Anda di halaman 1dari 4

a. Krisno bersahabat dengan Diding.

Krisno merupakan pengusaha meubel di


daerah Bandung, namun Diding adalah seorang bandar narkoba. Pada suatu
hari, Diding memberikan uang hasil bisnis narkoba kepada Krisno sebesar
Rp.100.000.000,- sebagai tambahan modal usaha meuble. Krisno
mengetahui bahwa uang tersebut merupakan hasil dari bisnis narkoba Diding.
Dari uang tersebut, Krisno menjadikannya modal usaha dan memberikan
keuntungannya kepada Diding.
Soal:
Pada kasus tersebut apakah Krisno telah melakukan tindak pidana? Berikan
penjelasan Saudara!
Jawaban;
Sesuai dengan Undang Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika,
Pemidanaan hanya bisa dilakukan jika terdapat beberapa ketentuan,
diantaranya;
1. Pengedar narkotika. meliputi : orang yang secara melawan hukum
memproduksi narkotika; menjual narkotika; mengimpor atau mengekspor
narkotika, melakukan pengangkutan (kurir) dan melakukan peredaran gelap
narkotika. Namun, untuk kasus pengangkutan (kurir), kita bisa belajar
mengenai kasus narkotika yang terjadi saat ini, biasanya pengedar
menggunakan trik mengirimkan narkotika tersebut melalui perantara ojek
online akan tetapi si pengendara ojek online ini tidak mengetahui terkait
barang yang dikirim nya. Jika terjadinya penangkapan pada si Ojek Online ini
di saat perjalanan pengiriman, jika ojek online ini bisa menunjukkan bukti
orderan yang dilakukan pengedar maka ojek online ini tidak akan dipidana.
2. Pengguna narkotika, dibedakan menjadi 2 yaitu pecandu narkotika dan
penyalah guna narkotika. Pecandu narkotika adalah orang yang
menggunakan narkotika dan memiliki ketergantungan terhadap narkotika baik
secara fisik maupun psikis. Sedangkan penyalah guna narkotika adalah orang
secara melawan hukum, aktif menggunakan narkotika.
Terkait dengan kasus diatas, Krisno tidak bisa ditindak pidana, akan
tetapi jika pihak yang berwajib sedang mencari bukti, Krisno diminta bersedia
memberikan keterangan. Akan tetapi, jika Krisno tidak mengungkapkan
dengan sebenarnya maka Krisno dapat ditindak pidana dengan pasal lain dari
narkotika melainkan melindungi dan merahasiakan tindak pidana.
Sources;
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU35-2009Narkotika.pdf
b. Hukum acara pidana yang digunakan dalam perkara pelanggaran HAM
yang berat adalah ketentuan Hukum Acara Pidana yang berlaku. Namun, jika
membaca UU Pengadilan HAM, terdapat pengecualian dari ketentuan Hukum
Acara Pidana yang kita pahami dalam tindak pidana umum. Setelah
membaca UU Pengadilan HAM, klasifikasikanlah pengecualian seperti apa
UU Pengadilan HAM terhadap KUHAP! (minimal 7 klasifikasi)

Jawaban;
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada
diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,
dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas
oleh siapapun. Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan
memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Pengadilan
HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak
asasi manusia yang berat yang dilakukan oleh seseorang yang berumur di
bawah 18 (delapan belas) tahun pada saat kejahatan dilakukan.

Harus diakui, bahwa kehadiran KUHAP dimaksudkan oleh pembuat undang-


undang untuk "mengoreksi" pengalaman praktek peradilan masa lalu yang
tidak sejalan dengan penegakan hak asasi manusia di bawah aturan HIR,
sekaligus memberi legalisasi hak asasi kepada tersangka atau terdakwa
untuk membela kepentingannya di dalam proses hukum. Tak jarang kita
mendengar rintihan pengalaman di masa HIR seperti penangkapan yang
berkepanjangan tanpa akhir, penahanan tanpa surat perintah dan tanpa
penjelasan kejahatan yang dituduhkan. Demikian juga dengan "pemerasan"
pengakuan oleh pemeriksa (verbalisant).

Memang KUHAP telah mengangkat dan menempatkan tersangka atau


terdakwa dalam kedudukan yang "'berderajat", sebagai makhluk Tuhan yang
memiliki harkat derajat kemanusiaan yang utuh. Tersangka atau terdakwa
telah ditempatkan KUHAP dalam posisi his entity and dignity as a
human being, yang harus diperlakukan sesuai dengan nilai-
nilai luhur kemanusiaan. Namun, dalam Pasal 77 KUHAP pada dasarnya
adalah sebagai instrumen untuk mengontrol tindakan sewenang-wenang
aparat penegak hukum terhadap upaya paksa yang dimungkinkan dalam
KUHAP. Sayangnya, bisa diklasifikasikan untuk yang pertama bahwa tidak
semua upaya paksa dalam KUHAP dapat dikontrol oleh instrumen
praperadilan, sehingga hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar
dalam due process of law. Konsep praperadilan itu pada hakikatnya adalah
proses melindungi hak asasi manusia berkenaan dengan penggunaan upaya
paksa yang dilakukan oleh penegak hukum. Ditakutkan adanya klasifikasi
yang kedua bahwa adanya upaya paksa yang tidak sesuai dengan prosedur
yang ditentukan oleh undang-undang. “Haruslah diakui bahwa KUHAP yang
kita miliki saat ini lebih cenderung pada crime control model yang lebih
mengutamakan kuantitas dalam beracara sehingga bisa di klasifikasikan
untuk yang ketiga ini dapat mengabaikan hak-hak tersangka sebagaimana
yang dijaminkan dalam deklarasi universal hak asasi manusia setiap warga
negara”. Dalam Pasal 156 ayat (2) KUHAP, dapat diklasifikasikan untuk yang
keempat dinilai menimbulkan ketidakadilan bagi terdakwa yang melakukan
banding atas putusan sela yang menolak eksepsi terdakwa. Klasifikasi yang
kelima bisa juga prosedur yang tidak sesuai saat penangkapan, klasifikasi
yang keenam melakukan pemerasan terhadap terdakwa pada saat
penyidikan, dan yang ketujuh adalah melakukan penahanan yang tidak
sesuai dengan kepentingan dan ketentuan hukum yang sedang berlangsung

Sources;
https://www.komnasham.go.id/files/1565071405uu-no-26-tahun-2000-
$WBLQ.pdf
https://www.hukumonline.com/berita/a/praktik-penerapan-kuhap-dan-
perlindungan-ham-hol15621/
https://kejari-pulangpisau.kejaksaan.go.id/2022/03/14/penyelesaian-kasus-
dugaan-pelanggaran-ham-berat-sebelum-berlakunya-uu-no-26-tahun-2000-
tentang-pengadilan-hak-asasi-manusia/

c. Bu Lela memiliki anak berusia 20 tahun yang bernama Ujang Codet.


Mereka tinggal satu rumah. Ujang Codet merupakan pecandu narkotika.
Setiap harinya ia pasti menggunakan narkotika jenis sabu-sabu. Bu Lela
mengetahui hal tersebut, namun ia enggan melaporkannya kepada pihak
berwajib.
Melihat contoh kasus di atas, apakah Bu Lela dapat dipidana? Berikan
analisis kasus tersebut disertai dasar hukumnya!
Jawaban;
Perbuatan yang dilakukan Bu Lela terhadap anaknya ini telah diatur dalam
Pasal 221 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) yang
selengkapnya berbunyi sebagai berikut;
1. barang siapa dengan sengaja menyembunyikan orang yang melakukan
kejahatan atau yang dituntut karena kejahatan, atau barang siapa yang
memberikan pertolongan kepadanya untuk menghindari penyidikan atau
penahanan oleh pejabat kehakiman atau kepolisian, atau oleh orang lain yang
menurut ketentuan undang-undang terus menerus atau untuk sementara
waktu diserahi menjalankan jabatan kepolisian;
2. barang siapa setelah dilakukan suatu kejahatan dan dengan maksud untuk
menutupinya atau untuk menghalang-halangi atau mempersukar penyidikan
atau penuntutannya, menghancurkan, menghilangkan, menyembunyikan
benda-benda terhadap mana atau dengan mana kejahatan dilakukan atau
bekas-bekas kejahatan lainnya, atau menariknya dari pemeriksaan yang telah
dilakukan pejabat kehakiman atau kepolisian maupun orang lain, yang
menurut ketentuan undang-undang terus-menerus atau untuk sementara
waktu diserahi menjalankan jabatan kepolisian.
Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:
Adapun menurut Pasal 221 ayat (2) KUHP, ketentuan ini merupakan suatu
alasan penghapus pidana, yaitu suatu alasan yang mengakibatkan seseorang
tidak dapat dipidana.
Jadi, Pasal 221 ayat (2) KUHP merupakan suatu alasan penghapus pidana
yang bersifat sebagai alasan penghapus pidana khusus, artinya hanya
berlaku untuk tindak pidana yang tertentu saja, dalam hal ini tindak pidana
yang dirumuskan dalam Pasal 221 ayat (1) KUHP.
Menurut Pasal 221 ayat (2) KUHP, ketentuan ini hanya dapat diterapkan jika
hubungan antara pihak adalah:
1. Antara anggota keluarga sedarah dalam garis lurus, yaitu:
a. orang tua dengan anak;
b. kakek/nenek dengan cucu, dan seterusnya dalam garis lurus.
2. Antara anggota keluarga sedarah dalam garis menyimpang derajat kedua
atau ketiga, yaitu hubungan antara:
a. kakak-adik; dan
b. paman/bibi dengan keponakan.

3. Antara anggota keluarga semenda dalam garis lurus. Yang dimaksudkan di


sini adalah hubungan antara:
a. menantu dengan mertua;
b. menantu dengan orangtua dari mertua, dan seterusnya dalam garis
lurus.
4. Antara anggota keluarga semenda dalam garis menyimpang derajat kedua
atau ketiga, yaitu hubungan antara:
a. seseorang dengan kakak atau adik dari suami/istrinya; dan,
b. seseorang dengan paman/bibi dari suami/istrinya.
5. Antara suami-istri;
6. Antara bekas suami-istri.
Penerapan sanksi pidana berupa kurungan pidana penjara serta penerapan
rehabilitasi merupakan tahapan yang dianggap cukup evektif dalam
meminimalisir adanya suatu penyalahgunaan terhadap narkotika, maka dari
itu berdasarkan ketentuan pasal 54 tentang rehabilitasi dan pasal 127 tentang
sanksi pidana penjara. Setidaknya dapat diterapkan pada setiap golongan
penyalahgunaan narkotika guna meminimalisir adanya penyalahgunaan
narkotika. Berarti, dalam hal ini Bu Lela selaku keluarga dari pecandu
narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dengan sengaja tidak
melaporkan pecandu narkotika tersebut dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 3 bulan atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.00 (satu juta
rupiah).
Sources;
file:///E:/DATA%20C/Downloads/4546-Article%20Text-22841-1-10-
20220124.pdf

Anda mungkin juga menyukai