Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : EFNO JUNIANSON

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044267056

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM 4301/ Hukum Telematika

Kode/Nama UPBJJ : 48/ PALANGKARAYA

Masa Ujian : 2022/23.1(2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Nomor 1

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN NAMA DOMAIN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TENTANG


PENGELOLAAN NAMA DOMAIN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Nama Domain adalah alamat internet penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau
masyarakat, yang dapat digunakan dalam berkomunikasi melalui internet, yang berupa kode atau
susunan karakter yang bersifat unik untuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet.
2. Registri Nama Domain adalah penyelenggara yang bertanggung jawab dalam melakukan
pengelolaan, pengoperasian, dan pemeliharaan Penyelenggaraan Sistem Elektronik Nama
Domain.
3. Registrar Nama Domain adalah Orang, Badan Usaha, atau masyarakat yang menyediakan jasa
pendaftaran Nama Domain.
4. Pengguna Nama Domain adalah Orang, Instansi Penyelenggara Negara, Badan Usaha, atau
masyarakat yang mengajukan pendaftaran untuk penggunaan Nama Domain kepada Registrar
Nama Domain.
5. Nama Domain Indonesia adalah Nama Domain yang Registrinya berada dan terdaftar di
Indonesia.
6. Nama Domain Tingkat Tinggi Generik adalah Nama Domain tingkat tinggi yang terdiri atas tiga
atau lebih karakter dalam hierarki sistem penamaan domain selain domain tingkat tinggi Negara
(country code Top Level Domain).
7. Nama Domain Tingkat Tinggi Indonesia adalah Nama Domain tingkat tinggi dalam hierarki
system penamaan domain yang menunjukkan kode Indonesia (.id) sesuai daftar kode negara
dalam ISO 3166-1 yang dikeluarkan oleh Internet Assigned Numbers Authority (IANA).
8. Nama Domain Indonesia Tingkat Kedua adalah turunan pertama Nama Domain Tingkat Tinggi
Indonesia.
9. Nama Domain Indonesia Tingkat Turunan adalah Nama Domain turunan selanjutnya dari Nama
Domain Indonesia Tingkat Kedua.
10. Orang adalah orang perseorangan, baik warga Negara Indonesia, warga negara asing, maupun
badan hukum.
11. Badan Usaha adalah perusahaan perseorangan atau perusahaan persekutuan, baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
12. Instansi Penyelenggara Negara adalah institusi legislatif, eksekutif, dan yudikatif di tingkat pusat
dan daerah dan instansi lain yang dibentuk dengan peraturan perundang-undangan.
13. Pemerintah adalah Menteri atau pejabat lainnya yang ditunjuk oleh Presiden.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan
informatika.
15. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
Aplikasi Informatika.

Pasal 2

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini mengatur tentang Pengelolaan Nama Domain meliputi
pengelola, pendaftaran, penggunaan, pengalihan, dan persyaratan serta tata cara penetapan pengelola
Nama Domain.

Pasal 3

Tujuan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, antara lain:


a) memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengelola dan pengguna Nama
Domain;
b) melindungi kepentingan umum dari penyalahgunaan dan resiko kerugian akibat pengelolaan
dan penggunaan Nama Domain yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
c) memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memperoleh dan menggunakan Nama
Domain dengan
harga yang terjangkau.

Pasal 4
a) Pengelolaan Nama Domain terdiri atas proses pengelolaan, pengoperasian, dan pemeliharaan
Nama Domain.
b) Pengelolaan Nama Domain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi aspek kebijakan,
operasional, administrasi, keuangan, dan teknis.
c) Pengelolaan Nama Domain diselenggarakan dengan prinsip nondiskriminasi, transparansi,
dan akuntabel.

Nomor 2
Nama Domain adalah nama unik yang mewakili suatu organisasi dimana nama itu akan digunakan
oleh pemakai internet untuk menghubungkan ke organisasi tersebut. Nama Domain itu mirip dengan
sebuah nama jalan di dunia nyata, yang berfungsi untuk menghubungkan ke suatu tujuan dan lokasi
dari pemilik Nama Domain tersebut. Sistem Nama Domain di rancang untuk memenuhi kebutuhan
praktik. Sistem dirancang agar suatu host atau server lebih mudah di ingat sehingga dibuat dalam
bentuk deretan huruf bukan berupa deretan angka-angka yang lebih mudah diingat. Karena sifatnya
yang unik dan penting sebagai alamat dan jati diri dari seseorang, perkumpulan, organisasi, atau
badan usaha, tidak jarang Nama Domain ini sering diperselisihkan oleh dua atau lebih pihak yang
berkeinginan menggunakan Nama Domain tersebut. Nama domain memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan merek, tetapi perlu ditegaskan bahwa Nama Domain tidak identik dengan merek karena
meskipun keduanya sama-sama merupakan jati diri suatu produk barang dan jasa, atau suatu nama
perusahaan atau badan hukum lainnya, tetapi memiliki sistem dan syarat- syarat pendaftaran serta
pengakuan eksistensinya secara berbeda. Ketika suatu perusahaan memutuskan bahwa pihaknya
ingin menciptakan website, maka hal pertama yang harus dilakukan oleh perusahaan itu adalah
menentukan pilihan nama domain yang akan digunakannya. Nama domain ini bisa dibilang
merupakan sumber daya yang langka, sehingga sengketa sering terjadi jika ada lebih dari satu
perusahaan saling berebut untuk menggunakan nama domain yang sama. Setiap nama domain uang
akan digunakan haruslah bersifat unik. Persoalan Nama domain telah menjadi konflik dalam Merek.
Alasan utama dari persoalan tersebut adalah kurangnya hubungan antara sistem dalam pendaftaran
merek dengan sistem dalam pendaftaran nama domain. Sistem hukum merek dagang adalah sistem
yang berlaku secara territorial untuk wilayah tempat pendaftarannya/wilayah yang di tunjuk,
sedangkan sistem Nama Domain adalah sistem hukum yang dapat ditegakkan secara global. Karena
merek dagang itu bersifat territorial maka merek tersebut hanya dapat dilindungi dimana tempat
tersebut memberlakukan daya pembeda atas barang dan jasa. Sehingga, Hukum Merek dapat
mentolerir merek yang identik ataupun mirip di wilayah yang berbeda, bahkan jika merek tersebut
memiliki kelas barang dan jasa yang sama. Nama Domain, dengan sebaliknya memiliki sifat dasar
yang unik dan global. Menurut pendaftaran Nama Domain, hanya satu entitas di dunia yang dapat
memiliki suatu hak untuk menggunakan Nama Domain tertentu yang dapat diakses nama domain
internet yang di akhiri dengan com di keluarkan oleh pihak swasta oleh pihak swasta dengan prinsip
first come first served. Tidak ada jaminan bahwa nama domain dan merek dagang terkenal dapat di
daftarkan secara bersamaan oleh pemegang merek dagang terkenal. Kurangnya pengaturan dan
pengawasan mengenai Nama Domain menyebabkan berkembangnya pendaftaran Nama Domain
dengan itikad buruk.
Cara memperoleh hak merek dan hak nama domain sama-sama menggunakan prinsip first to file,
artinya pihak yang pertama kali mendaftarkan yang berhak. Namun, first to file merek dan domain
tidaklah sama. Proses pendaftaran merek harus melalui pemeriksaan substantif terlebih dahulu.
Sedangkan domain tidak memerlukan pemeriksaan substantif. Pemeriksaan substantif pada merek
dilakukan untuk mempertimbangkan apakah merek yang dimohonkan bisa terdaftar atau tidak.
Kemudian jika pemeriksa menyatakan merek bisa didaftarkan barulah menteri akan mendaftarkan
merek dan memberikan sertifikat merek. Hal ini lah yang tidak ada dalam proses pendaftaran
domain. Keduanya sering kali menimbulkan konflik karena cara memperoleh hak atau sistem
pendaftaran antara keduanya tidak saling berhubungan. Faktanya para pemegang hak merek dagang
sering kali tidak mendaftarkan mereknya bersamaan dengan nama domainnya.

Nomor 3
Indonesia pada saat ini sudah memiliki lembaga khusus yang bertugas menangani sengketa nama
domain yang dikenal dengan Pengelola Nama Domain Indonesia yang selanjutnya disebut
PANDI melalui Penyelesaian Perselisihan Nama Domain (PPND). Dibentuknya PANDI pada tanggal
29 Desember 2006 sebagai organisasi nirlaba yang secara khusus diberikan wewenang untuk
mengelola “nama domain” internet Indonesia yang ditugaskan oleh Menteri Komunikasi dan
Informatika (KOMINFO) Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. 806 Tahun 2014 tentang
Penetepan Perkumpulan Pengelola Nama Domain Internet Indonesia Sebagai Registri Nama Domain
Tingkat Tinggi Indonesia. PANDI memiliki memiliki beberapa landasan hukum
nasional yaitu, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
yang telah diperbaharui oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Sistem Transaksi Elektronik dan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 23
Tahun 2013 tentang Pengelolaan Nama Domain (About Pandi, 2017). Berdirinya PANDI tidak
semata-mata hanya berlandaskan hukum nasional saja, namun dibaliknya terdapat UDRP (Uniform
Domain-Name Resolution Policy) yang dijadikan sebagai landasan hukum
internasional. Jenis perselisihan nama domain yang dapat ditangani oleh PPND sebagaimana terdapat
pada Kebijakan Penyelesaian Perselisihan Nama Domain yang dikeluarkan oleh PANDI salah
satunya adalah perselisihan nama domain terkait merek. Menurut hemat penulis, PPND adalah
platform yang sistematis dan sederhana untuk dijadikan sebagai wadah penyelesaian sengketa terkait
nama domain dengan merek. Namun pada faktanya, masih terdapat kekosongan hukum dikarenakan
PPND hanya menangani perkara atau menerima permohonan terhadap sengketa nama domain
berkaitan dengan merek yang telah terdaftar.

pasal 18 ayat (1) UU ITE yaitu: “Transaksi Elektronik yang dituangkan ke dalam Kontrak Elektronik mengikat
para pihak” Dalam pasal 18 ayat (2), (3), (4) dan (5) dijelaskan bahwa Para pihak diberikan kewenangan untuk
melakukan pilihan hukum dan penetapan forum hukum apa yang digunakan sebagai upaya penyelesaian
sengketa yang terjadi akibat transaksi elektronik yang dilakukannya.

Ayat (2) Para pihak memiliki kewenangan untuk memilih hukum yang berlaku bagi Transaksi Elektronik
internasional yang dibuatnya.

Ayat (3) Jika para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam Transaksi Elektronik internasional, hukum yang
berlaku didasarkan pada asas Hukum Perdata Internasional.

Ayat (4) Para pihak memiliki kewenangan untuk menetapkan forum pengadilan, arbitrase, atau lembaga
penyelesaian sengketa alternatif lainnya yang berwenang menangani sengketa yang mungkin timbul dari
Transaksi Elektronik internasional yang dibuatnya.

AYat (5) Jika para pihak tidak melakukan pilihan forum sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), penetapan kewenangan pengadilan, arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa
alternatif lainnya yang berwenang menangani sengketa yang mungkin
timbul dari transaksi tersebut, didasarkan pada asas Hukum Perdata Internasional. Kemudian dalam
penjelasan pasal 18 UU ITE dijelaskan bahwa Pilihan hukum yang dilakukan oleh para
pihak dalam kontrak internasional termasuk yang dilakukan secara elektronik dikenal dengan choice of law.
Hukum ini mengikat sebagai hukum yang berlaku bagi kontrak tersebut.
Pilihan hukum dalam Transaksi Elektronik hanya dapat dilakukan jika dalam kontraknya terdapat unsur asing
dan penerapannya harus sejalan dengan prinsip hukum perdata internasional (HPI). Ida Bagus Wyasa Putra
menjelaskan bahwa terdapat 3 prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pilihan hukum, yaitu:

1. Partijautonomie, yaitu para pihak merupakan pihak yang paling berhak menentukan hukum yang hendak
mereka pilih dan berlaku sebagai dasar transaksi, termasuk sebagai dasar penyelesaian sengketa
sekiranya timbul suatu sengketa dari kontrak transaksi yang dibuat.

2. Bonafide, yaitu pilihan hukum harus didasarkan itikad baik (bonafide), yaitu semata-mata untuk tujuan
kepastian, perlindungan yang adil, dan jaminan yang lebih pasti bagi pelaksanaan akibat-akibat transaksi
(isi perjanjian).
3. Real Connection, yaitu pilihan hukum mensyaratkan keharusan adanya hubungan nyata antara hukum
yang dipilih dengan peristiwa hukum yang hendak ditundukkan/didasarkan kepada hukum yang dipilih.
Dalam pilihan hukum, para pihak mempunyai hak otonom sehingga dapat memilih hukum mana yang
mereka kehendaki supaya diperlakukan untuk kontrak yang telah mereka buat.

Anda mungkin juga menyukai