Anda di halaman 1dari 47

BUKU

SAKU
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/kelurahan
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
1
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
2
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
3
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
4
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
5
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
6
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
7
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
8
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
9
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
10
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
11
MENGENAL JAKSA PENGACARA NEGARA DI
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI. juga


sudah mengatur tugas dan wewenang Kejaksaan
sebagaimana yang sudah ditentukan dalam Pasal 30,
yaitu :

 Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas


dan wewenang :
 Melakukan penuntutan ;

 Melaksanakan penetapan hakim dan putusan


pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap ;
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
12
 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
putusan pidana bersyarat, putusan pidana
pengawasan, dan keputusan bersyarat ;

 Melaksanakan penyidikan terhadap tindak


pidana tertentu berdasarkan undang-undang ;

 Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk


itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan
sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang
dalam pelaksanaannya dikoordinasikan
dengan penyidik.

 Di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara,


Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak
di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan
atas nama negara atau pemerintah

 Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum,


Kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan:

 Peningkatan kesadaran hukum masyarakat ;

 Pengamanan kebijakan penegakan hukum ;

 Pengamanan peredaran barang cetakan ;

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
13
 Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat
membahayakan masyarakat dan negara ;

 Pencegahan penyalahgunaan dan/atau


penodaan agama ;

 Penelitian dan pengembangan hukum


statistik kriminal.

Ada juga Pasal 31 Undang-Undang No. 16 Tahun


2004 yang menegaskan bahwa Kejaksaan bisa
meminta kepada hakim agar bisa menetapkan
seorang terdakwa di rumah sakit atau tempat
perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak sebab
bersangkutan tidak bisa berdiri sendiri atau
disebabkan oleh hal-hal yang bisa membahyakan
orang lain, dirinya sendiri atau lingkungan.

Pasal 32 Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tersebut


menetapkan bahwa di samping tugas dan wewenang
tersebut dalam undang-undang ini, Kejaksaan dapat
diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan
undang-undang.

Selanjutnya Pasal 33 Undang-Undang No. 16 Tahun


2004 mengatur bahwa dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, Kejaksaan membina hubungan

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
14
kerjasama dengan badan penegak hukum dan
keadilan serta badan negara atau instansi lainnya.

Kemudian Pasal 34 Undang-Undang No. 16 Tahun


2004 menetapkan bahwa Kejaksaan dapat
memberikan pertimbangan dalam bidang hukum
kepada instalasi pemerintah lainnya.

PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA


Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara mempunyai
tugas dan fungsi Kejaksaan dalam bidang perdata
dan tata usaha negara di daerah hukumnya.

Dalam melaksanakan tugas, Seksi Perdata dan Tata


Usaha Negara menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan bahan penyusunan rencana dan
program kerja;
b. pelaksanaan penegakan hukum, bantuan hukum,
pertimbangan hukum, dan tindakan hukum lain,
serta pelayanan hukum di bidang perdata dan tata
usaha negara;
c. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan
di bidang perdata dan tata usaha negara;
d. pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau
lembaga baik di dalam negeri maupun di luar
negeri; dan

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
15
e. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan penegakan hukum, bantuan hukum,
pertimbangan hukum, dan tindakan hukum lain,
serta pelayanan hukum di bidang perdata dan tata
usaha negara.

Seksi Perdata Dan Tata Usaha Negara di Kejaksaan


Negeri terdiri atas :
a. Subseksi Perdata;
b. Subseksi Tata Usaha Negara;
c. Subseksi Pertimbangan Hukum.

SUBSEKSI PERDATA
Subseksi Perdata mempunyai tugas melaksanakan
pemberian bantuan hukum di bidang Perdata dan
forum arbitrase, serta penegakan hukum.

SUBSEKSI TATA USAHA NEGARA


Subseksi Tata Usaha Negara mempunyai tugas
melaksanakan pemberian jasa hukum di bidang Tata
Usaha Negara.

SUBSEKSI PERTIMBANGAN HUKUM


Subseksi Pertimbangan Hukum mempunyai tugas
melaksanakan pemberian pertimbangan hukum,
tindakan hukum lain, dan pelayanan hukum di
bidang Perdata.

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
16
DASAR HUKUM
1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan RI
2. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2016
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata kerja Kejaksaan RI
3. Peraturan Jaksa Agung RI Nomor : PER-
006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata
kerja Kejaksaan RI.

TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG BIDANG


PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA
Berdasarkan :
 Peraturan Jaksa Agung RI Nomor : PER-
018/A/JA/07/2014 tentang Standar Operating
Prosedur (SOP) pada Jaksa Agung Muda Perdata
dan Tata Usaha Negara
 Peraturan Jaksa Agung RI Nomor : PER-
025/A/JA/11/2015 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penegakan Hukum, Bantuan
Hukum, Pertimbangan Hukum, Tindakan
Hukum Lain Dan Pelayanan Hukum Di Bidang
Perdata Dan Tata Usaha Negara
 Keputusan Jaksa Agung RI Nomor : KEP-
157/A/JA/11/2012 tentang Administrasi
Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
17
Menjadi :
1. Penegakan Hukum
2. Bantuan Hukum
3. Pertimbangan Hukum
4. Pelayanan Hukum
5. Tindakan Hukum Lain
Ad. 1. Penegakan Hukum
Penegakan Hukum adalah kegiatan Jaksa
Pengacara Negara untuk mengajukan gugatan
atau permohonan kepada pengadilan di bidang
perdata sebagaimana ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan dalam rangka
memelihara ketertiban hukum, kepastian
hukum, dan melindungi kepentingan Negara
dan Pemerintah serta hak-hak keperdataan
masyarakat.

Ad. 2. Bantuan Hukum


Bantuan Hukum adalah pemberian Jasa
Hukum di Bidang Perdata oleh Jaksa Pengacara
Negara kepada Negara atau Pemerintah untuk
bertindak sebagai kuasa hukum berdasarkan
Surat Kuasa Khusus baik secara Non
Litigasimaupun Litigasi di Peradilan Perdata
serta Arbitrase sebagai Penggugat/Penggugat
Intervensi/Pemohon/Pelawan/Pembantah
atau Tergugat/Tergugat Intervensi/ Termohon
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
18
/Terlawan/Terbantah, serta pemberian Jasa
Hukum di BidangTata Usaha Negara oleh Jaksa
Pengacara Negara kepada Negara dan
Pemerintah sebagai Tergugat/Termohon di
Peradilan Tata Usaha Negara dan sebagai wakil
Pemerintah atau menjadi Pihak Yang
Berkepentingan dalam Perkara Uji Materiil
Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi dan
sebagai Termohon dalam Perkara Uji Materiil
terhadap Peraturan di Bawah Undang-Undang
di Mahkamah Agung.

Ad.3. Pertimbangan Hukum


Pertimbangan Hukum adalah Jasa Hukum
yang diberikan oleh Jaksa Pengacara Negara
kepada Negara atau Pemerintah, dalam bentuk
Pendapat Hukum (Legal Opinion/LO)
dan/atau Pendampingan Hukum (Legal
Assistance/LA) di Bidang Perdata dan Tata
Usaha Negara dan/atau Audit Hukum (Legal
Audit) di Bidang Perdata.

Ad.4. Pelayanan Hukum


Pelayanan Hukum adalah pemberian Jasa
Hukum oleh JaksaPengacara Negara secara
tertulis maupun lisan kepadamasyarakat, yang
meliputi orang perorangan dan badanhukum,
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
19
terkait masalah Perdata dan Tata Usaha
Negaradalam bentuk konsultasi, pendapat dan
informasi.

Ad. 5. Tindakan Hukum Lain


Tindakan Hukum Lain adalah pemberian Jasa
Hukum oleh Jaksa Pengacara Negara di luar
Penegakan Hukum, Bantuan Hukum,
Pelayanan Hukum dan Pertimbangan Hukum
dalam rangka menyelamatkan dan
memulihkan Keuangan/Kekayaan Negara
serta menegakkan kewibawaan pemerintah
antara lain untuk bertindak sebagai konsiliator,
mediator atau fasilitator dalam hal terjadi
sengketa atau perselisihan antar Negara atau
Pemerintah.

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
20
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
21
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
22
Antara lain :

 Mengajukan gugatan pembatalan perkawinan


(Pasal 26 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974)

 Mengajukan permohonan pembubaran PT dengan


alasan PT melanggar kepentingan umum atau PT
melakukan perbuatan yang melanggar peraturan
perundang undangan. (Pasal 146 ayat (1) huruf a
UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas).

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
23
 Mengajukan permohonan pailit dengan alasan
kepentingan umum. (Pasal 2 ayat (2) UU Nomor
37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundan
Kewajiban Pembayaran Utang)

Contoh :

1. Permohonan Bantuan Hukum dari Ketua Komisi


Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Garut
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor :
03/HK.07.5-SU/3205/KPU-Kab/II/2018 tanggal
28 Februari 2018 mewakili Komisi Pemilihan
Umum Kabupaten Garut dalam perkara Gugatan
Tata Usaha Negara perkara nomor :
2/G/PILKADA/18/PT.TUN.JKT dengan Obyek
Gugatan Surat Keputusan Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Kabupaten Garut Nomor : 86/
PL.03.3-Kpt/3205/KPU-Kab/II/2018 Tanggal 12
Februari 2018 tentang penetapan pasangan calon
Bupati dan Wakil Bupati Garut tahun 2018.
2. Permohonan Bantuan Hukum dari Kepala BPJS
Ketenagakerjaan Cabang Tasikmalaya sebanyak 13
(tiga belas) Surat Kuasa Khusus perihal negosiasi
pembayaran iuran BPJS Ketenagakerjaan kepada
perusahaan yang berada di wilayah Kabupaten
Garut dengan jumlah tagihan sebesar Rp.
360.364.647,32.- (Tiga Ratus Enam Puluh Juta Tiga

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
24
Ratus Enam Puluh Empat Ribu Enam Ratus Empat
Puluh Tujuh Koma Tiga Puluh Dua Rupiah).
Yang sudah berhasil ditagih ini sampai bulan
Pebruari 2019 sebesar Rp. 298.417.413,00.- (Dua
Ratus Sembilan Puluh Delapan Juta Empat Ratus
Tujuh Belas Ribu Empat Ratus Tiga Belas Rupiah)

PERTIMBANGAN HUKUM

Misalnya :

1. Pemerintah Kabupaten Garut / SKPD / camat /


Kepala Desa / Lurah di Lingkungan Kabupaten
Garut sebelum melaksanakan kegiatan/proyek
bisa terlebih dahulu meminta Pendapat Hukum
(Legal Opinion) dari Jaksa Pengacara Negara
Kabupaten Garut agar dalam pelaksanaan
kegiatannya sesuai dan tidak menyimpang dengan
aturan hukum.

2. Pemberian pendampingan hukum (legal


Assistance) yang dimintakan oleh Pemerintah
Kabupaten Garut / SKPD / camat / Kepala Desa
/ Lurah di Lingkungan Kabupaten Garut untuk
mendampingi kegiatan proyek dari awal kegiatan
sampai ditentukan pemenang pelaksana kegiatan.

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
25
3. Pemberian Legal Audit dalam Pengujian terhadap
peraturan perundang-undangan seperti halnya
pengujian terhadap Peraturan Daerah Kabupaten
Garut, dalam hal ini bisa bekerja sama dengan
Bagian Hukum Pemerintah Kabupaten Garut.

TINDAKAN HUKUM LAIN

Kegiatan yang telah dilakukan Tahun 2018 :

Melakukan Mediasi antara BPJS Ketenagakerjaan


Cabang Tasikmalaya dengan PDAM Tirta Intan
Kabupaten Garut perihal pembayaran iuran BPJS
Ketenagakerjaan.

Kegiatan yang telah dilakukan Tahun 2020 :

Melakukan Mediasi antara BPJS Kesehatan Cabang


Tasikmalaya dengan RSUD dr Slamet Kabupaten
Garut.

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
26
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
27
ETIKA JPN DALAM BERACARA

o JPN bertindak untuk dan atas nama Pemberi


Kuasa dan terbatas pada kewenangan yang
dikuasakan

o JPN dalam beracara tundauk pada Hukum Acara


yang berlaku

o Kedudukan JPN setara dengan Prinsipal/


Pengacara Pihak Lawan

o JPN menjunjung tinggi profesionalitas

o JPN melaporkan setiap perkembangan perkara


kepada klien

KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN JASA JPN

 JPN bertindak mewakili Pemberi Kuasa


berdasarkan Peraturan Perundang-undangan

 JPN tidak mewakili perorangan

 JPN bertindak profesional, dan siap berkompetisi


dengan Pengacara Swasta

 JPN tidak mengenal Lawyer fee

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
28
 JPN tidak dapat menolak SKK walaupun JPN telah
mengetahuibdalam kasus posisi kecil
kemungkinan untuk menang

 JPN tidak menimbulkan conflict of interest (tidak


bermata dua)

 Tupoksi bidang DATUN dapat mencegah


timbulnya permasalahan hukum, termasuk
terjadinya Tindak Pidana Korupsi

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
29
TINDAK PIDANA KORUPSI SEBAGAI SALAH
SATU AKAR MASALAH BANGSA

UU.N0 31 Tahun 1999 ,Tentang Tindak Pidana


Korupsi Sebagaimana yang telah ubah dan ditambah
dengan UU. No 20 tahun 2001 Tentang Tindak Pidana
Korupsi.

Corrupttus (Latin) – destroy, spoil, bribe (Inggris)


berarti: menghancurkan, mengganggu, merusak dan
menyogok Secara harfiah kata KORUPSI berarti:

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
30
“kebusukan, keburukan, kejahatan, ketidakjujuran, tidak
bermoral, penyimpangan”

Korupsi Adalah Kejahatan Luar Biasa (Ekstra Ordinary


Crime) Karena Merampas Hak-Hak Ekonomi Dan Hak-
Hak Sosial Masyarakat.

DELIK-DELIK KORUPSI

UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001

Pasal 2

 Perbuatan melawan hukum


 Memperkaya diri sendiri atau orang lain /
korporasi
 Yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara

Pasal 3

 Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri,orang


lain atau suatu korporasi
 Menyalahgunakan kewenangan,kesempatan atau
sarana yang ada padanya
 Dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
31
Pasal 5

Pemberian Suap Kepada Pegawai Negeri,


Penyelenggara Negara

Pasal 6

Pemberian Suap Kepada Hakim

Pasal 7

Pemborong/Pengawas berbuat curang

Pasal 9

Pemalsuan dokumen/daftar untuk administrasi

Pasal 12. B, dan 12. C

Gratifikasi

Pasal 13

 Memberi hadiah atau janji //


 Kepada pegawai negeri //
 Dengan mengingat kekuasaan atau wewenang
yang melekat pada jabatannya atau kedudukannya
atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap
melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut.

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
32
Pasal 21

Merintangi proses penyidikan, penuntutan,


persidangan

Pasal 22, 28, dan 25

Memberikan keterangan tidak benar

Pasal 22, 29

Bank yg tidak memberikan ket. rekening tersangka

TINDAK PIDANA KORUPSI

1. Kerugian Keuangan Negara


Pasal 2 (UU No. 31 th. 1999 jo. UU No. 20 th. 2001)
1) Setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana penjara
dengan penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda
paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
33
2) Dalam hal tindak pidana korupsi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana
mati dapat dijatuhkan. Setiap orang yang
dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatukorporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan atau denda paling sedikit Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah).

2. SUAP MENYUAP
Pasal 5 (UU No. 31 th. 1999 jo. UU No. 20 th. 2001)
1) Dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun dan atau pidana denda paling
sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
34
(dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap
orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negara
dengan maksud supaya pegawai negeri
atau penyelenggara negara tersebut
berbuat atau tidak berbuat bsesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya; atau
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang
bertentangan dengan kewajiban,
dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatannya.
2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang menerima pemberian atau janji
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
a atau huruf b, dipidana dengan pidana yang
sama sebagaimanadimaksud dalam ayat (1).
Pasal 12
1) Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah):
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
35
a. pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang menerima hadiah atau janji, padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau
janji tersebut diberikan untuk menggerakkan
agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya;
b. pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang menerima hadiah, padahal diketahui atau
patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan
sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya;
c. hakim yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili;
d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan ditentukan menjadi
advokat untuk menghadiri sidang pengadilan,
menerima hadiah atau janji, padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau
pendapat yang akan diberikan, berhubung

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
36
dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili;

Pasal 13
(UU No. 31 th. 1999 jo. UU No. 20 th. 2001)
Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada
pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau
wewenang yang melekat pada jabatan atau
kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan
tersebut,dipidana dengan pidana penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

BENTUK/JENIS T.P. KORUPSI


Pasal 11
unsur-unsur :
 Pegawai negeri atau penyelenggara negara
 menerima hadiah atau janji
 diketahuinya
 patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
 diberikan karena kekuasaan atau
kewenangan yang berhubungan dengan
jabatannya dan menurut pikiran
 orang yang memberikan hadiah atau janji
tersebut
 ada hubungan dengan jabatannya.
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
37
3. PENGGELAPAN DALAM JABATAN
Pasal 9 (UU No. 31 th. 1999 jo. UU No. 20 th. 2001)

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1


(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau untuk sementara waktu,
dengan sengaja memalsu buku buku atau daftardaftar
yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.

BENTUK/JENIS T.P. KORUPSI

Penggelapan dalam jabatan :


Pasal 8
unsur-unsur :
 pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau
untuk sementara waktu.
 dengan sengaja menggelapkan atau
membiarkan orang lain mengambil atau
membiarkan orang lain menggelapkan atau

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
38
membantu dalam melakukan perbuatan itu
uang atau surat berharga yang disimpan
karena jabatannya.
Pasal 9
unsur-unsur :
 pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau
untuk sementara waktu dengan sengaja
memalsu buku-buku atau daftar-daftar
yang khusus untuk pemeriksaan
administrasi.

PEMERASAN
Pasal 12 (UU No. 31 th. 1999 jo. UU No. 20 th. 2001)
1. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau
menerima pembayaran dengan
2. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
pada waktu menjalankan tugas, meminta atau
menerima pekerjaan, atau penyerahan barang,
seolah-olah merupakan utang kepada dirinya,

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
39
padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang;
3. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
pada waktu menjalankan tugas, telah
menggunakan tanah negara yang di atasnya
terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan
peraturan perundangundangan, telah merugikan
orang yang berhak, padahal diketahuinya bahwa
perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan
perundangundangan;
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):

PERBUATAN CURANG
Pasal 12 (UU No. 31 th. 1999 jo. UU No. 20 th. 2001)
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada
waktu menjalankan tugas, telah menggunakan tanah
negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-
olah sesuai dengan peraturan perundang undangan,
telah merugikan orang yang berhak, padahal
diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan
dengan peraturan perundangundangan;

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
40
BENTURAN KEPENTINGAN DALAM
PENGADAAN
Pasal 12 (UU No. 31 th. 1999 jo. UU No. 20 th. 2001)
pegawai negeri atau penyelenggara negara baik
langsung maupun tidak langsung dengan sengaja
turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau
persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan,
untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk
mengurus ataumengawasinya.

GRATIFIKASI
1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut bukan merupakan suap
dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh
penuntut umum.
2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara
negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
41
adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda
paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).

Pasal 12 C
(UU No. 31 th. 1999 jo. UU No. 20 th. 2001)
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
B ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan
gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) wajibdilakukan oleh penerima
gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh)hari kerja
terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut
diterima.
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak tanggal menerima laporan wajib
menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik
penerima atau milik negara.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian
laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dan penentuan status gratifikasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
42
Undangundang tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.

Perbuatan Korupsi pada Pelayanan Publik


1. Penggelapan Kas
2. Penggelapan Pendapatan/setoran
Kebiasaan tak terasa (Korupsi)
melanggar ps.5,6,11,12.B,12.C
 Uang Tips
 Uang Administrasi
 Uang Diam
 Uang Kopi
 Uang Pelicin
 Uang Rokok
 Uang Damai
 Uang Dibawah Meja
 Uang Takuik
 Uang Pangkal
 Uang Dengar

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
43
MODUS TINDAK PIDANA KORUPSI
PADA POS BANTUAN DARI PEMERINTAH
Dana Bantuan/Hibah Psl 2,3 UU TPK
 Tidak Sampai Ke Masyarakat
 Dipakai Untuk Kepentingan Pribadi
Kerugian Pada Keuangan Negara / Daerah (Subsidi
Pemerintah).

A.D.D BANSOS BANPROP/ BAN. GUB DANA


GEMPA DANA DESA
 Pemotongan
 Fiktif
 Markup pembelian
 Spj fiktif
Kerugian Pada Keuangan Negara / Daerah Psl 2,3,4
UU No. 31 / 1999 Jo. UU No. 20 / 2001.

PENGADAAN BARANG DAN JASA DAN


KAITANNYA DENGAN TINDAK PIDANA
KORUPSI
Panitia Tidak Menyusun Harga Perkiraan Sendiri
(HPS), MarkUp Harga.
Kerugian Pada Keuangan Negara, Pasal 2 UU No.
31/1999Pasal 3 UU No. 31/1999

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
44
KEWENANGAN PENYIDIKAN OLEH KEJAKSAAN
a. Pasal 30 ayat(1) UU No. 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan RI
b. Fatwa Ketua MA, Nomor : KMA/102/III/2005
tanggal 9 Maret 2005
c. Psl. 27, 39 UU No. 31 Th. 1999 jo UU No. 20 Th.
2001.

Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
45
Penguatan Kelembagaan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
46

Anda mungkin juga menyukai