Pertanyaan :
1. Soal No 1
1. Berdasarkan uraian di atas, tentukan hak apa saja yang masuk
dalam nonderogable rights, atau hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun.
2. Berikan analisis Anda apa yang membedakan bahwa suatu hak
sudah merupakan hak asasi manusia dan bukan hanya hak warga
negara.
2. Soal No 2
Berikan analisis Anda terkait asas kesatuan hukum mutlak dan asas
kesatuan hukum sebagai penentuan kewarganegaraan akibat dari
perkawinan.
3. Soal no 3
1.Berikan analisis anda atas fungsi partai politik yang diwujudkan
secara konstitusional.
2. Berikan pendapat Anda tentang fungsi partai politik terhadap
pertisipasi masyarakat dalam pemilihan umum.
Jawab :
1.
1.) Sebelum membahas lebih jauh apakah privasi adalah derogable
rights ataukah non-derogable rights, ada baiknya kita pahami arti privasi
terlebih dahulu.
Arti Privasi
Privasi adalah suatu kondisi seseorang yang tidak ingin diganggu
kesendiriannya oleh orang lain. Mengutip pendapat Rapoport (1977), Syafrizal,
dkk. dalam buku Pengantar Ilmu Sosial (hal. 180) menerangkan, arti privasi
adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mengendalikan
interaksi mereka dengan orang lain, baik secara visual, audio, maupun olfaktori
untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Sedangkan merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti dari privasi
adalah kebebasan atau keleluasaan pribadi. Salah satu contoh hak privasi
misalnya hak untuk dapat melakukan komunikasi dengan orang lain tanpa
harus diketahui oleh umum.
Mengenal Derogable Rights, dan Non-derogable Rights :
Setelah mengetahui arti privasi, mari kita pahami apa yang dimaksud
dengan derogable rights dan non-derogable rights.
A. Non-derogable rights
Non-derogable rights adalah hak asasi manusia (“HAM”) yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun, termasuk dalam keadaan perang, sengketa
bersenjata, dan/atau keadaan darurat.
Hak-hak yang termasuk dalam non-derogable rights menurut Pasal 28I ayat
(1) UUD 1945 meliputi:
Hak untuk hidup;
Hak untuk tidak disiksa;
Hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani;
Hak beragama;
Hak untuk tidak diperbudak;
Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum; dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
Hal yang sama juga diatur dalam Pasal 4 UU HAM dan Kovenan Internasional
Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik yang disahkan melalui UU 12/2005.
B. Derogable rights
Derogable rights adalah hak-hak yang masih dapat dikurangi atau dibatasi
pemenuhannya oleh negara dalam keadaan tertentu.
Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam non-derogable
rights merupakan derogable rights.
Berdasarkan arti privasi yang telah diterangkan sebelumnya, apakah privasi
termasuk derogable rights ataukah non-derogable rights?
Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, salah satu contoh hak privasi
adalah hak untuk dapat melakukan komunikasi dengan orang lain tanpa harus
diketahui oleh umum. Karena tidak disebutkan dalam daftar non-derogable
rights, maka hak privasi termasuk derogable rights sehingga dapat dikurangi
pemenuhannya.
Sebagai contoh, pengurangan hak atas privasi dalam berkomunikasi ini adalah
terkait pengaturan tentang penyadapan sebagaimana diatur dalam UU
Telekomunikasi. Namun, perlu digarisbawahi bahwasannya Penjelasan Pasal 40
UU Telekomunikasi memang tidak menggunakan terminologi hak privasi
melainkan “hak pribadi”, sebagai berikut:
Pada dasarnya informasi yang dimiliki seseorang adalah hak pribadi yang harus
dilindungi sehingga penyadapan harus dilarang.
Namun, dalam beberapa keadaan, ketentuan tersebut dapat disimpangi
sehingga tindakan penyadapan diperbolehkan, sebagaimana diatur
dalam Pasal 42 ayat (2) huruf b UU Telekomunikasi:
Untuk keperluan proses peradilan pidana, penyelenggara jasa telekomunikasi
dapat merekam informasi yang dikirim dan atau diterima oleh penyelenggara
jasa telekomunikasi serta dapat memberikan informasi yang diperlukan atas
permintaan penyidik untuk tindak pidana tertentu sesuai dengan Undang-
undang yang berlaku.
Hal tersebut ditegaskan pula dalam Pasal 12 ayat (1) UU 19/2019 bahwa dalam
melaksanakan tugas penyelidikan dan penyidikan, Komisi Pemberantasan
Korupsi (“KPK”) berwenang melakukan penyadapan.
Jadi, menjawab pertanyaan Anda, merujuk pada arti privasi, derogable rights,
dan non-derogable rights yang telah diuraikan di atas, hak pribadi/privasi
seseorang adalah derogable rights karena masih dapat dikurangi dalam
keadaan-keadaan tertentu.
Seluruh informasi hukum yang ada di Klinik hukumonline.com disiapkan
semata – mata untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum
2.) Mengenal Perbedaan Hak Warga Negara dan Hak Asasi Manusia :
Perbedaan yang melekat dalam hak warga negara dan hak asasi manusia
sejatinya tidak dapat dipisahkan. Pengakuan hak warga negara dan hak asasi
manusia merupakan salah satu atribut dari negara demokrasi yang
berlandaskan hukum.
Hak warga negara maupun hak asasi manusia merupakan elemen penting dari
sebuah negara demokrasi. Pengaturan mengenai hak warga negara dan hak
asasi manusia tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan.
Pengaturan tersebut selanjutnya menjadi acuan bagi penyelenggara negara
agar terhindar dari tindakan sewenang-wenang saat mengoptimalisasikan
tugas kenegaraan. Sedangkan bagi masyarakat, hal ini merupakan pegangan
dalam mengaktualisasikan hak-hak dengan rasa tanggungjawab.
Hak warga negara adalah kewenangan yang dimiliki oleh warga negara sesuai
peraturan perundang-undangan. Hak warga negara merupakan keistimewaan
yang menghendaki agar warga negara diperlakukan sesuai keistimewaan.
Sedangkan hak asasi manusia tertuang didalam UU No.39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia menjelaskan hak asasi manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Secara spesifik, hak warga negara dan hak asasi manusia memiliki perbedaan,
yaitu:
1. Hak warga negara hak yang melekat dalam diri manusia sebagai anggota
sebuah negara sedangkan hak asasi manusia bersifat melekat dalam diri setiap
manusia.
2. Hak warga negara dibatasi oleh aturan negara sedangkan hak asasi
manusia bersifat universal.
3. Hak warga negara lebih ke arah kelompok negara sedangkan hak asasi
manusia lebih ke pribadi.
4. Hak warga negara diberikan pemimpin atau pemerintah di suatu negara
sedangkan hak asasi manusia hak yang diberikan Tuhan sejak lahir.
(1) Perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga
negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut
hukum negara asal suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti
kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut.
(2) Laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga
negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut
hukum negara asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti
kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut.
(3) Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi Warga Negara
Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai keinginannya kepada
Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia yang wilayahnya meliputi tempat
tinggal perempuan atau laki-laki tersebut, kecuali pengajuan tersebut
mengakibatkan kewarganegaraan ganda.
(4)Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diajukan oleh
perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) setelah 3 (tiga) tahun sejak tanggal perkawinannya
berlangsung.
Jadi, jika kita melihat ketentuan Pasal 26 ayat (1) dan ayat (3) UU
Kewarganegaraan, dapat diketahui bahwa apabila hukum negara asal si suami
memberikan kewarganegaraan kepada pasangannya akibat perkawinan
campuran, maka istri yang WNI dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesia,
kecuali jika dia mengajukan pernyataan untuk tetap menjadi WNI.
3.
1.) Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan
kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan
politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Demikian yang disebut
dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik (“UU 2/2011”).
Dari definisi di atas dapat kita lihat bahwa tujuan dari dibentuknya partai
politik adalah untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik
anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan negara
Indonesia.
Di samping itu, partai politik sebagai pilar demokrasi perlu ditata dan
disempurnakan dengan diarahkan pada dua hal utama, yaitu (Penjelasan
Umum UU 2/2011):
1. Membentuk sikap dan perilaku partai politik yang terpola atau sistemik
sehingga terbentuk budaya politik yang mendukung prinsip-prinsip dasar
sistem demokrasi. Hal ini ditunjukkan dengan sikap dan perilaku partai politik
yang memiliki sistem seleksi dan rekrutmen keanggotaan yang memadai serta
mengembangkan sistem pengkaderan dan kepemimpinan politik yang kuat.
2. Memaksimalkan fungsi partai politik baik fungsi partai politik terhadap
negara maupun fungsi partai politik terhadap rakyat melalui pendidikan politik
dan pengkaderan serta rekrutmen politik yang efektif untuk menghasilkan
kader-kader calon pemimpin yang memiliki kemampuan di bidang politik.
Lalu apa fungsi partai politik itu? :
Mengacu pada Pasal 11 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik (“UU Parpol”) yang berbunyi:
(2) Fungsi Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan
secara konstitusional
penjelasan lebih khusus soal fungsi partai politik antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Partai politik sebagai sarana komunikasi politik.
Bagaimana aspirasi masyarakat ini bisa tersalurkan kepada pemerintah,
disinilah fungsi dari partai politik yang akan menyalurkan aneka ragam
pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa. Melihat
hal ini, partai politik dalam menjalankan fungsinya sering disebut sebagai
broker (perantara) dalam suatu bursa ide-ide (clearing house of ideas) dan bisa
juga dikatakan bahwa partai politik bagi pemerintah bertindak sebagai alat
pendengar dan bagi warga masyarakat sebagai pengeras suara.
2.) Dalam sistem politik demokrasi, Pemilu merupakan salah satu instrumen
penting dalam menegakkan demokrasi di suatu negara. Sebab legitimasi
kekuasaan (pemerintah), harus diperoleh melalui Pemilu. Di Indonesia, Pemilu
didefinisikan sebagai sarana penyelenggaraan kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.