Anda di halaman 1dari 23

BANTUAN HUKUM BAGI

KARYAWAN KEMENTERIAN
KETENAGAKERJAAN

Mahkamah
Keadilan
Mahkamah Keadilan
Mahkamah Keadilan adalah tempat yang
memberikan pelayanan keadilan hukum gratis
bagi masyarakat

Mahkamah Keadilan berbadan hukum


berdasarkan Keputusan MENKUMHAM RI
No.AHU-0018118.AH.01.07 Tahun 2017

UU No. 16 Peraturan
Pasal 28 D tahun 2011 pemerintah
Ayat 1 Pasal 1 No. 42 tahun
Ayat 1 2013
Kriteria
• Bantuan hukum diberikan kepada penerima bantuan
hukum yang menghadapi masalah hokum
• Bantuan hukum meliputi masalah hukum pidana,
perdata, dan tata usaha negara baik secara litigasi
maupun nonlitigasi
• Bantuan hukum yang dimaksud adalah menjalankan
kuasa hukum, mendampingi, mewakili, membela,
dan melakukan tindakan bantuan hukum lain untuk
penerima bantuan hukum.
Tujuan
• Menjamin hak untuk mendapatkan akses
keadilan
• Perlindungan HAM
• Pemerataan penyaluran bantuan hokum
• Wujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan
bertanggung jawab
Persyaratan MK

Memiliki
Berbadan Punya
Kantor
Hukum Program BH
Tetap
Lingkup BH
Perdata

Pidana

Litigasi dan
Non Litigasi
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA


INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 NOMOR 11 TAHUN 20203
Perhatian Khusus
• Lembaga Bantuan Hukum (LBH) adalah lembaga yang memiliki garis koordinasi
dibawah Kementrian Hukum dan HAM (KEMENKUMHAM) yang berperan sebagai
lembaga non profit yang berfungsi sebagai pemberi bantuan hukum pada masyarakat.

• Tujuan LBH:
1. Menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses
keadilan
2. Mewujudkan hak konstitusional semuaa warga Negara sesuai dengan prinsip persamaan
kedudukan di dalam hukum
3. Menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di
seluruh wilayah Negara Indonesia
4. Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.
• Undang-undang Bantuan Hukum No. 16 Tahun 2011 Pasal 6 ayat (3)

Tugas pelaksana pemberi bantuan hukum:

1.Menyusun dan menetapkan kebijakan penyelengaraan bantuan hukum


2. Menyusun dan menetapkan standar Bantuan Hukum berdasarkan asasasas
pemberian bantuan hukum
3. Menyusun anggaran bantuan hukum
4. Mengelolah bantuan hukum secara efektif efesien, transparan, dan akuntabel
5. Menyusun dan menyampaikan laporan penyelengaraan bantuan hukum
kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada setiap akhir tahun anggaran.
• UU Nomor 16 Tahun 2011 Pasal 9 dan Pasal 10

Hak pemberi bantuan hukum:

1.Melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum
2.Melakukan pelayanan Bantuan Hukum
3.Menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi hukum, dan program kegiatan lain yang
berkaitan dengan penyelenggaraan Bantuan Hukum
4.Menerima anggaran dari negara untuk melaksanakan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-
Undang ini
5.Mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara
6.Mendapatkan informasi dan data lain dari pemerintah ataupun instansi lain,
7.Mendapatkan jaminan perlindungan hukum, keamanan, dan keselamatan selama menjalankan
pemberian Bantuan Hukum
UU Nomor 16 Tahun 2011 Pasal 10

• Kewajiban pemberi bantuan hukum:

• 1.Melaporkan kepada Menteri tentang program Bantuan Hukum


• 2.Melaporkan setiap penggunaan anggaran negara yang digunakan untuk pemberian Bantuan
Hukum berdasarkan Undang-Undang ini
• 3.Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Bantuan Hukum bagi advokat, paralegal, dosen,
mahasiswa fakultas hukum yang direkrut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a
• 4.Menjaga kerahasiaan data, informasi, dan/atau keterangan yang diperoleh dari Penerima
Bantuan Hukum berkaitan dengan perkara yang sedang ditangani, kecuali ditentukan lain oleh
undang-undang, dan
• 5.Memberikan Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum berdasarkan syarat dan tata
cara yang ditentukan dalam Undang-Undang ini sampai perkaranya selesai, kecuali ada alasan
yang sah secara hukum.
• Ruang lingkup bantuan hukum kepada klien:

• 1.Bantuan hukum diberikan kepada penerima bantuan hukum yang menghadapi masalah
hukum
• 2.Bantuan hukum meliputi masalah hukum pidana, perdata, dan tata usaha negara baik secara
litigasi maupun nonlitigasi
• 3.Bantuan hukum yang dimaksud adalah menjalankan kuasa hukum, mendampingi, mewakili,
membela, dan melakukan tindakan bantuan hukum lain untuk penerima bantuan hukum.

• Ruang lingkup dalam pemberian bantuan hukum ini lebih tepat disasarkan bagi masyarakat yang
kurang mampu karena sebagian besar dari mereka terkadang tidak mengetahui bahwa mereka
memiliki hak yang sama di muka hukum.
Organisasi
Bantuan
Hukum
• Organisasi bantuan hukum merupakan tempat pembela publik
menerima pengaduan masyarakat. Pembelaan publik yaitu
perorangan, baik sarjana hukum maupun advokat. Pembela
publik erat kaitannya dengan provesi advokat karena fungsi
bantuan hukum merupakan sakah satu aspek dari profesi
advokat.
• Lembaga Bantuan Hukum (LBH) didirikan oleh Persatuan Advokat
Indonesia (PERADIN) tahun 1971, kemudian menjadi Yayasan Lembaga
Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) pada tahun 1980.
• Pada permulaan dekade 1980, jumlah LBH sudah mencapa 300 walaupun
sebagian besar tidak berpraktik secara pro bono publico, tetapi berpraktik
seperti kantor advokat.
• Sekarang LBH-LBH yang merupakan bagian dari YLBHI, kini juga hadir
lembaga-lembaga bantuan hukum lain yang didirikan oleh elem-elemen
masyarakat, organisasi keagamaan, fakultas hukum, bahkan partai
politik. LBH yang berbentuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) antara
lain LBH kesehatan, LBH Asosiasi Perempuan Indonesia untuk keadilan
(APIK), dan LBH tersebut mengkhususkan pada kasus-kasus yang sesuai
dengan sasaran penerima bantuan hukum.
Bantuan
Hukum di
LBH-YLBHI
• LBH didirikan atas gagasan Dr. Iur Adnan Buyung Nasution,SH
dalam kongres Persatuan Advokat Indonesia (Peradin) ke III
tahun 1960.
• Pendirian LBH Jakarta diikuti dengan pendirian LBH dikota-
kota lain yang telah terdiri di 14 provinsi, 7 pos LBH di tujuh
kota/kabupaten dan satu project base di Pekanbaru.
• Tujuan YLBHI:

• 1. Terwujudnya suatu sistem masyarakat hukum yang terbina diatas tatanan


hubungan sosial yang adil dan beradab/perikemanusiaan secara demokratis (a just
human, and democratiec sociolegal system);
• 2. Terwujudnya suatu sistem hukum dan administrasi yang mampu menyediakan
tata cara dan lembaga-lembaga melalui mana setiap pihak dapat memperoleh dan
menikmati keadilan hukum (a fair and transparnt institusionalized legal-
administrative system);
• 3. Terwujudnya suatu sistem ekonomi, politik, dan budaya yang membuka akses
bagi setiap pihak untuk turut menentukan setiap keputusan yang berkenaan dengan
kepentingan mereka dan memasitikan bahwa keseluruhan sistem itu tetap
menghormati dan menjunjung tinggi HAM (an open political-econimic system with a
culture that fully respect human right).
• Kriteria khusus yang dapat ditangani oleh LBH-YLBHI:
• 1. Kriteria Tidak Mampu
• 2. Kriteria Buta Hukum

• Prioritas penanganan pelanggaran HAM:


• 1.Pelanggaran hak atas peradilan yang jujur dan tidak memihak (fiar trial);
• 2.Mafia peradilan (judical corruption);
• 3.Pidana mati;
• 4.Hak atas tanah (reforma agrarian);
• 5.Hak ekonomi, sosial, budaya.
• Prosedur Penerimaan Kasus
• 1. Calon klien mendaftarkan diri dan mengisi formulir data klien, di bagian administrasi.
• 2. Calon klien akan mendapatkan jasa hukum dapat berkonsultasi mengenai perkara
• 3. Advokat publik akan melakukan koordinasi menentukan diterima tidaknya kasus tersebut
• 4. Jika kasus bersifat individual dan LBH tidak memiliki cukup SDM dan alokasi biaya perkara,
setelah konsultasi akan direkomendasikan untuk alternatif lain
• 5. Setelah konsultasi, calon klien membayar uang administrasi Rp.20.000 sampai Rp.50.000.
• 6. Jika kasus bersifat massal, struktural, berdampak luas, dan tidak mampu secara ekonomi,
hukum dan politik, advokat publik akan berkoordinasi dengan kepala operasional dan dibahas
dalam rapat operasional untuk menentukan diterima tidaknya kasus tersebut untuk ditangani
• 7. Jika kasus diterima, advokat publik atau asisten advokat publik yang mendapat tugas
menangani kasus tersebut akan melakukan advokasi sesuai standar operasional prosedur (SOP)
LBH
• Prinsip-prinsip YLBHI:

• 1.Bantuan hukum hanya diberikan kepada golongan yang lemah dan tidak mampu
• 2. Pemberi bantuan hukum berarti berjuang menegakkan hukum dengan tidak membiarkan
adanya perbuatan yang melawan hukum.
• 3. Para PBH harus selalu menjaga diri untuk tidak menjual prinsip, pendirian, dan sikap
perjuangannya
• 4. PBH tidak dibenarkan berkompromi dengan, atau tunduk kepada setiap bentuk
ketidakadilan
• 5. Perjuangan para PBH juga menyangkut proses, baik proses hukum maupun aspek
kehidupan lainnya
• 6. PBH selalu mendahulukan kepentingan kolektif daripada kepentingan pribadi, serta
menjadi pendukung gerakan emansipasi golongan masyarakat miskin.
• Kode Etik Pengabdi Bantuan Hukum YLBHI:
• 1.PBH Indonesia dalam menangani perkara mendahulukan kepentingan klien daripada kepentingan
pribadi
• 2.PBH Indonesia dalam menangani perkara-perkara yang bersifat perdata dan berupaya sedapat
mungkin menyelesaikan perkara secara damai
• 3.PBH Indonesia dalam menangani perkara-perkara pidana berusaha mengemukakan segala hal yang
dapat menghasilkan keputusan yang seadil-adilnya
• 4.PBH Indonesia tidak boleh memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien mengenai
perkara yang sedang ditangani
• 5.PBB Indonesia tidak boleh memberikan jaminan bahwa perkara yang ditanganinya akan menang
• 6.PBH Indonesia memberikan kebenaran sepenuhnya kepada klien mempercayakan kepentingan
kepada advokat lainnya apabila pelayanan PBH kurang memuaskan
• 7.PBH Indonesia wajib memberikan segala keterangan kepada klien untuk penasehat atau
pengacaranya yang baru mengenai perkara yang bersangkutan apabila diperlukan
ANY QUESTIONS???
• KESIMPULAN

• Bantuan hukum menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang bantuan hukum Pasal
1 ayat (1) dinyatakan bahwa bantuan hukum adalah sebuah jasa hukum yang diberikan oleh
pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum yang menghadapi
masalah hukum. Sedangkan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) adalah lembaga yang memiliki
garis koordinasi dibawah Kementrian Hukum dan HAM yang berperan sebagai lembaga non
profit yang berfungsi sebagai pemberi bantuan hukum pada masyarakat.
• Organisasi bantuan hukum merupakan tempat pembela publik menerima pengaduan
masyarakat. Pendirian LBH Jakarta pada tahun 1960 diikuti oleh kota-kota lain dan selanjutnya
untuk mengkoordinasikan keseluruhan kerja-kerja LBH dibentuk Yayasan LBH Indonesia
(YLBHI). Dan sampai saat ini telah terdiri di 14 provinsi, 7 pos LBH di tujuh kota/kabupaten
dan satu project base di Pekanbaru. Selain itu, pengabdi bantuan hukum YLBHI-LBH memiliki
pedoman pokok nilai-nilai perjuangan YLBHI dan kode etik pengabdi bantuan hukum
Indonesia dalam menjalankan tugasnya.

Anda mungkin juga menyukai