Anda di halaman 1dari 2

Assalamualaikum ijin menanggapi diskusi diatas

Berdasarkan peraturan perundang-undangan terbaru, fungsi yudisial Mahkamah Agung, meskipun


ditetapkan sebagau usaha tunggal pada kenyataannya terdiri atas beragam tugas. Denominator bersama
tugas-tugas itu adalah semuanya berurusan dengan fungsi inti. Mahkamah Agung: pembuatan putusan
atau penyelesaian sengketa. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 menyebutkan lima tugas yudisial :
(1) Memeriksa dan memutuskan permohonan kasasi (Pasal 28)
(2) Sengketa tentang kewenangan mengadili (Pasal 28)
(3) Permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
(Pasal 28)
(4) Menguji secara materil peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang atau judicial review
(Pasal 31)
(5) Perampasan kapal asing (Pasal 78)
Daftar ini tentunya belum lengkap karena undang-undang ini secara spesifik mengizinkan Mahkamah
Agung untuk dapat diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan undang-undang (Pasal 39). Ini bukan
klausul kosong sebab faktanya pada tahun 1993 Mahkamah Agung menetapkan bahwa putusan arbitrase
asing hanya bisa dilaksanakan di Indonesia setelah ditetapkan (exequatur( oleh Mahkamah Agung (Perma
Nomor 1 Tahun 1990)
Kewenangan Mahkamah Agung terkait dengan judicial review adalah sebagai berikut :
Pertama, MA mempunyai wewenang menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang
Kedua, MA menyatakan tidak sah peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang atas alasan
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau pembentukannya tidak
memenuhi ketentuan yang berlaku.
Permohonan pengujian peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang
diajukan langsung oleh pemohon atau kuasanya kepada MA dan dibuat secara tertulis dan rangkap sesuai
keperluan dalam Bahasa Indonesia (lihat Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung-Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2009). Permohonan judicial review hanya dapat dilakukan oleh pihak yang
menganggap haknya dirugikan oleh berlakunya peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
yaitu:
1. Perorangan warga Negara Indonesia
2. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang atau
3. Badan hukum public atau badan hukum privat.

Permohonan sekurang-kurangnya harus memuat:


1. Nama dan alamat pemohon
2. Uraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonan dan menguraikan jelas bahwa
3. Materi muatan ayat, pasal dan/atau bagian peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
dianggap bertentangan dengan peraturan pmuatan ayat, pasal dan/atau bagian peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang dianggap bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi dan/atau
4. Pembentukan peraturan perundang-undangan tidak memenuhi ketentuan yang berlaku dan
5. Hal-hal yang diminta untuk diputus

Permohonan judicial review ke MA diatur lebih rinci dalam Perma Nomor 1 Tahun 2004 tentang Hak Uji
Materiil (Perma Nomor 1 Tahun 2004) dengan menggunakan terminology Permohnan Keberatan.
Permohonan keberatan diajukan kepada MA dengan cara:
1. Langsung ke MA atau
2. Melalui Pengadilan Negeri yang membawahi wilayah hukum tempat kedudukan Pemohon
3. Permohonan Keberatan diajukan dalam tenggang waktu 180 hari sejak ditetapkan peraturan perundang-
undangan yang bersanngkutan
4. Pemohon membayar biaya permohonan pada saat mendaftarkan permohonan keberatan yang besarnya
akan diatur tersendiri
5. Dalam hal permohonan keberatan diajukan langsung ke Mahkamah Agung
a. Didaftarkan di Kepaniteraan Mahkamah Agung
b. Dibukukan dalam buku register permohonan
c. Panitera Mahkamah Agung memeriksa kelengkapan berkas dan apabila terdapat kekurangan dapat
meminta langsung kepada Pemohon Keberatan atau kuasanya yang sah
6. Dalam hal permohonan keberatan diajukan melalui Pengadilan Negeri:
a. Didaftarkan pada kepaniteraan Pengadilan Negeri
b. Permohonan atau kuasanya yang sah membayar biaya permohonan dan diberikan tanda terima
c. Permohonan dibukukan dalam buku register permohonan
d. Panitera Pengadilan Negeri memeriksa kelengkapan permohonan keberatan yang telah didaftarkan oleh
Pemohon atau kuasanya yang sah dan apabila terddapat kekurangan dapat meminta langsung kepada
pemohon atau kuasanya yang sah.

Sumber HKUM 4404 Teori Perundang-Undangan Modul 3

Anda mungkin juga menyukai