Anda di halaman 1dari 16

REPRESENTASI IDENTITAS ETNIS PAPUA DALAM SERIAL

DRAMA REMAJA DIAM-DIAM SUKA

Lintang Citra Christiani


Universitas Tidar
Jalan Kapten Suparman 39, Potrobangsan, Magelang
E-mail: lintang2488@gmail.com

Abstract: This research is a cultural studies, which disscuss representation of


Papuan ethnic identity in the adolescent drama series Diam-Diam Suka. The
FRQFHSW RI SRVWFRORQLDO WKHRU\ DQG -RKQ )LVNH VHPLRWLF DQDO\VLV ³7HOHYLVLRQ
&RGHV´ ZHUH XVHG WR VKRZ UHSUHVHQWDWion of Papuan ethnic identity that displayed
by teks. The finding of this study showed that the mass media through text
perpetuates the identity of Papua as a foolish, weird, and primitive one. This is
done by text in several ways. First, the text emphasizes the distinction of Papuans
against the majority trough appearance, cultural attributes, and the way of speech.
Second, the text shows the unequal power relations between the majority-minority
through setting and characterization. Third, the text attaches humor to Papuan
characters through dialogue in drama series. Papuan identity is constructed under
Western hegemony as well as placing Western consciousness as its center.

Keywords: identity, representation, postcolonial, majority, minority

Abstrak: Penelitian ini merupakan kajian media yang membahas mengenai


representasi identitas etnis Papua dalam serial drama remaja Diam-Diam Suka.
Konsep teori poskolonial dan analisis semiotika Television Codes dari John Fiske
digunakan untuk membongkar representasi identitas etnis Papua yang dilakukan
oleh teks. Hasil penelitian menunjukkan, media massa melalui teks mengekalkan
identitas Papua yang bodoh, aneh, dan primitif. Hal ini dilakukan dengan teks
dalam beberapa cara. Pertama, teks tersebut menekankan perbedaan orang Papua
terhadap mayoritas melalui penampilan, atribut budaya, dan cara berbicara.
Kedua, teks menunjukkan ketidakseimbangan relasi kekuasaan antara mayoritas
dan minoritas melalui setting dan penokohan. Ketiga, teks tersebut melekatkan
humor pada karakter tokoh Papua melalui dialog dalam serial drama. Identitas
Papua dibangun di bawah payung hegemoni Barat serta menempatkan kesadaran
Barat sebagai pusatnya.

Kata kunci: identitas, representasi, postkolonial, mayoritas, minoritas

15
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 15-30

Pendahuluan dimaksud di adalah status sosial dan


Indonesia merupakan bangsa yang terdiri kekuatan politis. Persoalan mayoritas dan
dari beragam etnis dari Sabang sampai minoritas selalu muncul dalam masyarakat
Merauke. Melalui media massa, yang multikultural.
keberagaman etnis ini dikenal dan Tahun 2010 media sempat
ditampilkan kepada masyarakat. dihebohkan oleh status facebook dari
Kelompok-kelompok etnis dimunculkan mahasiswa ITB terkait dengan
dan digambarkan dalam berbagai program pertandingan sepakbola Persib melawan
tayangan di televisi, film, pemberitaan dan Persipura Siliwangi. Status tersebut berisi
sebagainya. hinaan dan prasangka kepada etnis Papua
Bangsa, menurut pemikiran bahwa mereka tidak pernah menggunakan
Bennedict Anderson (dalam Barker, otak untuk berpikir, tidak pernah sekolah,
2000:198), sesungguhnya merupakan dan berkulit hitam (dalam liputan6.com,
komunitas yang dibayangkan (imagined 2010). Kemudian di media, tayangan
community). Pemahaman ini muncul karena humor yang dibawakan oleh Olga
masyarakat dalam sebuah bangsa, bahkan Syahputra sempat ditegur oleh KPI karena
bangsa yang kecil sekalipun tidak pernah memberikan perlakuan negatif dan
bertemu semuanya. Media massa, pelabelan kepada etnis Papua serta
khususnya televisi menjadi tempat untuk menggunakannya untuk bahan candaan,
melihat bangsa secara utuh. Media sekali lagi dengan menyebutkan bahwa
menggambarkan kelompok etnis melalui Papua tidak pernah menggunakan otak dan
berbagai macam informasi, dalam media berkulit hitam (Orbit, 2011).
cetak maupun elektronik, baik visual Melihat kondisi ini muncul sebuah
maupun audiovisual. Dalam penggambaran pertanyaan besar tentang bagaimana etnis
tersebut dilekatkan bahasa, dialek, dan Papua dipandang oleh masyarakat
karakteristik tertentu yang memungkinkan Indonesia secara umum. Penyebutan etnis
terbentuknya identitas, persepsi, dan Papua bukan lagi merujuk pada sosok
stereotip tentang etnis yang bersangkutan. individual, tetapi mengarah pada etnis
Selama ini media massa Papua secara keseluruhan sebagai bagian
didominasi oleh tokoh etnis Jawa, Bali, dari Indonesia Timur. Indonesia seolah
Minang, Betawi, dan sangat jarang seolah-olah terbagi dalam dua wilayah
memunculkan etnis dari Indonesia Timur, Indonesia Timur dan Indonesia Barat. Hal
seperti Papua. Di Indonesia, etnis Papua ini berawal dari ekspedisi Alfred Russel
merupakan etnis minoritas. Minoritas yang Wallace, seorang Eropa yang datang sekitar
16
Lintang Citra Christiani, Representasi...

tahun 1854-1862 yang melihat kepulauan Terkait dengan media massa, etnis
Indonesia dalam perbedaan kontinental, Papua cenderung dieksplorasi secara
yaitu Asia dan Australia (Wallace, 1869: terbatas dan bahkan terjebak dalam
316-317). Wallace kemudian membaginya stereotip tertentu. Penelitian oleh Firda
dalam dua wilayah Barat (Asia atau Malay) Olivia (2011) pada komedi situasi Keluarga
dan Timur (Australia atau Papua). Minus menunjukkan bahwa meskipun etnis
Wallace menuliskan catatan Papua digambarkan memiliki status yang
studinya bahwa masyarakat Malay lebih lebih tinggi dari etnis lain, etnis Papua tetap
berbudaya daripada masyarakat Papua. primitif dan menganut animisme. Demikian
Papua dianggap sebagai bangsa kanibal. juga dalam iklan Kuku Bima Energi, di
Oleh karena itu Wallace dan kelompok mana etnis Papua dianggap sebagai
yang mengikutinya masuk dalam ³WRQWRQDQ´ \DQJ GLQLNPDWL ROHK PDV\DUDNDW
lingkungan Malay. Malay di sini meliputi (Malau, 2010).
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Lombok, dan Kemunculan etnis Papua sebagai
Sulawesi. Pandangan yang subjektif ini etnis minoritas di media massa seakan tidak
menunjukkan pembagian wilayah ini bisa lepas dari etnis mayoritas sebagai
berdasarkan karakter dan tingkat peradaban pembanding. Etnis Papua digambarkan
antara Barat dengan Timur. Indonesia Barat secara stereotipikal dan tidak
dipandang lebih superior daripada menguntungkan bagi etnis tersebut.
Indonesia Timur. Zending berdatangan Demikian juga dengan representasi etnis
untuk meningkatkan peradaban di Papua Papua di film Denias (Rato, 2013).
supaya tidak lagi primitif dengan Stereotip yang digambarkan mengenai etnis
memasukkan agama Nasrani. Papua adalah miskin, bodoh, dan suka
Sejarah kolonial mengisahkan berkelahi. Namun film ini membawa
penindasan mayoritas terhadap minoritas. semangat nasionalisme bahwa Papua
Hal ini tampak pada kebijkaan pemerintah merupakan bagian negara yang tidak bisa
tahun 1964 dalam bentuk operasi koteka. dipisahkan dari Indonesia dan
Pemerintah Orde Baru melihat koteka menghilangkan realitas konflik sosial
sebagai primitif, tidak sopan, tidak politik di Papua.
berbudaya, bentuk ketelanjangan, dan Khusus pada media televisi,
sebagainya. Sementara koteka itu sendiri penggambaran etnis Papua lebih banyak
bagi masyarakat Papua adalah baju muncul pada tayangan atau program
(Koestanto dan Iswanto, 2008: 6). komedi situasi dan program hiburan humor.
Menarik ketika tokoh etnis Papua muncul
17
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 15-30

dalam sinetron remaja yang notabene tersebut. Pada usia tersebut, informasi
berbentuk serial drama. Sinetron Diam- visual paling banyak diingat. Tidak hanya
Diam Suka adalah sinetron remaja dalam mengingat, tetapi juga menggunakan detail
bentuk cerita fiksi yang mengangkat tema stereotip yang dimunculkan media tersebut
kehidupan anak muda di lingkungan ketika berinteraksi.
pendidikan sekolah menengah dan kampus Berbicara tentang stereotip, peran
atau pendidikan tinggi. media penting untuk memperkenalkan
Etnis Papua dalam cerita fiksi gambaran dari subjek kepada khalayak.
berlatar kehidupan kampus atau pendidikan Penggambaran yang kemudian terlihat
seharusnya jauh dari kesan primitif dan hanyalah sebagian dari keseluruhan
kebodohan. Ada beberapa tokoh etnis karakteristik etnis keseluruhan. Bagian
Papua yang muncul dalam sinetron ini. karakteristik mana yang dimunculkan dan
Meskipun bukan pemain utama, sosok etnis bagaimana hal tersebut dimaknai menjadi
Papua di sinetron ini cukup sentral dan hal yang penting untuk dibahas.
penting dalam alur ceritanya. Sementara itu, media memiliki
Sinetron Diam-Diam Suka tayang kecenderungan membukakan ide mengenai
di SCTV setiap hari pukul 18.15 WIB. ras dan etnis yang mengikuti struktur
Sinetron ini adalah salah satu tayangan dominan. Media massa mereproduksi
yang digemari remaja di Indonesia dan penggambaran etnis minoritas melampaui
selalu masuk dalam 10 besar rating di ruang publik dan masuk dalam ranah
televisi dan 5 besar kategori serial drama. kehidupan sehari-hari masyarakat. Bahwa
Berdasarkan annual report MNC, periode media cenderung melakukan representasi
tahun 2014 sampai dengan bulan Juni, etnis minoritas dengan cara melanjutkan
sinetron ini meraih rata-rata rating TVR 4.1 struktur dominan, dimainkan secara
dan share 19.5. Pada 15 Oktober 2014, berkelanjutan dan ketidakadilan (Allan,
Diam-Diam Suka meraih TVR 4.9 dan 2000: 16-17). Kondisi ini memungkinkan
share 21.2 (Nielsen dalam MNC, 2014: 7). potensi kemunculan stereotip yang statis
Menurut penelitian mengenai efek pada etnis minoritas.
media massa pada anak dan remaja oleh Kondisi yang diharapkan sebagai
Megan Renolds (2014: 1-2) menyebutkan bangsa yang multikultur, penggambaran
bahwa ketika remaja melihat stereotip media mengenai keragaman etnis dan
negatif mengenai etnis minoritas di media budaya menjadi sangat penting. Hal ini
televisi, mereka sangat beresiko dijamin dalam Pancasila pasal 2 mengenai
mengembangkan stereotip minoritas kemanusiaan yang adil dan beradab dan
18
Lintang Citra Christiani, Representasi...

UUD 1945, bahwa setiap warga negara pandangan kritis adalah mempertanyakan
memiliki hak dan kewajiban yang sama, kondisi masyarakat yang terlihat produktif,
tidak terbatas pada suku, agama, ras, atau sesungguhnya terselubung struktur
golongan. Peraturan ini menjamin ruang masyarakat yang menindas dan menipu
gerak bagi semua kelompok masyarakat. kesadaran. Hal ini terwujud dalam bahasa
Demikian juga dalam UU No. 40 Tahun dan praktik sosial (Eriyanto, 2001: 22).
2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Sesuai dengan paradigma
Ras dan Etnis. Dalam pasal 4 disebutkan penelitian, pendekatan kualitatif dengan
bahwa tidak diizinkan ada diskriminasi analisis teks semiotika television code dari
dalam bentuk pembedaan dan pengurangan John Fiske digunakan untuk menggali
pengakuan atas dasar etnis dan ras. Media makna dibalik tanda yang muncul dalam
massa menjadi salah satu tempat bagi setiap unit analisis atau scene dalam serial
perjuangan penghapusan diskriminasi. DDS. Menurut Fiske, semua yang
Melihat data-data yang ada, topik ditampilkan di layar kaca merupakan
ini menjadi penting dibahas karena usia realitas sosial. Fiske membagi pengkodean
remaja merupakan periode di mana dalam tiga level analisis, yaitu level
informasi visual masih menjadi bentuk realitas, level representasi, dan level
yang paling banyak diingat. Ketika remaja ideologi.
melihat stereotip negatif mengenai etnis Pada level realitas, kode sosial yang
minoritas di media televisi, mereka sangat digunakan dalam analisis adalah
beresiko mengembangkan stereotip appearance, dress, make-up, speech,
minoritas tersebut dan menggunakannya gesture, environment, dan expression.
ketika berinteraksi (Renolds, 2014: 1-2). Kemudian dalam level representasi, elemen
Permasalahan yang muncul dalam tadi ditandakan secara teknis dan
penelitian ini adalah bagaimana menghadirkan kode camera, lighting,
representasi identitas etnis Papua dalam dialogue yang selanjutnya ditransmisikan
serial drama remaja Diam-Diam Suka ke dalam bentuk cerita, konflik, karakter,
(DDS). setting, dan sebagainya. Level representasi
ini mentransmisikan kode konvensional.
Metode Penelitian Terakhir, pada level ideologi, semua
Pada penelitian ini, paradigma kritis elemen diorganisasikan dalam kode
digunakan sebagai acuan untuk ideologi (Fiske, 1999: 5-10).
membongkar ideologi tersembunyi di balik Analisis semiotika John Fiske
teks media. Salah satu sifat dasar dari mencoba untuk menyatakan makna yang
19
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 15-30

terstruktur secara tersembunyi di dalam kaos dengan warna-warna cerah seperti


program televisi, bahkan di dalam segmen merah atau orange dipadankan dengan
atau bagian yang kecil. Analisis level celana jeans warna gelap. Kemudian
realitas dan representasi akan dimunculkan Douglas lebih banyak menggunakan kaos
sebagai hasil penelitian. Selanjutnya pada dengan warna dasar, hitam atau putih dan
bagian pembahasan akan dilanjutkan pada dipadukan dengan jeans warna cerah,
level analisis ketiga yaitu level ideologi. seperti hijau atau biru. Disamping pakaian,
Serial DDS episode 320-350 penampilan Douglas disempurnakan
menjadi obyek penelitian yang selanjutnya dengan tas berwarna cerah, seperti merah
akan dipilih secara random sampling muda atau pink (Gambar 1.1, scene
sebanyak dua episode sebagai unit analisis. 2/19.49, scene 3/20.03, scene 6/31.55,
Selain karena keterbatasan penelitian, scene 7/55.07; Gambar 1.2, scene 4/05.03).
rentang episode tersebut ditentukan Pada gambar 1.1 maupun 1.2, tokoh
berdasarkan tingkat rating yang tinggi dari Pace dan Douglas ditampilkan dengan
serial DDS dan kunatitas munculnya tokoh- menggunakan make-up natural dan justru
tokoh Papua di dalam serial. Berdasarkan memperlihatkan warna asli kulit mereka.
proses tersebut, terpilih dua unit analisis, Jika tokoh-tokoh pria dalam serial drama
yaitu episode 317 dan 348. tersebut terlihat menggunakan lip stick
natural, tokoh Pace dan Douglas tidak
Hasil dan Pembahasan memakainya. Terlihat jelas bahwa Pace
Level realitas mengajak kita untuk maupun Douglas hanya menggunakan
melihat realitas yang dimunculkan oleh bedak tipis sehingga kulit wajah tidak
media dalam bentuk appearance, dress, terlihat mengkilat di kamera. Kulit hitam
make-up, speech, gesture, dan expression dan rambut keriting ditampilkan pada
terkait dengan scene Etnis Papua pada kedua sosok tersebut.
sinetron DDS (Fiske, 1995: 4-5). Ada dua Dalam serial DDS, Pace memiliki
unit analisis yang digunakan, yaitu unit penampilan khas yang membedakannya
analisis pada episode 317 dan episode 348. dengan tokoh pria lainnya. Pace selalu
Etnis Papua dalam serial DDS menggunakan kalung rantai dengan
dimunculkan pada tokoh Pace dan Douglas. diameter yang cukup besar. Demikian juga
Dalam serial drama tersebut, Pace dan dengan Douglas. Hal yang menarik pada
Douglas digambarkan dengan penampilan penampilan Douglas adalah ia selalu
yang modern menggunakan paduan kaos, ditampilkan menggunakan sisir buluh
jeans, dan sepatu kets. Pace menggunakan bambu khas Papua dan ditancapkan
20
Lintang Citra Christiani, Representasi...

diantara rambutnya (Gambar 1.1, scene Ekspresi yang dimunculkan pada


1/00.59, scene 2/19.49; Gambar 1.2, scene tokoh Douglas dan Pace adalah ekspresi
1/03.13, scene 6/13.52, scene 8/13.58). innocent (polos/tidak bersalah), terlihat
Gaya bicara Douglas dan Pace melalui ekspresi senyum (Gambar 1.2,
ditampilkan dalam realitas yang scene 6/13.52). Kemudian ekspresi rasa
menggunakan Bahasa Indonesia dengan takut dan bingung juga banyak
dialek Papua. Ada ujaran semacam dimunculkan pada tokoh tersebut
singkatan untuk kata-kata tertentu, seperti berhadapan dengan tokoh lain. Kedua
³VD´ XQWXN VD\D ³NR´ XQWXN NDPX GDQ ³SL´ tokoh ini digambarkan menunduk,
untuk pergi atau menggunakan kalimat mengerutkan alis dan pandangan mata ke
GHQJDQ DNKLUDQ ³WR´ PLVDOQ\D NHWLND SDGD bawah. Pada gambar 1.1 scene 6/31.55,
scene 3 eps. 317/ 20.03, Douglas bertanya Douglas menunjukkan ekspresi takut
NHSDGD /HYLQ ³ WDSL .DND QDQWL SXODQJ ketika berhadapan dengan Alexa.
ODJL WR"´ 3DFH VHQGLUL PHUupakan sebutan Kemudian pada gambar 1.2 scene
laki-laki dewasa atau sebutan Bapak di 7/13.55, Pace dan Douglas juga terlihat
Papua. ketakutan ketika menghadapi Tiger.
Pace dan Douglas menyebut orang Selanjutnya, terkait dengan realitas
lain dengan sebutan Kakak yang dalam lingkungan, serial DDS mengambil
bahasa Papua merupakan sebutan bagi lingkungan kampus sebagai lingkup
orang yang lebih tua atau bertujuan untuk yang membatasinya pada kehidupan
menghormati. Tidak hanya gaya bicara anak muda Jakarta. Selain itu, kehidupan
yang khas. Gerak tubuh dari Pace dan modern dancer juga menjadi lingkup
Duglas pun unik dibandingkan dengan lingkungan dalam serial remaja ini.
tokoh lain. Douglas dalam Serial DDS
terbiasa menyisir rambutnya sambil
berbicara dengan menggunakan sisir buluh
bambu. Pace digambarkan memiliki gerak
gerik yang khas, seperti gerakan tangan
yang memberi hormat kepada Pace bos
(Tiger) dan selalu berdiri tegak di belakang
Tiger seperti seorang bodyguard (Gambar
1.1, scene 2/19.49, Gambar 1.2, scene
8/57.25).

21
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 15-30

Gambar 1.1

Scene 1: 00.59 Scene 2: 19.49 Scene 3: 20.03 Scene 4: 20.06 Scene 5: 30.25
Scene 6: 31.55 Scena 7: 55.07 Scene 8: 57.11 Scene 9: 57.25 Scene 10: 57.29

Sumber: DDS Episode 317 (data yang diolah)

Gambar 1.2

Scene 1: 03.13 Scene 2: 03.18 Scene 3: 04.27 Scene 4: 05.03


Scena 5: 10.21 Scene 6: 13.52 Scene 7: 13.55 Scene 8: 13.58

Sumber: DDS Episode 348 (data yang diolah)

Selanjutnya pada level representasi, dengan Levin. Ketika itu Levin berpamitan
proses realitas digambarkan dalam kepada Douglas dan teman-temannya yang
perangkat-perangkat teknis dan lain untuk melanjutkan sekolah ke
menghadirkan kode camera, lighting, music Amerika.
yang selanjutnya ditransmisikan ke dalam Levin, Douglas, dan teman-temannya
di halaman depan kampus.(camera
bentuk cerita, konflik, karakter, setting, dan
long shot)
sebagainya (Fiske, 1995: 5-6). Peneliti Levin : Guys, gue udah ga bisa di
sini lagi (shot 1, camera close up)
menggunakan beberapa scene saja untuk
Douglas : (menangis) Tapi kakak
menganalisis dialog pada level representasi. Levin nanti balik to? (shot 2, camera
close up)
Pertama, dialog yang terjadi antara Douglas

22
Lintang Citra Christiani, Representasi...

Levin : Pastilah, ini kan tempat kampus. Melihat Alexa, mereka


gue (shot 3, camera medium shot)
kemudian berhenti berlatih.
Douglas : Kita masih bersaudara
to? (camera medium shot)
(sambil menyisir rambut dengan sisir Alexa : Douglas! Levin mana?
bulih bambu) (shot 1, close up)
Levin : Ya pastilah... lo ngapain, Douglas : (menunduk, diam)
itu apa? Supaya apa si? (shot 4, Alexa : Lo jangan diem aja, Levin
camera long shot) mana? (shot 2, long shot)
Douglas : Supaya ganteng.. Douglas : Memangnya kakak nona
Levin : (tertawa) caaakeeeep! Ya tidak diberi tahu?
udah, gue berangkat ya. Sampein Alexa : Gue ngga tau, cepet
salam gue buat Alexa, nitip Alexa ya.. jawab Levin di mana?
jaga diri kalian (saling berpelukan). Douglas : Kakak nona, Kakak Levin
Levin masuk ke dalam taxi dan su brangkat ke Amerika.
mereka melambaikan tangan. Alexa : Ke Amerika? Lo pasti
bohong Douglas, gue ngga percaya!
Kedua, pembicaraan yang terjadi (meninggalkan Douglas sambil
menangis).
antara Tiger, Pace, dan Alexa. Setting
memperlihatkan bahwa Tiger sedang
Ketiga, dialog antara Tiger, Pace, dan
memimpin teman-teman kelompok Cyber
Princes. Alexa menangis karena kepergian
berlatih modern dance di tempat latihan
Levin dan Tiger berusaha
Cyber Club.
menenangkannya. Alexa dan Tiger duduk
(camera long shot)
di kursi taman kampus dan Pace berdiri di
Ketika melihat Alexa datang, Tiger
memberi isyarat kepada Pace untuk belakang Levin.
mematikan musik.
(camera long shot)
Alexa : Tiger, lo tau Levin di
Tiger : Lex, behenti dong
mana? (shot 2, long shot)
nangisnya. Lo itu ga sendiri. Masih
Tiger : Gue ga lihat, lu ngapain
ada gue.
nyari-nyari Levin terus?
Alexa : (menangis) Gue cinta
Alexa : Gue cari dia kemana-
sama Levin, gue nyesel..
mana ngga ada, perasaan gue ngga
(hanphone Tiger berdering, telepon
enak. Pace?
dari Princes)
Pace : Sa tidak tau Mamake.
Tiger : Pace, lo angkat
(menggelengkan kepada, menunduk)
teleponnya! (mengukurkan hanphone
(Alexa segera meninggalkan mereka
ke Pace)
dan mencari Levin kembali).
Pace : (menerima handphone
dan mengangkat telepon) Halo..
Ketiga, dialog yang terjadi antara
Princes : Pace, kasih handphone-
Douglas dan Alexa. Alexa bertanya nya ke Tiger! (Tiger memberi isyarat)
Pace : (Pace kebingungan) Halo
kepada Douglas tentang keberadaan
Mace Bos, Pace Bos sedang sibuk.
Levin. Douglas dan teman-temannya Mace Bos ada pesan, nanti sa
sampaikan. (shot 2, camera close up)
sedang berlatih modern dance di taman
Princes: (marah) Gue maunya
ngomong sama Tiger!
23
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 15-30

Tiger : (memberi isyarat untuk Levin : Macan dangdut (tertawa)


mematikan handphone. (shot 4, close up)
Pace : (menutup telepon) Tiger : Diem semua! Pace,
Tiger : Pace, gue anter Alexa Douglas, kalian ngapain ikut ketawa.
pulang dulu. Makanya kalo sekolah tu duduk di
Pace : Baik Pace Bos! (badan atas bangku, jangan di dalam laci,
tegak, gerakan hormat) bego semua! (shot 5, camera long
shot)
(Pace dan Douglas terdiam)
Keempat, pembicaraan yang terjadi
antara Levin, Alexa, Douglas, Pace, dan
Saat dipijat, Tiger mengerang
Tiger di depan tangga menuju lantai 2
kesakitan. Alexa dan Levin meninggalkan
kampus. Tiger duduk dan terlihat sedang
tempat itu karena tidak ingin melihat
kesakitan karena kakinya terkilir. Pace
Tiger marah. Sementara Pace dan Douglas
dan kawan-kawan ingin membantu Tiger
masih bersama Tiger. Setelah dipijat,
supaya bisa tampil menari lagi. Mereka
Tiger membuka mata dan marah kepada
mencari ide untuk membawa Tiger ke
Douglas dan Pace karena menyangka
tukang pijat.
bahwa Ia telah diperdaya
(camera long shot)
(camera long shot).
Pace : Bagaimana kalau kita
Tiger : Pace, Douglas, awas lo
pura-pura ajak Pace Bos peknik?
ya!
Alexa : Pace, ada-ada aja sih,
Douglas :Lho, kakinya sudah
dia pasti curiga
sembuh. Yes!! (Douglas dan Pace
Levin : Lagian bukan peknik kali,
tertawa)
tapi piknik.
Tiger : (berusaha menangkap
Pace : Ah, sama saja to..
Pace dan Douglas)
Alexa :Gue ada ide! (shot 2,
camera close up)
(shot 3, camera long shot) Mereka Dari keempat dialog tersebut,
menutup mata Tiger dan
pergerakan kamera (camera work) paling
membawanya ke tukang pijat. Pace
dan Douglas memapah Tiger dan banyak adalah long shot. Long shot
mereka sampai di tempat tersebut.
memberi pengalaman yang utuh karena
Tiger : Gue dibawa ke mana si?
Alexa : Namanya juga surprise, dengan pergerakan kamera yang demikian
sabar dong. Kalo gue bilang boleh
dapat memberikan asosiasi antara dialog,
dibuka, baru mata lo boleh buka.
Tiger : Awas lo Alexa, awas karakter, dan lingkungan sehingga tetap
semuanya kalo ngerjain gue di saat
sesuai konteks. Berger (1991: 26)
gue sakit kaya gini! Sakitnya tuh di
sini! (Pace dan Douglas ketakutan) mengatakan bahwa teknik long shot
Levin : Yaelah, kirain lu macan,
memberikan jarak antara penonton dengan
ternyata dangdut juga. Iya ga,
Douglas? Candut tau ga lo? apa yang ditontonnya sehingga penonton
Douglas : (geleng-geleng kepala,
bisa fokus menikmati pertunjukan yang ada.
tersenyum)

24
Lintang Citra Christiani, Representasi...

Teknik medium shot dilakukan Dalam setting dialog kedua, ketika


ketika ada percakapan yang sedang terjadi latihan menari, Pace dan temannya
dan melibatkan beberapa orang. diposisikan di belakang. Setiap
Kemudian close up hanya dilakukan untuk pertunjukkan menari, Pace selalu
menunjukkan ekspresi. Contohnya ketika ditempatkan di bagian belakang, sedangkan
Alexa menangis atau ketika Pace dan Tiger dan Alexa di depan. Setting dalam
Douglas tampak bingung atau ketakutan. dialog 3 menunjukkan posisi dari Pace
Hal ini dilakukan untuk menegaskan dalam sebuah relasi. Alexa dan Tiger
situasi yang sedang terjadi. Mengenai duduk, sementara Pace berdiri di belakang
lighting, pada serial ini tidak banyak Tiger dengan sikap siap siaga. Fiske (1995:
melakukan variasi lighting kecuali ketika 161) mengatakan bahwa setting tidak hanya
berada di dalam ruangan. sekedar posisi, tetapi mengandung nilai
Menurut John Fiske (1995: 8), ideologi. Di dalam setting plot, konflik, dan
karakter dalam program televisi tidak konteks menjadi lebih jelas.
hanya menunjukkan representasi Pace digambarkan memiliki dialek
individual. Namun lebih dari itu, dalam Papua yang kental. Demikian pula dengan
karakter ada pengaruh ideologi. Karakter Douglas. Dalam narasi cerita dan dialog,
membawa nilai ideologi dalam individu. Douglas digambarkan sebagai orang yang
Pace dan Douglas dalam dialog tersebut polos, setia kawan, dan juga penakut.
bukan sebagai tokoh utama, tetapi Douglas digambarkan menonjol dalam
berpengaruh pada alur cerita. Narasi kekhasan-nya menggunakan sisir buluh
menunjukkan bahwa Pace adalah seorang bambu di mana saja ia berada, termasuk di
yang memiliki karakter humoris, setia, lingkungan kampus. Dalam dialog, Douglas
sekaligus penakut. Dalam dialog 4, Pace juga terlihat bodoh ketika menyisir rambut
terlihat bodoh ketika Levin mengoreksi setiap saat dianggapnya sebagai upaya
cara penyebutan suatu kata. Pace untuk membuat dirinya lebih tampan
PHQ\HEXW NDWD SLNQLN GHQJDQ ³SHNQLN´ (dialog 1).
Selain itu Pace digambarkan patuh kepada Dialog, karakter, narasi cerita, dan
Tiger deQJDQ PHQ\HEXWQ\D VHEDJDL ³3DFH setting menonjolkan keunikan dari etnis
bRV´ 3DGD GLDORJ WHUOLKDW EDKZD 3DFH Papua yang dimunculkan melalui tokoh
melakukan gerak tubuh yang Pace dan Douglas. Keunikan yang
menunjukkan penghormatan kepada ditampilkan adalah keunikan-keunikan khas
Tiger. Papua yang membawa pembedaan atas
mayoritas. Atribut-atribut kultural
25
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 15-30

dilekatkan sebagai eksotisme yang menarik dokumen, berita, dalam konteks budaya
bagi penonton. negara yang bersangkutan (Barker, 2000:
Persoalan yang dibahas dalam 100). Secara khusus penelitian ini
penelitian ini merupakan bagian dari kajian membahasa persoalan budaya dan minoritas
budaya (cultural studies). Barker dalam konteks Indonesia.
menjelaskan beberapa konsep kunci dalam Berdasarkan temuan penelitian,
kajian budaya, yaitu sistem penandaan, media massa tidak pernah bebas nilai.
representasi, materialisme dan Artinya, selalu ada ideologi-ideologi
nonreduktionisme, power, budaya populer, tertentu yang dibawa oleh media massa,
subjektivitas dan identitas. Kajian budaya khususnya pada media televisi melalui
berfokus pada subordinasi, ras, etnisitas, program-programnya. Teks ternyata
kelas, dan sebagainya (Barker, 2000: 10- menampilkan identitas Papua yang bodoh,
12). aneh, dan primitif. Teks melakukan
Pada penelitian ini, kajian budaya pengekalan pada stereotip tersebut melalui
yang dimaksud mengedepankan konsep beberapa cara. Pertama, teks menekankan
postkolonial yang berfokus pada pembedaan tokoh Papua terhadap
representasi dan identitas etnis. Teori mayoritas, baik dari penampilan, atribut
postkolonial mengkaji budaya dengan peran kultural, dan cara berbicara. Kedua, teks
kolonial. Postkolonial menandai masa di menunjukkan relasi kekuasaan (power
mana dominasi terhadap masyarakat relations) yang timpang antara minoritas-
kolonial masih berlangsung meskipun masa mayoritas melalui setting dan penokohan.
kolonialisme sudah selesai. Kolonialisme Ketiga, teks melekatkan humor pada tokoh
bersifat lintas waktu. Papua melalui dialog dalam serial drama.
Teori postkolonial dapat Analisis pada level realitas
didefinisikan sebagai teori kritis yang menunjukkan bahwa secara penampilan,
mencoba mengungkapkan akibat-akibat pakaian, dan lingkungan, etnis Papua
yang ditimbulkan oleh kolonialisme. memang ditampilkan sebagai sosok yang
Imperialisme kultural menjadi salah satu modern, tidak seperti pada penelitian-
implikasi yang kemudian muncul dan penelitian sebelumnya pada film yang lebih
menimbulkan serangkaian relasi dominasi banyak mempertontonkan ke-telanjang-an.
dan subordinasi. Media massa, menurut Namun selebihnya, apa yang ditampilkan
Boyd Barret menjadi salah satu institusi media melalui tanda-tanda hanya
yang berperan sebagai sebuah imperialisme mempertegas pembedaan dan memperkuat
kultural melalui iklan, program televisi, stereotip etnis Papua yang bodoh, aneh,
26
Lintang Citra Christiani, Representasi...

primitf. Hal ini dilakukan dengan kelompok kultural membentuk dominasi


melekatkan atribut-atribut semacam sisir atas kelompok kultural yang lain. Bahwa
buluh bambu dan narasi atau dialog yang terdapat pemilahan dunia dalam dua bagian,
dilakukan antartokoh dalam serial DDS. Barat (West) dan Timur (Orient) secara
Melalui pakaian dan lingkungan sosiologis. Kedua kelompok dunia ini
yang modern, Papua masuk dalam budaya seakan sebuah oposisi biner yang serupa
anak muda Jakarta, tetapi di sisi lain dengan pemikiran Levi Strauss. Ia
menempatkan Papua sebagai etnis dengan mengatakan bahwa oposisi biner
identitas nomor dua atau minoritas di merupakan sistem dari dua kategori yang
bawah kulit putih (tidak hitam). Etnis Papua berelasi dan membentuk keuniversalan
ditampilkan dengan menempatkan (dalam Fiske, 2011: 162).
mayoritas sebagai pembandingnya. Media Secara politis, kulit putih Eropa
dalam serial DDS menghilangkan lokalitas (West GLSDQGDQJ VHEDJDL ³XV´ GDQ 2ULHQW
Papua kemudian membandingkannya (East) dipandang sebagai orang lain atau
dengan identitas (Barat) mayoritas. ³WKHP´ 6DLG (GZDUG 6DLG OHELK
Pada level representasi terlihat suka menyebut orient sebagai the silent
bahwa kulit putih lebih superior daripada others. Sejak abad ke-18 orient
kulit hitam. Judy Giles mengatakan bahwa ditampilkan, diteorisasikan, dan
ketika makna diberikan kepada orang lain, dikonstruksi di bawah payung hegemoni
maka identitas orang atau kelompok Barat serta menempatkan kesadaran Barat
tersebut sedang ditentukan. Media sebagai pusatnya (Said, 2001:47).
menyatakan identitas kelompok melalui Berdasarkan fakta sejarah, konsep oposisi
teks (Giles dan Middleton, 1999: 34). Barat dan Timur ini juga dapat digunakan
Identitas yang kemudian muncul adalah sebagai cara untuk memahami kondisi
Papua berbeda dengan mayoritas Indonesia. sosial di Indonesia.
Papua bodoh, aneh, dan primitif. Papua Teks menunjukkan bahwa ada
pantas menjadi obyek bagi kekerasan kekuasaan yang berlangsung dalam level
(bullying) dalam kata-kata, humor maupun mikro atau sangat lembut di dalam
tindakan nyata. hubungan antara kulit hitam dan kulit putih
Kondisi yang demikian dapat (tidak hitam) dalam serial DDS. Hubungan
dijelaskan dengan salah satu teori antara Pace dan Tiger memperlihatkan
postkolonial yaitu teori Orientalism dari relasi kekuasaan (power relations) antara
Edward Said. Orientalism adalah suatu mayoritas dengan minoritas, antara Barat
bentuk hegemoni kultural, di mana suatu dan Timur, dan antara kulit putih dan kulit
27
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 15-30

hitam. Hal ini semakin mempertegas posisi bangsa, sekaligus mempertegas siapa yang
identitas kulit hitam (Timur) di Indonesia. merupakan bagian dari bangsa dan siapa
Papua secara politis merupakan yang layak berada di luar atau bukan bagian
kelompok minoritas di Indonesia. Indonesia dari bangsa; siapa yang minoritas dan siapa
seolah dipisahkan antara Barat dan Timur. yang mayoritas (Barker, 2000: 198). Di
Timur dianggap terbelakang dalam sejarah sinilah minoritas diberikan bobot nilai yang
kultural dan politik di Indonesia. Teori begitu rendah, yaitu ditempatkan sebagai
postkolonial melihat bahwa masyarakat the other.
yang terjajah, tidak hanya terjajah secara Remaja adalah masa pembentukan
fisik, tetapi ideologi dan mental. identitas dan remaja memiliki identitas
Terminologi postkolonial ini menghasilkan sosial yang spesifik. Andersson (2000)
permasalahan mayoritas dan minoritas serta GDODP ³<RXWK &XOWXUH 3UREOHPDWLND
membentuk kesenjangan serta Multikultural´ membawa kecederungan
ketidakadilan. pada penguatan subordinasi etnis minoritas.
Apa yang ditampilkan oleh media Pada kasus ini, gambaran Papua yang
massa dalam serial drama DDS merupakan dimunculkan merupakan sebuah kesalahan
suatu bentuk kesadaran Barat yang selalu konstruksi identitas yang dilakukan media
ingin melihat identitas Timur yang bodoh, dalam bentuk pemeliharaan generalisasi
lucu, dan primitif. Teks merupakan cara stereotip etnis Papua dan penonjolan
Barat yang secara efektif menunjukkan eksotisme kultural dalam teks (Andersson,
hubungan antara pengetahuan dan 2000: 4).
kekuasaan untuk membangun dan Media massa saat ini menjadi
mendominasi orang Timur, dalam hal ini salah satu sumber informasi utama
Papua. Orientalism dipakai sebagai model masyarakat sekaligus tempat belajar bagi
strategi Barat untuk mengetahui dunia atau anak dan remaja. Mereka belajar mengenai
bangsa terjajah dan strategi mendominasi cara berpikir dan bertindak dalam
dunia itu (Said, 2001: 47-48). kehidupan sosial dari media. Oleh karena
Timur selalu ditampilkan itu bukan tidak mungkin jika apa yang
bersamaan dengan upaya meng-eksotis-kan disampaikan televisi melalui berbagai
atas nama keunikan kultural. Menurut program, dalam hal ini program serial
Bennedict Anderson, bangsa adalah drama remaja DDS kemudian dipercaya
komunitas yang dibayangkan (immagined dan dipraktikkan menjadi bagian dari
community) dan media, khususnya televisi kehidupan sehari-hari.
menjadi ruang perjumpaan berbagai bagian
28
Lintang Citra Christiani, Representasi...

Simpulan Daftar Pustaka


Penelitian ini diharapkan Allan, Struart. (2000). Ethnic Minorities
membuka wawasan tentang representasi and The Media. Philadelphia: Open
identitas etnis Papua dan bagaimana relasi University Press.
kekuasaan mayoritas-minoritas yang Andersson, Mette. (2000). Ethnic, Minority,
tampak dalam serial drama Diam-Diam Youth, and Identity Work. London:
Suka (DDS). Serial drama remaja DDS CUCR.
yang dalam penayangannya selalu Barker, Chris. (2000). Cultural Studies:
menduduki sepuluh rating tertinggi program Theory and Practice. London: Sage
televisi membawa isu etnisitas yang tidak Publications.
bisa diabaikan. Dalam serial drama DDS Berger, Asa Arthur. (1991). Media Analysis
ini, identitas etnis Papua diberikan bobot Techniques. California: Sage
nilai yang rendah sebagai the other bagi Publications.
bangsa ini. Papua ditampilkan sebagai Barthes, Roland. (2007). Membedah Mitos-
sosok yang bodoh, aneh, dan primitif. Mitos Budaya Massa: Semiotik atau
Pemeliharaan pandangan bahwa Sosiologi Tanda, Simbol, dan
identitas ini berlangsung dengan cara yang Representasi. Yogyakarta: Jalasutra.
begitu lembut dan lunak melalui bahasa, Eriyanto (2001). Pengantar Analisis Teks
dialog, setting, dan karakter bahkan melalui Media. Yogyakarta: Lkis.
humor sehingga khalayak bisa dengan Fiske, John (2011). Cultural and
mudah terpanggil dalam pemikiran yang Communication Studies. Ed. Idi
serupa. Jika hal ini telah menjadi bagian Subandy Obrahim. Yogyakarta:
dari cara pandang masyarakat keseluruhan, Jalasutra.
dapat membawa tindakan diskriminatif Fiske, John (1995). Television Culture.
kepada kaum minoritas dalam kehidupan London: Routledge.
sehari-hari. Oleh karena itu, literasi media Giles, Judy dan Tim Middleton. (1999).
terutama untuk anak dan remaja tetap Identity and Difference, Studying
penting untuk dilakukan sejak dini sehingga Culture: A Practical Introduction.
anak dan remaja tidak hanya menonton, Oxford: Blackwell Publisher.
tetapi mampu memilah dan memilih Hall, Stuart (1997). The Work of
tayangan yang ditonton sekaligus bersikap Representation. London: Sage
kritis atas tayangan tersebut. Publications.

29
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 15-30

Littlejohn, Stephen dan Karen A. Foss. 0DODX 5XWK 0HL ³6RVRN-Sosok


(2009). Theories of Human (WQLV 0LQRULWDV GDODP ,NODQ´ Skripsi.
Communication. USA: Thomson Semarang: Universitas Diponegoro.
Wadsworth. Olivia, Firda (20 ³5HSUHVHQWDVL (WQLV
5H\QROGV 0HJDQ ³$Q Papua dalam SitKom Keluarga
Examination of Representation on TV 0LQXV´ Skripsi. Yogyakarta: UAJY.
&RPPHUFLDOV´ Journal of Student 5RWH 'DHQJ / 0 ³5HSUHVHQWDVL
Scholarship. Vol XVI. Halaman 1-6. Sosok Anak-Anak Pedalaman Papua
Said, Edward (1977). Orientalism. London: dalam Film Denias: Senandung di
Penguin. $WDV $ZDQ´ Skripsi. Semarang:
Wallace, Alfred Russel. (1869). The Malay Universitas Diponegoro.
Archipelago: Studies of Man and
Nature. London: McMilan and Co.
MNC. (201 ³.LQHUMD 3UHVV
5HDOHDVH´ +DODPDQ -9, diunduh
dalam
http://www.mnc.co.id/data/editor/files
/MNC%20Press%20Release%206M
%202014%20-%20Final.pdf pada 12
Oktober 2014 pukul 12.58 WIB.
/LSXWDQ FRP ³+LQD (WQLV 3DSXV
0DKDVLVZD 7XQWXW ,7% %HUWLQGDN´
diunduh dalam
http://news.liputan6.com/read/277551
/hina-etnis-papua-mahasiswa-tuntut-
itb-bertindak pada 13 Oktober 2014
pukul 14.21 WIB.
2UELW FRP ³+LQD 3DSXD 2OJD
'LDQJJDS 7LGDN 0DQXVLDZL´
diunduh dalam
http://www.harianorbit.com/hina-
orang-papua/ pada 13 Oktober 2014
pukul 21.01 WIB.

30

Anda mungkin juga menyukai