Anda di halaman 1dari 15

Ko’Sapa

Papua memiliki penduduk yang


majemuk dan beragam suku bangsa.
Kemajemukan dan keberagaman suku
bangsa menjadikan wilayah ini kaya
Komunitas Sastra Papua dengan sastra lisan.

Edisi I/Thn I/Maret 2011

Tradisi Sastra
Tradisi Sastra Lisan
Lisan yang
yang Terlupakan
Terlupakan

Matoa dan Transaksi Loyang

KO-SAPA, edisi I Maret 2011 1


Sekapur Sirih, Sekunyah Pinang Bidikan
Kegelisahan, kalau tra di padam, entah dengan cara Papua yang Berubah
apapuan, pasti de akan trus kejar. Kemana pun tong
pigi, pasti de ada di situ. Pemimpin Papua dorang selalu bicara tentang Papua
baru, dalam dorang pu visi untuk membangun Papua.
Sa coba cari obat gelisah ini, pertengahan Agustus visi pembangunan yang dong bilang Papua baru ini
2010, sa baku cerita dengan teman Gusti, di Facebook, lebih banyak bicara pada sisi pembangunan
pas lagi tong dua sama-sama jurnalis, tong bahas infrastrutur, ekonomi dan sda (sumber daya alam).
bagemana membangun sastra di Papua. Tong dua pu
cerita berlajut sampe ke membuat grup sastra Papua Papua untuk mengejar ketertiggalan dari daerah lain
di Facebook, Gusti Masan Raya kasi usul nama memang perlu untuk menempatkan visi yang jelas, dan
KOSASPA, trus sa bilang bagemana kalo KO-SAPA beberapa bagian tersebut su pas skali, tapi macam
(Komunitas Sastra Papua), de setuju, maka jadilah grup ada yang terlupakan dalam visi “Papua Baru” tersebut.
KO-SAPA.
Bagian yang kurang dan mungkin terlewatkan dalam
Ko sapa kalau dalam Melayu Papua, bisa berarti kata “Papua Baru” adalah pendidikan, kesehatan dan
untuk menanyakan suatu identitas “sapa eee..”. Atau terutama budaya. Bagian ini jarang sekali di bahas
bisa juga untuk menantang, “Ko sapa jadi..” Sapa secara detail, padahal kalau kitorang lihat sejarah,
dalam pengertian harafiah adalah menyapa, peradaban “Baru” Papua, mulai di bangun dengan
memberikan sapaan atau salam, “Apa kabar” dan pendidikan dan kesehatan. Dalam pendidikan, budaya
seterunya. Kedua bentuk pemaknaan kata sapa dalam Papua mendapat tempat yang baik, selain itu dengan
Melayu Papua di tambah dengan pengetian pendidikan, bahasa Melayu Papua berkembang
sesunggunya dari kata sapa menjadi misi dari KO- menjadi bahasa “ibu” di Papua.
SAPA, menyapa siapa saja yang ingin tahu dan dekat
denganj budaya Papua sekaligus menantang tong or- Torang su melewati perjalanan kasi lewat satu setengah
ang Papua, ya siapa kitorang, maka tong jawab suda! abad perubahan Papua, dan sedang berjalan untuk
masuk ke abad dua, dalam tahapan ini banyak skali
Setelah Gusti, sapa lagi eeee, langsung sa ingat Kk perubahan yang terjadi budaya yang di Papua.
satu ni, Luna Vidia. Sa kenal nama deng de pu cerita Ketakutan akan perubahan ini di ungkapkan oleh Paitua
sedikit waktu JJ Kusni bikin de pu kisah sedikit pas Alex Hesegem, Wakil Gubernur Papua, de bilang
mace de ke Paris, Prancis memainkan jurus kebudayaan Papua saat ini memiliki masalah
andalannya teater monolog sekitar pertengahan tahun pewarisan. Sebab, potensi budaya hanya tersimpan
2000-an. JJ Kusni de ada tulis perempuan Sentani, pada orang tertentu, terutama orang tua. "Orang muda
langsung sa pikir ini Dewi Kribo ka apa? ( macam cenderung meninggalkan akar budaya dan mengikuti
Black Brothers pu judul lagu saja). Adooo, ternyata tren global," (TEMPO Interaktif, 08/08/2007).
bukan, tes to, meledak sampeee. Cerita punya cerita
sampe ke mo bikin barang ini, dan mace setuju, jadi Masalah pewarisan menjadi satu bagian yang pelu
penjaga gawang di rubrik sastra.... yooo trimaksih eee, jalan keluar. Ruang bagi baku bagi pun trada, kalau
mace ko andalan. pun ada itu hanya dalam festival yang di lakukan oleh
beberapa kabupaten, tapi sayangnya festival itu
Sa juga ingat sa pu Kk dua, Ucu Sawaki deng Izak cenderung tidak di kerjakan secara profesional dan
Morin. Kalo Kk ucu tong dekat, LABEWA (Lahir hanya sebatas untuk mendatangkan wisatawan.
Besar Wamena) dan sa juga ada baca de pu beberapa Padahal dalam acara festival banyak sekali anana yang
makalah tentang bahasa Melayu Papua (MelPap), dan datang dan dong juga bisa tahan mata sampe malam.
menarik, bagian yang jarang di perhatikan. Begitu juga
deng Kk Izak, sa baca de pu tulisan-tulisan di situs Ruang bagi budaya dan bahasa MelPap pun tagepe di
Yaswarau. Kk kam dua Top! Dari situ, sa kontak Kk antara berbagai media masa yang ada di Papua dan
dong dua dan dorang setuju untuk bikin buletin ini. Kalo Nasional. Dalam media-media tersebut, hanya 0,01
bisa Kk dong dua juga jaga gawang untuk ulasan dan persen budaya Papua dan bahasa MelPap mendapat
analisis tentang bahasa MelPap, Kk dong mau tooo? tempat. Dan media-media ini mengiring anana Papua
ke budaya “Baru” dan meninggalkan tong pu budaya
Sa pu gelisah su sedikit terobati, dong bilang “Kalo deng bahasa Melayu Papua.
rindu su datang, jalan kaki juga trapapa, teken saja”
Begitu dulu eee.... Ndormom ooo... Ini mungkin yang dong maksud deng Papua Baru itu
ka?
Siapa saja boleh tulis, dan kirim tulisannya ke redaksi untuk di muat, bila tulisan tersebut layak,
maka akan di muat dalam terbitan buletin KO-SAPA, Hormat di bri, Redaksi

2 KO-SAPA, edisi I Maret 2011


Keker

Menuai Kearifan Hidup Melalui Sastra Lisan

M
embicarakan kehidupan sastra secara Asia Tenggara" (2003) menegaskan adanya virus N-ach
keseluruhan tidak terlepas dari persoalan (Need for Achievement ’kebutuhan untuk berprestasi’)
kesusastraan daerah, khususnya sastra lisan, yang dapat tumbuh dari dongeng-dongeng masa lalu.
yang merupakan warisan budaya daerah yang turun Ditambahkan bahwa dongeng itu tidak hanya
temurun dan mempunyai nilai-nilai luhur yang perlu mengajarkan kearifan hidup kepada anak-anak, tetapi juga
dikembangkan dan dimanfaatkan dalam hubungan dapat menyuntikkan virus mental untuk membangun
dengan usaha menangkal efek negatif globalisasi. prestasi dalam kehidupan mereka.
Menurut Koentjaraningrat, nilai budaya itu merupakan
konsep hidup di dalam alam pikiran sebagian besar warga Papua memiliki penduduk yang majemuk dan beragam
masyarakat mengenai hal-hal yang harus dianggap sangat suku bangsa. Kemajemukan dan keberagaman suku
bernilai di dalam kehidupan. Oleh karena itu, suatu sistem bangsa menjadikan wilayah ini kaya dengan sastra lisan.
nilai budaya ber- Sastra lisan me-
fungsi sebagai pe- ngandung nilai-nilai
doman aturan ter- budaya, tumbuh dan
tinggi bagi kelakuan berkembang sejalan
manusia, seperti pertumbuhan dan
aturan hukum di perkembangan
dalam masyarakat. masyarakatnya
Nilai budaya itu bia- sehingga memegang
sanya mendorong peranan penting
suatu pembangunan dalam pembentukan
spiritual, seperti watak sosial masya-
tahan cobaan, usaha rakat pendukungnya.
dan kerja keras, Papua terdiri dari 248
toleransi terhadap suku bangsa yang
pendirian atau ke- berbeda dan me-
percayaan orang miliki kekayaan sas-
Lukisan; Agus Ohee
lain, dan gotong Pomako: Masyarakat Sentani sedang duduk menghitung pomako (kapak batu)dan tra lisan yang ber-
royong. mani-masik dalam pembayaran mas kawin kembang dalam ma-
syarakat termasuk
Yang dimaksud dengan sastra lisan adalah produk bu- nilai-nilai yang men-jadi prinsip hidup masyarakatnya.
daya lisan yang diwariskan dari generasi ke generasi Setiap suku yang berada di Papua memiliki sastra lisan
melalui mulut, seperti ungkapan tradisional, pertanyaan tersendiri, oleh karena itu saya akan memberikan
tradisional, puisi rakyat, cerita rakyat, dan nyanyian beberapa contoh kearifan lokal dari suku Biak dan suku
rakyat. Usaha menggali nilai sastra lisan bukan berarti Sentani. Contoh pertama adalah kearifan lokal dalam
menampilkan sifat kedaerahan, melainkan penelusuran cerita rakyat Biak. Banyak perilaku sosial yang dapat
terhadap unsur kebudayaan daerah yang perlu dijadikan pedoman untuk kehidupan bermasyarakat, baik
dilaksanakan karena sastra daerah merupakan sumber sekarang maupun untuk sekedar menengok latar belakang
yang tidak pernah kering bagi kesempurnaan keutuhan munculnya budaya dalam masyarakat Biak sekarang ini.
budaya nasional kita. Sastra lisan sebagai produk budaya
sarat dengan ajaran moral, bukan hanya berfungsi untuk Warisan budaya dalam hal pedoman berperilaku sosial
menghibur, melainkan juga mengajar, terutama dalam cerita Insrennanggi salah satunya dapat dicermati
mengajarkan nilai-nilai yang terkait dengan kualitas dari penyelenggaraan upacara fan nanggi. Upacara fan
manusia dan kemanusiaan. Di samping itu, terkandung nanggi adalah upacara ritual yang dahulu biasa
nilai budaya yang sifatnya universal di antaranya nilai diselenggarakan apabila penduduk selesai memanen hasil
keagamaan, nilai kesetiaan, nilai sosial, nilai historis, nilai kebun atau akan bepergian. Fan nanggi yang realitasnya
moral, nilai pendidikan, nilai etika, dan nilai kepahlawanan. adalah upacara yang identik dengan makan dilaksanakan
sebagai tanda syukur atas hasil panen. Sebagai kearifan
Ada anggapan bahwa sastra tradisional pun memiliki lokal, upacara ini baik untuk memupuk rasa sosial dalam
manfaat yang tidak kalah pentingnya daripada sastra diri masyarakat Biak. Dengan mengadakan upacara ini
modern. Ayu Sutarto di dalam makalahnya yang berjudul masyarakat dapat berbagi dengan masyarakat luas.
"Hubungan Konsep Negara Bangsa serta Susastra Lisan Dalam struktur sosial yang lebih luas, upacara fan nanggi

KO-SAPA, edisi I Maret 2011 3


Keker
dapat menjalin rasa solidaritas dan kebersamaan sesama membersihkan janggut sang buaya sehingga muncul rasa
anggota masyarakat. sayang di hati buaya. Walaupun pada dasarnya kandey
dan buaya bermusuhan namun dengan adanya saling
Kearifan lokal lainnya yang dapat ditemukan dalam cerita pengertian dan cinta kasih maka kerukunan dapat
ini adalah dalam sistem mengolah makanan. Dahulu, tercipta. Hubungan yang harmonis antara kandey dan
sebelum Insrennanggi memperkenalkan api dan cara buaya dapat kita terapkan dalam kehidupan
pengolahan makanan dengan menggunakan api sebagai bermasyarakat yang heterogen.
medianya, masyarakat Biak mengkonsumsi makanan
dengan pengolahan melalui sinar matahari. Setelah 3. Masalah kekuasaan
mendapat bimbingan dari insrennanggi, masyarakat Biak Kandey merupakan lambang dari masyarakat
terutama Padaidori kemudian mengubah pola makan dan kebanyakan sedangkan buaya mewakili orang yang kuat
konsumsi makanan dengan mengolahnya terlebih dahulu dan berpengaruh. Cerita tentang kebaikan kandey
sampai matang dengan menggunakan api. Cara terhadap buaya juga dapat menjadi cermin masyarakat
mengolah makanan yang diperkenalkan Insrennanggi ini kecil yang tunduk kepada penguasa. Jika pemegang
dikenal dengan istilah barapen. kekuasaan dapat mengendalikan diri dalam segala
tindakan, niscaya akan timbul keharmonisan dengan
Dalam masyarakat Sentani, kisah buyaka bure yeuboke masyarakat kecil. Dengan demikian akan muncul rasa
ahuba (terjadinya danau sentani) mengungkapkan bahwa percaya dari masyarakat kepada orang yang dituakan
nilai hidup saling membantu merupakan naluri manusia sehingga rakyat dengan sukarela akan berbakti dan
dari dulu dan di mana saja melayani.
dalam budaya apa saja,
karena manusia adalah 4. Masalah iri dengki
makhluk sosial yang Perbedaan pendapat antara
hidupnya dalam kelompok burung murai dan kandey
dan saling mem-bantu satu tentang sosok buaya akhir-
sama lain atau melakukan nya menimbulkan kebencian
sesuatu ber-sama-sama. dalam hati burung murai.
Ketika kandey dan buaya
Kisah Ebhire Kandeyre dapat menjalin hubungan
(Burung Murai dan Ikan yang harmonis maka mun-
Gabus) memiliki beberapa cullah kebencian dan rasa iri
mutiara hikmah yang dapat di hati burung murai. Sikap
dijadikan cermin agar semua iri dapat mucul karena
pihak merenungkan makna keberhasilan pihak lain. Pada
filosofis yang terkandung dasarnya perasaan iri dapat
dalam cerita leluhur untuk dikendalikan dengan belajar
diterapkan dalam kehidupan Lukisan; Agus Ohee melihat suatu masalah dari
sehari-hari serta dalam kehidupan bermasyarakat pada sisi positif. Sedangkan untuk menghilangkan rasa dengki
umumnya. dari dalam hati adalah dengan tidak menganggap diri kita
sebagai yang terbaik atau yang paling benar. Seandainya
1. Masalah disiplin saja burung murai tidak iri dengki terhadap keharmonisan
Cermin sikap disiplin nampak pada kebiasaan masyarakat kandey dan buaya, pasti peristiwa kelam tentang
yang selalu bangun setelah burung murai berkicau. Setiap penikaman mata kandey tidak pernah terdengar dan
hari burung murai berkicau menjelang munculnya fajar burung murai tetap menjadi burung cantik yang setia
sehingga masyarakat harus segera bersiap-siap membangunkan masyarakat Sentani setiap pagi dengan
melaksanakan segala aktivitas dan usaha agar dapat cinta kasihnya.
memperoleh hasil yang maksimal. Burung murai juga
menunjukkan perhitungan waktu, sehingga manusia Dengan mempelajari sastra lisan kita dapat memperluas
diharapkan dapat mengatur waktu yang diberikan Tuhan wawasan dan pandangan masyarakat tentang nilai-nilai
untuk hal-hal bermanfaat agar memperoleh banyak budaya Papua yang unik, dan bernilai positif. Secara
berkat. politis, kearifan lokal yang terdapat dalam sastra lisan
berguna bagi para pengambil kebijakan di tingkat provinsi
2. Masalah kerukunan maupun nasional, yaitu nilai-nilai sastra lisan ini dapat
Kandey merupakan hewan kecil yang masih muda dan diperhitungkan dan dipergunakan sebagai salah satu alat
buaya merupakan hewan besar yang sudah tua. Kandey pengontrol dalam kegiatan pembangunan fisik maupun
tidak takut terhadap buaya namun kandey menghormati nonfisik di Provinsi Papua khususnya dan di Indonesia
buaya. Kandey berbakti kepada buaya dengan rajin umumnya. (Sumber; http://sastralisan.blogspot.com)

4 KO-SAPA, edisi I Maret 2011


Tradisi

Matoa dan Transaksi Loyang

D
i lingkungan tempat tinggal saya jalan
Toddopuli, Makassar, di rumah ujung jalan
halamannya tumbuh pohon matoa. Rumah
itu sudah lama kosong. Pemiliknya pindah ke kota
lain waktu kami pindah ke lingkungan itu. Daunnya
yang khas,mirip-mirip daun Kakao langsung
memperkenalkan diri rasanya waktu pertama kali
saya melihat kehadirannya (setelah beberapa minggu
tinggal di sana): "hai!, saya matoa."

saya lalu memperkenalkannya kepada anak-anak


saya: "ini pohon matoa."

Daging buahnya seperti rambutan. Juga sebesar Foto; Sazano and Rony Mahardiani/Renthousemate
rambutan. Tapi Matoa gundul. Kulitnya lebih tebal, ketika saya kebetulan lewat, dan kepergok memandangi
warnanya hijau- coklat kemerahan. Lebih mirip klengkeng pohon itu.
soal penampilan botaknya. Ada yang kering, seperti ram-
butan Rapia, ngelotok. Jenis seperti itu biasanya disebut Pohon matoa ditebang, ketika rumah itu beralih pemilik.
Matoa kelapa. Ada yang lebih berair. Lalu dengan Kelihatannya pohon matoa tidak mengakomodir rancang
antusias saya dan anak-anak menunggu bersama musim bangun rumah sang pemilik baru. Tempat pohon itu
berbuahnya. Matoa hanya berbuah setahun sekali. tumbuh dulu, sekarang jadi pelataran beton. Rumah itu
tidak menyimpan pohon apapun sekarang. Dulu selain
"Menunggu musim buah pohon tetangga, bukan contoh Matoa ada dua pohon mangga. Mungkin pertimbangan
yang baik." kata suamiku. "tapi ini matoa!", saya dan anak- estetis disain tumah itu, tidak memperhitungkan halaman
anak sepakat. ngotot. dengan beberapa pohon di dalamnya. Jadi pohon harus
ditebang.
Waktu musim berbuah akhirnya datang, kami sering
datang ke ujung jalan. mengawasinya dari luar pagar. Pohon Matoa di ujung jalan itu, muncul dalam ingatan
Begitu sering kami ‘memantau’ sampai-sampai tukang- saya ketika menemukan postingan foto kawan saya,
tukang becak yang mangkal di ujung jalan itu, akhirnya dengan keterangan: “ULANG TAHUN KOTA
tertular pengetahuan tentang Matoa. Bahwa buah pohon JAYAPURA yg ke 50, Gouverneur Plattel plan een
itu bisa dimakan. Bahwa pohon itu datang dari Irian, -
ketika percakapan kami terjadi, Papua masih di sebut
Irian Jaya.
Kumpulan tukang becak itu juga yang mengkonfirmasi
dugaan saya, bahwa pohon Matoa itu, dengan sengaja
dibawa dan ditanam di sana. “Ooooo, iyo tawwa.. ini
bapak lama memang tugas di Irian.”

Musim Matoa tiba, tapi buah yang menjadi tua dan


berserakan di dalam halaman tidak pernah bisa kami
cicipi. Rumah itu tidak pernah berpenghuni. Saya tidak
pernah punya kesempatan, menyambangi tetangga di
ujung jalan demi buah matoa. Buah Matoa yang gugur
membusuk begitu saja. Sedang ranting yang menjulur
keluar halaman, sudah dipanen oleh tukang-tukang becak
itu.
Enam musim matoa berlalu, saya tidak pernah kebagian
buah jatuh pohon matoa di ujung jalan. Karena setelah
musim pertama tiba, kumpulan tukang becak itu tentu
lebih mampu memanen tangkai buah masak. “Memang
enak ki bu!” beberapa dari mereka berbaik memberitahu, Foto; www.kotabaroe.nl

KO-SAPA, edisi I Maret 2011 5


Tradisi
ditebang.” Saya berkomentar. Bergumam
lebih tepat. Jadi pasti sopir itu tidak menduga
bahwa keterangan pelengkap yang
ditambahkannya kemudian justru adalah hal
yang paling terekam dalam benak. “They
have to do the construction without cutting
off that tree.” Hah?

Where am I?
Saya tahu di Belanda ada program
perawatan pohon, yang pake dokter segala.
Gedung ABN AMRO Denhag, dibangun di
sekitar sebatang pohon. Cerita teman
Foto; www.kotabaroe.nl seorang teman saya. Tapi mentalitas orang
jajahan di dalam saya, memakluminya
MATOA BOOM op het plain voor de HERDEN KINGS sebagai: “itu di Belanda.” Di tempat dari mana saya
MUUR.. (terjemahanannya kira-kira..Gubernur Plattel datang: lahan sawah diubah jadi realestate. Meninggalkan
menanam pohon Matoa di pelataran depan Tembok kegamangan pada para bekas petani. Pohon-pohon
Herden Kings (Taman Imbi). lalu teman saya ditebang dengan alasan perluasan jalan, atas nama
menambahkan: " Sayangnya pohon matoa dan tugu pembangunan.
Hollandia 50 Jar yg ada di Taman IMBI ini ditebang dan
di bongkar kemudian di ganti dengan Patung Mas Yos Membangun dan menyesuaikan diri dengan pohon?
soedarso.......” Becanda lu!
Postingan foto kawan saya itu, menunjukkan pilihan Tapi itu bukan guyonan. Tidak boleh menebang pohon.
sebuah pemerintahan, yang mewakili kebijakan, Pembangunan dikerjakan dengan menyesuaikan diri
kekuasaan, dan kemampuan berbuat lain untuk sebuah dengan pohon. Harus. Ada undang-undangnya.
kota. Ketika dihadapkan pada sebuah tawaran, pada suatu
masa, pemerintah memilih untuk menyingkirkan sebuah Lalu dari jendela hotel, saya melihat gedung-gedung
pohon matoa sebagai icon kota, menggantikannya dengan berseberangan memiliki teras-teras hijau, green canopy.
sebuah tugu. Itu diikuti oleh keharusan menggantikan Bukan sekedar tanaman dalam pot. Tapi benar-benar
kerindangan dengan lantai semen. Rangkaian tindakan menanam pohon. Pohon tua dari halaman gedung tua itu
ini terlihat sebagai sesuatu yang terelakan. wajib terpelihara. Jika tidak punya pohon, maka anda
diwajibkan menciptakan teduhan hijau, tidak perduli
Beton, gedung tinggi, ruko begitu identik dengan kemajuan, berapa lantai gedung yang sedang anda bangun. Lagi-
pembangunan. Tapi benarkah begitu? Benarkah semakin lagi: ada undang-undangnya.
luas wilayah pembetonan, pembersihan lahan dari
pohonan, semakin dekat kita dengan julukan ‘maju’? Saya sungguh sulit menelan kenyataan, bahwa saya masih
'berkembang'? 'developed'? di Asia. Hanya 3 jam jauhnya dari kota tempat saya
tinggal. Ini bukan Eropa. Begitu dekat. Begitu jauh pilihan
Betapa berbeda pilihan itu dengan kebijakan pembagunan kebijakan pemerintahan kota kami. Betapa nelangsa.
berwawasan hijau yang saya lihat di Singapore sebagai
pelancong. Tidak jauh, kota itu. Ah, maaf. Negara. Tidak Ketika menemukan postingan foto kawan SMP saya
jauh negara itu. Hanya 2 jam terbang dari Makassar, 3 tentang perayaan 50 tahun kota Jayapura, ingatan tentang
jam kalau singgah di Jakarta. membangun di sekitar pohon di Singapore itu kembali
lagi.
Dalam perjalanan ke hotel, terkagum-kagum dengan
kehijauan kota, di salah satu setopan lampu merah, di sisi Jadi mereka menanam pohon. Pohon Matoa. Bukan
kiri jalan sedang berlangsung pekerjaan konstruksi. Dari Beringin, bukan pohon import lain yang sedang jadi mode
keterangan sopir taxi kami yang sejak decak kagum sehingga perlu ditelaah lagi apakah pilihan pohon itu sudah
pertama saya selepas airport, dengan bangga tepat. Yang ditanam di hari ulang tahun ke 50 itu, sesuatu
mempromosikan kebersihan kotanya, saya tahu gedung yang khas. Rasanya pilihan itu begitu brilian. Untuk
yang sedang dibangun itu untuk menggantikan gedung memperingati hari ulang tahun kota, baiklah kita menanam
tua sebelumnya. gedung yang sudah tidak aman lagi untuk sesuatu yang berasal dari tanah sendiri, sesuatu yang
dihuni. Dari jendela taksi saya meihat sebuah pohon besar khas. menanam icon. Karena pohon tumbuh, hidup.
yang rimbun menyembul dari balik pembatas seng lokasi Karena kalau tumbuh bisa besar. Begitu modern. Apa
pembangunan. “ sayang ya, pohon sebesar itu harus yang kurang, ada nilai keberlanjutan. Begitu Avatar*. Tapi

6 KO-SAPA, edisi I Maret 2011


Tradisi
seperti keterangan foto teman saya, pohon itu ditebang Kabupaten Raja Ampat menghiasi jalan utamanya dengan
kemudian. nyiur oranye, kuning dan hijau. Pohon nyiur plastik hiasan
dalam mall di Jakarta. Pohon plastik berwarna jreng, di
Dan apa yang dilakukan untuk merayakan ulang tahun tengah-tengah jalan mulus yang membelah kota. Kota
ke 100 kota? Salah satu acaranya: lomba gerak jalan. yang dibuka dengan menebas hutan lindung.
Akibatnya: seorang sahabat yang terjebak macet,karena
lomba gerak jalan itu lewat telpon mengeluhkan jalan- Buah-buah matoa yang berserakan di halaman tetangga
jalan yang kecil di Jayapura, dengan volume kendaraan itu terbayang lagi, ketika melihat lagi foto postingan kawan
yang terasa melebihi kapasitas. Perlu jalan baru? Hm, saya. Pun teringat pada loyang-loyang kaleng penuh
memang kelihatan tak terelakan untuk memperluas matoa yang diletakkan di pinggir jalan sepanjang jalan
wilayah beton dan aspal untuk mengakomodir kemajuan. Sentani-Jayapura, ketika musimnya tiba. Musim Matoa.
Loyang yang ditinggalkan tanpa dijaga. Ambillah isi
Saya sendiri tidak pernah melihat ada pohon Matoa di loyang, tinggalkan saja uangnya, di dalam loyang. Himpit
Taman Imbi. Rekaman gambar tentang taman Imbi di dengan batu, supaya tidak diterbangkan angin.
masa kecil saya: patung Yos Sudarso, menghadap ke
gedung DPR, bangku-bangku beton dan tersebar di Ketika sempat ke Jayapura February lalu, saya merasa
beberapa bagian taman, pohon-pohon palem di sisi dekat terasing di tempat yang saya rindukan sebagai rumah.
gedung Sarinah, sebuah kolam air mancur yang sudah Meski usia dan semua yang saya miliki sekarang dimulai
lama tak lagi mancur airnya, lampu-lampu taman yang dari sini. Di tanah ini, tempat ari-ari saya ditanam. Saya
bulat di sisi setapak beton. Ada pelataran panggung beton tidak yakin kepercayaan mutualisme dalam transaksi
rendah di bagian depan patung. Tempat banyak kegiatan loyang kaleng seperti itu masih ada. Tidak sekarang,
lomba kesenian diadakan. Ruang publik yang kumuh, ketika untuk memotret dengan maksud menyimpan
kesan saya ketika kemudian sempat pulang ke Jayapura. kenangan masa kecil saya harus membayar.
Artinya, pohon itu telah ditebang sebelum saya cukup
besar untuk mengingat. Saya bahkan tak ngeh soal Transaksi loyang kaleng itu, mewakili kepercayaan.
Herden Kings Muur (Tembok Herden Kings) yang Kepercayaan bahwa masing-masing kita punya harga
kelihatannya justru adalah elemen penting taman itu. Ya diri. Harga diri kita ditentukan dari apakah kita
ada tembok di kaki patung itu. meninggalkan uang yang pantas, untuk menggantikan
satu loyang matoa, setandan pisang, setumbuk petatas,
Membayangkan Taman Imbi dengan Pohon Matoa,

Foto; http://forum.tamanroyal.com
dengan patung seorang pahlawan bersama-sama, saya
bertanya-tanya. Kenapa pembangunan - sebusuk apapun
bau yang dipikulnya dari sejarah- di negeri ini, identik
dengan menyingkirkan? Kenapa tidak bisa berbagi?
Membagi Taman Imbi antara Pohon Matoa dengan
patung Yos Sudarso, misalnya. Patung itu tidak harus
berada di pusat taman bukan? BIsa saja didirikan di salah
satu sudut taman bukan? Apakah karena patung lebih
mewakili kemajuan? Apakah karena patung itu lebih
mewakili keindonesiaan yang satu? Bahwa ada patung
seorang ‘mas’ di ‘alun-alun’ kota Jayapura –seperti yang
disebut teman saya itu?
Ibu negara menanam pohon matoa di AKMIL Magelang
Ketika saat-saat ini Jayapura sedang merayakan ulang
tahun ke 100nya, patung itu terus dipertahankan, renovasi kasbi atau keladi yang ditinggalkan tanpa penjaga.
Taman Imbi yang direncanakan akan dikerjakan di sekitar Transaksi Loyang, sebutlah begitu, tidak bicara nominal
patung itu. Apakah pertimbangan ini, dibuat karena yang kita pahami dalam transaksi pasar modern. Ia bicara
merubuhkan patung ongkosnya lebih mahal dari kepantasan. Ia bicara penerimaan. Transaksi loyang
menebang pohon? Apakah karena merubuhkan patung adalah salah satu kelas di mana saya belajar bahwa
yang notabene seorang pahlawan, akan menimbulkan kehidupan adalah barter panjang dari memberi dan
ketersinggungan yang berdampak politis? Meskipun menerima. Kualitasnya makin rendah, ketika kita
patung itu –setelah berpuluh-puluh tahun hadir, gagal memperkarakan besarnya nominal mata uang.
menjadi icon kota? Tidak seperti patung Marta Tiahahu
bagi kota Ambon, misalnya? Ada belahan diri saya yang tak berhenti merasa bagian
dari Papua. Anak-anak dan suami saya belum pernah
Tapi setidaknya, patung itu lebih ramah lingkungan, dari
pada pohon-pohon nyiur di Waisai. Waisai, ibukota Bersambung ke hal...10

KO-SAPA, edisi I Maret 2011 7


Gale-Gale

Melayu Papua dan Injil di Tanah Papua


Oleh : Izak Morin
Tulisan ini dipersembahkan secara khusus dalam rangka
perayaan HUT ke 156 Tahun Injil Masuk di Tanah Papua

Suatu Refleksi sekitar tahun 800-an. Agustus, 24, 1828 Belanda dong
Melayu Papua (MP) adalah alat komunikasi antar buka benteng Fort du Bus di kampung Lobo di wilayah
sesama orang Papua ketika itu. Kalo trada MP maka Selatan Papua. Jadi, orang-orang Maluku yang dong
dua Rasul Tuhan dari Jerman tra bisa sampaikan Injil bawa untuk bantu bikin benteng tersebut pasti dong pake
Tuhan kepada orang Papua. Kedua Rasul ini tra tau MP bahasa Melayu untuk bicara-bicara dengan orang-orang
maka dong dua perlu orang lain sebagai perantara antara kampung dorang. Tanggal 5 Februari 1885, Penginjil
dong dua dan orang Papua. Seorang anak kecil berumur Protestan Ottow dan Geissler dari Jerman tiba di
12 tahun yang bernama Frits, anak seorang guru, dong Mansinam, Utara Papua untuk pemberitaan Injil Tuhan.
dua bawa dari Ternate sebagai penerjemah atau Waktu berangkat dari Ternate ke Mansinam dong dua
jurubahasa Melayu sewaktu berlayar menuju Tanah bawa anak kecil berumur 12 tahun namanya Fritz untuk
Papua. Tanpa pahlawan kecil ini, kedua Rasul Tuhan pasti dong dua pu jurubahasa. Kemudian, tanggal 23 Mei 1894
alami kesulitan dalam Pastor Le Cocq d’Ar-
memenangkan jiwa mandville SJ buka pos
orang Papua. Tanpa pengginjilan Katolik di
MP tra mungkin Injil Sekeru, Selatan Papua.
Tuhan yang ditulis Penyebaran agama Is-

Foto: Collectie Tropen Museum


dengan Bahasa Me- lam di wilayah Raja
layu Baku dalam Ampat, Fak-Fak, Kai-
Alkitab dapat dime- mana dan Teluk Bintuni
ngerti dengan baik pasti terjadi dalam kurun
oleh orang Papua waktu tersebut.
ketika itu. MP sudah Dengan demikian peng-
hadir lebih dulu se- embangan dan pem-
belum kedua Rasul bentukan awal kitong pu
Tuhan tiba. Kalo hari MP su pasti melalui
ini 5 Februari 2011 perdagangan, orang-or-
adalah 156 Tahun Seorang guru sedang mengajar budaya ang yang datang kerja,
Injil Masuk di Tanah penginjilan Kristen
Papua berarti MP juga su ada di Tanah Papua selama Protestan dan Katolik serta penyebaran Islam.
156 tahun ditambah lagi dengan tahun-tahun sebelumnya.
Anak kecil dan MP dong dua pu peran besar dalam Tra Hargai Melayu Papua
sejarah peradaban bangsa Papua tapi dong dua tra pernah Belanda dong buka dong pu kantor pemerintah pertama
dibesar-besarkan kecuali dua Rasul itu. Itulah sikap di Fak-Fak tahun 1898. Dalam kurun waktu 1898-1962
manusia yang selalu liat suatu kesuksesan hanya dari Belanda dong su bangun kantor pemerintah, perusahaan,
satu mata rantai tanpa liat keterkaitannya antara satu dan sekolah-sekolah di seluruh Tanah Papua. Guru-guru
mata rantai dengan yang lainnya. Marilah kitong hindari dong pake Bahasa Melayu di sekolah rakyat (SD)
sikap seperti ini dan belajarlah hargai siapa saja dan apa
sedangkan Bahasa Melayu dan Bahasa Belanda di
saja yang turut kase kontribusi dalam kitong pu sekolah tingkat menengah (SMA). MP dong tra pake
keberhasilan pembangunan dalam segala segi kehidupan karna dong anggap Melayu Pasar (Broken Malay)
orang Papua di Tanah Papua hari ini dan hari esok. padahal de main peran penting sebagai bahasa pengantar
dan pemersatu ato orang Inggris bilang ‘lingua franca’
Asal mula Melayu Papua antar orang Papua. Tahun 1962-1963 Belanda dong su
Orang-orang sejarah dong bilang, kitong pu bahasa ini angkat kaki dari Tanah Papua karena tentara Indonesia
tete-tete dong pu tete-tete dan nene-nene dong pu nene- dong su datang sama-sama deng UNTEA. Kurun waktu
nene su mulai belajar dan pake de waktu dong baku tukar 1961-1969 Papua jadi pemicu pertengkaran antara In-
barang deng orang-orang dari Tidore deng Ternate di donesia dan Belanda sehingga Papua menjadi isu inter-
daerah Kapala Burung terutama Kepulauan Raja Ampat national. Pada Agustus 1969 Pepera selesai dan resolusi

8 KO-SAPA, edisi I Maret 2011


Gale-Gale
PBB pada akhir tahun 1969 memihak
kepada Indonesia. Akhirnya, kitong
jatuh ke pangkuan NKRI. Pada awal
tahun 1970 semua buku yang
Belanda bikin dalam Bahasa Melayu
tra boleh pake lagi dan Indonesia
ganti deng buku pelajaran yang baru.
Buku lagu rohani dan rekreasi seperti
‘Suara Gembira’ dan ‘Seruling Mas’

Foto: Collectie Tropen Museum


turut dipenjarakan. Buku-buku baru
deng nama ‘Amir, Sudin, Hasan, Tuti
menggantikan nama-nama Tom,
Regie, Silas, dll. MP alami nasib yang
sama seperti waktu penjajahan
Belanda. Guru-guru diwajibkan untuk
ajar anana dengan bicara bahasa In-
donesia Yang Baik dan Benar. Tiap
upacara hari Senin pagi teks
‘Sumpah Pemuda’ dibacakan
‘Berbahasa satu Bahasa Indonesia’. Guru sedang mengajar ilmu pasti
Padahal di luar sekolah MP lebe dominan. Bahasa Indo- membangun peradaban masyarakat Papua. Kitong tau
nesia yang dong pake dalam buku-buku baru waktu itu bahwa kalimat perintah seperti ini adalah aplikasi dari
terlalu tinggi dan bikin kitong yang tinggal di kampung- kebijakan bahasa nasional (national language policy) agar
kampung tra mengerti kecuali dorang-dorang yang tinggal semua orang akui Bahasa Indonesia sebagai bahasa
di kota besar.. Jadi, kalo guru-guru orang Papua tra nasional dan identitas bangsa. Itu hal yang betul sekali.
jelaskan dengan MP dan bahasa daerah maka kitong tra Tapi, yang tra betul dari kebijakan ini adalah kalo pimpinan
mengerti deng baik. kantor pemerintah dan swasta pake kalimat perintah
seperti ini sebagai salah satu senjata untuk kase jatuh
Kitong pu UU Otsus Papua No.21 Tahun 2001 gagal anana Papua yang kerja di instansi atau perusahaan
karena tra akui MP di Tanah Papua. Dalam pasal 58 tersebut waktu mo ada promosi jabatan. Kehadiran dan
tentang Bahasa, hanya ada Bahasa Indonesia dan peran MP dalam mempersatukan 253 kelompok etnis di
Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pendidikan. Tanah Papua selama dua abad lebih tra boleh dilecehkan
Jadi, MP dong tra kase masuk sedangkan Bahasa Daerah begitu saja oleh bahasa yang baru saja datang dan berumur
dong kase masuk tapi tra sebut jumlah bahasa di Tanah 41 tahun (1970-2011) di atas Tanah Papua. Jadi, kalo
Papua. Padahal, kalo kitong lia Konstitusi Afrika Selatan kalimat perintah seperti di atas masih ada di kantor dan
dan beberapa Negara Afrika termasuk Vanuatu dan di rumah maka kitong harus berani bilang ‘Epen ka?’.
beberapa negara Pasifik dong kase masuk dong pu bahasa Kitong harus hargai MP dan Bahasa Indonesia karena
semua baik jumlah maupun nama-namanya sebagai dong dua pu fungsi sama yaitu sebagai alat komunikasi.
identitas diri rakyatnya walaupun hanya satu yang dong Jangan lagi ada ana Papua yang tra lulus tes pegawai
akui sebagai bahasa nasional. Ini baru namanya Bhinneka atau polisi atau tentara karena de pake MP waktu
Tunggal Ika. Jadi, sekarang kitong tra bisa harap wawancara. Kalo perlakuan begini masih ada maka
pemerintah mo promosi kitong pu MP dan Bahasa Daerah. kitong harus tantang karena ini adalah ciri-ciri orang atau
Kitong sendiri yang bisa kase tau orang lain tentang kitong pemerintah yang tra hargai budaya orang lain. Sekali lagi
pu MP. Sa setuju skali deng kode etik penulisan dalam ‘bahasa’ adalah bagian dari ‘adat’. Kalo kitong datang
situs ‘Yaswarau’ yang mendorong semua orang menulis ke rumah orang maka kitong harus hormati adat yang
deng MP. Yaswarau adalah satu-satunya tempat berlaku dalam rumah tersebut. Pepatah Indonesia bilang:
berkumpul kelompok anana pencinta Tanah Papua dan ‘Kalo ada di kandang kambing ‘mengembik’ dan kalo
semua yang ada di dalam dan di atasnya termasuk MP. ada di kandang ayam ‘berkokok’. Itulah sikap yang harus
Orang-orang yang datang ke Tanah Papua seharusnya ditunjukkan oleh orang yang datang di Tanah Papua. Mari
belajar MP supa tau adat Papua karena bahasa adalah kitong bangga dengan kitong pu MP sebagai bahasa
bagian dari adat. Dong juga harus belajar panggil orang pemersatu orang-orang Papua di Tanah Penuh Harapan.
Papua ‘kaka’, ‘ade’, ‘ipar’, bapa ade, mama ade, nene
Serui, tete Merauke, dll dalam situasi-situasi tertentu. Melayu Papua adalah Bahasa Ibu dan Bahasa
Jangan lagi ada larangan di kantor seperti “Gunakanlah Pertama
Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar’. Kalimat Walaupun MP sendiri bukan kitong pu bahasa tapi MP
perintah seperti ini adalah ciri dari pemerintah yang tra su ada di Tanah Papua lebih dari dua abad dan su kristal
hargai kehadiran MP dan peran pentingnya dalam sehingga su jadi bagian integral dari adat Papua. Itu

KO-SAPA, edisi I Maret 2011 9


Gale-Gale
kenyataan yang kitong tra bisa tolak. Secara linguistik, bahwa kitong memang pu bahasa sendiri dan beda.
MP su mengalami proses hibridisasi (campuran) melalui Secara politis, bukan secara linguistik, ada perbedaan
penggabungan Bahasa Melayu, Bahasa Belanda, Bahasa antara ‘bahasa’ dan ‘dialek’. Kalo kitong akui MP sebagai
Daerah dan Bahasa Indonesia namun Bahasa Melayu ‘dialek’ maka de pu status lebih rendah dari Bahasa In-
dan Bahasa Indonesia lebih dominan dalam memperkaya donesia Baku dan sama sekali dianggap remeh oleh or-
MP. Dominasi kedua bahasa ini bikin sampe ahli bahasa ang-orang yang bukan Papua (kecuali amber yang su
(linguist) dong anggap MP adalah dialek dari Bahasa lahir dan besar di Tanah Papua). Tapi, kalo kitong akui
Indonesia. Anggapan ini bikin sampe orang-orang bahwa MP adalah ‘bahasa’ karena sejarah
meremehkan MP dalam memainkan perannya. MP juga perkembangan dan proses pembentukan su
su jadi ‘kreol’ (creole) artinya de su jadi kitong pu ‘bahasa membuktikannya sendiri maka MP yang nan kas tau
ibu’ (mother tongue) ato ‘bahasa pertama’ terutama di sama orang lain bahwa kitong memang beda dan MP
wilayah-wilayah perkotaan dan beberapa wilaya adalah identitas diri orang Papua. Jadi, bukan saja ikon
pedesaan. Kitong akui de sebagai ‘bahasa pertama’ ‘Cenderawasih, Mambruk, Kasuari dan Bintang Kejora
karena kitong baru belajar Bahasa Indonesia Baku secara yang jadi kitong pu jati diri tapi MP juga jadi kitong pu
resmi setelah kitong masuk TK atau SD. Waktu kitong kebanggaan.
masih merah-merah kitong pu bapa, mama, nene, tete,
tanta, mama ade, mama tua dong su bicara-bicara deng 253 kelompok etnis Papua hidup bersama berabad-abad
kitong pake MP dan bahasa daerah bukan Bahasa Indo- di Tanah Papua karena MP sebagai perekat pemersatu
nesia Baku. Waktu kitong jadi anana Sekolah Minggu dan Injil sebagai penawar yang bikin kitong kuat untuk
atau Kelompok Pengajian pasti kaka Pengasuh pake MP hadapi semua penderitaan yang kitong alami di atas tanah
dalam menyampaikan berita tentang Tuhan. Oleh karena tercinta Tanah Cenderawasih, Sup Mambesak.
itu, kalo kitong tra akui bahwa Melayu Papua su lahir
lebih dari dua abad maka kitong tipu diri sendiri dan DIRGAHAYU HUT INJIL MASUK TANAH PAPUA
kebenaran MP itu trada pada kitong. Tapi, kalo kitong DAN MP!!!
akui bahwa MP adalah salah satu jati diri orang Papua
yang su ada sebelum Belanda dan Indonesia injak kitong Catatan; Artikel ini pernah di muat di situs
pu Tanah Papua maka semua orang akan tau dan akui www.yaswarau.com

Sambungan dari hal......... 7 tanpa halangan mengidentifikasikan diri. Melihat


kepentingan bersama lebih jauh dari sekedar menuntut
makan buah matoa. Anak-anak saya mungkin tak akan hak atas dana otonomi khusus. Atau hak atas tanah ulayat.
punya kesempatan menyusuri jalan Sentani-Jayapura. Melihat Pohon Matoa yang berbuah. Pohon yang bisa
Tapi saya berharap mereka akan tumbuh seperti pohon dikenali, manusia khas, manusia Papua. Punya jati diri.
Matoa, dikenali sebagai diri mereka sendiri. Menjadi diri Karena percaya atau tidak, Matoa budidaya yang
mereka sendiri. Memiliki kepercayaan pada hal-hal yang dikembangkan di Jawa, jauh berbeda dengan Matoa dari
baik dalam diri orang lain. Pun punya kapasitas untuk Papua. Daging buahnya tipis, dan hambar. Kalau sudah
terlibat dalam ‘transaksi loyang’ di dalam hidup mereka begitu, bukan Matoa namanya, tentu saja.
nanti.
Selamat ulang tahun, Jayapura! Tanam iconmu, lagi. Kali
Kepercayaan. Mungkin itu yang hilang. Pupus. Tapi ini di seluruh bagian kota, sebelum semuanya jadi aspal
kelihatannya justru itu yang dibutuhkan untuk membangun dan beton. Sebelum yang bisa ditumbuh di tepi jalanan
Papua. Ya. Kepercayaan itu hilang. Bukan tanpa alasan. kota hanya pohon-pohon plastik berwarna jreng, yang
Tapi perlu punya cara pandang lain, bukannya menjadi diimpor dari Jakarta.
tergugu didikte keharusan menjadi sama dalam mengukur
keberhasilan. Selalu, saya menyebutmu rumah bagi jiwa. Saya selalu
rindu ingin mencecap lagi manis Matoa. Matoa Papua,
Tumbuh seperti pohon mungkin itu cara terbaik melihat bukan yang jenis budidaya dari Jawa.
masa depan Papua. Tapi bukan juga pohon asing, yang
kemudian merangsek kehidupan yang sudah begitu tua, Merayakanmu, Jayapura.
yang sudah lebih dulu ada. Seperti kebijakan mengenai
sebuah patung yang berakibat tersingkirnya sebatang **************
pohon Matoa di taman Imbi.
"Kekuatan kita sesungguhnya muncul dari
Tapi tumbuh seperti pohon dari tanah sendiri: Matoa. kelemahan-kelemahan diri."
Pohon yang dimiliki bersama, kepadanya setiap orang Ralph Waldo Emerson (1803-1882)

10 KO-SAPA, edisi I Maret 2011


Cerita dari Kampung

Sastra Lisan
K
ADANG kata-kata—sebagai
lambang-lambang bunyi—tidak
cukup mampu m e n g g a m b a r k a n
(me-ng-eks-presikan) secara utuh pengalaman
batin manusia tentang rasa sedih, senang,
dalam Tradisi Amungme
marah, cinta dan takjub.
Dalam bahasa yang sangat sederhana, sastra dapat
Arnold Mampioper dalam bukunya “Amungme, Manusia
dipahami sebagai cara manusia mengekepresikan
Utama dari Nemangkawi Pegunungan Cartenz”
pengalaman batinnya tentang rasa senang, rasa sedih,
menuliskan, orang Amung-me akan mengeluarkan bunyi-
rasa dicintai, atau merasa marah karena sebuah
bunyian yang khas (siul), ketika ber-diri dari atas sebuah
penolakan atau pengingkaran.
bukit dan menatap gunung Nemang-kawi yang
dilatarbelakangi langit bersih dan sedikit awan Cirrus,
Sastra lisan biasanya mengandung gagasan, pikiran,
dan dilereng-nya terlihat asap mengepul dari rumah-
ajaran dan harapan masyarakat yang biasanya
rumah pen-duduk. Bunyi-
didengarkan dan dihayati
bunyian yang di-lakukan
bersama-sama. Suku A-
dengan cara melipat lidah
mungme yang sejak da-hulu
ini se-benarnya merupakan
belum mengenal tulisan
eks-presi dari rasa gembira
menurunkan ajaran-ajaran
menyaksikan alam raya
dan petuah-petuah adat ini
yang sangat megah ini.
secara lisan (dari mulut ke
Rasa gembira yang tergu-
mulut) ke generasi berikut-
gah karena melihat kein-
nya.
dahan alam biasanya juga
diekspresikan orang A-
Menurut sejarahnya, sastra
mungme dengan menya-
lisan berkembang lebih
nyikan sebuah lagu Tem.
Foto; http://titusnatkime.blogspot.com dahulu daripada sastra tulis.
Dalam keseharian, aktivitas
Terutama untuk mengingat
ini terjadi ketika seorang ibu memberi nasehat kepada
heroisme laki-laki ketika melakukan perburuan dan
anaknya, atau para tetua adat memberi petuah kepada
membawa pulang hasil buruan untuk dimasak oleh ibunya
anggota-anggota masyarakatnya.
dan disantap seluruh keluarga besar. Salah satu syair
yang biasa dinyanyikan untuk menggambarkan situasi
Dalam hal ini, bahasa menjadi media untuk menyatakan
ini adalah Kele Wawunia kele, ae, ao, baa. Niare Wawnia
gagasan atau menyampaikan suatu nilai. Menurut
niare, ae, ao, haa.
seorang filsuf Yunani yang sangat terkenal, Plato, bahasa
dipakai untuk membuat tiruan (menirukan) gambaran dari
Selain itu, menurut Arnold, ada lagu purba Su-ku
kenyataan yang sebenarnya. Aktivitas satra (lisan) juga
Amung-me yang mungkin sudah tidak di-pahami lagi oleh
merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus
orang Amungme generasi sekarang. Misalnya lagu purba
model dari kenyataan ideal (yang diharapkan).
yang syairnya Angaye-angaye, No emki untaye. Angaye
bao, aa, bao. Angaye-angaye wagana nikaro. Morae
Aktivitas sastra lisan dalam Suku Amungme juga dapat
ba-nago, bao, aa, bao. Antok anu ae anago, bao, bao.
diamati pada kebiasaan masyarakat Amungme
Jilki untae bawano, bao, bao.
menggunakan kiasan untuk menyatakan gagasannya.
Menurut Kepala Kampung Amkayagama, Eko
Menurut Arnold Mampioper, Mozes Kilangin Tenbak
Kelanangame, syair lagu ini berisi pujian pada gunung,
yang mendampingi Pater Michael Kamere untuk
lembah, hutan dan rimba tempat Suku Amungme hidup
menyelesaikan konflik antar warga Amungme di lembah
dan mengembara. Artinya dalam Bahasa Indonesia
Noemba-Wea-Tsinga pada 1953 pernah menggunakan
kurang lebih, “Kukasih gunung-gunung, yang agung
kiasan, ”Kalian sudah menangkap kuskus di Tsinga dan
mulia. Dan awan yang mela-yang, keliling- puncaknya.
Wea lantas membunuhnya, serarang mau menangkap
Kukasih hutan rimba, pelindung tanahku, kusuka
kus-kus di Noemba lagi?”
mengembara di bawah naungmu.”
Kuskus, adalah hewan buruan yang sangat disukai
Aktifitas Suku Amungme untuk mengekspresikan
kelompok-kelompok masyarakat suku di pegunungan
perasaannya tentang manusia dan alam, tempat hidupnya
tengah Papua. Mozes Kilangin menggunakan kuskus
sebenarnya merupakan bentuk-bentuk sastra lisan.
sebagai personifikasi dari anggota masyarakat yang selalu

KO-SAPA, edisi I Maret 2011 11


Cerita dari Kampung
korban dari konflik antar warga. penyembahan. Tetapi menurut Arnold Mampioper, salah
satu syair yang menimbulkan kesan terdalam adalah syair
Kiasan lainnya, diungkapkan oleh seorang Kepala yang digubah menjadi lagu duka. Berisi syair ratapan dan
Kampung Akimuga menanggapi seruan petinggi militer kesedihan mendalam dari orang-orang terdekat dan
agar masyarakat tidak mudah dihasut. Kepala Kampung kerabat.
ini memakai kiasan, “Bapak, kami ini seperti ubi jalar
yang tumbuh antara dua buah batu. Kami ditekan dan “Nyanyian ratapan itu laksana paduan suara dengan
dimarahi di sini dan di persalahkan di sana. Mendengar harmoni, solo, sopran, alto, tenor dan bas. Terdengar
di sana, tetapi dihantam di sini, jadi susah kami ini!” sangat merdu dan menyayat hati,” tulis Arnold.

Ubijalar yang termasuk makanan pokok masyarakat Mozes Kilangin, termasuk salah tokoh yang
dipakai untuk menggambarkan situasi riil masyarakat mengembangkan syair-syair dalam sastra lisan Amungme
Amungme menghadapi tekanan dari kelompok-kelompok untuk lagu-lagu di sekolah dan ibadah natal. Karya sastra,
kepentingan. Situasi sulit yang dihadapi ini digambarkan yang lisan maupun yang tulis—memang hanya kumpulan
dengan kiasan “ubi jalar yang tumbuh antara dua buah dari bunyi dan lambang bunyi, tetapi dibalik simbol-simbol
batu”. bunyi ini tersimpan semangat, ajaran, dan nasehat yang
sangat penting untuk generasi masyarakat berikutnya.
Sebagai sastra lisan, banyak syair oleh tokoh-tokoh suku (tjahjono ep)
terdahulu kemudian digubah menjadi lagu untuk
menggambarkan suasana sukacita, duka cita, atau Sumber : LPMAK

Kisi-Kisi
NYANYIAN UNTUK TIOM
Sa Tra Sayang Ko
Eka Budianta
Kecuali Karna Sa Sayang Ko Bulan dan traktor bersatu di ladang
Terjemahan Phaul Heger Malam-malam begini, komputer & cengkerik
Sama-sama menyanyikan rindu padamu
Sa tra sayang ko kecuali karena sa sayang ko; Lalu kamu, sedang apa sahabatku?
Sa mulai dari sayang ke tra sayang ko, Di Tiom, bersama komputer & traktor
Dari mau ko sampe ke tra mau ko Kubayangkan engkau sedang mengolah Indonesia
Sapu hati bajalan dari dingin ke panas Sementara di eskalator ini aku berdiri
Menatap masa depan dan masa lalu
Sa sayang ko hanya karena ko satu – satunya yang sa Yang tiba-tiba berkumpul jadi hari ini
sayang; Sa benci ko sungguh mati dan benci ko (karna)
Aku paham London berderak, bangsa bergerak
Taikat deng ko, dan akan pu ukuran sapu sayang yang Di Stasiun ini aku cuma berdiri
berubah untuk ko (adalah) Karna sa tra bisa ‘lihat’ ko persis seperti lazimnya manusia
kecuali cinta buta sama komangkali cahaya bulan Januari Padahal engkau bergolak, Tiom menggelegak
akan kase habissapu hati dengan de pu sinar yang kejam, Orang bertanya Irian ini siapa punya
dan curi sapu kunci ketenangan sejati. Kalau yang punya pohon, kenapa banyak
salesman dan televisi?
dalam kisah ini, sa satu – satunya yang mati, satu – Orang-orang menukar koteka dengan komputer
satunya, dan sa akan mati karna cinta, karena sa sayang Supaya modern, katanya, supaya berbudaya.
ko, karena sa sayang ko, cinta, dalam api dan darah.
Sementara aku dan sejuta merpati tidur
Sumber asli: http://www.poemhunter.com/poem/i-do-not- Menyiapkan tenaga, agar bisa terbangkan
love-you-except-because-i-love-you/ puisi, katanya juga diperlukan
Untuk menyuruh sarjana menanam rambutan,
piara ayam dan ikan di kolam.
Buletin KOSAPA diterbitkan oleh Komunitas Atau sekedar memaksa pemburu berhenti
Sastra Papua, Redaksi; Izak Morin, Ucu Sawaki, menembaki burung, menyate penyu.
Luna Vidia, Gusti Masan Raya, Andi Tagihuma, Kalau sajak ini sampai, sahabatku
Dayanara Meimosaki, Ngurah Suryawan, Kekeni Katakan pada kepala suku, aku tidak diam
Kanakameri, Vanver Bairam, Devota Akatcem
http://www.geocities.com/taman-sastra/seka.html

12 KO-SAPA, edisi I Maret 2011


Kisi-Kisi

Curhat: Yako, Si Mama Pinang


Oleh; Dayanara Meimosaki

S
a pu nama Yakomina, tapi ko panggil sa Yako saja. tong jang begitu, jang bikin ini, jaga tong pu ‘malu’ dan
Itu panggilan yang sa pu pelanggan – pelanggan lain – lain tapi tra kas tahu ka jelaskan KENAPA?
pinang dong panggil sa tiap kali dong singgah di sa
pu para – para. Seperti perem lain yang kapala ‘buka Sa waktu SD dan SMP trada yang kas tahu ka terangkan
hati’ ke mace Day, sa juga tra perlu kas tahu sa pu fam, sama sa kenapa sa sebagai anak remaja jang sampe sa
jang sampe lawan baca ka ini. hamil ka kenal seks. Dong tra terangkan ke sa kalo sa
hamil nan sa pu tubuh berubah, sa pu organ reproduksi
Sebenarnya sa pamalas kas tahu sa pu cerita tapi sa tra siap betul, sa pu kejiwaan belum siap, trus yang pal-
kapala sakit tiap hari lihat barang yang terjadi di depan ing penting, siapa yang nan biayai sa pu anak ke depan.
sa mata baru tra cerita. Sa tinggal di satu kompleks di Apa sa su siap jadi mama ka su siap kasi masa depan
tanah Papua, sa bukan PNS bukan juga kerja di kantor yang baik untuk sa pu anak dia? Adoooh sa seka-rang
ka tempat mana kalo lihat ke
begitu. Tiap hari ya sa belakang lagi, ma-
jualan pinang trus cam kadang sa juga
sambil jualan bensin menyesal tapi begitu
eceran di botol – botol suda mo bagaimana
Aqua ka Vit. Sa tau lagi. Yang penting sa
mungkin ada yang janji kalo sa harus
pernah bilang kalo or- bisa bajual yang
ang – orang macam sa halal ka ini untuk
yang jualan bensin ka kas makan sa pu
jadi macam ‘calo’ nih anak kecil dia.
yang bikin antrean di
pom bensin sampe Adooh kalo untuk
mengular ka panjang sa pu laki nih, aeeeh
sampe, atau bikin kas tinggal de suda.
sampe bensin ko susah Sa kapala sakit
ka ini. Padahal siooo, deng dia. De
nih sapu famili – famili kemarin – kemarin
yang pu usaha perahu su lulus SMA ka ini
yang beli lebih untuk dong pu Johnson yang bantu kasi baru ada pi tes pegawai karna de pu famili dong ada pu
satu jerigen bokar untuk sa bajual. koneksi jadi de lulus tapi adooh begitu suda. Gaji pertama
tuh de cuma pake mabok saja deng anana kompleks.
Sa dulu pernah sekolah tapi sampe SMP saja. Trus sa Sampe de pu gaji su di bulan ke 5 nih de masih sama
berhenti. Bukan hanya karna sa tra pu uang ka orang saja. Sa nih heran tong pu laki – laki tanah dong ini, biar
tua dong tra pu uang tapi sa juga terlanjur hamil jadi sekolah tra kerja ka mo kerja tapi kalo su baku ketemu deng
dong kasi keluar sa ka ini. Sa cuma heran saja eee, bukan teman – teman, tetap dong bikin ‘perjamuan kudus’ deng
sa mo kasi jelek sekolah ka lembaga pendidikan eee, tapi milo ka saguer ka ampow ka bobo. Macam barang tuh
menurut sa tra adil. Masa kalo kasus siswi hamil di de rasa enak ka.
sekolah tuh, kalo de hamil deng de pu teman sesama
anak skolah, kenapa cuma tong yang perem yang harus Sa pikir orang – orang yang kapala miras itu dong tuh
dikas keluar dari skolah baru yang laki – laki trada. Apa cuma orang – orang yang tra bisa terima kenyataan hidup
karna tong yang poro besar jadi tra bole bikin rusak nama yang keras dan selalu coba lari dari kenyataan ka ini.
skolah sedang laki – laki yang juga sama – sama buat de Padahal sa pu tete pernah cerita kalo dong yang hidup di
tra boleh dapa sanksi. Su begitu, orang – orang di mana jaman – jaman Belanda ka sa pu tete de pu tete – tete
– mana cuma bicara tong saja bilang tong gatal lah, tong dong tuh trada budaya ‘selesaikan semua deng air kata
lincah, tong bodok dan lain – lain. Tapi sa juga bingung, – kata’. Yang dong tau minum cuma macam ‘air wati’
abis sampe sa SMP juga trada orang – orang tua ka yang dari batang rotan ka begitu ka dari tanaman liana
petugas – petugas kesehatan ka juga orang – orang dari begitu. Mace Day de cerita kalo masyarakat Pasifik
gereja yang ajarkan tong tentang seks dan dampaknya lainnya dong bilang itu ‘Kava’ tapi bukan alkohol ya.
yang benar buat tong. Dong cuma bilang tong jang begini,

KO-SAPA, edisi I Maret 2011 13


Kisi-Kisi
ka ini. Sa kartu mati. Belum lagi kalo sa paitua
mabuk baru de tagih sa di para – para pinang.
Bukan hanya tagih uang tapi juga tagih ‘jatah
tidur’. Sio eee, biar cape ka sehat, harus jadi
maitua yang baik kalo trada .... sebentar sa
muka biru lagi. Badan malas ya!

Sa pernah pikir mo cere saja tapi sa kartu mati


karena tra ada program pemberdayaan di
sekitar sa rumah. Mo jalan jauh tapi nan sapa
yang jaga sa anak kecil. Mo pi balik ke rumah
orang tua, aeeeh neh mas kawin su ikat dan
sa pamalas bikin keluarga ribut eee. Serba
salah ka ini. Mo bikin usaha, tapi modal
terbatas. Untung saja ada sa pu mama pu
famili yang bantu modal pinang dan bensin.
Kalo trada, sioooo eee, sa su mati kapa eee.
Adoh bicara tentang sapu paitua nih, sa macam badan
pamalas ka ini. De pu kerja tuh tiap hari mabuk trus. Sa Yang penting sa tahu sekarang, sa mau ajar sapu anak
kalo su bajual dari pagi sampe mo malam juga de sondor nih untuk jadi orang yang bisa hargai pendidikan ka ini.
bantu sa eee. Coba bantu lihat anak kecil ka bantu cuci Sa tra mo de nan jadi macam sa lagi. Sa tra mo de nikah
piring ka setidaknya kas beres kamar. Adoh macam mo muda macam sa deng laki – laki yang kurang jelas macam
makan – makan hati saja. Jang ko heran lihat sa pu badan sa pu laki. Adooooh andai saja sa dulu lebih sabar eee
nih. Sa masih awal 20 tahun tapi macam sa su bentuk untuk jang kenal seks tempo – tempo, untuk dengar sapu
nene – nene seh. Abis dari bangun pagi sampe mo malam, famili – famili lain yang bilang untuk sekolah dulu. Adoooh
sa kerja trus. Mulai dari mata tabuka, sa su pi cuci piring andai saja ... biar suda, ini sapu konsekuensi tapi yang
dan gosok blanga - blanga. Apalagi sa nih tinggal di mama penting jang sampe sa pu anak juga sama deng sa.
mantu dong pu rumah. Belum sa masak untuk 1 keluarga
bokar. Belum kalo pas kayu bakar su mo meti berarti sa Damainya ... sa permisi dulu eee. Su ada pelanggan yang
masih pi bela kayu bakar lagi. Ko jang pikir sa pu mama datang mo beli pinang, pasti nanti tong lanjut cerita lama
mantu dong bantu ka ini. Sondor eee, sa ipar – ipar sondor nih. Salam untuk ‘mama – mama Yako’ yang lain eee.
bantu. Dong bilang dong su bayar sa pu denda, su bayar Besok lagi eeee. Daag!
sa mas kawin sampe semua uang yang dong ada absen (Manokwari, 070311)

Tahan Poro

Cara Pdkt Antropologi Mbak tambah penasaran jd de tanya lagi: "Kalo Ayah
disebut Mansar, Ibu disebut Binsar, lantas mas Yesi
Napi Yesi ikut training di Jogja, baru de kenalan dengan disebut apa dong...?"
perem Jawa satu.
Yesi ko kaget jadi de jawab (sambil malu-malu): "Oh...
Perem terlalu cantik, jd napi Yesi bingung untuk mo pdkt. kalo saya.... siang disebut TIMSAR, tapi malam disebut
TIMNAS."
Yesi coba pake pdkt Antropologi.
Perem langsung tertawa baru bilang: "Pantasan..., mas
Yesi kalo siang suka pikul ransel, malamnya suka pake
Yesi mulai tanya: "Mbak, kalo bahasa Jawa dong sebut
Bapa tu apa?" kaos Perseman...." ^_^ (DaRan)
Perem jawab: "Pa'le".

Yesi tanya lagi: "Kalo Mama...?"

Perem jawab: "Bu'le". Sekarang perem balik tanya Yesi:


"Kalo mas Yesi nyebut ayah dan ibu gmn...?"

Yesi jwb: "Kalo Ayah disebut Mansar, Kalo Ibu disebut


Binsar".

14 KO-SAPA, edisi I Maret 2011


Agenda
UNDANGAN

Pertunjukan tari WE CAME FROM THE EAST tanggal 12 April 2011 di Goethe-Hauss
karya JECKO SIOMPO sudah bisa dipesan dari sekarang di GOETHE INSTITUT (Tel:
+62 21 23550208-147). Undangan GRATIS namun tempat terbatas, yang berminat
pesanlah dari sekarang, jangan sampai kehabisan..yaaaaa... datang yaaa... gratis......

KO-SAPA, edisi I Maret 2011 15

Anda mungkin juga menyukai