Anda di halaman 1dari 6

Tugas.

1
Hukum dagang & Kepailitan / HKUM4207
Rahardinata Indra Permana
042999972

Pak Juni memiliki perusahaan yang berbentuk CV yang bergerak dibidang kontruksi.
Dikarenakan usahanya semakin berkembang dan berkeinginan mengikuti tender-tender
dari instansi pemerintah yang lebih besar, sekaligus mencari modal dari orang lebih
banyak agar modal usahanya tambah besar pula, maka Pak Juni merubah bentuk badan
usahanya dari bentuk CV yang merupakan badan usaha yang tidak berbadan hukum ke
bentuk PT (Perseroan Terbatas) yang merupakan badan usaha yang berbadan hukum agar
dapat mengakomodir kebutuhan usahanya.

Pertanyaan:
a. Menurut analisis saudara bagaimanakah akibat hukum dari keinginan Pak Juni
merubah bentuk badan usahanya dari bentuk CV menjadi bentuk PT (Perseroan
Terbatas)?
b. Jelaskan menurut analisis saudara hal-hal apa sajakah yang harus dipertimbangkan
oleh Pak Juni bila bermaksud merubah bentuk badan usahanya dari bentuk CV ke
bentuk yayasan untuk tujuan mencari keuntungan?
c. CV adalah Badan usaha bukan badan hukum,berikan analisis saudara mengenai
pertanggungjawaban sekutu badan usaha bukan badan hukum terhadap pihak ketiga?
d. Dikenal berbagai badan usaha berbadan hukum, berikan analisis saudara bagaimana
karakteristik badan usaha berbadan hukum tersebut dari segi modal dan tujuan
masing-masing?

Jawaban:
1. Perbedaan prinsipil antara Commanditaire Vennootschap (“CV”) dengan Perseroan
Terbatas (“PT”) adalah pada status badan hukumnya. CV merupakan persekutuan yang
tidak berbadan hukum dan tanggung jawab dari para sekutu pengurus adalah sampai
kepada harta pribadinya. Berbeda dengan PT yang merupakan perseoran berbadan
hukum dan tanggung jawabnya terbatas.
Perubahan CV menjadi PT dilakukan melalui notaris tanpa harus membubarkan CV
terlebih dahulu. Perubahan CV menjadi PT berarti akan mengubah status perusahaan
yang awalnya tidak berbadan hukum menjadi badan hukum. Untuk itu terdapat hal-hal
yang perlu diperhatikan dan disesuaikan agar dapat memperoleh status badan hukum
sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (“UUPT”).
Adapun hal-hal yang perlu disesuaikan adalah sebagai berikut :

a. Menyelesaikan terlebih dahulu perikatan yang telah terjadi antara para pengurus CV
dengan pihak ketiga.
b. Menyesuaikan anggaran dasar CV. Hal ini karena pada anggaran dasar CV tidak ada
ketentuan mengenai modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor.
Sedangkan untuk menjadi PT harus memenuhi ketentuan mengenai modal dasar
PT, Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2016 tentang Perubahan Modal Dasar
Perseroan Terbatas (“PP 29/2016”) mengatur bahwa modal dasar PT harus
dituangkan dalam anggaran dasar yang dimuat dalam akta pendirian PT. Besaran
modal dasar PT ini ditentukan berdasarkan kesepakatan para pendiri PT.
Selanjutnya 25% dari modal dasar harus ditempatkan dan disetor penuh. Dengan
demikian, anggaran dasar CV harus disesuaikan dengan ketentuan tersebut.
c. Membuat akta pendirian (akta notaris) yang memuat anggaran dasar dan
keterangan lain berkaitan dengan pendirian PT. Keterangan lain memuat sekurang-
kurangnya:

 nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan
alamat lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri mengenai
pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan;
 nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,
kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali
diangkat;
 nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah
saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.

d. Para pendiri bersama-sama mengajukan permohonan pengesahan badan hukum


melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik
kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (“Menteri”) dengan mengisi format
isian yang memuat sekurang-kurangnya:

 nama dan tempat kedudukan Perseroan;


 jangka waktu berdirinya Perseroan;
 maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
 jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
 alamat lengkap Perseroan.

e. Pengisian format isian sebagaimana dimaksud di atas harus didahului


dengan pengajuan nama Perseroan. Hal ini juga diatur dalam Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan
Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran
Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan
Perubahan Data Perseroan Terbatas (“Permenkumham 4/2014”) sebagaimana
diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun
2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan
Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian
Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan
Terbatas (“Permenkumham 1/2016”) yang menyebutkan bahwa sebelum
melakukan permohonan pengesahan badan hukum PT, yang harus dilakukan
terlebih dahulu adalah pengajuan nama Perseroan.

f. Setelah dilakukan pengesahan, Menteri akan melakukan pendaftaran PT.


Pendaftaran perusahaan ini menjadi kewajiban bagi setiap perusahaan yang
dijalankan di Indonesia, termasuk namun tidak terbatas bagi usaha-usaha baik
berbentuk PT, Koperasi, CV, Firma maupun usaha perorangan. Demikian ketentuan
yang diatur dalam Pasal 7 jo. Pasal 8 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang
Wajib Daftar Perusahaan (“UU WDP”).
2. Yayasan adalah suatu bentuk badan hukum yang tidak memiliki anggota yang terdiri
dari kekayaan yang disisihkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan yayasan yaitu
tujuan dalam bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Yayasan berbeda dengan
Perseroan Terbatas yang mempunyai bidang bisnis apa saja asal berdasarkan undang-
undang dan hampir tanpa batas, sedangkan yayasan hanya boleh mempunyai tujuan
atau melakukan kegiatan tiga bidang tersebut. Oleh karena yayasan adalah suatu badan
hukum maka terhadap tindakan yang dilakukan untuk dan atas nama yayasan, hanya
yayasan dan sebatas harta benda yayasan yang dapat dimintakan tanggung jawabnya.

Yayasan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) UndangUndang Nomor 16 Tahun
2001 tentang Yayasan junto UndangUndangNomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 adalah badan hukum yang terdiri atas
kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang sosial , keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. Yayasan
merupakan suatu badan usaha yang lazimnya bergerak di bidang sosial dan bukan
menjadi tujuannya untuk mencari keuntungan, melainkan tujuannya ialah untuk
melakukan usaha yang bersifat sosial
Pendirian yayasan dilakukan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian
harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal. Namun, yang dimaksud dengan
“orang” bukan hanya orang perseorangan, melainkan termasuk juga badan hukum.
Perlu dipahami bahwa PT merupakan badan usaha yang berbadan hukum, sedangkan
CV tidak berbadan hukum. Oleh karena itu, dapat disimpulkan PT dapat mendirikan
yayasan, akan tetapi CV yang merupakan badan usaha bukan berbadan hukum tidak
bisa.

3. Badan usaha bukan badan hukum merupakan badan usaha yang mencakup
Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer.
a. Persekutuan Perdata
Persekutuan Perdata adalah badan usaha bukan hukum yang setiap sekutunya
bertindak atas nama sendiri serta bertanggungjawab sendiri terhadap pihak ketiga.
Pasal 1642 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPerdata”) yang berbunyi
sebagai berikut:
“Perjanjian yang mengikatkan suatu perbuatan atas tanggungan perseroan hanya
mengikat peserta yang mengadakan perjanjian demikian, dan tidak mengikat
peserta lain kecuali jika mereka ini telah memberi kuasa untuk itu kepada peserta
yang membuat perjanjian tersebut atau bila dengan tindakan termaksud ternyata
perseroan memperoleh untung.”
Selain itu, terhadap pertanggungjawaban juga dijelaskan melalui Pasal 1 Peraturan
Menteri Hukum dan HAM No. 17 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Persekutuan
Komanditer, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Perdata (“Permenkumham
No.17/2018”) yang berbunyi sebagai berikut:
“Persekutuan Perdata adalah persekutuan yang menjalankan profesi secara terus
menerus dan setiap sekutunya bertindak atas nama sendiri serta bertanggung
jawab sendiri terhadap pihak ketiga.”
Berdasarkan penjelasan ketentuan tersebut, bahwa sekutu di dalam Persekutuan
Perdata tidaklah bertanggungjawab untuk sepenuhnya terhadap kewajiban yang
dimiliki Persekutuan Perdata dan masing-masing sekutu tidak dapat mengikatkan
sekutu-sekutu lainnya. 
Terhadap ketentuan ini mengartikan bahwa setiap sekutu hanya bertindak untuk
mewakili dirinya sendiri artinya sekutu tidak mempunyai hak untuk melakukan
tindakan hukum yang mewakili Persekutuan Perdata. 
Kondisi ini akan berbeda apabila ketentuan lanjutan dari Pasal 1642 KUHPerdata
yaitu dalam hal salah seorang sekutu diberikan kuasa tertentu untuk membuat
perjanjian atas nama persekutuan kepada pihak ketiga atau telah menggunakan
manfaat yang lahir dari adanya perjanjian tersebut. Apabila ketentuan ini terpenuhi,
maka sekutu lainnya terikat dengan segala hak dan kewajiban yang lahir dari
perjanjian dengan pihak ketiga tersebut.

b. Persekutuan firma
Persekutuan firma adalah badan usaha bukan badan hukum yang setiap sekutunya
berhak bertindak untuk dan atas nama Persekutuan Firma serta bertanggung jawab
terhadap pihak ketiga secara tanggung renteng sampai harta kekayaan pribadi.
Menurut Pasal 18 KUHD berbunyi sebagai berikut:
“Dalam persekutuan dengan Firma tiap-tiap sekutu bertanggung jawab secara
tanggung renteng untuk seluruhnya atas perikatan-perikatan persekutuannya.”
Sehingga apabila perbuatan hukum yang dilakukan oleh para sekutu adalah
merupakan tindakan yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Firma,
Undang-Undang, dan ketertiban umum maka sesuai dengan Pasal 18 KUHD para
sekutu wajib bertanggung jawab secara tanggung menanggung.
Dikarenakan di dalam KUHD tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai istilah
tanggung menanggung, maka sesuai dengan Pasal 1 KUHD berlakulah ketentuan
yang termaktub di dalam Pasal 1280 KUHPerdata sebagai berikut:
“Di pihak para debitur terjadi suatu perikatan tanggung-menanggung, manakala
mereka semua wajib melaksanakan satu hal yang sama, sedemikian rupa sehingga
salah satu dapat dituntut untuk seluruhnya, dan pelunasan oleh salah satu dapat
membebaskan debitur lainnya terhadap kreditur.”
Sehingga dapat disimpulkan mengenai pertanggungjawaban di dalam Firma
terhadap sekutu yang tidak dikecualikan, sejatinya otomatis mengikat seluruh
sekutu terhadap perjanjian yang telah disepakati dengan pihak ketiga secara
tanggung menanggung.

c. Persekutuan Komanditer (CV)


Persekutuan Komanditer adalah badan usaha bukan badan hukum yang
mempunyai:
 satu atau lebih sekutu komplimenter yang masing-masing berhak bertindak
untuk dan atas nama bersama semua sekutu serta bertanggung jawab terhadap
pihak ketiga secara tanggung renteng.
Dalam hal CV mengalami kepailitan, yang bertanggung jawab secara hukum
adalah sekutu komplementer, karena sekutu komplementer merupakan sekutu
pengurus yang bertanggung jawab atas jalannya persekutuan. 5 Pasal 21 UU
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang menyatakan bahwa
kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitur pailit. Tanggung jawab dari sekutu
komplementer adalah tidak terbatas, artinya bertanggung jawab sampai kepada
kekayaan pribadi. Apabila sekutu komplementer lebih dari satu, maka tanggung
jawab menjadi tanggung renteng, yang artinya tanggung jawab itu melibatkan
sekutu komplementer yang lain.
 satu atau lebih sekutu komanditer yang tidak boleh bertindak atas nama
bersama semua sekutu dan tidak bertanggung jawab terhadap pihak ketiga
melebihi pemasukannya.
Tanggung jawab sekutu komanditer hanya terbatas pada sejumlah modal yang
disetorkan saja. Sekutu komanditer bertanggung jawab kepada sekutu
komplementer dengan menyerahkan sejumlah pemasukan, sesuai dengan Pasal
19 KUHD. Karena sekutu komanditer tidak diperbolehkan melakukan
perbuatan-perbuatan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan perseroan,
seperti yang tertulis dalam Pasal 20 KUHD.
Dalam KUHD, sekutu komanditer disebut sebagai pelepas uang, yang artinya
uang atau benda yang telah diserahkan kepada orang lain dapat dituntut
kembali bila debitur jatuh pailit. Tetapi uang atau modal yang diserahkan oleh
sekutu komanditer kepada sebuah persekutuan, tidak dapat dituntut kembali
bila persekutuan jatuh pailit.

4. Karakteristik suatu badan hukum yaitu terdapat pemisahan kekayaan pemilik


dengan kekayaan badan usaha, sehingga pemilik hanya bertanggung jawab
sebatas harta yang dimilikinya.
Badan Usaha yang berbentuk Badan Hukum terdiri dari :

a. Perseroan Terbatas (PT)


 Kekayaan dan utang perseroan adalah terpisah dari kekayaan dan utang
pemegang saham;
 Memiliki ketentuan minimal modal dasar, dalam UU 40/2007 minimum
modal dasar PT yaitu Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Minimal 25%
dari modal dasar telah disetorkan ke dalam PT;
 Pemegang Saham hanya bertanggung jawab sebatas saham yang
dimilikinya;
 Adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham dan direksi;
 Berdasarkan peraturan perundang-undangan tertentu diwajibkan agar
suatu badan usaha berbentuk PT.

b. Yayasan
 Tujuannya dalam bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak
mempunyai anggota;
 Kekayaan Yayasan dipisahkan dengan kekayaan pendiri yayasan.

c. Koperasi
 Para pihaknya orang-orang tanpa modal dengan tujuan kemakmuran
bersama yaitu kebutuhan kebendaan bagi masing-masing anggota;
 Permodalannya dipupuk dari simpanan-simpanan, pinjaman-pinjaman,
penyisihan hasil usaha dan sumber lain;
 Pembagian sisa hasil usaha koperasi kepada para anggota didasarkan atas
jasa yang diberikan kepada koperasi.

Sumber :
 BMP HKUM4207/Hukum Dagang & Kepailitan
 hukumonline.com
 ruanghukum.com
 Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001

Anda mungkin juga menyukai