Anda di halaman 1dari 17

SINERGI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DAN

PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM


UNTUK MASYARAKAT MISKIN
(MENGGAGAS LAHIRNYA PERDA PROVINSI BENGKULU
TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN)

OLEH :
JISI NASISTIAWAN
PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN AHLI MADYA
PADA KANWIL KEMENKUMHAM BENGKULU

DISAMPAIKAN PADA KEGIATAN UJI PUBLIK RAPERDA PROVINSI BENGKULU TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK
MASYARAKAT MISKIN

BENGKULU, 14 NOVEMBER 2022


DASAR HUKUM :
1. Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28H ayat (2), Pasal 28I
ayat (4) dan ayat (5), Pasal 34 ayat (2) dan ayat (4) Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana
3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
4. Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman
5. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum
6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
7. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Syarat Dan
Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Dan Penyaluran Dana Bantuan
Hukum
LATAR BELAKANG

 Negara menjamin hak konstitusional setiap orang untuk mendapatkan pengakuan, jaminan,
perlindungan, & kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum
sebagai sarana perlindungan HAM.
 Negara bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang miskin sebagai
perwujudan akses terhadap keadilan.

TUJUAN BANTUAN HUKUM

 Menjamin & memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses
keadilan;
 Mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip persamaan
kedudukan di dalam hukum;
 Menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh
wilayah negara R.I. ; dan
 Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, & dapat dipertanggungjawabkan.
PENGERTIAN

 Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-
cuma kepada Penerima Bantuan Hukum.
 Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin yaitu yang tidak dapat
memenuhi hak dasar secara layak & mandiri seperti hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan,
layanan pendidikan, pekerjaan & berusaha, dan/atau perumahan.
 Pemberi Bantuan Hukum adalah Lembaga Bantuan Hukum atau organisasi kemasyarakatan yang
memberi layanan Bantuan Hukum berdasarkan undang-undang.
 Penyelenggara Bantuan Hukum adalah Kementerian Hukum dan HAM RI.
PERSYARATAN PEMBERI BANTUAN HUKUM

 Berbadan hukum;
 Terakreditasi berdasarkan Undang-Undang;
 Memiliki kantor atau sekretariat yang tetap;
 Memiliki pengurus;
 Memiliki program Bantuan Hukum; dan
 Telah menangani paling sedikit 10 (sepuluh) kasus.
JENIS PELAYANAN BANTUAN HUKUM

Meliputi masalah hukum :


 Keperdataan ;
 Masalah Hukum Pidana ; dan
 Masalah Hukum Tata Usaha Negara.

Pemberian Bantuan Hukum meliputi :


 Litigasi
 Non Litigasi.
BANTUAN HUKUM LITIGASI
 Pendampingan dan/atau menjalankan kuasa yang dimulai dari tingkat penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan ;
 Pendampingan dan/atau menjalankan kuasa dalam proses pemeriksaan di persidangan ;
atau
 Pendampingan dan/atau menjalankan kuasa terhadap Penerima Bantuan Hukum di PTUN.
BANTUAN HUKUM NON LITIGASI

1. Penyuluhan
2. Konsultasi
3. Investigasi
4. Penelitian
5. Mediasi
6. Negosiasi
7. Pemberdayaan Masyarakat
8. Pendampingan
9. Drafting dokumen hukum
BANTUAN HUKUM NON LITIGASI

1. Penyuluhan
2. Konsultasi
3. Investigasi
4. Penelitian
5. Mediasi
6. Negosiasi
7. Pemberdayaan Masyarakat
8. Pendampingan
9. Drafting dokumen hukum
PENDANAAN:

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.


2. Hibah atau sumbangan;
3. Sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat.
4. Pemerintah wajib mengalokasikan dana penyelenggaraan Bantuan Hukum
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
5. Pendanaan penyelenggaraan Bantuan Hukum dialokasikan pada anggaran
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum
dan hak asasi manusia.
PAGU ANGGARAN BANTUAN HUKUM (3 TAHUN TERAKHIR):
Tahun 2020
Pagu Anggaran : Rp. 1.534.590.000 :
Litigasi : Rp 1.249.000.000.
Non Litigasi : Rp 285.590.000.
Realisasi : 100%
No Jenis Bantuan Hukum Litigasi Jumlah Bantuan Hukum Litigasi
1 Pidana 245
2 Perdata 96
3 TUN 1

No Jenis Bantuan Hukum Non Litigasi Jumlah Bantuan Hukum Non Litigasi
1 Penyuluhan Hukum 44
2 Pemberdayaan Masyarakat 42
3 Konsultasi Hukum 16
4 Penelitian Hukum 11
5 Drafting Dokumen 8
6 Pendampingan Di Luar Pengadilan 5
7 Mediasi 1
8 Investigasi 1
PAGU ANGGARAN BANTUAN HUKUM (3 TAHUN TERAKHIR):

Tahun 2021
Pagu Anggaran : Rp. 1.394.150.000 :
Litigasi : Rp. 1.127.000.000.
Non Litigasi : Rp. 267.150.000.
Realisasi : 99,78%
Kegiatan Litigasi : 447
Kegiatan Non Litigasi : 120
PAGU ANGGARAN BANTUAN HUKUM (3 TAHUN TERAKHIR):

Tahun 2022 (per November 2022)


Pagu Anggaran : Rp. 853.820.000,00 :
Litigasi : Rp. 675.000.000,00 .
Non Litigasi : Rp. 178.820.000,00 .
Realisasi : 97,78%

Terlihat bahwa pagu anggaran dalam kurun waktu 2020-2022 terjadi penurunan,
demikian pula realisasi anggaran.
PRIORITAS PEMERINTAH

Prioritas
Dukungan Pemerintah Daerah

Daerah dapat mengalokasikan anggaran


penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan


Bantuan Hukum diatur dengan Peraturan Daerah.
PERAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM :

 Mendorong Pemerintah Daerah Provinsi dan


Kabupaten/Kota untuk membentuk Peraturan Daerah
tentang Bantuan Hukum.
 Melaksanakan fasilitasi penyusunan naskah akademik
dan Rancangan Peraturan Daerah tentang Bantuan
Tetap dalam

Hukum.
Melaksanakan Pengharmonisasian, pembulatan, dan
sistem
pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Daerah
tentang Bantuan Hukum. sebagaimana UU
 Pendampingan dalam pembahasan Rancangan
Peraturan Daerah tentang Bantuan Hukum di DPRD.
16 Tahun 2011
 Pendampingan dalam penyusunan peraturan
pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Bantuan Hukum
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai