Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak merupakan semua hal yang harus kalian peroleh atau dapatkan. Hak bisa

berbentuk kewenangan atau kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Hak yang diperoleh

merupakan akibat dari dilaksanakannya kewajiban. Hak asasi manusia adalah hak yang

melekat pada diri setiap pribadi manusia. Karena itu, hak asasi manusia itu berbeda dari

pengertian hak warga negara.

Hak warga negara merupakan seperangkat hak yang melekat dalam diri manusia

dalam kedudukannya sebagai anggota dari sebuah negara. Hak asasi sifatnya universal, tidak

terpengaruh status kewarganegaraan seseorang. Akan tetapi hak warga negara dibatasi oleh

status kewarganegaraan. Dengan kata lain, tidak semua hak warga negara adalah hak asasi

manusia, akan tetapi dapat dikatakan emua hak asasi juga hak warga negara, misalnya hak

setiap warga negara untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan Republik Indonesia

adalah hak warga negara Indonesia, sehingga tidak berlaku bagi setiap orang.

Kewajiban merupakan hal yang harus dikerjakan atau dilaksanakan. Jika tidak

dilaksanakan dapat mendatangkan sanksi bagi yang melanggarnya. Sedangkan hak adalah

kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Namun, kekuasaan tersebut dibatasi oleh undang-

undang. Pembatasan ini harus dilakukan agar pelaksanaan hak seseorang tidak sampai

melanggar hak orang lain. Jadi, pelaksanaan hak dan kewajiban haruslah seimbang.

Menggunakan hak yang dimilikinya, seseorang dapat mewujud kenapa yang menjadi

keinginan dan kepentingan. Sebagai warga negara, kita memiliki hak untuk mendapatkan

pendidikan. Demikian pendidikan, kita akan mewujudkan cita-cita kita. Antara hak dan

kewajiban harus berjalan seimbang. Artinya, kita tidak boleh terus menuntut hak tanpa

1
memenuhi kewajiban. Sebalikanya, negara juga tidak boleh berlaku sewenang-wenang

dengan menuntut warga negara menjalankan kewajibannya tanpa pernah memenuhi hak-hak

mereka

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pelajar

SMA Terampil 2 Jakarta Timur

“Kasus-kasus Pelaggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara”.

1.3 Manfaat

Manfaat makalah bagi penulis adalah untuk mengetahui cara yang benar dalam penulisan

makalah dan dapat mengetahui tentang hak dan kewajiban warga negara.

2
BAB II
KASUS-KASUS PELANGGARAN HAK DAN PENGINGKARAN
KEWAJIBAN WARGA NEGARA

2.1 Hakikat Hak dan Kewajiban Warga Negara

Rakyat dan penduduk merupakan salah satu syarat untuk berdirinya suatu negara. Rakyat
atau penduduk adalah semua orang yang bertempat tinggal atau mendiami wilayah suatu
negara yang tunduk terhadap peraturan dari kekuasaan negara tersebut.Pada mulanya,
seseorang dapat dikatakan sebagai penduduk atau rakyat suatu negara jika seseorang tersebut
masih memiliki hubungan pertalian darah dari satu keturunan yang berasal dari satu nenek
moyang. Namun dalam perkembangannya, banyak pula terdapat orang-orang yang berasal
dari nenek moyang yang berbeda. Menurut Prof. Mr. Dr. Soepomo, dalam Nur Maharani, dkk
(2014, Hml 5) penduduk adalah orang yang dengan sah bertempat tinggal dalam suatu
negara. Sah di sini memiliki arti tidak bertentangan dengan segala masuk dan mendirikan
tempat tinggal secara tetap di dalam wilayah negara tersebut. Dilihat dari pengertian ini,
maka seseorang dapat dikatakan penduduk atau bukan penduduk didasarkan pada
hubungannya dengan suatu wilayah tertentu.

1) Disebut sebagai penduduk apabila bertempat tinggal atau mendiami wilayah dalam
jangka yang cukup lama. Penduduk mempunyai status kewarganegaraan dari wilayah
negara yang bersangkutan dinamakan warga negara, sedangkan yang menetap
disebabkan oleh suatu pekerjaan dinamakan warga negara asing.

2) Disebut sebagai bukan penduduk bila bertempat tinggal atau mendiami suatu
wilayah negara untuk sementara waktu (dalam jangka yang pendek) misalnya, para
wisatawan.

Adapun dilihat dari hubungannya dengan kekuasaan pemerintah negara tersebut, seseorang
dapat dikatakan sebagai warga negara dan bukan negara karena alasan-alasan berikut.
Disebut warga negara bila seseorang berdasarkan:

1) Disebut warga negara bila seseorang berdasarkan hukum merupakan anggota dari
wilayah negara yang bersangkutan, dengan memiliki status kewarganegaraan asli
maupun keturunan asing.

3
2) Disebut bukan warga negara bila seseorang berdasarkan hukum merupakan
anggota dari wilayah negara yang bersangkutan, tetapi tunduk pada kekuasaan
pemerintah negara lain contohnya, duta besar.

2.1.1 Makna Hak Warga Negara


Hak merupakan semua hal yang harus diperoleh atau dapatkan. Hak dapat
berbentuk kewenangan atau kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Hak yang diperoleh
merupakan akibat dari dilaksanakannya kewajiban. Dengan kata lain, hak dapat
diperoleh apabila kewajiban sudah dilakukan, misalnya seorang pegawai berhak
mendapatkan upah apabila sudah melaksanakan tugas atau pekerjaan yang
dibebankan kepadanya. Hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap
pribadi manusia. Karena itu, hak asasi manusia berbeda pengertiannya dengan hak
warga

negara. Hak warga negara merupakan seperangkat hal yang melekat dalam diri
manusia dalam kedudukannya sebagai anggota dari sebuah negara. Hak asasi
siafatnya universal, tidak terpengaruh status kewarganegaraan seseorang. Akan tetapi,
hak warga negara dibatasi oleh status kewarganegaraannya. Tidak semua hak warga
negara adalah hak asasi manusia, akan tetapi dapat dikatakan bahwa semua hak asasi
manusia juga merupakan hak warga negara, misalnya hak setiap warga negara untuk
menduduki jabaran dalam pemerintahan Republik Indonesia adalah hak asasi warga
negara Indonesia, sehingga tidak berlaku bagi setiap orang yang bukan warga negara
Indonesia. Menurut Jimly Asshiddiqie dalam Yuswana Lubis dan Mohammad Sodel
(2014, Hlm 3) artikelnya yang berjudul Membangun Budaya Sadar Berkonstitusi
untuk Mewujudkan Negara Hukum, yang Demokratis (2007), Hak warga negara
Indonesia meliputi hak konstitusional dan hak hukum, hak konstitusional adalah hak-
hak yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945), sedangkan hak-hak hukum timbul
berdasarkan jaminan undang-undang dan peraturan perundangan-undangan
dibawahnya. Setelah ketentuan tentang hak asasi manusia diadopsikan secara lengkap
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengertian tentang hak asasi
manusia dan hak asasi warga negara dapat dikaitkan dengan pengertian hak asasi
konstitusional yang dijamin dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4
Selain itu, setiap warga negara Indonesia juga memiliki hak-hak hukum yang
lebih rinci dan operasional yang diatur dengan undang-undang ataupun peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah. Hak-hak yang lahir dari peraturan undang-
undang dasar disebut hak-hak hukum, bukan hak konstitusional. Dari uraian di atas,
dapat dikatakan bahwa konsep hak warga negara memiliki cakupan sangat luas. Hak
tersebut meliputi hak asasi manusia, hak konstitusional dan hak legal atau hukum.
Setiap warga negara indonesia tentunya mempunya ketiga jenis hak warga negara
diatas. Hal tersebut sebagai konsekuensi dari kedudukan setiap warga negara
Indonesia yang dianggap penting oleh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengakui dan menghormati hak asasi
setiap individu manusia yang berada dalam wilayah negara Republik Indonesia.
Penduduk Indonesia, apakah berstatus sebagai warga negara Indonesia atau bukan
diperlakukan sebagai manusia yang memiliki hak dasar yang diakui universal.
Prinsip-prinsip hak asasi manusia itu berlaku pula bagi setiap indiv warga negara
Indonesia. Bahkan, disamping jaminan hak asasi manusia itu, setiap warga negara
Indonesia juga diberikan jaminan hak konstitusional dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.Disamping itu, terdapat pula ketentuan mengenai jaminan hak
asasi manusia tertentu hanya berlaku bagi warga negara atau setidaknya bagi warga
negara diberikan kekuasaan atau keutamaan-keutamaan tertentu, misalanya, hak atas
pekerjaan, hak atas pendidikan dan lain-lain yang secara bertimbal balik

menimbulkan kewajiban bagi warga negara untuk memenuhi hak-hak itu


khusus bagi tuntutan warga negara asing untuk bekerja di Indonesia ataupun info
Kewarganegaraan secara umum jaminan hak warga negara secara konstitusional
diatur dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 Undang-Undang Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Mendapatkan pendidikan gratis di Indonesia. Hak-hak tersebut dikategorikan


sebagai hak warga negara meliputi:

1) Hak asasi manusia tertentu yang hanya berlaku sebagai hak konstitusional
bagi warga negara indonesia saja. Misalnya:

a) Hak yang tercantum dalam pasal 28 D ayat 3 UUD Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan setiap warga negara berhak atas
kesempatan yang sama dalam pemerintahan.

5
b) Pasal 27 ayat 2 menyatakan tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemananusiaan.

c) Pasal 27 ayat 3 menyatakan setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam pembelaan negara.

d) Pasal 30 ayat 1 berbunyi setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahan dan keamanan negara.

e) Pasal 31 ayat 1 menentukan setiap warga negara berhak mendapat


pendidikan.

2) Hak asasi mansuia tertentu yang meskipun berlaku bagi setiap orang, akan
tetapi dalam kasus-kasus tertentu, msekipun warga negara indoesia berlaku
keutamaan-keutamaan tertentu. Misalnya, pasal 28 D ayat 2 UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan, “setiap orang berhak untuk
bekerja.”

Namun, negara dapat membatasi hak orang asing untuk bekerja di Indonesia.
Misalnya, turis asing dilarang memanfaatkan visa kunjungan untuk mendapakan
penghidupan atau imbalan dengan cara bekerja di Indonesia selama masa
kunjungannya itu.

1) Hak warga negara untuk menduduki jabatan-jabatan yang diisi melalu


prosedur pemilihan, seperti Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota,
Kepala Desa, Hakim Konstitusi, Hakim Agung, anggita Badan Pemeriksa
Keuangan, anggota lembaga permusyawaratan dan perwakilan yaitu
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), Panglima TNI, Kepala Kepolisian RI, Dewan Gubernur
Bank Indonesia, anggota komisi-komisi negara, atau jabatan-jabatan lain
yang diisi melalui prosedur pemilihan, baik secara langsung ataupun
secara tidak langsung oleh rakyat.
2) Hak warga negara untuk diangkat dalam jabatan-jabatan tertentu, seperti
tentara nasional Indonesia, polisi negara, jaksa, pegawai negeri sipil
beserta jabatan-jabatan struktural dan fungsional dalam lingkungan

6
kepegawaian, dan jabatan-jabatan lain yang diisi melalui pemilihan.
Semua jabatan yang dimaksud di atas hanya berlaku dan hanya dapat
diduduki oleh warga negara Indonesia sendiri sesuai dengan maksud
ketentuan Pasal 27 ayat 1 dan Pasal 28 D ayat 3

2.1.2 Makna Kewajiban Warga Negara

Kewajiban secara sederhana dapat diartikan sebagai segala sesuatu


yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Maka kewajiban
warga negara dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang harus dilakukan oleh
seorang warga negara sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Kewajiban hak asasi merupakan kewajiban dasar
setiap orang, dengan kata lain, kewajiban hak asasi terlepas dari status
kewarganegaraan yang dimiliki oleh orang tersebut. Sementara itu, kewajiban
warga negara dibatasi oleh status kewarganegaraan seseorang, akan tetapi
meskipun demikian konsep kewajiban asasi. Misalnya, di Indonesia
menghormati hak hidup merupakan kewajiban setiap orang terlepas apakah ia
warga negara Indonesia atau bukan, sedangkan kewajiba)n bela negara hanya
merupakan kewajiban warga negara Indonesia saja, sementara warga asing
tidak dikenakan kewajiban tersebut.

Hak dan kewajiban warga negara merupakan dua hal yang saling
berkaitan. Keduanya memiliki hubungan kuasalitas dan hubungan sebab
akibat. Seseorang mendapatkan haknya, dikarenakan dipenuhinya kewajiban
yang dimilikinya.

Contoh dari kewajiban adalah :

a) Sebagai warga negara yang baik kita wajib membina dan melaksanakan
hak dan kewajiban kita dengan tertib. Hak dan kewajiban warga negara
diatur dalam UUD 1945 yang meliputi.
b) Melaksanakan tata tertib di sekolah, membayar SPP atau melaksanakan
tugas yang diberikan guru dengan sebaik-baiknya dan sebagainya.

7
Sebagaimana yang telah diatur oleh UUD 1945 maka kita harus melaksanakan hak
dan kewajiban kita sebagai warga negara dengan tertib,yang meliputi:

a) Hak dan kewajiban dalam bidang politik.

b) Hak dan kewajiban dalam bidang sosial budaya.

c) Hak dan kewajiban dalam bidang hak pertahanan dan keamanan.

d) Hak dan kewajiban dalam bidang ekonomi.

1) Hak dan kewajiban dalam bidang politik.

a) Pasal 27 ayat 1 menyatakan, bahwa “Tiap- tiap warga negara bersamaan


kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemeritahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Pasal ini
menyatakan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu:

a) Hak untuk diperlakukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.

b) Kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan.

b) Pasal 28 menyatakan, bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,


mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan undang- undang”. Arti pesannya adalah:

(a) Hak berserikat dan berkumpul.

(b) Hak mengeluarkan pikiran (berpendapat).

(c) Kewajiban untuk memiliki kemampuan beroganisasi dan melaksanakan


aturan-aturan lainnya, di antaranya: Semua organisasi harus
berdasarkan Pancasila sebagai azasnya, semua media pers dalam
mengeluarkan pikiran (pembuatannya selain bebas harus pula
bertanggung jawab dan sebagainya).

2) Hak dan kewajiban dalam bidang sosial budaya.

8
a) Pasal 31 ayat 1 menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran”.

b) Pasal 31 ayat 2 menyatakan bahwa “Pemerintah mengusahaka dan


menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan
undang- undang”.

c) Pasal 32 menyatakan bahwa “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional


Indonesia”. Arti pesan yang terkandung adalah:

(a) Hak memperoleh kesempatan pendidikan pada segala tingkat, baik umum
maupun kejuruan.

(b) Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah.

(c) Kewajiban mematuhi peraturan-peraturan dalam bidang kependidikan.

(d) Kewajiban memelihara alat-alat sekolah, kebersihan dan ketertibannya.

(e) Kewajiban ikut menanggung biaya pendidikan.

(f)Kewajiban memelihara kebudayaan nasional dan daerah.

Selain dinyatakan oleh pasal 31 dan 32, Hak dan Kewajiban warga negara
tertuang pula pada pasal 29 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Arti pesannya adalah:

a) Hak untuk mengembangkan dan menyempurnakan hidup moral


keagamaannya, sehingga di samping kehidupan materil juga kehidupan
spiritualnya terpelihara dengan baik.
b) Kewajiban untuk percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
3) Hak dan kewajiban dalam bidang Hak Keamanan dan Pertahanan.
a) Pasal 30 menyatakan, bahwa “Tiap -tiap warga negara berhak dan wajib

ikut serta dalam usaha pembelaan negara”. Arti pesannya: bahwa setiap

warga negara berhak dan wajib dalam usaha pembelaan negara.

4) Hak dan kewajiban dalam bidang Ekonomi


a) Pasal 33 ayat 1, menyatakan, bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas azas kekeluargaan”.
9
b) Pasal 33 ayat 2 menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai
oleh negara”.
c) Pasal 33 ayat 3, menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
d) Pasal 34 menyatakan bahwa “Fakir miskin dan anak -anak terlantar di
pelihara oleh negara”. Arti pesannya adalah:
(a) Hak memperoleh jaminan kesejahteraan ekonomi, misalnya dengan
tersedianya barang dan jasa keperluan hidup yang terjangkau oleh daya
beli rakyat.
(b) Hak dipelihara oleh negara untuk fakir miskin dan anak-anak terlantar.
(c) Kewajiban bekerja keras dan terarah untuk menggali dan mengolah
berbagai sumber daya alam.
(d) Kewajiban dalam mengembangkan kehidupan ekonomi yang
berazaskan kekeluargaan, tidak merugikan kepentingan orang lain.
(e) Kewajiban membantu negara dalam pembangunan misalnya membayar
pajak tepat waktu.

2.2 Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara


Sebagai anggota dari suatu negara, yakni sebagai warga negara maka secara otomatis

akan memperoleh yang namanya hak warga negara maupun kewajiban sebagai warga negara.

Hak dan kewajiban tersebut merupakan dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat

dipisahkan, karena bagaimanapun dari kewajiban itulah muncul hak- hak dan sebaliknya.

Akan tetapi, sering terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang yang

akhirnya akan menimbulkan terjadinya pelanggaran dan pengingkaran kewajiban warga

negara.

10
Adapun faktor- faktor penyebab terjadinya pelanggaran hak dan pengingkaran

kewajiban warga negara, diantaranya :

1) Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri

Sikap ini akan menyebabkan seseorang untuk selalu menuntut haknya,sementara

kewajibannya sering diabaikan. Seseorang yang mempunyai sikap seperti ini

akan menghalalkan segala cara agar haknya dapat terpenuhi, meskipun caranya

tersebut dapat melanggar hak orang lain.

2) Rendahnya kesadaran berbangsa dan bernegara

Hal ini akan menyebabkan pelaku pelanggaran berbuat seenaknya. Pelaku tidak

mau tahu bahwa orang lain pun mempunyai hak yang harus dihormati. Sikap

tidak mau tahu ini berakibat munculnya perilaku atau tindakan penyimpangan

terhadap hak dan kewajiban warga negara.

3) Sikap tidak toleran

Sikap ini akan menyebabkan munculnya perilaku tidak saling menghargai dan

tidak menghormati atas kedudukan atau keberadaan orang lain. Sikap ini pada

akhirnya akan mendorong orang untuk melakukan diskriminasi kepada orang

lain.

4) Penyalahgunaan kekuasaan

Di dalam masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku. Kekuasaan di sini

tidak hanya menunjuk pada kekuasaan pemerintah, tetapi juga bentuk- bentuk

kekuasaan lain yang terdapat dalam masyarakat. Salah satu contohnya adalah

kekuasaan di dalam perusahaan. Para pengusaha yang tidak memedulikan hak-

hak buruhnya jelas melanggar hak warga negara. Oleh karena itu, setiap

11
penyalahgunaan kekuasaan mendorong timbulnya pelanggaran hak dan

kewajiban warga negara.

5) Ketidaktegasan aparat penegak hukum

Aparat penegak hukum yang tidak bertindak tegas terhadap setiap pelanggaran

hak dan kewajiban warga negara, tentu saja akan mendorong timbulnya

pelanggaran lainnya. Penyelesaian kasus pelanggaran yang tidak tuntas akan

menjadi pemicu bagi munculnya kasus-kasus lain. Para pelaku tidak akan merasa

jera, dikarenakan mereka tidak menerima sanksi yang tegas atas perbuatannya itu.

Selain hal tersebut, aparat penegak hukum yang bertindak sewenang-wenang

juga merupakan bentuk pelanggaran hak warga negara dan menjadi Contoh yang

tidak baik, serta dapat mendorong timbulnya pelanggaran yang dilakukan oleh

masyarakat pada umumnya.

6) Penyalahgunaan teknologi

Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang positif, tetapi dapat juga

memberikan pengaruh negatif bahkan dapat memicu timbulnya kejahatan. Kalian

tentunya pernah mendengar terjadinya kasus penculikan yang berawal dari

pertemanan dalam jejaring sosial. Kasus tersebut menjadi bukti, apabila

kemajuan teknologi tidak dimanfaatkan untuk hal-hal yang sesuai aturan, tentu

saja akan menjadi penyebab timbulnya pelangaran hak warga negara. Selain itu

juga, kemajuan teknologi dalam bidang produksi ternyata dapat menimbulkan

dampak negatif, misalnya munculnya pencemaran lingkungan yang dapat

mengakibatkan terganggunya kesehatan manusia.

2.2.1 Kasus Pelanggaran Hak Warga Negara


Penetapan hak warga negara adalah hal mutlak yang harus mendapat

perhatian khusus dari negara sebagai jaminan di junjung tingginya sila ke-5 yaitu

12
“Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Pengakuan Hak sebagai warga

negara indonesia dalam konsepnya mendorong terciptanya suatu masyarakat yang

tertata baik. Namun dalam praktik atau kenyataannya hak warga negara justru hanya

dijadikan slogan pemerintah untuk menarik simpati warganegara dan diajak untuk

“bermimpi” bisa mendapatkan pengakuan akan hak-hak tersebut secara utuh.

Misalnya saja hak warga negara untuk mendapatkan penghidupan yang layak.

Tentunya jika melihat kondisi rakyat di negara Indonesia ini, hal itu hanya menjadi

impian semata. Pengakuan hak hanya untuk warga negara yang mampu membeli hak-

hak tersebut dengan uang, jabatan dan kekuasaan. Sedangkan untuk rakyat yang

kurang beruntung kehidupannya hanya bisa menunggu kapan mereka diperhatikan

kesejahteraannya atau menunggu berubahnya kebijakan pemerintah yang lebih

memihak kepada mereka.

a) Seperti yang dijelaskan sebelumnya, setiap warga Negara dijamin haknya oleh

pemerintah sesuai dengan yang tercantum dalam UUD 1945. Namun seperti

yang kita ketahui dan kita rasakan. Hingga saat ini masih banyak perilaku

yang dianggap merupakan pelanggaran terhadap hak warga Negara, baik oleh

Negara ataupun Warga Negara lainnya.

b) Memang didalam pelaksanaannya ada kecenderungan lebih mengutamakan

hak-hak dari pada kewajiban-kewajiban asasi warga negara. Ada

kecenderungan menuntut hak-hak yang berlebihan sehingga merugikan orang

lain.penuntutan hak-hak yang berlebih-lebihan atau tanpa batas akan

merugikan orang lain yang memiliki hak yang sama. Oleh sebab itu,

pelaksanaan hak-hak warga negara perlu dibatasi, akan tetapi tidak dihilangkan

atau dihapuskan.

13
c) Pelanggaran terhadap hak asasi manusia sebetulnya karena terjadinya

pengabaian terhadap kawajiban asasi. Sebab antara hak dan kawajiban

merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Bila ada hak pasti ada kewajiban,

yang satu mencerminkan yang lain. Bila seseorang atau aparat negara

melakukan pelanggaran HAM, sebenarnya dia telah melalaikan kewajibanya

yang asasi. Sebaliknya bila seseorang atau kelompok orang atau aparat negara

melaksanakan kewajibanya maka berarti dia telah memberikan jaminan

terhadap hak asasi manusia. Sebagai contoh di negara kita sudah punya

Undang-undang No.9 tahun 1998 berkenaan dengan hak untuk menyampaikan

aspirasi secara lisan dan tertulis. Disatu sisi undang-undang tersebut

merupakan hak dari seseorang warga negara, namun dalam penggunaan hak

tersebut terselip kewajiban yang perlu diperhatikan. Artinya seseorang atau

kelompok yang ingin berunjuk rasa dalam undang-undang tersebut harus

memberi tahu kepada pihak keamanan (Polisi) paling kurang 3 hari sebelum

hak itu digunakan.

d) Hal ini dimaksudkan untuk menghormati hak orang lain seperti tidak

mengganggu kepentingan orang banyak, mentaati etika dan moral sesuai

dengan budaya bangsa kita. Contoh lain, dalam lingkungan kampus dapat saja

terjadi mahasiswa yang melakukan kegiatan seperti diskusi yang bebas

mengemukakan pendapat tetapi mereka dituntut pula menghormati hak-hak

orang lain agar tidak terganggu. Begitu pula kebebasan untuk mengembangkan

kreativitas, minat dan kegemaran (olah raga, kesenian, dan lain-lain) tetapi

hendaklah diupayakan agar kegiatan tersebut tidak mengganggu kegiatan lain

yang dilakukan oleh mahasiswa atau warga kampus lainnya yang juga

merupakan haknya. Banyak contoh lain dalam lingkungan kita baik di kampus

14
maupun di dalam masyarakat yang menuntut adanya keseimbangan antara hak

dan kewajiban. Untuk itu marilah kita laksanakan apa yang menjadi hak dan

kewajiban kita dan itu termuat dalam berbagai aturan/norma yang ada dalam

negara dan masyarakat.

Adapun bentuk pelanggaran yang termasuk pelanggaran hak warga negara

menurut Undang-undang yaitu:

a) Penangkapan dan penahanan seseorang demi menjaga stabilitas, tanpa

berdasarkan hukum.

b) Pengeterapan budaya kekerasan untuk menindak warga masyarakat yang

dianggap ekstrim yang dinilai oleh pemerintah mengganggu stabilitas

keamanan yang akan membahayakan kelangsungan pembangunan.

c) Pembungkaman kebebasan pers dengan cara pencabutan SIUP, khususnya

terhadap pers yang dinilai mengkritisi kebijakan pemerintah, dengan dalih

mengganggu stabilitas keamanan.

d) Menimbulkan rasa ketakutan masyarakat luas terhadap pemerintah, karena

takut dicurigai sebagai oknum pengganggu stabilitas atau oposan pemerintah

(ekstrim), hilangnya rasa aman demikian ini merupakan salah satu bentuk

pelanggaran hak asasi warga negara.

e) Pembatasan hak berserikat dan berkumpul serta menyatakan pendapat, karena

dikhawatirkan akan menjadi oposan terhadap pemerintah. Berikut ini adalah

beberapa Kasus pelanggaran ataupun kontroversi HAM dan Hak Warga

Negara khususnya yang terjadi di Negara kita.

a) Hukuman Mati

15
Kontroversi hukuman mati sudah sejak lama ada di hampir seluruh

masyarakat dan negara di dunia. Indonesia pun tak luput dari kontroversi

ini. Sampai hari ini pihak yang pro hukuman mati dan yang kontra

hukuman mati masih bersilang sengketa. Masing-masing datang dengan

rasional dan tumpukan bukti yang berseberangan, dan dalam banyak hal

seperti mewakili kebenaran itu sendiri. Seharusnya kontroversi itu berakhir

ketika UUD 1945 mengalami serangkaian perubahan. Dalam konteks

hukuman mati kita sesungguhnya bicara tentang hak-hak asasi manusia

yang dalam UUD 1945 setelah perubahan masuk dalam Bab XA. Pasal 28A

dengan eksplisit mengatakan: “Setiap orang berhak untuk hidup serta

berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Jadi, ‘hak untuk hidup’

atau ‘the right to life’ adalah hak yang paling mendasar dalam UUD 1945.

Hak untuk hidup ini adalah puncak hak asasi manusia yang merupakan

induk dari semua hak asasi lain.

b) Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

Semestinya ajang pemilihan kepala daerah (pilkada) menjadi wadah yang

menghidupkan demokrasi lokal dengan berfungsinya organ-organ politik di

daerah. Meski demikian, sepanjang sejarah penyelenggaraan pilkada di

Indonesia, ternyata sarat pelanggaran hak warga negara. Salah satu

penyebabnya adalah kebebasan yang terlalu meluas demikian cepat

menyebabkan membanjirnya partisipasi dalam pencalonan kandidat kepala

daerah, sementara ruang kompetisi sangat ketat dan terbatas. Lagi pula,

bayang-bayang potensi kekuasaan dan kekayaan yang amat menjanjikan dari

jabatan kepala daerah menarik minat banyak kandidat, sementara

kebanyakan dari mereka tidak memiliki integritas moral dan kapasitas

16
keahlian yang memadai. Karena itu,tidak jarang cara-cara licik dan

premanisme politik,entah sengaja atau terpaksa,digunakan dalam politik

perebutan kekuasaan. Di sinilah pelanggaran hak warga negara kerap terjadi.

c) Email Berujung Bui

Kasus yang menimpah Prita Mulyasari cukup menarik. Sebetulnya bukan

termasuk besar, tetapi rupanya ada konspirasi yang membesar-besarkan.

Kasus ini bermula dari kejadian curahan hati (Curhat) dan bersifat pribadi

dari korban (pasien) di Rumah Sakit Omni Internasional atas dampak

pengobatan yang mengakibatkan korban mengalami luka tambahan dari luka

lama. Curhat tersebut dia ungkapkan kepada sahabatnya via email Artinya si

Prita dapat disebut sebagai pihak “Konsumen” dari penyedia jasa layanan

usaha RS Omni tersebut. Sebagai konsumen Prita punya hak menyampaikan

unek-unek ketidakpuasannya terhadap pelayanan penyedia jasa dan itupun

dilindungi Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen. Penegakan hukum terhadap Prita jelas-jelas melanggar Haknya

Sebagai Warga Negara, Polres dan Kejaksaan Tinggi Negeri (Kajari)

Tangerang dapat dituntut balik beserta rumah sakitnya, demi nama baik dan

kerugian yang diderita Ibu 2 orang anak balita ini.

d) Tragedi Trisakti Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada 12 Mei

1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun

dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas

Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka. Mereka yang tewas

adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan dan

Hendriawan Sie. Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru

17
tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, leher dan dada. Tragedi ini jelas

merupakan pelanggaran HAM dan Hak Warga Negara khususnya.

e) Penggusuran Rumah Penggusuran terhadap rumah warga selalu terjadi

setiap tahun. Tata ruang kota selalu menjadi alasan bagi pemerintah untuk

melakukan kebijakan yang merugikan bagi sebagian warga kota itu.

Kebijakan pemerintah melakukan penggusuran ini dinilai sebagai bentuk

pelanggaran Hak Warga Negara.

2.2.2 Kasus Pengingkaran Kewajiban Warga Negara


Kalian tentunya sering membaca slogan “orang bijak taat pajak”. Slogan

singkat mempunyai makna yang sangat dalam, yaitu ajakan kepada setiap warga

negara untuk memenuhi kewajibannya, salah satuya adalah membayar pajak,

tetapi masih banyak lagi bentuk lainnya seperti taat aturan, menjunjung tinggi

pemerintahan, bela negara dan sebagainya. Kewajiban-kewajiban tersebut

tersebut apabila dilaksanakan akan mendukung suksesnya pembangunan di

negara ini serta mendorong terciptanya keadilan, ketertiban, perdamaian dan

sebagainya.

Pada kenyataanya, saat ini banyak terjadi pengingkaran terhadap

kewajiban-kewajiban warga negara, dengan kata lain, warga negara banyak tidak

melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh undang-

undang.

Pengingkaran tersebut biasanya disebabkan oleh tigginya sikap egoisme

yang dimiliki oleh setiap warga negara, sehingga yang ada dipikirannya hanya

sebatas bagamana cara mendapatkan haknya, sementara yang menjadi

kewajibannya dilupkanan. Selain itu, rendahnya kesadaran hukum warga

18
negaranya juga mendorong terjadinya pengingkaran kewajiban oleh warga

negara.

Pengingkaran kewajiban warga negara banyak sekali bentuknya, mulai

dari sederhana sampai yang berat, diantaranya adalah:

a) Membuang sampah sembarangan.

b) Melanggar aturan berlalu lintas, misalnya tidak memakai helm, tidak

mempunyai Surat Izin Mengemudi, tidak mematuhi rambu-rambu lalu

lintas, tidak membawa Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), dan

sebagainya.

c) Merusak fasiltas negara, misalnya mencorat-coret bangunan milik

umum, merusak jaringan telpon, dan sebagainya.

d) Tidak membayar pajak kepada negara, seperti Pajak Bumi dan

Bangunan, Pajak kendaraan bermotor, retribusi parkir dan sebaganya.

e) Tidak berpartisipasi dalam usaha pertahanan dan keamanan negara,

misalnya mangkir dari kegiatan siskamling.

Pengingkaran kewajiban tersebut apabila tidak segera diatasi akan

berakibat pada proses pembangunan yang tidak lancar. Selain itu

pengingkaran terhadap kewajiban akan berakibat secara langsung terhadap

pemenuhan hak warga negara.

2. 3 Upaya Penegakan Hak dan Kewajiban Warga Negara

Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Pernyataan itu tentunya sudah sering

kalian dengar. Pernyataan tersebut sangat relevan dalam proses penegakan hak dan

kewajiban warga negara. Tindakan terbaik dalam penegakan hak dan kewajiban warga

adalah dengan mencegah timbulnya semua faktor penyebab pelanggaran hak dan

19
pengingkaran kewajiban warga negara. Apabila faktor penyebabnya tidak muncul, dapat

diminimalisir atau bahkan dihilangkan.

Berikut ini upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai

kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.

1) Supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan. Pendekatan hukum dan

pendekatan dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasi

masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Para pejabat penegak

hukum harus memenuhi kewajiban dengan memberikan pelayanan yang baik dan

adil kepada masyarakat, memberikan perlindungan kepada setiap orang dari

perbuatan melawan hukum, dan menghindari Tindakan kekerasan yang melawan

hukum dalam rangka menegakkan hukum.

2) Mengoptimalkan peran lembaga-lembaga selain lembaga tinggi negara yang

berwenang dalam penegakan hak dan kewajiban warga negara seperti Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK), Lembaga Ombudsman Republik Indonesia,

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Perlindungan Anak

Indonesia (KPAI), dan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan

(Komnas Perempuan).

3) Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai

bentuk pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara oleh

pemerintah.

4) Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga-lembaga politik

terhadap setiap upaya penegakan hak dan kewajiban warga negara.

5) Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip kesadaran bernegara kepada

masyarakat melalui lembaga pendidikan formal (sekolah atau perguruan tinggi)

maupun non-formal (kegiatan-kegiatan keagamaan dan kursus-kursus).

20
6) Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.

7) Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan dalam

masyarakat agar mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan

pendapat masing-masing.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akibat dari adanya ketidakseimbangan antara pelaksanaan dan kewajiban dari sebagai

warga negara akan mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban

warga negara. Penyebab terjadinya pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga

negara disebabkan baik dari pemerintah atau negara, maupun berasal dari rakyatnya sendiri.

Di Indonesia kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara banyak

terjadi, mulai pelanggaran ringan hingga pelanggaran berat.

Untuk mengatasi pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara tersebut

pemerintah sudah melakukan upaya-upaya dengan mengoptimalkan peran lembaga-lembaga

perlindungan HAM. Tetapi meskipun demikian pada kenyataannya saat ini permaslahan-

permasalahan tersebut belum menemukan titik temu yang cukup baik.

3.2 Saran

21
Apabila kita menginginkan hak yang sesuai dengan keinginan kita, maka kita harus

melaksanakan apa yang menjadi kewajiban kita terlebih dahulu sebagai warga negara.

Dengan begitu kehidupan di negara Indonesia akan berjalan dengan aman dan tentram tanpa

adanya perilaku-perilaku yang dapat menimbulkan terjadinya pelanggaran hak dan

pengingkaran kewajiban warga negara, selain itu kami menyarankan kepada

DAFTAR PUSTAKA

BOCS, Kenyut. 2016. Kasus Pengingkaran Warga Negara.


http://blog-kenyut.blogspot.co.id/2016/01/kasus-pengingkaran-kewajiban-
warga.html.
Fals, Abdan. 2015. Makna Pengertian Hak dan Kewajiban Beserta Contohnya.
http://www.langkahpembelajaran.com/2015/02/makna-pengertian-hak-dan-
kewajiban.html.
Galamedianews. 2015.Tawuran antar pelajardi Cianjur, Seorang siswa tewas bersimbah darah
http://galamedia.com/index.php/menu=daerah&id-37040&judul=tawuran-pelajar-
dicianjur-seorang-siswa-tewas-bersimbah-darah.
Globespotes. 2015.Contoh Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban sebagai warga
Negara.
http://globespotes.co.id/2015/01/contoh-pelanggaran-hak-dan pengingkaran.html.

Haryadi, Febri. 2015.Contoh Kasus Pengingkaran Kewajiban Warga Negara


http://unknown-green.blogspot.co.id/2015/05/pkn-contoh-kasus-
pengingkaran-kewajiban.html.

22
Lubis,Yuswana dan Mohammad Sodel. 2014. Buku Sekolah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

23

Anda mungkin juga menyukai