DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
PUTRI NUR HASANAH 2230104157
SONIA NIKEN KASUMA 2230104158
DOSEN PENGAMPU :
SRI ASMITA, S.H.I.,MA.Hk
Apabila hakim ragu tentang isi surat kuasa yang diberikan kepada
penerima kuasa, hakim dapat memerintahkan si pemberi kuasa untuk hadir
sendiri ke muka sidang pengadilan dan menjelaskan apa isi yang
dikuasakan kepada penerima kuasa. Tindakan hakim yang demikian itu
sangat diperlukan guna mencegah perbuatan penerima kuasa yang
melampaui batas atau bertindak melebihi apa yang telah dikuasakan itu
sehingga pemberi kuasa dapat dirugikan. Apabila penerima kuasa
bertindak melebihi apa yang telah diberikan oleh pemberi kuasa, maka
pemberi kuasa dapat menuntut penerima kuasa supaya menghentikan
tindakan yang melebihi yang diberikan oleh pemberi kuasa itu. Tindakan
pemberi kuasa yang demikian itu disebut “Action en Desaveu”.
Yang dapat bertindak sebagai kuasa para pihak atau wakil dari
penggugat adalah seseorang yang memenuhi salah satu syarat sebagai
berikut yakni :
a. Mempunyai surat kuasa khusus, sesuai dengan bunyi pasal123 ayat (1)
HIR atau pasal 147 ayat (1) R. Bg.
b. Ditunjuk oleh Tergugat sebagai kuasa atau wakil di dalam sidang
pengadilan, sebagaimana tersebut dalam Pasal 123 ayat (1) HIR atau
Pasal 147 ayat (1) R.Bg.
c. Memenuhi syarat sebagaimana tersebut dalam Peraturan Menteri
Kehakiman No. 1 Tahun 1965 tanggal 28 Mei 1965 jo. Keputusan
Menteri Kehakiman No J.P 14/12/11 tanggal 7 Oktober 1965 tentang
Pokrol.
d. Telah terdaftar sebagai advokat atau pengacara praktik.
Sedangkan yang bertindak sebagai kuasa atau wakil dari negara atau
pemerintah berdasarkan Stb 1882 No. 522 dan pasal 123 ayar (2) HIR
atau Pasal 147 ayar (2) R.Bg yaitu pengacara yang diangkat oleh
pemerintah, jaksa dan orang-orang tertentu atau pejabat-pejabat yang
diangkat atau ditunjuk oleh pemerintah.
a. Ditarik kembali kuasa yang telah diberikan itu oleh pemberi kuasa
(bisa secara sepihak).
b. Pemberi atau penerima kuasa meninggal dunia, atau menjadi tidak
waras (gila). Sebab dengan meninggalnya pemberi atau penerima
kuasa yang tidak waras berarti syarat-syarat sahnya perjanjian tidak
terpenuhi lagi.
c. Dihentikannya pekerjaan yang dikuasakan, dengan hal tersebut
otomatis pemberian kuasa tidak bermanfaat lagi.
d. Penerima kuasa memutuskan sendiri perjanjian kuasa itu. Seorang
kuasa hukum dapat melimpahkan kuasa yang diterimanya dan
menyerahkan kepada kuasa pengganti, sebagaimana tersebut dalam
surat kuasa, baik untuk keseluruhan ataupun untuk sebagian saja.
Untuk keperluan ini harus dibuat surat kuasa khusus dengan menyebut
nama, kualitas dan kedudukan dalam perkara, dasar pelimpahan
wewenang, nama penerima kuasa limpahan, nama dan identitas lawan,
masalah yang dikuasakan, nomor perkara dan forum yang pasti.