IBUKOTA JAKARTA
NOMOR...TAHUN...
TENTANG
Mengingat :
dan
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
9
a. hidup;
b. bebas dari stigma;
c. privasi;
d. keadilan dan pelindungan hukum;
e. pendidikan;
f. pekerjaan, kewirausahan, dan koperasi;
g. kesehatan;
h. politik;
i. keagamaan;
j. keolahragaan;
k. kebudayaan dan pariwisata;
l. kesejahteraan sosial;
m. Aksesibilitas;
n. pelayanan publik;
o. pelindungan dari bencana;
p. Habilitasi dan Rehabilitasi;
q. Konsesi;
r. pendataan;
s. hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat;
t. berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi;
u. berpindah tempat dan kewarganegaraan; dan
v. bebas dari tindakan Diskriminasi, penelantaran, penyiksaan,
dan eksploitasi.
a. kesehatan reproduksi;
b. menerima atau menolak penggunaan alat kontrasepsi;
c. mendapatkan Pelindungan lebih dari perlakuan Diskriminasi
berlapis; dan
d. mendapatkan Pelindungan lebih dari tindak kekerasan,
termasuk kekerasan dan eksploitasi seksual.
Pasal 6
BAB II
PELAKSANAAN PENGHORMATAN, PELINDUNGAN,
DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS
Bagian Kesatu
Perencanaan dan Evaluasi
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Bagian Kedua
Keadilan dan Pelindungan Hukum
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Bagian Ketiga
Pendidikan
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
a. teguran tertulis;
b. penghentian kegiatan operasional
c. pembekuan izin usaha; dan
d. pencabutan izin usaha.
Pasal 20
(1) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(3) huruf a meliputi:
(2) Proses dan metode sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3)
huruf b meliputi:
Pasal 21
Pasal 22
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Penghormatan,
Pelindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas di bidang
pendidikan dan mekanisme pengenaan sanksi administratif terhadap
penyelenggara pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16,
Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20 dan Pasal 21 diatur dalam
Peraturan Gubernur.
Bagian Keempat
Ketenagakerjaan dan Kewirausahaan
Paragraf 1
Ketenagakerjaan
Pasal 23
20
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
b. cetak; dan
c. elektronik.
Pasal 29
(6) Jenis Akomodasi yang Layak ragam disabilitas rungu atau tuli
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a mencakup:
24
Pasal 30
Pasal 31
perundang-undangan.
(3) Penerimaan aparatur sipil negara dan pegawai pada badan usaha
milik daerah dilaporkan kepada Perangkat Daerah yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah di bidang
ketenagakerjaan.
(4) Pelaksanaan kuota 2% (dua persen) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), (2), dan (3) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Gubernur.
Pasal 32
(1) Insentif kepada badan usaha milik daerah dan perusahaan swasta
yang mempekerjakan Penyandang Disabilitas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf g diberikan dalam bentuk:
a. kemudahan perizinan;
b. penghargaan; dan/atau
c. bantuan penyediaan fasilitas kerja yang mudah diakses.
Pasal 33
Pasal 34
a. teguran tertulis;
b. penghentian kegiatan operasional;
c. pembekuan izin usaha; dan
d. pencabutan izin usaha.
27
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
kedisabilitasannya;
b. hak pekerja untuk mendapatkan posisi baru yang sesuai
dengan kondisi disabilitasnya jika dibutuhkan; dan
c. hak untuk mendapatkan pelatihan sesuai dengan posisi yang
baru.
Pasal 38
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
Bagian Kelima
Kesehatan
Pasal 43
daerah;
i. menjamin ketersediaan alat nonkesehatan yang dibutuhkan oleh
Penyandang Disabilitas di fasilitas pelayanan kesehatan;
j. menyelenggarakan pelatihan tenaga kesehatan di wilayahnya agar
mampu memberikan pelayanan kesehatan bagi Penyandang
Disabilitas;
k. menyediakan biaya layanan kesehatan bagi Penyandang Disabilitas
berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta; dan
l. menjamin iuran jaminan kesehatan berdasarkan kriteria yang
ditentukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
32
Pasal 48
Pasal 49
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan insentif sebagai
kompensasi dari adanya biaya lebih yang harus ditanggung oleh
Penyandang Disabilitas dalam bentuk:
a. penyediaan layanan konsultasi, terapi, dan pelatihan adaptasi yang
bebas biaya bagi Penyandang Disabiltas sesuai dengan ragam
disabilitas; dan
b. penyediaan tenaga kesehatan terlatih pada pos layanan kesehatan
untuk merawat Penyandang Disabilitas berat.
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 52
a. teguran tertulis;
b. penghentian kegiatan operasional
c. pembekuan izin usaha; dan
d. pencabutan izin usaha.
Pasal 53
Bagian Keenam
Keolahragaan
Pasal 54
a. keolahragaan pendidikan;
b. keolahragaan masyarakat; dan
c. keolahragaan prestasi.
Pasal 56
Pasal 57
Pasal 58
Bagian Ketujuh
Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Pasal 59
Pasal 60
Pasal 61
Pasal 62
kegiatan kebudayaan;
b. mengembangkan kegiatan kebudayaan khusus Penyandang
Disabilitas;
c. memberikan penghargaan kepada seniman Penyandang Disabilitas
atas karyanya, jasanya dalam pengembangan komunitas, atau
jasanya dalam memajukan kebudayaan Penyandang Disabilitas;
dan
d. mempekerjakan Penyandang Disabilitas yang berkarier di sektor
kebudayaan.
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 65
Bagian Kedelapan
Kesejahteraan Sosial
Pasal 66
Pasal 67
38
a. rehabilitasi sosial;
b. jaminan sosial;
c. pemberdayaan sosial; dan
d. pelindungan sosial.
Pasal 68
Bagian Kesembilan
Infrastruktur
Pasal 70
39
a. bangunan gedung;
b. fasilitas pejalan kaki;
c. tempat penyeberangan jalan;
d. permukiman; dan
e. pertamanan dan permakaman.
Pasal 72
40
a. hunian;
b. keagamaan;
c. usaha; dan
d. sosial dan budaya;
Pasal 73
Pasal 74
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
Pasal 78
Pasal 79
Bagian Kesepuluh
Pelayanan Publik
Pasal 80
Penyandang Disabilitas;
b. menyebarluaskan dan menyosialisasikan Pelayanan Publik yang
mudah diakses kepada Penyandang Disabilitas dan masyarakat;
dan
c. menyediakan panduan Pelayanan Publik yang mudah diakses oleh
Penyandang Disabilitas.
Pasal 81
a. pendamping;
b. juru bahasa isyarat;
c. sarana informasi audio dan visual.; dan
d. teknologi teks pembicaraan.
Pasal 82
Bagian Kesebelas
Transportasi
Pasal 83
Pasal 84
Bagian Keduabelas
Pelindungan dari Bencana
Pasal 85
Dalam melaksanakan Penghormatan, Pelindungan, dan Pemenuhan
hak Penyandang Disabilitas dalam penanggulangan bencana,
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta:
a. menjamin penanganan Penyandang Disabilitas pada tahap
prabencana, bencana, dan pascabencana dengan memperhatikan
Akomodasi yang Layak bagi Penyandang Disabilitas;
b. menyediakan alat bantu bagi Penyandang Disabilitas dalam
penanggulangan bencana;
c. menyusun rencana Pelindungan dari bencana bagi Penyandang
Disabilitas yang terintegrasi dalam rencana kebijakan
penanggulangan bencana; dan
d. menyediakan informasi tentang pelindungan bencana yang mudah
46
Pasal 86
Pasal 87
Pasal 88
Pasal 89
Pasal 90
Pasal 91
Pasal 92
a. rehabilitasi; dan
b. rekonstruksi.
Pasal 93
Ketentuan lebih lanjut mengenai penghormatan, pelindungan, dan
pemenuhan hak Penyandang Disabilitas dalam pelindungan dari
bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86, Pasal 87, Pasal 88,
Pasal 89, Pasal 90, Pasal 91, dan Pasal 92 diatur dalam Peraturan
Gubernur.
Bagian Ketigabelas
Habilitasi dan Rehabilitasi
Pasal 94
Pasal 95
52
Pasal 96
Pasal 97
Pasal 98
a. teguran tertulis;
b. penghentian kegiatan operasional
c. pembekuan izin operasional; dan
d. pencabutan izin operasional.
a. teguran tertulis;
b. penghentian kegiatan operasional
56
Pasal 99
Pasal 100
Pasal 101
Bagian Keempatbelas
Konsesi
Pasal 102
Bagian Kelimabelas
Pendataan
Pasal 105
Pasal 106
59
Pasal 107
Ketentuan lebih lanjut terkait dengan pelaksanaan pendataan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 dan Pasal 106 diatur dalam
Peraturan Gubernur.
Bagian Keenambelas
Komunikasi, Informasi dan Teknologi
Paragraf 1
Komunikasi
Pasal 108
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan Penghormatan,
Pelindungan, dan Pemenuhan hak Penyandang Disabilitas di bidang
komunikasi dilaksanakan dengan mengakui, menerima, dan
memfasilitasi komunikasi Penyandang Disabilitas melalui cara, alat,
dan bentuk lainnya yang dapat dijangkau sesuai dengan pilihan
Penyandang Disabilitas dalam berinteraksi.
Pasal 109
Paragraf 2
Informasi
Pasal 110
Pasal 111
Pasal 112
Paragraf 2
Teknologi
Pasal 113
(1) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan
Penghormatan, Pelindungan, dan Pemenuhan hak Penyandang
Disabilitas di bidang teknologi dilaksanakan melalui penelitian,
pengembangan, penyediaan dan penggunaan teknologi baru yang
aksesibel bagi Penyandang Disabilitas secara berkelanjutan.
(2) Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
termasuk teknologi informasi dan komunikasi, peralatan dan
teknologi bantu, yang aksesibel untuk Penyandang Disabilitas
dengan biaya yang terjangkau.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penelitian, pengembangan,
penyediaan dan penggunaan teknologi baru yang aksesibel bagi
Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dalam Peraturan Gubernur.
Bagian Ketujuhbelas
Perempuan dan Anak
Pasal 114
a. penelantaran;
b. tindak kekerasan baik di dalam maupun di luar rumah;
c. hambatan untuk mengembangkan diri;
d. hambatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak; dan
e. hambatan untuk menentukan pilihan terbaik bagi
kepentingan terbaik anak.
Pasal 116
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pelindungan
penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak Penyandang
Disabilitas di bidang bidang perempuan dan anak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 115 diatur dalam Peraturan Gubernur.
Bagian Kedelapanbelas
Pelindungan dari Tindakan Diskriminasi,
Penelantaran, Penyiksaan, dan Eksploitasi
Pasal 117
63
Pasal 118
Pasal 119
Pasal 120
Pasal 121
Pasal 122
a. konselor;
b. psikolog;
c. psikiater;
d. pekerja sosial;
e. pendamping disabilitas;
f. pendamping hukum; dan/atau
g. pendamping rohani.
Pasal 123
Pasal 124
Pasal 125
BAB III
KOORDINASI
Pasal 126
BAB IV
DEWAN DISABILITAS JAKARTA
Pasal 127
Pasal 128
BAB V
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 129
BAB VI
PENDANAAN
Pasal 130
(2) Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b dikelola sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
BAB VII
PENGHARGAAN
Pasal 131
Pasal 132
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
ANIES BASWEDAN
70
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MARULLAH MATALI
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
JAKARTA
NOMOR TAHUN
TENTANG
PELAKSANAAN PENGHORMATAN, PELINDUNGAN, DAN PEMENUHAN
HAK PENYANDANG DISABILITAS
I. UMUM
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Penyandang Disabilitas fisik”
adalah terganggunya fungsi gerak, antara lain
amputasi, lumpuh layuh atau kaku, paraplegi, celebral
palsy (CP), akibat stroke, akibat kusta, dan orang kecil.
Huruf b
Yang dimaksud dengan ”Penyandang Disabilitas
intelektual” adalah terganggunya fungsi pikir karena
tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, antara lain
lambat belajar, disabilitas grahita dan down syndrom.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “Penyandang Disabilitas
mental” adalah terganggunya fungsi pikir, emosi, dan
perilaku, antara lain:
a. psikososial di antaranya skizofrenia, bipolar,
depresi, anxietas, dan gangguan kepribadian; dan
b. disabilitas perkembangan yang berpengaruh pada
kemampuan interaksi sosial di antaranya autis dan
hiperaktif.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “Penyandang Disabilitas
sensorik” adalah terganggunya salah satu fungsi dari
panca indera, antara lain disabilitas netra, disabilitas
rungu, dan/atau disabilitas wicara.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “Penyandang Disabilitas ganda atau
multi” adalah Penyandang Disabilitas yang mempunyai dua
atau lebih ragam disabilitas, antara lain disabilitas rungu-
wicara dan disabilitas netra-tuli.
Yang dimaksud dengan “dalam jangka waktu lama” adalah
jangka waktu paling singkat 6 (enam) bulan dan/atau bersifat
permanen.
Pasal 3
73
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “pendamping hukum” adalah
seseorang, lembaga bantuan hukum, atau organisasi
kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan
hukum yang meliputi menjalankan kuasa,
mendampingi, mewakili, membela, dan/atau
melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan
hukum Penyandang Disabilitas yang menerima
bantuan hukum.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
74
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
75
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Ayat (1)
Huruf b
Yang dimaksud dengan “tenaga keolahragaan” adalah
pelatih, asisten pelatih, guru/dosen, wasit, juri,
manajer, promotor, administrator, pemandu,
penyuluh/penggerak, instruktur, tenaga kesehatan,
ahli biomekanika, psikolog, tenaga pengawas Doping,
relawan, dan tenaga teknis atau sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan kegiatan olahraga.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Huruf i
…dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setiap tahun anggaran
setelah sosialisasi diberikan kepada organisasi penyandang
76
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas
Pasal 98
Ayat (2)
Huruf f
Yang dimaksud konselor independent adalah konselor
yang berasal dari luar panti, baik dari Penyelenggara
layanan Kesehatan milik Pemerintah Provinsi DKI
penyelenggara layanan lainnya milik Pemerintah
Provinsi DKI, perguruan tinggi, organisasi Penyandang
Disabilitas, atau organisasi masyarakat lainnya.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Cukup jelas
Pasal 105
Cukup jelas
Pasal 106
Cukup jelas
Pasal 107
Cukup jelas.
Pasal 108
Cukup jelas.
Pasal 109
Cukup jelas.
Pasal 110
Cukup jelas.
Pasal 111
Cukup jelas.
Pasal 112
Cukup jelas.
Pasal 113
Cukup jelas.
Pasal 124
Cukup jelas.
78
Pasal 125
Cukup jelas.
Pasal 126
Cukup jelas.
Pasal 127
Cukup jelas.
Pasal 128
Cukup jelas.
Pasal 129
Cukup jelas.
Pasal 130
Cukup jelas.
Pasal 131
Cukup jelas.
Pasal 132
Cukup jelas.
Pasal 133
Cukup jelas.
Pasal 134
Cukup jelas.