”
3. Berdasarkan kasus yang dialami oleh Novel bBswedan diatas, jelaskanlah bagaimana
implementasi hukum sebagai sarana social engineering & Social control?

Jawaban:

Hukum sebagai sosial kontrol, sosial engineering dan soasial welfare Berperan aktif sebagai
sesuatu yang dapat menetapkan tingkah laku manusia yang menyimpang terhadap aturan
hukum. Sehingga hukum dapat memberikan sanksi atau tindakan terhadap si pelanggar. Dalam
proses perubahan masyaraka di manapun senantiasa terjadi, apalagi dalam kondisi kemajuan
yang menuntut perlunya perubahan-perubahan yang relatif cepat dan memperlancar proses
interaksi sosial sehingga terwujudlah masyarakat yang harmonis, aman dan sejahtera (baldatun
toyyibatun warabbun ghafur). Hukum bisa berjalan dengan baik diperlukan adanya sosialisasi
terhadap hukum dan harus ditegakkan seadil-adilnya. Karena hal tersebut menyebabkan
masyarakat seringkali main hakim sendiri dalam menyelesaikan kasus-kasus yang dihadapinya
sehingg perlu kiranya mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan
penegakan hukum.

Anda mungkin juga menyukai