Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK PERANCANGAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

Disusun Oleh:

1. Antonius Sitangang (170200048)


2. Dios Aristo Lumban Gaol (170200056)
3. Azarya Desmon N (170200255)
4. Robin R. Sihombing (170200266)
5. Anggi A.S Aritonang (170200375)
6. Immanuel Banjarnahor (170200466)
7.Muhammad Yazid (170200482)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG

NOMOR .. TAHUN ….

TENTANG

BANTUAN HUKUM BAGI WARGA MISKIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI DELI SERDANG,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (2)


Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
Hukum perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Bantuan Hukum Bagi Warga Miskin;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom
Kabupaten Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah
Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1092);
3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
Hukum( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5248)
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesi
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia 5887),sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 246,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5889);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan
Penyaluran Dana Bantuan Hukum ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 98,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5421);
6. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 10 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan
Penyaluran Dana Bantuan Hukum (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 816),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 63 Tahun
2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 42
Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian
Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
2130);
7. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 1 Tahun 2018 tentang Paralegal Dalam
Pemberian Bantuan Hukum( Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 182)

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG


dan
BUPATI DELI SERDANG

MEMUTUSKAN:

Menetapka : PERATURAN DAERAH TENTANG BANTUANHUKUM BAGI


n WARGA MISKIN KABUPATEN DELI SERDANG.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Deli Serdang.
2. Bupati adalah Bupati Deli Serdang.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
4. Bantuan Hukum adalah Jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi
Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum.
5. Fasilitasi Bantuan Hukum adalah Pelayanan Bantuan hukum yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah melalui Pemberi Bantuan
Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum dalam menghadapi
permasalahan hukum.
6. Miskin adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu memenuhi
hak-hak dasar antara lain kebutuhan pangan, layanan kesehatan,
layanan pendidikan, pekerjaan dan berusaha, perumahan, air bersih dan
sanitasi, tanah, lingkungan yang baik dan sehat, rasa aman, dan
partisipasi.
7. Jasa Hukum adalah jasa yang diberikan oleh Pemberi Bantuan
Hukum berupa memberikan konsultasi hukum, menerima dan
menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan
tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien.
8. Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hokum yang
memberi layanan bantuan hokum berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan tentang bantuan hukum.
9. Penerima Bantuan Hukum adalah setiap orang atau kelompok orang
miskin.
10. Verifikasi adalah pemeriksaan atas kebenaran laporan dan dokumen
yang diserahkan oleh Pemberi Bantuan Hukum.
11. Akreditasi adalah penilaian dan pengakuan terhadap lembaga
bantuan hukum yang akan memberikan bantuan hukum yang berupa
klasifikasi/ penjenjangan dalam pemberian bantuan hukum.
12. Advokat adalah orang yang berprofesi memberi Jasa Hukum, baik di
dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan.
13. Litigasi adalah penyelesaian permasalahan hokum yang ditangani dan
diselesaikan melalui lembaga peradilan.
14. Non Litigasi adalah penyelesaian permasalahan hukum yang ditangani
dan diselesaikan di luar lembaga peradilan.
15. Warga Miskin adalah orang miskin yang berdomisili di Kabupaten
Deli Serdang dan memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan/atau Kartu
Keluarga (KK) Kabupaten Deli Serdang dan ditandai dengan Kartu
Identitas Keluarga Miskin Kabupaten Deli Serdang.
16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat
APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Deli
Serdang.

BAB II

ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Bantuan Hukum diselenggarakan berdasarkan asas:


a. perluasan bantuan hukum
b. pemerataan bantuan hukum;
c. persamaan kedudukan di dalam hukum;
d. keterbukaan;
e. peningkatan kualitas bantuan hukum; dan
f. perlindungan terhadap hak asasi manusia;

Pasal 3

Penyelenggaraan Bantuan Hukum bertujuan:


a. memperluas jaminan dan pemenuhan hak bagi Penerima Bantuan Hukum
untuk mendapatkan akses keadilan;
b. menjamin kepastian penyelenggaran bantuan hukum dilaksanakan secara
merata di seluruh wilayah Republik Indonesia;
c. mewujudkan hak konstitusional Warga Miskin sesuai prinsip persamaan
kedudukan di dalam hukum;
d. meningkatkan kualitas layanan bantuan hukum;
e. untuk memenuhi perlindungan terhadap hak asasi manusia;

Pasal 4

Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Daerah ini meliputi :


a. penyelenggaraan bantuan hukum;
b. pemberian Bantuan Hukum;
c. tata cara pemberian Bantuan Hukum;
d. hak dan kewajiban;
e. larangan;
f. penganggaran Bantuan Hukum; dan
g. pengawasan.

BAB III
PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM

Pasal 5

(1) Penyelenggaraan Bantuan Hukum diselenggarakan oleh Bupati yang


bekerjasama dengan Pemberi Bantuan Hukum yang memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara kerja sama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
(3) Penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan kepada Warga Miskin yang
menghadapi semua jenis kasus serta kompentensi peradilan, meliputi
masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha negara.
(4) Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi
menjalankan kuasa,mendampingi, mewakili, membela dan/atau
melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum Penerima
Bantuan Hukum oleh Pemberi Bantuan Hukum.

Pasal 6

(1) Dalam penyelenggaraan Bantuan Hukum, Pemerintah Daerah


memberikan fasilitasi Bantuan Hukum yang dilaksanakan oleh Bagian
Hukum Sekretariat Daerah.
(2) Bagian Hukum Sekretariat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertugas:
a. menyusun dan menetapkan kebijakan Penyelenggaraan Bantuan
Hukum;
b. menyusun dan menetapkan standar Bantuan Hukum berdasarkan
asas dan tujuan Pemberian Bantuan Hukum;
c. menyusun rencana dan mengelola anggaran bantuan hukum bagi Warga
Miskin; dan
d. menyusun dan menyampaikan laporan penyelenggaraan bantuan
hukum bagi Warga Miskin kepada Bupati.

Pasal 7

(1) Dalam melaksanakan tugas fasilitasi Bantuan Hukum, Bagian


Hukum Sekretariat Daerah berwenang:
a. melakukan penelitian dan pemeriksaan permohonan fasilitasi bantuan
hukum yang diajukan Penerima dan Pemberi Bantuan Hukum;
b. mengawasi dan memastikan penyelenggaraan dan pemberian
Bantuan Hukum dijalankan sesuai asas dan tujuan yang ditetapkan;
c. melakukan Verifikasi lembaga bantuan hukum atau Advokat yang
memenuhi kelayakan sebagai Pemberi Bantuan Hukum; dan
d. mengevaluasi penyelenggaraan dan pemberian Bantuan Hukum yang
telah dilaksanakan.

(2) Tata cara penelitian dan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB IV
PEMBERIAN BANTUAN HUKUM

Pasal 8

(1) Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum diberikan oleh


Pemberi Bantuan Hukum yang memenuhi syarat:
a. berbadan hukum;
b. terakreditasi;
c. memiliki kantor atau sekretariat yang tetap;
d. memiliki pengurus; dan
e. memiliki program Bantuan Hukum.

(2) Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan


kepada Penerima Bantuan Hukum baik secara Non Litigasi maupun
secara Litigasi.

Pasal 9

(1) Pemberian Bantuan Hukum Non litigasi meliputi kegiatan:


a.penyuluhan hukum;
b.konsultasi hukum;
c.investigasi perkara, baik secara non elektronik maupun elektronik;
d.penelitian hukum;
e.mediasi
f.negosiasi
g.pemberdayaan masyarakat;
h.pendampingan diluar pengadilan; dan/atau
i.drafting dokumen hukum

(2) Tata cara pemberian Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 10

(1) Pemberian Bantuan Hukum secara Litigasi dilakukan dengan cara:


a. pendampingan dan/atau menjalankan kuasa yang dimulai dari tingkat
penyidikan dan penuntutan;
b. pendampingan dan/atau menjalankan kuasa dalam proses
pemeriksaan di persidangan;
c. pendampingan dan/atau menjalankan kuasa terhadap Penerima
Bantuan Hukum di Pengadilan Umum dan Pengadilan Tata Usaha
Negara.

(2) Pemberian Bantuan Hukum secara Litigasi dilakukan oleh Advokat


yang berstatus sebagai pengurus Pemberi Bantuan Hukum dan/atau
Advokat yang direkrut oleh Pemberi Bantuan Hukum.

BAB V

TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM

Pasal 11

(1) Pemohon Bantuan Hukum dapat mengajukan Permohonan Bantuan


Hukum dengan secara tertulis atau lisan kepada Pemberi Bantuan
Hukum.

(2) Permohonan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


paling sedikit memuat :
a. identitas Pemohon Bantuan Hukum; dan
b. uraian singkat pokok persoalan hukum yang dimintakan Bantuan
Hukum.

(3) Permohonan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), harus melampirkan:
a. surat keterangan miskin dari Lurah, Kepala Desa, atau pejabat
setingkat di tempat tinggal Pemohon Bantuan Hukum; dan
b. dokumen yang berkenaan dengan perkara.

Pasal 12

(1) Identitas Pemohon Bantuan Hukum sebagaiman yang dimaksud pada


Pasal 11 ayat (2) huruf dibuktikan dengan kartu tanda penduduk
dan/atau kartu keluarga dan dokumen lain yang dikeluarkan instansi
yang berwenang.

(2) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki identitas, Pemberi
Bantuan Hukum membantu Pemohon Bantuan Hukum memperoleh
surat keterangan domisili sementara dan/atau dokumen lain dari instansi
yang berwenang sesuai domisili Pemberi Bantuan Hukum.

Pasal 13

Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki surat keterangan miskin,


Pemohon Bantuan Hukum dapat melampirkan dokumen lain sebagai
pengganti surat keterangan miskin.

Pasal 14

(1) Pemberi Bantuan Hukum menerima atau menolak permohonan bantuan


hukum dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah
permohonan bantuan hokum dinyatakan lengkap.
(2) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diterima, Pemberi Bantuan
Hukum memberikan Bantuan Hukum berdasarkan surat kuasa khusus
dari Penerima Bantuan Hukum.
(3) Dalam hal permohonan bantuan hukum ditolak, Pemberi Bantuan
Hukum memberikan alasan penolakan.

Pasal 15

Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah permohonan
Bantuan Hukum diterima, Pemberi Bantuan Hukum melakukan koordinasi
dengan Penerima Bantuan Hukum mengenai rencana kerja pelaksanaan
pemberian bantuan hukum.

Pasal 16

(1) Pemberi Bantuan Hukum wajib melaporkan pelaksanaan tugasnya


kepada Bupati melalui Bagian Hukum Sekretariat Daerah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan pelaksanaan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan peraturan Bupati.

BAB VI

HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu

Hak dan Kewajiban Pemberi Bantuan Hukum

Pasal 17

Pemberi Bantuan Hukum berhak:


a. melakukan rekrutmen terhadap Advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa
fakultas hukum;
b. melalakukan pelayanan Bantuan Hukum;
c. menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi hukum, dan program
kegiatan lain yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Bantuan Hukum;
d. menerima anggaran dari Pemerintah Daerah untuk melaksanakan Bantuan
Hukum
e. mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang peradilan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Bantuan Hukum;
f. mendapatkan informasi dan data lain dari pemerintah atau instansi lain,
untuk kepentingan pembelaan perkara; dan
g. mendapatkan jaminan perlindungan hukum, keamanan, dan keselamatan
selama menjalankan pemberian Bantuan Hukum.

Pasal 18
Pemberi Bantuan Hukum berwajiban:
a. melaporkan kepada Bupati program Bantuan Hukum yang
dilaksanakan;
b. melaporkan setiap penggunaan anggaran APBD yang digunakan
untuk pemberian Bantuan Hukum berdasarkan Peraturan Daerah ini;
c. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Bantuan Hukum bagi
Advokat, paralegal, dosen, mahasiswa fakultas hukum yang direkrut,
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 17;
d. menjaga kerahasiaan data, informasi, dan/atau keterangan yang
diperoleh dari Penerima Bantuan Hukum berkaitan dengan perkara
yang sedang ditangani; dan
e. memberikan Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum
berdasarkan syarat dan tata cara yang ditentukan sampai perkaranya
selesai, kecuali ada alasan yang sah secara hukum.

Bagian Kedua

Hak Dan Kewajiban Penerima Bantuan Hukum

Pasal 19

Penerima Bantuan Hukum berhak:


a. mendapatkan Bantuan Hukum hingga masalah hukumnya selesai
dan/atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama
Penerima Bantuan Hukum yang bersangkutan tidak mencabut surat
kuasa;
b. mendapatkan Bantuan Hukum sesuai dengan standar Bantuan Hukum
dan/atau Kode Etik Advokat; dan
c. mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan
pemberian Bantuan Hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 20

Penerima Bantuan Hukum wajib:


a. menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara secara
benar kepada Pemberi Bantuan Hukum; dan
b. membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum.

BAB VII

LARANGAN

Pasal 21

Pemberi Bantuan Hukum dilarang :


a. menyalahgunakan pemberian dana Bantuan Hukum kepada
Penerima Bantuan Hukum; dan
b. menerima atau meminta pembayaran dari Penerima Bantuan
Hukum dan/atau pihak lain yang terkait dengan perkara yang sedang
ditangani.

BAB VIII
PENGANGGARAN BANTUAN HUKUM

Pasal 22

(1) Pendanaan Bantuan Hukum yang diperlukan untuk penyelenggaraan


Bantuan Hukum dibebankan kepada APBD sesuai dengan kemampuan
keuangan Pemerintah Daerah dan tersedianya dana dalam APBD.
(2) Selain pendanaan yang dimaksud pada ayat (1) sumber pendanaan
Bantuan Hukum dapat berasal dari ;
a. hibah atau sumbangan; dan/atau
b. sumber pendanaan lain yang sah yang tidak mengikat.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penganggaran dan penyaluran
dana Bantuan Hukum kepada Pemberi Bantuan Hukum diatur lebih lanjut
dalam peraturan Bupati

BAB IX

PELAPORAN PROGRAM BANTUAN HUKUM

Pasal 23

(1) Pemberi Bantuan Hukum menyampaikan laporan program Bantuan


Hukum kepada Bupati secara triwulanan dan tahunan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas ;
a. laporan realisasi anggaran Bantuan Hukum;
b. laporan posisi keuangan program Bantuan Hukum; dan
c. laporan kinerja pelaksanaan Bantuan Hukum
BAB X

PENGAWASAN

Pasal 24

(1) Bupati melakukan pengawasan pemberian bantuan hukum dan


penyaluran dana Bantuan Hukum.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
bagian hukum Sekretariat Daerah.

BAB XI

SANKSI ADMINSITRATIF

Pasal 25

(1) Pemberi Bantuan Hukum yang terbukti melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dikenakan sanksi administratif
berupa:
a. teguran tertulis;
b. pembatalan perjanjian pelaksanaan bantuan hukum;
c. menghentikan pemberian anggaran bantuan hukum;
dan/atau
d. pengembalian semua dana Bantuan Hukum yang diterima
dan bersumber dari APBD.
(2) Dalam hal terdapat pembatalan perjanjian dapat ditunjuk Pemberi
Bantuan Hukum lain.

BAB XII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 26

(1) Pemberi Bantuan Hukum terbukti melanggar ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 21 huruf a diancam pidana kurungan paling lama
6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah).
(2) Pemberi Bantuan Hukum yang terbukti menerima atau meminta sesuatu
kepada Penerima Bantuan Hukum sebagaima dimaksud dalam Pasal 21
huruf b, diancam pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

BAB XIV KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Deli Serdang.
PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG

NOMOR...TAHUN.....

TENTANG

BANTUAN HUKUM BAGI WARGA MISKIN

I. UMUM

Penyelenggaraan bantuan hukum bagi masyarakat miskin oleh


Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang merupakan amanat dari
pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
tentang Bantuan Hukum. Penyelenggaraan Bantuan Hukum kepada
warga negara, khususnya warga miskin menjadi bagian dari upaya untuk
melindungi,menghormati,memenuhi, serta menjamin hak asasi warga
negara dalam mengakses terhadap keadilan dan kesamaan di hadapan
hukum.

Pemberian Bantuan Hukum yang belum banyak menyentuh orang


atau kelompok orang miskin menimbulkan kesulitan bagi mereka untuk
mengakses hak konstitusional.Oleh Oleh sebab itu, dengan dibentuknya
Peraturan Daerah tentang Bantuan Hukum bagi warga miskin
diharapkan dapat memberi jaminan hukum bagi warga miskin di
Kabupaten Deli Serdang terhadap hak konstitusional mereka.

Peraturan Daerah tentang Bantuan Hukum Bagi Warga Miskin


ini akan memberi pedoman dasar bagi Pemerintah Kabupaten Deli
Serdang dalam menjamin dan memenuhi hak konstitusional warga
negara yang termasuk dalam kelompok orang miskin dalam menjangkau
keadilan dan akses hukum yang lebih luas.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan “asas perluasan bantuan hukum” adalah
memperluas bantuan hukum untuk dapat menjanggkau setiap
daerah.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “asas pemerataan bantuan hukum” adalah
memberikan bantuan hukum secara merata bagi setiap kalangan
masyarakat yang ada.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “asas persamaan kedudukan di dalam
hukum” adalah bahwa setiap orang mempunyai hak dan
perlakuan yang sama di depan hukum serta kewajiban
menjunjung tinggi hukum.Yang dimaksud dengan “asas
keterbukaan” adalah memberikan akses kepada masyarakat
untuk memperoleh informasi secara lengkap, benar, jujur, dan
tidak memihak dalam mendapatkan jaminan keadilan atas dasar
hak secara konstitusional.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah memberikan
akses kepada masyarakat untuk memperoleh informasi secara
lengkap, benar, jujur, dan tidak memihak dalam mendapatkan
jaminan keadilan atas dasar hak secara konstitusional.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “asas peningkatan kualitas bantuan
hukum” adalah menjalankan bantuan hukum secara
efesien,efektif dan akuntabel.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “asas perlindungan terhadap hak asasi
manusia” adalah bahwa setiap orang diakui sebagai manusia
pribadi yang berhak mendapatkan bantuan dan perlindungan yang
sama serta tidak memihak sesuai dengan martabat kemanusiannya
di depan hukum.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan “akreditasi” adalah penilaian dan
pengakuan terhadap lembaga bantuan hukum yang akan
memberikan bantuan hukum yang berupa klasifikasi/
penjenjangan dalam pemberian bantuan hukum.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Yang dimaksud dengan “Dokumen Lain Sebagai Pengganti Surat
Keterangan Miskin” adalah Kartu Indonesia Sehat, Kartu Jaminan
Kesehatan Daerah dan kartu sejenisnya yang dikeluarkan baik
oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah.
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG NOMOR …

Anda mungkin juga menyukai