Anda di halaman 1dari 23

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN

FOLLOW UP ADVOKASI
UKM PARALEGAL

20 Februari 2023

Diajukan Guna Bentuk Pertanggung Jawaban Kegiatan

Oleh :

Widia Agustia
AM. 2022

Curup, 21 Februari 2023

Mengetahui,

KABID Kaderisasi Senior Magang

Fino Gusta Anza Nurul Izza


PRG.XX.0019 PRG.XX.0018
Menyetujui,

Ketua Umum PARALEGAL Sekretaris Umum PARALEGAL

Devi Rama Utami Teguh Irawan


PRG.XX.0016 PRG.XX.0017

KODE ETIK PARALEGAL

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 01 TAHUN 2018

TENTANG

PARALEGAL DALAM PEMBERIAN BANTUAN HUKUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa pemberian Bantuan Hukum saat ini menjangkau

seluruh masyarakat Indonesia karena adanya keterbatasan

pelaksana Bantuan Hukum sehingga diperlukan peran

Paralegal untuk meningkatkan jangkauan pemberian Bantuan

Hukum

b. Bahwa untuk memenuhi kualifikasi Paralegal dan

pemberdayaan Paralegal dalam pemberian Bantuan Hukum

perlu diatur secara khusus dalam peraturan perundang-

undangan

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan peraturan

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Paralegal

dalam Pemberian Bantuan Hukum

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4916)

2. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan

ii
Hukum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5428)

3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Syarat

dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran

Dana Bantuan Hukum (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2013 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5421)

4. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 84)

5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 10

Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan

Pemenrintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata

Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana

Bantuan Hukum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 1473) sebagaimana telah diubah beberapa kali

terakhir dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Nomor 30 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua

atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1752)

iii
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI


MANUSIA TENTANG PARALEGAL DALAM PEMBERIAN
BANTUAN HUKUM.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan
oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma
kepada Penerima Bantuan Hukum
2. Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan
hukum atau organisasi kemasyarakatan yang
memberi layanan Bantuan Hukum berdasarkan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Bantuan Hukum
3. Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau
kelompok orang miskin
4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi
manusia
5. Badan Pembinaan Hukum Nasional yang
selanjutnya disebut BPHN adalah unit utama yang
menjalankan tugas, fungsi dan wewenang di bidang
pembinaan hukum nasional pada Kementerian
Hukum dan HAM

Pasal 2
Paralegal yang diatur dalam Peraturan Menteri ini
merupakan Paralegal yang melaksanakan pemberian
bantuan hukum dan terdaftar pada Pemberi Bantuan
Hukum

Pasal 3
1. Pemberi Bantuan Hukum memberikan Bantuan
Hukum secara litigasi dan nonlitigasi kepada
Penerima Bantuan Hukum
2. Dalam memberikan Bantuan Hukum, Pemberi
Bantuan Hukum berhak melakukan rekrutmen
Paralegal sebagai pelaksana Bantuan Hukum
3. Pemberi Bantuan Hukum dapat merekrut Paralegal
di luar pelaksana Bantuan Hukum yang telah

iv
terdaftar jika :
a. ketersediaan jumlah pelaksana Bantuan
Hukum tidak mencukupi dalam menangani
perkara; dan/atau
b. tidak terdapat Pemberi Bantuan Hukum di
wilayah tempat tinggal Penerima Bantuan
Hukum

BAB II
PELATIHAN PARALEGAL

Pasal 4
Untuk dapat direkrut menjadi Paralegal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. warga negara Indonesia;
b. berusia paling rendah 18 (delapan belas) tahun;
c. memiliki pengetahuan tentang advokasi
masyarakat; dan/atau
d. memenuhi syarat lain yang ditentukan oleh Pemberi
Bantuan Hukum

Pasal 5
1. Paralegal yang telah terdaftar pada Pemberi Bantuan
Hukum memperoleh kartu identitas yang diterbitkan
oleh Pemberi Bantuan Hukum.
2. Kartu identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berlaku paling lama 2 (dua) tahun dan dapat
diperpanjang.
3. Pemberi Bantuan Hukum mendaftarkan Paralegal
sebagai pelaksana Bantuan Hukum kepada BPHN
melalui sistem informasi database Bantuan Hukum.

Pasal 6
1. Paralegal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
berhak mendapatkan pelatihan Paralegal.
2. Pelatihan Paralegal dilaksanakan untuk
meningkatkan kualifikasi Paralegal dalam
memberikan Bantuan Hukum.
3. Kualifikasi Paralegal sebagaimana dimaksud pada ayat 2
meliputi :
a. kemampuan memahami kondisi wilayah dan
kelompok-kelompok kepentingan dalam
masyarakat
b. kemampuan melakukan penguatan masyarakat
dalam memperjuangkan hak asasi manusia,

v
dan hak-hak lain yang dilindungi oleh hukum;
dan
c. keterampilan mengadvokasi masyarakat berupa
pembelaan dan dukungan terhadap masyarakat
lemah untuk mendapatkan haknya

Pasal 7
1. pelatihan sebagimana dimaksud dalam pasal 6
diselenggarakan oleh :
a. Pemberi Bantuan Hukum
b. perguruan tinggi
c. lembaga swadaya masyarakat yang
memberikan Bantuan Hukum; dan/atau
d. lembaga pemerintah yang menjalankan fungsinya
di bidang hukum.
2. Dalam menyelenggarakan pelatihan Paralegal,
penyelenggara sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dapat bekerja sama dengan pemerintah,
pemerintah daerah atau pihak terkait lainnya.
3. Penyelenggara pelatihan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 harus membentuk unit khusus yang
menangani penyelenggaraan pelatihan
4. Penyelenggara pelatihan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 melaksanakan pelatihan Paralegal setelah
mendapatkan persetujuan dari BPHN

Pasal 8
1. Penyelenggara pelatihan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 mengajukan permohonan pelatihan
Paralegal kepada Kepala BPHN dengan
melampirkan proposal pelaksanaan pelatihan
Paralegal.
2. Proposal pelaksanaan pelatihan Paralegal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat :
a. latar belakang
b. tujuan dan sasaran
c. kurikulum
d. nama dan kualifikasi pengajar
e. sarana, prasarana, dan alat bantu yang tersedia;
dan
f. susunan kepanitiaan
3. BPHN melakukan pemeriksaan terhadap
permohonan pelatihan Paralegal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
4. Hasil pemeriksaan atas permohonan sebagaimana

vi
dimaksud pada ayat (3) disampaikan oleh Kepala
BPHN kepada penyelenggara pelatihan paling lama 14
(empat belas) hari kerja terhitung sejak pengajuan
permohonan diterima.

Pasal 9
1. Pelatihan Paralegal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 terdiri atas :
2. Selain pelatihan Paralegal, penyelenggara pelatihan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dapat
menyelenggarakan pelatihan khusus lain untuk
meningkatkan keterampilan bagi Paralegal.
3. Penyelenggara pelatihan dapat mengembangkan
materi kurikulum Paralegal untuk menampung
kekhasan daerah dan kekhususan ruang lingkup
kerja Pemberi Bantuan Hukum.
4. Dalam pengembangan materi kurikulum Paralegal
yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Penyelenggara dapat berkonsultasi dengan
BPHN
5. Ketentuan mengenai pedoman pelatihan Paralegal
ditetapkan oleh Kepala BPHN.

Pasal 10
1. Peserta pelatihan Paralegal yang telah mengikuti
pelatihan berhak memperoleh sertifikat yang
dikeluarkan oleh penyelenggara pelatihan Paralegal.
2. Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditandatangani oleh pimpinan penyelenggara
pelatihan Paralegal.
3. Dalam hal penyelenggaraan pelatihan Paralegal
dilaksanakan oleh Pemberi Bantuan Hukum,
sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disahkan oleh BPHN.

BAB III
PEMBERDAYAAN PARALEGAL

Pasal 11
Paralegal dapat memberikan Bantuan Hukum secara
litigasi dan nonlitigasi setelah terdaftar pada Pemberi
Bantuan Hukum dan mendapatkan sertifikat pelatihan
Paralegal tingkat dasar.

Pasal 12
1. Pemberian Bantuan Hukum secara litigasi oleh
Paralegal dilakukan dalam bentuk pendampingan

vii
advokat pada lingkup Pemberi Bantuan Hukum yang
sama.
2. Pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi :
a. pendampingan dan/atau menjalankan kuasa yang
dimulai dari tingkat penyidikan, dan penuntutan;
b. Pendampingan dan/atau menjalankan kuasa dalam
proses pemeriksaan di persidangan; atau
c. pendampingan dan/atau menjalankan
kuasa terhadap Penerima Bantuan Hukum di
Pengadilan Tata Usaha Negara.
3. Pendampingan advokat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibuktikan dengan surat keterangan
pendampingan dari advokat yang memberikan
Bantuan Hukum.

Pasal 13
Pemberian Bantuan Hukum secara nonlitigasi oleh
Paralegal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
dilakukan melalui kegiatan:
a. penyuluhan hukum;
b. konsultasi hukum;
c. Investasi perkara, baik secara elektronik maupun
nonelektronik
d. penelitian hukum;
e. mediasi;
f. negosiasi;
g. pemberdayaan masyarakat;
h. pendampingan di luar pengadilan; dan/atau
i. perancangan dokumen hukum

Pasal 14
1. Selain memberikan Bantuan Hukum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10, Paralegal dapat
memberikan pelayanan hukum berupa :
a. advokasi kebijakan perangkat daerah tingkat
desa/kelurahan sampai dengan
tingkat kabupaten/kota;
b. pendampingan program atau kegiatan yang
dikelola oleh kementerian,lembaga pemerintah
nonkementerian, pemerintah daerah provinsi,
pemerintah daerah kabupaten/kota, atau
pemerintah desa; dan/atau
c. bekerja sama dengan penyuluh hukum untuk
membentuk dan/atau membina kelompok
keluarga sadar hukum.

viii
2. Pemberian pelayanan hukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan di bawah
koordinasi Pemberi Bantuan Hukum

Pasal 15
1. Pemberi Bantuan Hukum wajib membuat kode etik
pelayanan Bantuan Hukum Paralegal.
2. Kode etik sebagaimana dimaksud ayat 1 dilaporkan
kepada BPHN.
3. Dalam melaksanakan Pemberian Bantuan Hukum, Paralegal
harus tunduk dan patuh terhadap :
a. kode etik pelayanan Bantuan Hukum Paralegal
yang dibuat oleh Pemberi Bantuan Hukum
tempat Paralegal tersebut terdaftar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1); dan
b. Standar Bantuan Hukum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 16
1. Pemberi Bantuan Hukum melakukan pengawasan
dan evaluasi Paralegal, meliputi :
a. kinerja Paralegal dalam pemberian Bantuan
Hukum; dan/atau
b. kode etik pelayanan Bantuan Hukum Paralegal.
2. Dalam hal hasil pengawasan dan evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat
pelanggaran maka Pemberi Bantuan Hukum dapat
memberikan sanksi.
3. Pemberi Bantuan Hukum wajib menyampaikan
laporan atas hasil pengawasan dan evaluasi terhadap
Paralegal kepada BPHN.
4. Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat 5 dapat dilakukan secara berkala atau sewaktu-
waktu jika diperlukan.

BAB IV
PENDANAAN

Pasal 17
Segala pendanaan yang diperlukan dalam pelaksanaan Peraturan
Menteri ini dibebankan pada :
a. anggaran pendapatan dan belanja negara;
b. anggaran pendapatan dan belanja daerah; atau
c. sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

ix
BAB V
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18
Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 17 Januari 2018

MENTERI HUKUM dan HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

Ttd

YASONNA H. LAOLY

Diundang di Jakarta
Pada tanggal 26 Januari 2018
DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

Ttd

WIDODO EKATJAHJANA

x
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, sehingga dapat terlaksanakan kegiatan

Follow Up dengan materi advokasi yang merupakan salah satu agenda kegiatan di

UKM Paralegal. Laporan pertanggung jawaban ini disusun sebagai kewajiban kami

selaku peserta kegiatan ini.

Demikian laporan ini kami buat sebaik.-baiknya dan semoga dapat

bermanfaat bagi semua pihak, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat

membangun kami sehingga bisa membuat laporan yang lebih baik kedepannya.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Curup, 21 Februari 2023


Penyusun

Widia Agustia
AM.2022

xi
BIODATA PRIBADI

Nama : Widia Agustia

Tempat, Tgl Lahir : Pungguk Meranti,30 Agustus 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Mahasiswa

Alamat Sekarang : Pungguk Meranti

Nama Ayah : Jhon Kenedi

Nama Ibu : Lesni Widiarti

No.Telpon : 082375048582

Email : Bklwidya5@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD : SD Negeri 07 Ujan Mas

SMP : SMP Negeri 01 Ujan Mas

SMK : SMK Negeri 05 KEPAHIANG

Perguruan Tinggi : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii

KODE ETIK PARALEGAL...................................................................................iii

KATA PENGANTAR..............................................................................................xiii

BIODATA DIRI.......................................................................................................xiv

DAFTAR ISI.............................................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Nama Kegiatan...............................................................................................1

C. Waktu Pelaksanaan Kegiatan.........................................................................1

D. Tujuan Penulisan............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2

A. Pengertian Advokasi......................................................................................2

B. Langkah-langkah Advokasi...........................................................................2

1. Lingkaran Inti...........................................................................................2

2. Kumpulan Data/Informasi........................................................................3

3. Pilih Isu Strategis.....................................................................................3

ii
4. Galang Sekutu..........................................................................................3

5. Analisis Data/Informasi...........................................................................3

6. Kemas Isu.................................................................................................4

7. Bangun Basis Gerakan.............................................................................4

8. Ajukan Konsep tanding............................................................................4

9. Lakukan Pembelaan.................................................................................5

10. Pengaruhi Pemangku Kebijakan..............................................................5

11. Pengaruhi Pendapat Umum......................................................................5

12. Lancarkan Tekanan..................................................................................6

BAB III PENUTUP..................................................................................................7

A. Kesimpulan....................................................................................................7

B. Kritik dan Saran.............................................................................................7

LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak hal yang dapat dilakukan dalam penyelesaian masalah terhadap suatu

informasi yang ada, beberapa di antaranya adalah lobby, jejak pendapat, legal

drafting bahkan sampai ke unjuk rasa ataupun aksi massa lainya, hal ini adalah

tahapan akhir dari suatu proses advokasi.

Advokasi sendiri maksudnya serangkaian aksi yang menimbulkan reaksi

sehingga dapat mempengaruhi publik untuk mencapai kesepakatan yang merubah

kepentingan. Jadi banyak hal yang dapat dipelajari di dalam advokasi karena banyak

hal yang terdapat di dalam advokasi sendiri, untuk itu diadakan kegiatan follow up

mengenai advokasi agar kita daat mengenal lebih apa itu advokasi.

B. Nama Kegiatan

Nama Kegiatan : Follow Up Advokasi

C. Waktu pelaksanaan Kegiatan

Follow Up mengenai materi Advokasi, yang telah dilaksanakan pada Senin,

20 Februari 2023 di Gedung Hukum A, Institut Agama Islam Negeri Curup.

D. Tujuan Penulisan

1. Sebagai bukti telah mengikuti Follow Up Advokasi

2. Sebagai laporan dari hasil Follow Up Advokasi

3. Sebagai bukti tertulis bahwa telah melaksanakan Follow up Advokasi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Advokasi

Advokasi adalah serangkaian aksi yang menimbulkan reaksi sehingga

mempengaruhi publik untuk mencapai kesepakatan yang dapat mengubah kebijakan

pemilik kepentingan. Hal ini ditempuh agar aksi yang dilakukan dapat merubah

peraturan atas kepentingan pemilik kebijakan. Berikut adalah peta konsep dari

advokasi :

B. Langkah-langkah Advokasi

1. Lingkaran Inti

Lingkaran inti maksudnya sekelompok orang yang menjadi inti pokok atas

sebuah aksi, mereka bertindak sebagai konseptor, mereka hanya menggerakkan

2
3

para anggota untuk bergerak dan mereka tetap mengawasi karena jika para

konseptor tidak ada sebuah aksi akan kacau.

2. Kumpulan Data/Informasi

Tugas orang-orang yang ada di lngkaran inti adalah mengumpulkan data

atau informasi agar apa yang akan dilakukan nantinya oleh eksekutor.

3. Pilih Isu Strategis

Dalam pemilihan isu strategis, lingkaran inti harus menentukan apakah isu

atau data yang telah dikumpulkan benar-benar penting untuk dilakukan sebuah

aksi. Contoh dalam materi kemarin isu yang dipilih adalah almamater angkatan

2022.

4. Galang Sekutu

Tentunya di dalam sebuah aksi para konseptor dari lingkaran inti tidak bisa

begitu saja bergerak atau turun tangan langsung, oleh karena itu diperlukan

sekutu yang bisa bermanfaat bagi kita sewaktu aksi telah dilakukan. Misalnya,

Gema Pers, Kesenian dan mapasta, yang kita anggap mereka adalah orang-orang

yang aktif, Menwa yang dapat menjaga keamanan saat aksi dilakukan, PMI yang

jikalau ada kejadian yang kurang berkenan seperti sakit atau pingsan dapat segera

diatasi.

5. Analisis Data/Info

Data atau informasi yang sudah kita tetapkan tadi harus kita analisis dulu,

untuk contoh almamater tadi maka yang harus kita pertanyakan adalah kenapa
4

harga almamater harus naik, dan juga bagaimana bisa warna dari almamater yang

sebelumnya berwarna merah malah berubah menjadi warna kuning.

6. Kemas Isu

Isu atau informasi yang ingin kita sampaikan kepada masyarakat haruslah

kita olah sedemikian rupa agar orang yang melihat propaganda yang telah kita

siapkan memberikan ketertarikan bagi orang yang membacanya, bahkan sering

kita jumpai isu yang disebarkan menggunakan kata-kata hiperbola yang melebih-

lebihkan akan tetapi tetap elegan dan dapat membuat masyarakat penasaran

7. Bangun Basis Gerakan

Dalam menjalankan sebuah aksi, kita haruslah mensosialisasikan kepada

masyarakat yang menjadi tujuan aksi caranya dengan mempengaruhi kehendak

kita sebagai konseptor, karena jika mereka beda tujuan dengan kita maka aksi

yang kita buat adalah zonk belaka

8. Ajukan Konsep Tanding

Setelah informasi atau data sudah lengkap maka hal itu dapat kita gunakan

sebagai alat atau diibaratkan senjata yang dapatkita bawa dalam tanding.

Maksudnya apakah data yang kita bawa atau yang kita miiki kekuatan hukumnya

lebih kuat atau lebih lemah daripada pihak pemilik kepentingan, di dalam konsep

tanding ada 3 hal yang ada, yaitu

a. Legal drafting, aturan tertulis yang ditetapkan yang berupa permasalahan

yaitu penawaran konsep atau kritik yang akan kita ajukan


5

b. Counter draft, digunakan sebagai solusi atas konsep atau permasalahan yang

kita bawa,

c. Judicial review, membahas ulang data atau informasi yang dimiliki oleh pihak

pemegang kepentingan yang berupa peraturan baru

9. Lakukan Pembelaan

Langkah selanjutnya yang dapat kita lakukan adalah melakukan pembelaan

di antaranya seperti

a. Class action, maksudnya mengajukan tuntutan atas aturan yang dibuat oleh

pemilik kebijakan

b. Legal standing, apakah aturan atau data yang telah kita kumpulkan lebih

tinggi kedudukan hukumnya

10. Pengaruhi Pemangku Kebijakan

Sebagai upaya untuk mempengaruhi pemangku kebijakan, yaitu pembuat

dan pelaksana kebijakan ada langkah yang bisa kita terapkan seperti :

a. Lobby

b. Negosiasi

c. Mediasi

d. Kolaborasi, kita bersama dengan pemangku kepentingan mencari jalan

keluar atas masalah yang ada

11. Pengaruhi Pendapat Umum

Pengaruhi pendapat umum di sini maksudnya bagaimana cara kita

mempengaruhi masyarakat ataupun anggota yang akan membantu sebagai


6

eksekutor akan tetapi dengan pemikiran yang sama agar maksud dari aksi bisa

tersampaikan, ada beberapa cara seperti

a. Kampanye

b. Siaran/pernyataan, lewat radio kampus misal

c. Jejak pendapat, melalui forum diskusi

d. Selebaran, seperti brosur

12. Lancarkan Tekanan

Setelah usaha sebelumnya seperti lobby, legal draft, kampanye tetap tidak

membuahkan hasil maka hal terakhir yang dapat kita lakukan adalah

1. Unjuk rasa

2. Mogok, boikot

3. Pembangkangan sosial

4. Aksi masa lainnya


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Banyak hal yang dapat dilakukan dalam penyelesaian masalah terhadap suatu

informasi yang ada, beberapa di antaranya adalah lobby, jejak pendapat legal drafting

bahkan sampai ke unjuk rasa ataupun aksi massa lainya, hal ini adalah tahapan akhir

dari suatu proses advokasi.

Advokasi bisa dibilang induk ilmu karena ia memiliki banyak bahasan di

dalamnya dan setiap langkah atau tahapan advokasi harus dilakukan agar mendapat

kesepakatan atau hasil yang baik dari aksi yang dilakukan

B. Saran dan Kritik

Saran saya adalah semoga ke depannya, untuk materi ini sebaiknya dilakukan

pemisahan bagian di dalam advokasi. Kritik yang saya berikan adalah penyampaian

materi berat sebaiknya dilakukan di pagi hari

7
LAMPIRAN

Foto bersama setelah kegiatan materi advokasi

Pemberian materi advokasi yang disampaikan

Oleh Devi Rama Utami dan Lilis

Anda mungkin juga menyukai