Anda di halaman 1dari 8

PAPPASENG SEBAGAI KARAKTER MASYARAKAT BUGIS

SULAWESI SELATAN

Jumrana
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra
Universitas Muslim Indonesia
Jumrana095@gmail.com

Abstrak
Salah satu peninggalan sejarah yang menyimpan berbagai aspek kebudayaan suku
bangsa yang memiliki aksara sendiri ialah naskah. Orang Bugis adalah salah satu suku
bangsa yang beruntung memiliki aksara sehingga aspek kebudayaan pada masa
lampau masih dapat tersimpan dalam naskah Lontara. Salah satu bentuk naskah
Lontara Bugis yang berhubungan dengan kearifan dikenal dengan istilah
Pappaseng „Pesan-pesan‟; nasihat; wasiat‟. Pappaseng sebagai salah satu bentuk
pernyataan yang mengandung nilai etis dan moral, baik sebagai sistem sosial, maupun
sebagai sistem budaya dalam kelompok masyarakat Bugis. Dalam pappaseng
terkandung ide yang besarbuah pikiran yang luhur, pengalaman jiwa yang berharga,
dan pertimbangan-pertimbangan yang luhur tentang sifat-sifat yang baik dan buruk.
Pappaseng berasal dari kata paseng yang dapat berarti pesan(an) yang berisi nasihat
bahkan merupakan wasiat yang harus diketahui dan dikenal.. Pappaseng pula dapat
berisikan petunjuk-petunjuk dan nasihat dari nenek moyang orang Bugis pada zaman
dahulu untuk anak cucunya agar menjalani hidup dengan baik. Fungsi pappaseng
adalah sebagai sarana nasihat dan kritik, nasihat dan sumber nilai, pengawas dan
pemelihara norma-norma dan hiburan. Pappaseng selain sebagai sarana pembentukan
karakter juga menjadi sarana hiburan masyarakat Bugis.

Kata Kunci: Pappaseng, karakter, masyarakat Bugis

PENDAHULUAN kehidupan sehari-hari mengajarkan hal-hal


Kata “kebudayaan” berasal dari yang berhubungan dengan akhlak sesama,
kata Sansekerta buddhayah yaitu bentuk seperti mengucapkan tabe (permisi) sambil
jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau berbungkuk setengah badan bila lewat di
“akal”. Dengan demikian kebudayaan depan sekumpulan orang-orang tua yang
dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan sedang bercerita.
dengan akal”, (Koentjaraningrat Paseng dapat diartikan sebagai
2015:146). Suku Bugis (To Ugi) adalah perintah; nasihat; permintaan, amanat yang
salah satu suku yang ada di Sulawesi disampaikan lewat orang lain, perkataan;
Selatan. Namun, dalam perkembangannya, nasihat; wasiat yang terakhir. Pappaseng
saat ini komunitas Bugis telah menyebar berasal dari kata dasar paseng yang berarti
luas ke seluruh Nusantara. Ugi bukanlah pesan yang harus dipegang sebagai
sebuah kata yang memiliki makna. Tapi amanat, berisi nasihat, dan merupakan
merupakan kependekan dari La wasiat yang perlu diketahui dan
Satumpugi, nama seorang raja yang pada diindahkan.
masanya menguasai sebagian besar Pappaseng dalam bahasa Bugis
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Budaya mempunyai makna yang sama dengan
Bugis sesungguhnya diterapkan dalam wasiat dalam bahasa Indonesia. Pappaseng

1.
dapat pula diartikan pangaja‟ yang terkandung nilai-nilai luhur yang dapat
bermakna nasihat yang berisi ajakan moral dijadikan pedoman hidup, sebagai
yang patut dituruti. pappaseng adalah pengatur tingkah laku pergaulan dalam
wasiat orang tua kepada anak cucunya masyarakat. Karena itu, perlu adanya
(orang banyak) yang harus selalu diingat upaya pengkajian secara serius guna
sehingga amanatnya perlu dipatuhi dan mengungkap kembali nilai-nilai luhur yang
dilaksanakan atas rasa tanggung jawab. terkandung di dalamnya terutama nilai
Jadi dapat diartikan pappaseng edukatif yang sangat diperlukan untuk
adalah pesan yang disampaikan secara pembinaan generasi sekarang dan generasi
lisan oleh orang-orang bijak dalam yang akan datang.
masyarakat Bugis terhadap raja yang
berkuasa atau orang tua terhadap anak- PEMBAHASAN
anaknya yang bertujuan membentuk Konsep Pappaseng
karakter yang baik.
Pappaseng sebagai falsafah hidup
Orang Bugis adalah salah satu suku
masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan
bangsa yang beruntung memiliki aksara
merupakan suatu bentuk ungkapan yang
sehingga aspek kebudayaan pada masa
mencerminkan nilai budaya yang
lampau masih dapat tersimpan dalam
bermanfaat bagi kehidupan. Di dalam
naskah Lontarak. Salah satu bentuk naskah
sebuah pappaseng terkandung suatu ide
Lontarak Bugis yang berhubungan dengan
yang besar, buah pikiran yang luhur,
kearifan dikenal dengan istilah Pappaseng
pengalaman jiwa yang berharga, dan
„Pesan-pesan; nasihat; wasiat‟
pertimbangan-pertimbangan yang luhur
Pappaseng sebagai salah satu
tentang sifat-sifat yang baik dan buruk.
bentuk pernyataan yang mengandung nilai
Nilai-nilai luhur dalam sebuah pappaseng
etis dan moral, baik sebagai sistem sosial,
dikemas dengan baik dalam sebuah konsep
maupun sebagai sistem budaya
dengan makna yang bersifat abstrak
dalam kelompok masyarakat Bugis. Dalam
sehingga untuk memahami makna itu
pappaseng terkandung ide yang besarbuah
memerlukan pendekatan-pendekatan
pikiran yang luhur, pengalaman jiwa yang
tertentu, karena tidak menutup
berharga, dan pertimbangan-pertimbangan
kemungkinan pula bahwa makna di balik
yang luhur tentang sifat-sifat yang baik dan
pappaseng itu bersifat situasional.
buruk.
Pappaseng memiliki berbagai fungsi
Kalangan masyarakat Bugis,
yaitu:
pappaseng yang sangat dikenal antara lain:
a. Sebagai Sarana Dan Kritik Sosial
Pappaseng yang berasal dari Tomaccaé ri
Kerifan lokal Bugis banyak terdapat
Luwu, Kajao Laliddong ri Boné, dan
dalam pappaseng yang memuat beberapa
Arung Bila ri Soppéng. Ketiga tokoh
nilai luhur yang berfungsi untuk sasaran
tersebut dikenal sebagai orang arif dan
kritik atau sindiran penyelewengan atau
bijaksana, pada umumnya ditemukan
kesewenang-wenangan yang dilakukan
dalam Lontarak attoriolong di berbagai
oleh pemerintah raja, orang kaya, orang
daerah Sulawesi Selatan.
miskin, ulama, dan penegak hukum.
Pappaseng sarat dengan makna dan
pesan-pesan moral, karena di dalamnya
b. Sebagai Nasihat dan Sumber Nilai maupun masyarakat pada generasi yang
Nasihat atau kritik pada zaman dahulu akan datang.
dilakukan oleh masyarakat Bugis dengan Pappaseng merupakan suatu
bahasa santun. Hal ini ditandai dengan bentuk pernyataan dengan bahasa yang
bahasa santun yang memilikii ciri mengandung nilai etis dan moral, baik
pengguna bentuk-bentuk kiasa. Jika sebagai suatu sistem sosial maupun
seseorang dari masyarakat Bugis tidak sebagai sistem budaya dari suatu kelompok
menggunakan perumpamaan dalam pilihan masyarakat Bugis.
kata, terutama untuk mengkritik maka Filsafat dapat pula diartikan
seseorang dianggap tidak beretika dan sebagai suatu kebijaksanaan hidup, usaha
tidak santun. kebatinan, angan-angan, sikap, metode,
c. Sebagai Pengawas dan Pemelihara dan teknik (Ali, dkk., 1997). Dengan
Norma-norma demikian falsafah hidup dapat diartikan
Kearifan lokal Bugis memuat sebagai suatu pengajaran atau pedoman
beberapa nilai luhur yang berfungsi yang sarat dengan berbagai macam
sebagai sarana pengawas dan pemeliharaan kebijaksanaan yang penuh kearifan dalam
norma-norma kehidupan dalam masyarakat mengatur berbagai aspek kehidupan
Bugis. Eksistensi norma dan hukum dalam masyarakat Bugis.
pappaseng adalah aturan yang telah
disepakati bersama oleh suatu masyarakat Corak Masyarakat Bugis
dan tidak dapat diubah kecuali kesepatakan Budaya Bugis sesungguhnya yang
bersama kembali. diterapkan dalam kehidupan sehari–hari
mengajarkan hal–hal yang berhubungan
Pappaseng sebagai Falsafah Hidup dengan akhlak sesama, seperti
Masyarakat Bugis
mengucapkan tabe‟ (permisi) sambil
Pappaseng seperti halnya dengan berbungkuk setengah badan bila lewat di
setiap kearifan atau kebijakan, sedikit atau depan sekumpulan orang-orang tua yang
banyak selalu mengalami pergeseran nilai sedang bercerita. Suku Bugis juga kental
sepanjang sejarah yang dilaluinya. Namun, dengan adat yang khas: adat pernikahan,
di balik itu niscaya akan tetap juga ada adat bertamu, adat bangun rumah, adat
yang tidak berubah nilainya dan tidak bertani, prinsip hidup, dan sebagainya.
bertentangan dengan falsafah negara Meskipun sedikit banyaknya telah
sebagai nilai nasional yang dianut bersama. tercampur dengan ajaran Islam. Adat
Karena itu, dianggap perlu untuk mengkaji sendiri yang dimiliki Suku Bugis
dan menampilkan kembali naskah-naskah menandakan satu hal: Suku Bugis pada
daerah khususnya yang ada dalam bentuk masanya memiliki peradaban yang luar
pappaseng. Dengan demikian, maka nilai- biasa.
nilai budaya daerah khususnya budaya Umumnya rumah orang Bugis
masyarakat Bugis dapat dipertahankan berbentuk rumah panggung dari kayu
terutama nilai-nilai budaya yang dianggap berbentuk segi empat panjang dengan
masih relevan dengan keadaan dan tiang-tiang yang tinggi memikul lantai dan
pertumbuhan masyarakat sekarang ini atap. Konstruksi rumah dibuat secara
lepas-pasang (knock down) sehingga bisa
dipindahkan dari satu tempat ke tempat Pendidikan karakter dapat tercapai
lain. Orang Bugis memandang rumah tidak pada pendidikan anak apabila peran orang
hanya sekedar tempat tinggal tetapi juga tua meluangkan waktu untuk perhatian
sebagai ruang pusat siklus kehidupan. kepada anak dimaksimalkan. Pendidikan
Tempat manusia dilahirkan, dibesarkan, karakter tidak dapat dipisahkan dengan
kawin, dan meninggal. Karena itu, pengajaran sastra karena karya sastra
membangun rumah haruslah didasarkan mempunyai nilai-nilai pendidikan akhlak
tradisi dan kepercayaan yang diwarisi didalamnya, contoh cerita rakyat “Bawang
secara turun temurun dari leluhur. Merah dan Bawang Putih” mengandung
Konstruksi berbentuk panggung yang nilai pendidikan kemanusiaan atau karakter
terdiri atas tingkat atas, tengah, dan bawah yang baik meskipun di dalamnya terdapat
diuraikan yaitu: Tingkat atas digunakan pula karakter yang jahat tetapi kita harus
untuk menyimpan padi dan benda-benda mengambil sisi positif dalam cerita
pusaka. Tingkat tengah, yang digunakan tersebut. Karakter baik dan jahat dalam
sebagai tempat tinggal, terbagi atas ruang- dunia sastra dihadirkan secara bersamaan
ruang untuk menerima tamu, tidur, makan sehingga menimbulkan konflik-konflik
dan dapur. Tingkat dasar yang berada di agar pembaca/penonton makin penasaran
lantai bawah diggunakan untuk dengan alur cerita sehingga mengikutinya
menyimpan alat-alat pertanian, dan sampai akhir cerita.
kandang ternak. Beberapa contoh pappaseng
dan nilai-nilai utama yang terkandung di
Pappaseng Membentuk Karakter dalamnya, dan dijadikan sebagai tatanan
Pendidikan karakter telah menjadi hidup masyarakat akan dikemukakan
perhatian di berbagai masyarakat. Karakter sebagai berikut:
dalam masyarakat mempunyai perang a. Nilai-nilai yang Berkaitan dengan
penting untuk mempersiapkan generasi Deceng Na Jak
yang berkualitas. Pendidikan karakter pun Baik dan buruk adalah nilai sebuah
menjadi perhatian dalam dunia pendidikan perbuatan yang menjadi ukuran dari hasil
karena munculnya berbagai masalah yang perbuatan, atau sebuah pedoman perbuatan
ditimbulkan oleh generasi muda akibat yang bisa dilakukan atau tidak bisa
gagalnya pembentukan karakter dalam dilakukan. Nilai dilembagakan dalam
keluarga dan lingkungan masyarakat. kearifan orang-orang tua terdahulu yang
Dalam konteks pembelajaran di dilestarikan dalam bentuk paseng. Paseng
sekolah, menurut Mansyur (2016) muatan dapat digolongkan sebagai karya sastra
pendidikan karakter dimanifestasikan seperti halnya pantun, peribahasa dan
dalam pembelajaran menggunakan bahan elong.
ajar. Bahan ajar untuk peserta didik Paseng bertujuan mengajarkan tentang
membutuhkan materi pembelajaran yang hal-hal baik dan buruk kepada generasi
dapat mengajarkan nilai-nilai perkem- muda dalam masyarakat Bugis, deceng na
bangan kepribadian peserta didik. Nilai- jak merupakan pesn berbentuk lisan yang
nilai perkembangan dalam pembelajaran biasanya diucapkan kepada anak-anak
tersebut terkumpul dalam suatu wadah untuk mereka berbuat baik.
yang disebut pendidikan karakter.
Karakter deceng dibagi menjadi yang tulus hati, tidak curang, ikhlas dalam
beberapa bagian yaitu: deceng kiniwwa berinteraksi dengan sesame manusia.
(baik angan-angan/ hati), madeceng tuona Karakter jujur sangat dijunjung tinggi oleh
(baik kehidupannya), madeceng linona masyarakat Bugis seperti yang terungkap
(orang sukses di dunia), madeceng dalam beberapa data pappaseng tomatoa.
akherakna (agamawan, ustazd. Kiyai), Karakter jujur dalam ideology Bugis
madeceng gauk (orang yang sopan, merupakan karakter yang lahir dari
berbudi pekerti, baik tingkah laku), penjabaran adak na gauk. Kejujuran
madeceng urukna (keturunan baik-baik), merupakan landasan pokok dalam menjalin
madeceng ampe (baik hati). hubungan dengan sesama manusia dan
Pappaseng berikut mengungkapkan merupakan salah satu faktor yang sangat
petunjuk untuk mengetahui tentang yang mendasar di dalam kehidupan manusia.
baik dan yang buruk. Kata „deceng‟ artinya Karakter jujur dibagi dalam beberapa sikap
„baik‟ dan „majak‟ artinya „jelek‟ atau yaitu, kejujuran terhadap diri sendiri,
„buruk‟ yanf dipresentasikan dalam paseng kejujuran diri terhadap Tuhan, kejujuran
Tomatoa berikut: Tuhan terhadap hambanya, kejujuran diri
“rekkuwa engka kedo rinawa- terhadap sesame, kejujuran pemerintah
nawammu tangngai addimunrinna, terhadap rakyat dan kejujuran rakyat
rekkawa naddimunri jak napoancajiwi terhadap pemerintah. Dalam pappaseng
Dewata Seuwwae deceng narekko diungkapkan sebagai berikut:
kedo maja ammatu-matuangngi apa “Sininna gauk-e iyapa namadeceng
temmapuji Dewata Seuwwa-e rija-e”. narekko mattaratek-I; 1) issengngi
Artinya: bila ada keinginan dalam hatimu, majak-e mutetengngi mupenessaiwi
pandanglah akibatnya jika menimbulkan decengnge mupogauk, 2) issengngi
keburukan, semoga Allah mengubah tencajie namupenessaiwi jajie, 3)
menjadi sebuah kebaikan, sebaiknya jika issengngi temmakkuae
terbelit sesuatu prasangka buruk, namupenessaiwi makkuwae, 4)
perlambatlah waktunya karena Allah yang issengngi macekkoe
Maha Tunggal tidak menyukai keburukan. namupenessaiwi malempuk-e”.
Pappaseng tersebut menggunakan Artinya: semua perbuatan akan baik
kata „jak‟ dan „deceng‟. Pesan yang apabila teratur; artinya (1) ketahuilah yang
mengingatkan orang agar berhati-hati buruk, lalu kamu pegang dan pahami yang
dalam mengambil keputusan. Suatu baik lalu kamu kerjakan, (2) ketahuilah
keputusan untuk dipertimbangkan atas baik yang mustahil dan pahami yang mungkin,
dan buruk berdasarkan oleh hati, jika (3) ketahuilah yang tidak semestinya dan
sesuai dengan anjuran Allah maka pahamilah yang semestinya, (4) ketahuilah
perbuatan itu dapat dilakukan, jika tidak yang culas dan pahami yang jujur.
sesuai dengan hati maka perbuatan itu c. Nilai-nilai yang Berkaitan dengan
tidak boleh dilakukan. Warani
b. Nilai-nilai yang Berkaitan dengan Warani „berani‟ artinya sifat yang
Lempuk dimiliki oleh seseorang yang melakukan
Karakter jujur (lempuk), alampureng sesuatu perbuatan atau pekerjaan yang
(kejujuran) terkait dengan sifat seseorang mengandung tantangan dan resiko.
Beberapa tanda pemberani yaitu tidak „perbuatan‟ adalah representasi dari
takut mati, senang dengan tantangan, suka tindakan dalam merespon ada
mengurusi orang banyak, tidak takut „kata/pernyataan‟ seseorang dengan cara
kehilangan, dan tidak takut terhadap yang bermakna.
musuh. Tema dalam pappaseng tomatoa
Orang yang berani diberi gelar dalam banyak ditemukan tentang tema yang
masyarakat Bugis sebagai towarani. menganjurkan pada anak-anaknya, sanak
Tosegge, towaranie. Gelar tersebut keluarga untuk berbuat sesuai kata dan
bermakna positif yaitu pemberani, orang perbuatan. Mengucapkan sesuatu yang
yang berani dalam hal membela kebenaran, dapat dibuktikan dalam karya nyata.
membela rakyat kecil, berani mengambil Pappaseng tersebut bertujuan
resiko untuk mempertahankan kebenaran. membiasakan anak-anak untuk selalu
Nilai-nilai yang berkaitan dengan berkata apa yang dapat dilakukannya.
keberanian digambarkan dalam pappaseng Berikut adalah pappaseng yang
tomatoa yaitu sebagai berikut: menganjurkan berkata benar yaitu:
“Tanranna tau waranie; 1) ”Makkedatopi ti tioloe; narekko
napappada-pada I riengkanna balio ada, issengngi gauk situruk-e
enrengnge ridekna, 2) ceddekna adek-e, enrengnge sarak-e, kua-e
enrengnge rimaegana, 3) rapangnge, maka mottongengi
ripaddiolona nenniya adanna tau-e naia mepatettongngi
ripaddimunrinna, 4) pabali ada. Apak iaritu natania
rimengkalinganna kareba majak balinna adanna tau-e
deknatassunrewa nakareba mubaliangngi, naecawa-cawaino,
madeceng deknatakkauang”. napoisseng toni dekna tomacca ri
Artinya: Tanda orang berani adalah (1) ada wanuae”.
atau tidak ada sama saja baginya, (2) Artinya: Orang-orang tua dahulu berpesan,
sedikit atau banyak sama saja baginya, (3) jika kamu akan menjawab perkataan,
ia di depan atau di belakang tidak menjadi ketahuilah hal yang sesuai dengan adat,
masalah baginya, (4) ia tidak gentar syariat agama, misalnya hukum analogi
mendengar kabar buruk dan tidak yang dapat mengatasi perkataan lawan,
menampakkan kegembiraan yang itulah yang kamu jadikan landasan untuk
berlebihan bila mendengar kabar baik. menjawab perkataan orang. Apalagi
d. Nilai-nilai yang Berkaitan dengan Ada engkau menjawab perkataan orang yang
Na Gauk tidak sesuai dengan semestinya maka
Ada na gauk bermakna kata dan orang itu akan menertawaimu dan mengira
perbuatan. Kata yang bermakna „ucapan‟ sudah taka da lagi orang pintar di dalam
dan gauk bermakna „perilaku‟ yaitu segala negeri.
gerak gerik tingkah laku. Kata dan e. Nilai-nilai yang Berkaitan dengan
perbuatan sebagai pappaseng tumatoa Sipakatau
dalam masyarakt Bugis bertujuan untuk Sipakatau bermakna memanusiakan
pembentukan karakter baik. Kata dan manusia, menghargai orang seperti
perbuatan direpresentasikan dalam bahasa menghargai diri sendiri. Sipakatau berasal
Bugis dengan istilah „ada na gauk‟. Gauk dari kata „tau‟ yang berarti orang. Pakatau
bermakna „menghargai orang lain‟. Jadi bekerja bersama-sama saling tolong
sipakatau bermakna pemberani kepada menolong, bantu-mambantu mengerjakan
seseorang karena mereka berhak sesuatu.
mendapatkannya seperti penghargaan, Gotong royong merupakan karakter
kasih sayang, dan cinta. bangsa Indonesia yang telah diperkenalkan
Nilai-nilai ada na gauk terdapat nilai oleh Bung Karno sejak pembentukan
sipakatau yaitu bagian dari ideologi sirik ideolog negara dan sebagai karakter
na pesse yang sering diucapkan orang tua bangsa yang tidak boleh dihilangkan.
terhadap anak-anaknya untuk membentuk Gotong royong sering diungkapkan
karakter baik. Sipakatau merupakan butir „Mabbulo sibatang‟ bersifat seperti bambu
kedua dari sirik na pesse. Ideology yang bermakna saling menopang untuk
sipakatau dimanifestasikan dalam karakter membangun keuatan. Prinsip mabbulo
malebbi (santun), ati mapaccing (baik sibatang menghilangkan karakter negative
hati), dan malempuk (adil). yang tidak mau dikalah oleh orang lain
Sipakatau adalah salah satu ideologi atau tidak mau berada di bawah orang lain.
kultural Bugis memuat tentang prinsip Asseddingeng adalah persatuan dalam
kemanusiaan yang dimiliki oleh orang melakukan pekerjaan untuk membangun
Bugis, seperti berikut: dengan tidak mengharap imbalan/upah.
”Iapa nariaseng tau, seddie rupa Berikut pappaseng yang memuat tema
tau narekko engka sirik na bolai assedding-seddingeng yaitu:
apa ia tau dekgaga sirikna “Rebba sipatokkong, malik
ebarakna padai olo-kolok-e. siparappe, sirui menrek tessirui no,
Sirikna rakyake engkai malilu sipakaingek, maengekpi
ripammarentae napaja”
Arajanna pamarentae engkai Artinya: Rebah saling menegakkan, hanyut
rirakyakna saling mendamparkan, tarik menarik ke
Sirikna tomatoae engkai ri anakna atas bukan saling menarik ke bawah, khilaf
Artinya: Seseorang dianggap manusia saling memperingati.
kalau memiliki rasa malu sebab orang yang Pappaseng di atas mengandung sifat
tidak memiliki rasa malu bagaikan seekor gotong-royong atau tolong menolong
binatang. sesam manusia. Adapun Pappaseng lain
Harga diri rakyat ada pada pemerintah ialah:
Kebesaran pemerintah ada pada rakyatnya “Malik siparappeki
Harga diri orang tua ada pada anaknya Rebba sipatokkokki
f. Nilai-nilai yang Berkaitan dengan Siri menre, tessirik nok”
Asseddi-Seddingeng Artinya: Kalau kita hanyut bersama,
Salah satu tema yang banyak diungkap hendaknya saling menyelamatkan,
dalam pappseng tomatoa adalah asseddi- Kalau kita tumbang bersama hendaknya
seddingeng (gotong royong); atau bekerja saling mengangkat,
bakti. Asseddi-seddingeng adalah bentuk Kalau kita mujur berprestasi menanjak,
kerja sama dalam membangun masyarakat. pantang untuk diturunkan.
Karakter gotong royong adalah sifat yang Dengan demikian, seandainya dalam
melekat pada diri masyarakat dalam masyarakat Sulawesi Selatan ber-kembang
masyarakat oposisi, yakni setiap orang DAFTAR RUJUKAN
yang akan naik ditarik kakinya ke bawah, Ali, Lukman dkk. (1997). Kamus Besar
berarti suatu penyimpangan terhadap isi Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
pappaseng tersebut. Pustaka.
g. Nilai-nilai yang Berkaitan dengan Amin, K.F. (2015). Pappaseng Ugik.
Etos Kerja Makassar: Garis Khatulistiwa.
Dalam kaitannya dengan etos kerja, Koentjaraningrat. (2015). Pengantar Ilmu
Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
sejak dahulu orang Bugis dikenal sebagai Mansyur, U. (2016). Pemanfaatan Nilai
pelaut ulung. Karena akrabnya dengan air kejujuran dalam Cerpen sebagai
dan laut, maka sifat-sifat dinamis dari Bahan Ajar Berbasis Pendidikan
gelombang yang selalu bergerak dan tidak Karakter. In Mengais Karakter dalam
mau tenang itulah yang mempengaruhi Sastra: HISKI Makassar
jiwa dan pikirannya (Said, 1997:4). https://doi.org/10.17605/OSF.IO/Z4T
3Y
Haltersebut dilukiskan sebagai sifat
Mansyur, U. (2018). Kiat dan Teknik
dinamis, penuh semangat tanpa kenal putus Penulisan Skripsi bagi Mahasiswa.
asa, dan pantang mundur yang dapat INA-Rxiv.
dilihat dalam pappaseng berikut ini: https://doi.org/10.31227/osf.io/juds7
“Pura babbara sompekku Pamiring Waweng. (2013). Ada
Pura gucciri gulingku Pappaseng. (Online,
Ulebbirenngi tellenngé natowalié” http://bungawellu.blogspot.co.id/
2013/04/ ada-pappaseng.html/)
Artinya: Layarku sudah berkembang
Syamsudduha. (2013). Pappaseng Sebagai
Kemudiku sudah terpasang Falsafah Hidup Masyarakat Bugis di
Kupilih tenggelam daripada Sulawesi Selatan (Online,
kembali” http://syamsudduhaa.blogspot.co.id/2
Demikianlah sifat yang hebat, pantang 013/10/pappaseng-sebagai-falsafah-
mundur bila ingin mencapai sesuatu. hidup.html/)
Zulfaworld. (2014). Kebudayaan Suku
Bugis. (Online,
PENUTUP https://zulfaworld.wordpress.com/
Dalam pappaseng terdapat nilai- 2014/03/19/kebudayaan-suku-bugis/)
nilai luhur yang sarat dengan pesan-pesan
moral, dan sampai saat ini masih dipegang
teguh oleh masyarakat Bugis di Sulawesi
Selatan. Namun, kehidupan masyarakat
yang dinamis, mengalami perubahan
seiring dengan perkembangan jaman.
Dengan demikian, nilai-nilai tersebut
senantiasa mengalami pergeseran pula.

Anda mungkin juga menyukai