Anda di halaman 1dari 35

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Pasar Modal

Pasar modal merupakan wadah bagi para investor untuk

menginvestasikan dananya. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai

insterumen keungan jangka panjang seperti saham dan obligasi. Saham

merupakan bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan berbentuk perseroan

terbatas (Suad Husnan, 2015). Obligasi merupakan suatu pernyataan utang

yang diterbitkan penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji

untuk membayar kembali pokok hutang beserta dengan bunganya ada saat

jatuh tempo pembayaraan. Pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan

prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

Pengertian pasar modal berdasarkan UU Pasar Modal No. 8 tahun

1995, yaitu “Pasar modal yaitu sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan

penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaita

dengan efek diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan

efek”. Pasar modal mempunyai fungsi keuangan yaitu dengan adanya

kemungkinan dan kesempatan memperoleh return bagi pemilik. Dengan

adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi meningkat


10

dan memberikan manfaat. Manfaat pasar modal dapat dilihat dari tiga sudut

pandang (Samsul, 2016):

a. Sudut Pandang Negara

Pasar modal dibangun dengan tujuan untuk menggerakkan

perekonomian mengerakkan perekonomian suatu negara melalui

kekuatan swasta dan untuk mengurangi beban negara. Negara memiliki

kekuatan dan kekuasan untuk mengatur perekonomian tetapi tidak harus

memiliki perusahan sendiri. Negara memiliki kewajiban untuk membuat

peraturan agar pihak swasta dapat bersaing dengan jujur dan tidak

memonopoli. Negara tidak perlu membiayai pembangunan ekonominya

dengan cara meminjam dana kepada pihak asing, sepanjang besar modal

dapat berfungsi dengan baik. Pinjaman dari pihak asing akan

membebani APBN yang nantinya akan dibebankan kepada rakyat

malalui pungutan pajak.

b. Sudut Pandang Emiten

Pasar modal merupakan saran untuk mencari tambahan modal

dalam menjalankan aktivitas operasional usahannya. Perusahaan bisa

mendapatkan modal dengan biaya yang lebih murah dan hal tersebut

bisa diperoleh di pasar modal. Hal ini dikarenkan modal pinjaman dalam

bentuk obligasi lebih murah dibandingkan kredit jangka panjang

perbankan. Perusahaan lebih memilih meningkatankan modal sendiri

dibandingkan dengan meningkatkan modal pinjaman. Jadi, pasar modal

dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperbaiki struktur modal

perusahaan. Perusahaan yang masuk ke pasar modal cenderung lebih


11

dikenal karena setiap hari nama mereka muncul di berita televisi, radio,

dan surat kabar. Perusahaan yang sudah dikenal akan dengan mudah

menjalankan bisnisnya dengan perusahaan domestik maupun dengan

perusahaan asing.

c. Sudut Pandang Masyarakat

Bagi masyarakat, munculnya pasar modal dianggap sebagai

sarana untuk menginvestasikan dana mereka. Investasi yang semula

hanya dalam bentuk tanah, rumah, maupun deposito kini dapat

dilakukan dalam bentuk saham dan obligasi. Apabila pasar modal

berjalan dengan baik dan mengalami pertumbuhan yang stabil maka

dapat mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat.

Pasar modal dapat dikategorikan menjadi empat jenis (Samsul, 2016)

yaitu:

a. Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar perdana merupakan tempat bagi perusahaan untuk pertama

kalinya menawarkan saham dan obligasi yang diterbitkan kepada

masyarakat umum. Harga saham pada dasarnya pendana ditentukan oleh

penjamin emisi dan perusahaan yang telah go public berdasarkan analisis

fundamental perusahaan yang bersangkutan. Pasar perdana adalah pasar

dimna efek-efek diperdagangkan untuk pertama kalinya, sebelum

dicatatkan di Bursa Efek. Disinilah saham dan efek-efek tersebut pertama

kalinya ditawarkan kepada investor oleh penjamin emisi (underwriter)

melalui perantara pedagang efek (broker-dealer) yang bertindak sebagai


12

penjual saham. Penawaran umum ini biasanya disebut Initial Public

Offering (IPO). Dengan terjadinya IPO maka perusahaan yang tertutup

terhadap laporan keuangannya atau berstatus perseroan tertutup akan

berubah menjadi perseroan terbuka (Tbk). Masyarakat yang ingin

membeli efek dapat melakukan pesanan beli kepada penjamin efek atau

broker. Fungsi pasar pendana:

1) Harga saham tetap

2) Tidak dikenakan komisi

3) Hanya untuk pembeli saham

4) Pemesanan dilakukan melalui agen penjual

5) Jangka waktu terbatas

b. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Pasar sekunder merupakan pasar dimana efek-efek yang telah

tecatat dalam bursa efek dipejualbelikan. Pasar sekunder memberikan

kesempatan kepada para investor untuk membeli atau menjual efek-efek

yang telah tercatat, setelah terlaksanannya penawaran perdana. Di pasar

ini, efek-efek diperdagangkan dari satu investor ke investor yang lain.

Terbentuknya harga pasar akibat proses jual beli para investor ini disebut

juga dengan istilah Order Driven Market.

1) Harga berfluktuasi sesuai dengan kekuatan pasar

2) Dibebankan komisi untuk pembelian maupun penjualan

3) Pemesanan dilakukan melalui anggota bursa

4) Jangka waktu tidak terbatas

c. Pasar Ketiga (Third Market)


13

Pasar ketiga merupakan temapt perdangan saham maupun

sekuritas lain di luar bursa (Over The Counter Market).

d. Pasar Keempat (Fourth Market)

Pasar keempat merupakan bentuk perdaganagan efek antara

investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara pedagang efek.

Transaksi dilakukan secara tatap muka melalui Electronic

Communication Network (ECN) asalkan para pelaku memenuhi syarat

yaitu memiliki efek dan dana di central custodian dan central clearing

house.

2. Saham

Pada bursa efek, jenis investasi yang paling banyak diminati adalah

investasi saham. Saham merupakan bukti kepemilikan atas sebuah

perusahaan yang tebentuk peseroan terbatas. Saham berwujud selembar

kertas yang menerangkan bahwa pemilik perusahaan yang menerbitkan surat

berharga. Harga saham bisa naik dan turun tegantung pada prospek dan

risiko perusahaan tesebut. Apabila perusahaan mengalami prospek yang

baik, maka harga saham perusahaan memungkinkan akan mengalami

kenaikan. Hal ini dikarenkan harga saham juga bergantung pada penawaran

dan permintaan saham.

Apabila perusahaan mengalami prospek yang menurun dan memiliki

risiko yang tinggi, maka harga saham pada perushaan tersebut akan
14

mengalami penurunan. Saham memberikan indikasi kepemilikan atas

perusahaan sehingga para pemegang saham juga berhak menentukan arah

kebijaksanaan perusahaan lewat rapat umum pemegang saham (RUPS). Para

pegang saham juga berhak memperoleh deviden yang dibagikan oleh

perusahaan. Sebaliknya, pemegang saham pun turut menanggung risiko

sebesar saham yang dimiliki apabila perusahaan tersebut bangkrut. Modal

saham adalah unit kepemilikan dalam sebuh perusahaan, sebagai bukti

kepemilikan atas saham, perseroan terbatas menerbitkan sertifikat

sahamnya.

Karim (2011), mengemukan bahwa saham merupakan surat berharga

yang bersifat kepemilikan. Artinya para pemilik saham juga merupakan

pemilik perusahaan dan memiliki kuasa atas perusahaan. Kekuasaan atas

perusahaan yang dimiliki pemegang saham juga tergantung pada seberapa

besar saham yang dimiliki oleh pemegang saham (sharesoler atau

stockholder) adalah apabila meraka sudah tercatat sebagai emegang saham

dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS). Saham dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu Saham Biasa (Common Stock) dan Saham

Preferen (Preffered Stock).

a. Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa adalah surat berharga dalam bentuk sertifikat yang

merupakan bukti atas kepemilikan saham pemegang dan bukti atas hak

dan kewajiban atas kepemilikan dalam sebuah perusahaan.ciri-ciri dari

saham biasa adalah sebagai berikut: (1) divine dibayarkan sepanjang


15

perusahaan memperoleh laba, (2) memiliki hak suara (one share one vote)

dan (3) hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan paling akhir

apabila perusahaan mengalami kebangkrutan setelah semua kewajiban

perusahaan dilunasi.

b. Saham Preferen (Preffered Stock)

Saham preferen adalah saham yang pemiliknya memiliki hak lebih

dibandingkan pemilik saham biasa. Dalam beberapa hal tertentu saham

preferen mirip dengan obligasi. Seperti obligasi, saham preferen memiliki

nilai pari dan terdapat dividen dalam jumlah tetap yang harus

dibayarkan sebelum dividen dapat dibayarkan kepada saham biasa.

Saham preferen mempunyai sifat gabungan Antara obligasi dan saham

biasa. Adapun ciri-ciri dari saham preferen adalah: (1) memiliki hak

paling dahulu memperoleh deviden, (2) tidak memiliki hak suara, (3)

dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan

pengurus dan (4) memiliki hak pembayaran sebesar nilai nominal saham

setelah kreditur apabila likuiditas.

Pada dasarkan ada dua keuntungan yang kan diperoleh investor

apabila membeli atau memliki saham, yaitu:

a. Dividend

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan

perusahaan kepada pemegang saham dari keuntungan yang didapatkan

oleh perusahaan. Dividen yang dibagikan perusahaan kepada pemegang

saham tesebut, dapat berupa dividen tunai atau dividen saham. Dividen
16

tunai berupa uang tunai dlam jumlah tertentu untuk setiap sahamnya.

b. Capital Gain

Capital gain terbentuk dari aktivitas perdagangan saham dipasar

sekunder. Capital gain didapat dari selisih antara harga beli dan harga

jual.

Sebagai instrumen investasi, saham juga memiliki beberapa risiko,

antara lain yaitu :

a. Capital Loss

Capital loss merupakan suatu kondisi dimana daya jual lebih

rendah dibandingkan daya beli dimana investor menjual saham lebih

rendah dibandingkan dengan harga beli saham. Hal tersebut

menyebabkan kerugian yang dialami oleh para investor.

b. Risk of Liquidation (Risiko Likuiditas)

Kondisi ini dimaksudkan apabila suatu perusahaan yang sahamnya

dimiliki oleh pemegang saham mengalami kebangkrutan atau perusahaan

tesebut dibubarkan. Pada posisi tersebut, hak klaim dari pemegang saham

menjadi prioritas terakhir bagi perusahaan setelah seluruh kewajiban atau

utang perusahaan dapat terlunasi dengan menggunakan penjualan

kekayaan perusahaan.

3. Harga saham

Harga saham merupakan salah satu faktor penting yang harus

dipertimbangkan oleh para investor dalam melakukan invstasi. Harga saham

pada sebuah perusahaan mencerminkan nilai perusahaan dan juga kesehatan


17

perusahaan. Musdalifah (2015:80), mendefinisikan harga saham merupakan

harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan

karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang

berlangsung atau jika pasar ditutup, maka harga pasar adalah harga

penutupnya. Perusahaan harus secara rutin melaporkan laporan keuangan

perusahaannya dalam jangka waktu tertentu, untuk mengetahui kondisi

perusahaan tersebut dan pengaruhnya tehadap harga saham.

Darnadji dan Fakhruddin, (2012) mengungkapkan bahwa, Harga

saham adalah harga yang terjadi di bursa pada waktu tertuntu. Harga saham

bisa berubah naik maupun turun dalam waktu yang begitu cepat. Ia dapat

berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik.

Hal tersebut memungkinkan karena tergantung permintaan dan penawaran

anatara pembeli dan penjual saham. Selembar saham mempunyai nilai atau

harga dan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Harga Nominal

Harga nominal merupakan nilai yang tertera pada lembaran surat

saham yang besarnya ditentukan dalam Anggaran Dasar Perusahaan

(ADP). Harga nominal sebagian besar merupakan harga dugaan yang

rendah, yang secara arbitrary dikenakan atas saham perusahaan. Harga ini

berguna untuk mennetukan harga saham biasa yang dikeluarkan.

Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen

minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.


18

b. Harga Perdana

Harga perdana merupakan harga yang tercatat pada bursa efek.

Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh underwriten

dan emiten. Dengan demikian, akan diketahui berapa harga saham emiten

itu kan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga

perdana.

c. Harga Pasar

Harga pasar merupakan harga yang telah ditetapkan di bursa efek

bagi saham perusahaan publik atau estimasi harga untuk perusahaan yang

tidak memiliki saham. Dalam bursa saham, angka ini berubah setiap hari

sebagai respon terhadap hasil aktual atau yang diantisipasi dan sentimen

pasar secara keseluruhan atau sektoral sebagaimana tercermin dalam

indeks bursa saham.

Salim (2012), mengungkapkan bahwa pergerakan harga saham

tersebut ada tiga macam, yaitu:

a. Bullish, dimana harga saham naik secara terus-menerus dari waktu ke

waktu. Hal ini bisa terjadi karena berbagai macam sebab, bisa

dikarenakan keadaan finansial secara global atau kebijakan manajemen

perusahaan.

b. Bearish, yaitu keadaaan dimana harga saham turun secara terus-menerus

dan merugikan investor. Investor yang mempunyai saham ini dapat

melakukan penjualan diharga rendah dan rugi atau juga bisa melakukan

pembelian ulang bila ada informasi akurat harga saham bisa naik di masa
19

depan.

c. Sideways,yaitu keadaan dimana harga saham stabil. Dikatakan stabil

karena harga saham hanya sedikit beergerak naik atau turun sehingga

membentuk grafik cenderung mendatar dari waktu ke waktu.

Sebelum mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham

sebuah perusahaan, investor memiliki kepentingan menilai harga saham

untuk menilai tingkat keuntungan yang diharapkan. Nilai saham sendiri

terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Nilai Buku (Book Value)

Nilai buku adalah nilai saham menurut pembukuan perusahaan

emiten. Nilai buku merupakan nilai sejumlah aset dikurangi dengan

sejumlah penyusutan nilai yang dibebankan selama umur penggunan aset

tersebut. Niali buku suatu perusahaan dipengaruhi dengan metode

penyusutan yang digunakan perusahaan tesebut. Book value digunakan

untuk memperkirakn nilai wajar saham.

b. Nilai Pasar (Market Value)

Nilai pasar adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada saat yang

ditentukan oleh permintaan dan penawaran harga saham pelaku pasar.

c. Nilai Intrinsik (Intrisnsic Value)

Nilai intrinsik disebut juga dengan nilai fundamental adalah nilai

sebenarnya atau seharusnya dari suatu saham. Nilai intrinsik suatu aset

adalah penjumlahan nilai sekarang cash flow yang dihasilakn oleh aset yang

bersangkutan.
20

4. Faktor yang mempengaruhi harga saham

Zulfikar (2016: 91-93), mengungkapkan bahwa harga saham

dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu faktor internal dan faktor

eksternal perusahaan, faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga

saham yaitu:

a. Faktor Internal

1) Pengumuman tentang pemasaran produksi penjualan seperti

pengiklanan, laporan produksi, dan laporan penjualan.

2) Pengumuman pendanaan, pengumuman yang berhubungan dengan

ekuitas dan utang.

3) Pengumuman badan direksi manajemen (Management board of

director announcement) seperti perubahan dan pergantian direktur,

manajemen, dan struktur organisasi.

4) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi seperti laporan merger

investasi, investasi ekuitas, dan laporan lainnya.

5) Pengumuman investasi seperti melakukan ekspansi pabrik

pengembangan riset.

6) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements)

7) Pengumuman laporan keuangan perusahaan.

b. Faktor Eksternal

1) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan

dan deposito kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi ekonomi

yang dikeluarkan pemerintah.


21

2) Pengumuman hukum seperti tuntutan terhadap perusahaan atau

terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhdap manajernya.

3) Pengumuman industri sekuritas.

Fahmi (2012), mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat

memengaruhi harga saham, yaitu:

a. Kondisi makro dan mikro ekonomi

b. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (peluasan

usaha), seperti membuka kantor cabang (branch officer), kantor cabang

pembantu (sub branch officer) baik yang dibuka di dalam maupun luar

negeri.

c. Pergantian direksi secara tiba-tiba.

d. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak

pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan.

e. Kinerja perusahaan yang semakin mengalami penurunan dari waktu ke

waktu.

f. Risiko sistematis, yaitu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan

menyebabkan perusahaan ikut terlibat.

g. Efek dari psikolog pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal

jual beli saham.

5. Analisis Rasio Keuangan

Menurut Kasmir (2012) “Laporan keuangan adalah laporan yang

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu

periode tertentu”. Kasmir (2012) juga menjelaskan bahwa sudah merupakan

kewajiban setiap perusahaan untuk membuat dan melaporkan keuangan


22

perusahaannya pada suatu periode tertentu. Kemudian laporan keuangan

tersebut menjadi tolak ukur kinerja perusahaan dan melihat berbagai

persoalan yang ada, baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya agar

perusahaan dapat menentukan apa yang akan dilakukan kedepannya.Rasio

keuangan menurut Kasmir (2015) adalah “Kegiatan membandingkan angka

yang ada dalam laporan keuangan. Perbandingan dapat dilakukan antara satu

komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar

komponen yang ada diantara laporan keuangan”.

Menurut Harahap (2015) ”Rasio keuangan adalah angka yang

diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos

lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”.

Sedangkan Hery (2015) mengungkapkan bahwa rasio keuangan merupakan

alat utama untuk melakukan analisis keuangan dan memiliki beberapa

kegunaan.

Brigham dan Houston (2012), mengungkapkan bahwa rasio dapat

digolongkan menjadi:

a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan sebuah perusahaan dalam memenuhi

kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat mengukur

seberapa likuidnya sebuah perusahaan. Jika perusahaan mampu

memenuhi kewajibannya maka perusahaan tersebut dapat dikatakan

likuid, begitu juga sebaliknya. Kasmir dan Fahmi (2013:121)

mengungkapkan bahwa terdapat jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat


23

digunakan perusahaan, yaitu:

1) Rasio Lancar (Current ratio)

Rasio lancar adalah ukuran yang umum digunakan atas

solvensi jangka pendek. Menurut Kasmir (2014:134) rasio ini

merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh

tempo pada saaat ditagih secara keseluruhan. Current ratio ini

dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

Current Asset
Current Ratio =
Current Liabilities

2) Rasio cepat (Quick ratio atau Acid-test ratio)

Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar (acid test

ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau

utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa

memperhitungkan nilai persediaan (inventory). Artinya, nilai

persediaan kita abaikan, karena persediaan merupakan aktiva

lancar yang kurang liquid disbanding dengan yang lain dan

dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan.

Quick ratio ini dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

Current Asset – Inventory


Quick Ratio =
Current Liabilities

3) Rasio kas (Cash Ratio)

Rasio kas (cash ratio) merupakan alat yang digunakan


24

untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk

membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari

tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas. Cash ratio ini

dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

Cash
Cash Ratio =
Current Liabilities
Penelitian ini peneliti menggunakan current rasio sebagai

variabel indenpenden. Menurut Athanasius (2012:69), rasio lancar

merupakan yang paling umum dalam mengukur tingkat likuiditas

suatu perusahaan, alasan digunakannya rasio lancar (current ratio)

sebagai ukuran likuiditas untuk mengukur:

a) Kemampuan memenuhui kewajiban lancar. Semakin tinggi rasio

lancar ini, maka perusahaan dianggap semakin mampu untuk

melunasi kewajiaban lancarnya dan semakin diminati oleh para

investor untuk menanamkan saham di perusahaan.

b) Kriteria perusahaan yang memiliki posisi keuangan kuat adalah

perusahaan yan mampu memenuhi kewajiaban keuangan kepada

pihak luar secara aman.

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa rasio lancar (current ratio) merupakan rasio yang digunakan

untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua

kewajiban jangka pendek yang akan segera jatuh tempo dengan

menggunakan aktiva lancarnya. Rasio ini menunjukkan besarnya

kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva lancar.


25

b. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif

sebuah perusahaan dalam mengelola asetnya. Rasio aktivitas merupakan

rasio yang membandingkan antara tingkat penjualan dan investasi pada

semua aset yang dimiliki perusahaan.

1) Perputaran Aktiva (Total Assets Turnover)

Menurut Kasmir (2017:185) Total assets turnover merupakan

rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang

dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang

diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Jadi semakin besar rasio ini semakin

baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih

laba dan menunjukan semakin efisien penggunaan keseluruhan

aktiva dalam menghasilkan penjualan. Total assets turnover dihitung

sebagai berikut :

Penjualan
Total Assets Turnover =
Total Aktiva

2) Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

Menurut Kasmir (2017:182), Perputaran modal kerja adalah

sebagai berikut: “Rasio yang mengukur atau menilai keefektifan

modal kerja perusahaan selama periode tertentu.”. Untuk mengukur

rasio ini, kita membandingkan antara penjualan dengan modal kerja

atau dengan modal kerja rata-rata. Dari hasi penilaian, apabila

perputaran modal kerja yang rendah, dapat diartikan perusahaan

sedang kelebihan modal kerja. Hal ini mungkin disebabkan karena


26

rendahnya perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas yang

terlalu besar. Rumus yang digunakan untuk mencari perputaran

modal kerja adalah sebagai berikut:

Penjualan
Working Capital Turnover =
Aktiva Lancar – Utamg Lancar

3) Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)

Menurut Kasmir (2017:184), Fixed Assets Turn Over

adalah sebagai berikut: 18 “Rasio yang digunakan untuk mengukur

berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam

satu periode.” Atau dengan kata lain untuk mengukur apakah

perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya

atau belum. Untuk mencari rasio ini caranya adalah membandingkan

antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode.

Rumus untuk mencari Fixed Assets Turn Over yaitu sebagai berikut

Penjualan
Fixed Assets Turn Over =
Total Aktiva Tetap

4) Rasio Perputaran Persediaan ( Inventory Turnover)

Inventory Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini

berputar dalam suatu periode (Kasmir, 2017:180). Rasio ini dikenal

dengan nama rasio perputaran persediaan. Dapat diartikan pula

bahwa perputaran persediaan merupakan rasio yang menunjukkan

berapa kali jumlahn barang persediian diganti dalam satu tahun.


27

Semakin kecil rasio ini, semakin jelek demikian pula sebaliknya.

Rumusan untuk mencari perputaran persediaan sebagai berikut :

Menurut James C Van Horne dalam Kasmir (2017:180)

Harga Pokok Penjualan


Inventory Turnover =
Rata-rata Penjualan

5) Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover)

Rasio Perputaran Piutang memberikan wawasan tentang

kualitas piutang perusahaan (piutang dagang) dan kesuksesan

perusahaan dalam 20 mengumpulkan piutang dagang tersebut.

Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan

erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran

waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat

perputaran piutang tersebut yaitu dengan membagi total penjualan

kredit (neto) dengan piutang rata-rata. Perputaran piutang dapat

diukur dengan rumus:

Penjualan Kredit
Account Receivable Turnover =
Piutang Rata-rata

c. Rasio leverage (Leverage Ratio)

Menurut Kasmir (2014:153) “Leverage adalah Rasio solvabilitas

atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur

sejauh mana aktifitas perusahaan dibiayai dengan utang.” Sejalan dengan

apa yang diungkapkan oleh Kasmir. Pengertian leverage ini ditegaskan

kembali oleh Irham Fahmi (2015:106) yang menyatakan leverage adalah


28

“Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai

dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan

perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme

leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang

yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut”.

Kasmir (2013:155) dan Fahmi (2013:127), mengungkapkan

bahwa terdapat 5 (lima) jenis rasio leverage yang sering digunakan

oleh perusahaan, diantaranya:

1) Debt to Total Asset (DAR)

Dimana rasio ini juga disebut sebagai debt ratio. Debt ratio

merupakan rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan

dengan cara mengukur perbandingan antara total utang dengan total

aktiva. Debt ratio ini dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

Total Liabilities
Debt Ratio (DAR) =
Total Asset

2) Debt to Equity Ratio (DER)

Menurut Kasmir (2014) debt to equity ratio adalah rasio

keuangan yang dipakai untuk menilai utang dengan ekuitas

perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengetahui total dana

yang disediakan oleh peminjam (kreditur) dengan pemilik

perusahaan. Dengan kata lain, seberapa besar nilai setiap rupiah

modal perusahaan yang dijadikan sebagai jaminan utang.

Rasio ini bertujuan untuk mengukur berapa bagian dari

setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang dengan


29

cara membandingkan antara utang dengan modal sendiri yang

disediakan oleh perusahaan. Rasio ini menggambarkan sejauh

mana modal yang dimiliki oleh perusahaan dapat menutupi

hutang-hutangnya kepada pihak luar. Rumus Debt toEquity

Ratio sebagai berikut:

Total Liabilities
DER =
Total Equity

3) Times Interest Earned Ratio

Rasio ini disebut juga dengan rasio kelipatan. Time

interest earned ratio merupakan rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan untuk membayar bunga, atau mengukur

seberapa jauh laba yang dapat berkurang tanpa perusahaan

mengalami kesulitan keuangan (financial distress), karena tidak

mampus membayar bunga. Time interest earned ratio ini dapat

diukur dengan rumus sebagai berikut:

EBIT
Times interest earned ratio =
Interest Expense

4) Fixed Charge Coverage Ratio

Rasio ini disebut juga dengan rasio menutup beban tetap.

Rasio ini menyerupai Times interest earned ratio, hanya saja

perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan

memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva

berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Rasio Fixed charge


30

coverage ini mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan

untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran deviden

saham preferen, bunga, angsuran pinjaman, dan sewa. Fixed

Charge Coverage ini dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

EBIT + Beban Bunga + Kewajiban Sewa


FCC =
Beban Bunga + Kewajiban Sewa

5) Long-term Debt to Equity Ratio (LTDtER)

Rasio ini merupakan rasio utang jangka panjang dengan

modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian

dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang

jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka

panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.

Long term debt merupakan sumber dana pinjaman yang

bersumber dari utang jangka panjang, seperti obligasi dan

sejenisnya. LTDtER ini dapat diukur dengan rumus sebagai

berikut:

Long Term Debt


LTDtER =
Total Equity

Penelitian ini, peneliti menggunakan debt to equity ratio

(DER). Rasio utang (leverage) menunjukkan seberapa banyak hutang

yang disediakan oleh peminjam (kreditur) dengan pemilik

perusahaan. Rasio ini yang digunakan oleh beberapa analis adalah

rasio utang debt ratio. Informasi rasio utang ini penting, karena
31

melalui rasio utang, kreditur dapat mengukur seberapa tinggi resiko

utang yang diberikan kepada suatu perusahaan. Dan rasio ini

menggambarkan sejauh mana modal yang dimiliki oleh perusahaan

dapat menutupi utang-utangnya kepada pihak luar. Semakin tinggi

tingkat DER maka semakin jelek kualitas perusahaan dalam hal

pendanaan sehingga para investor mundur untuk menanamkan

sahamanya kepeda perusahaan.

d. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Rasio profitabilitas merupakan sekelompok rasio yang

menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan

utang untuk mengukur tingkat pengembalian kepada pemegang saham.

Rasio profitabilitas diperlukan untuk pencatatan transaksi keuangan yang

biasanya dinilai oleh investor dan kreditur (bank) untuk menilai jumlah

laba investasi yang akan diperoleh oleh investor dan menilai kemampuan

perusahaan dalam membayar utang kepada bank.

Fahmi (2013:135), mengungkapkan bahwa secara umum terdapat

empat jenis utama yang digunakan dalam menilai tingkat profitabilitas,

diantaranya:

1) Gross Profit Margin

Rasio ini mengukur presentase dari laba kotor

dibandingkan dengan penjualan. Semakin baik grosss profit

margin, maka semakin baik operasional perusahaan. Gross profit

margin dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


32

Net Sales – Cost of Goods Sold


Gross Profit Margin =
Sales

2) Net Profit Margin

Rasio ini merupakan salah satu rasio yang digunakan

untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran

rasio ini yaitu penjualan yang sudah dikurangi dengan seluruh

beban termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Margin

laba yang tinggi lebih disukai karena menunjukkan bahwa

perusahaan mendapatkan hasil yang baik yang melebihi harga

pokok penjuaalan Net profit margin dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Earning After Tax (EAT)


Net Profit Margin =
Sales
3) Return on Assets (ROA)

Dibeberapa referensi lainnya rasio ini disebut dengan

rasio return on investment (ROI). Rasio ini mengukur sejauh

mana kemampuan perusaahaan menghasilkan laba dari aktiva

yang dipergunakan dalam perusahaan. Rasio ini digunakan untuk

suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola

investasinya. ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Earning After Tax (EAT)


ROA =
Total Asset
33

4) Return on Equity (ROE)

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan

memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham

perusahaan. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal

sendiri, artinya rasio ini mengukur tingkat keuntungan dari

investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau

pemegang saham perusahaan. ROE dapat dihitung dengan rumus:

Earning After Tax (EAT)


ROE =
Total Equity

Penelitian ini, penulis memilih menggunakan pengukuran

Net Profit Margin (NPM). Rasio profitabilitas merupakan rasio yang

mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih

pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Dan rasio ini

dicerminkan dalam Net Profit Margin (NPM), yang menunjukan laba

bersih perusahaan.

Penilaian rasio profitabilitas yang dipakai oleh peneliti

adalah Net Profit Margin (NPM). NPM ini menggambarkan tingkat

persentase laba bersih perusahaan atas penjualan yang dilakukan oleh

perusahaan. Semakin tinggi NPM suatu perusahaan maka banyak

investor menyukai perusahaan tersebut karena perusahaan bias

memperoleh hasil yang baik.

6. Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity, dan Net Profit Margin terhadap

harga saham
34

a. Pengaruh Current ratio (CR) secara parsial terhadap harga saham

Current ratio (CR) atau rasio lancar merupakan rasio untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka

pendek atau utang yang segera jatuh tempo. Current ratio dapat diukur

menggunakan aktiva lancar dibagi dengan utang lancar. Current ratio juga

sering disebut dengan rasio modal kerja yang menunjukan jumlah aktiva

lancar yang dimiliki perusahaan untuk merespon kebutuhan bisnis dan

meneruskan kegiatan bisnis harian perusahaan.

EPS merupakan komponen terpenting yang sangat diperhatikan

oleh para investor. Karena EPS adalah laba bersih perusahaan yang siap

dibagikan kepada pemegang saham. Dengan CR yang tinggi maka

keuntungan perusahaan semakin besar, maka EPS akan tinggi karena

keuntungan perusahaan yang semakin besar maka akan meningkat pula

laba yang diterima kepada para pemegang saham. Hal ini akan berdampak

positif terhadap harga saham dengan meningkatnya harga saham.

Current Ratio (CR) yang tinggi menandakan bahwa kewajiban

jangka pendeknya dapat terpenuhi sehingga kegiatan operasionalnya tidak

terganggu sehingga memungkinkan untuk mendapatkan keutungan yang

besar. Investor menyukai perusahaan yang memiliki Current Ratio (CR)

yang tinggi sehingga perusahaan dapat menjalankan kegiatan

operasionalnya secara maksimal dan tidak terganggu oleh hutang

sehingga dapat memperoleh keuntungan yang maksimal. Sehingga ditarik

kesimpulan untuk (H 1 ) adalah CR berpengaruh secara parsial signifikan

terhadap harga saham. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
35

Raghilia, Dwi, dan Devi (2014). Namun pada penelitian yang dilakukan

oleh Selva Wahnida (2017) menunjukan hasil CR secara parsial tidak

berpengaruh terhadap harga saham.

b. Pengaruh Debt to Equity Ratio secara parsial terhadap harga saham

Rasio Leverage menggambarkan hubungan antara utang

perusahaan terhadap modal aset. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan

perbandingan antara total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal

sendiri (equitas). Debt to Equity Ratio (DER) digunakan perusahaan untuk

mengukur seberapa besar modal yang dimiliki untuk menjamin

hutangnya. Semakin besar Debt to Equity Ratio (DER) menunjukan

semakin besar biaya hutang yang harus dibayar perusahaan sehingga

profitabilitas berkurang. Karena dengan tingginya DER maka EPS akan

turun dikarenakan berkurangnya keuntungan yang diterima oleh

pemegang saham. Hal ini dapat membuat minat para investor menurun

karena berdampak negatif terhadap harga saham.

Hal tersebut telah sesuai dengan Signaling Theory (Teori Signal),

dengan memberikan signal yang diberika kepada investor dari perusahaan

yang berupa informasi keuangan maka investor dapat mengetahui

seberapa besar hutang yang dimiliki perusahaan tersebut sebelum investor

menanamkan modalnya. Hutang yang tinggi pada perusahaan dapat

memberikan resiko yang besar dan perusahaan bisa saja mengalami

kebangkrutan karena memiliki hutang yang tinggi, dan berdampak harga

saham akan turun. Maka dari itu diperkirakan Debt to Equity (DER)
36

berpengaruh negatif terhadap harga saham. Ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Vera Ch. O. Manoppo (2017).

c. Pengaruh Net Profit Margin secara parsial terhadap harga saham

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang menggambarkan

besarnya persentase keuntungan bersih yang dihasilkan oleh perusahaan

untuk setiap penjualan. Semakin tinggi NPM kemampuan perusahaan

dalam menanamkan laba juga tinggi begitupun sebaliknya. Dengan

semakin besar laba yang dihasilkan maka dapat menarik minat investor

dan akan berdampak positif terhadap harga saham.

Dengan meningkatnya NPM maka EPS juga akan meningkat, dan

akan menarik bagi investor karena NPM yang tinggi menandakan bahwa

laba yang diterima oleh pemegang saham juga tinggi. Hal ini sehingga

berdampak positif dengan naiknya harga saham. Ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan Yoga Dwi Kurnia (2017). Hal tersebut sesuai

dengan Signaling Theory (Teori Signal) yang memberitahukan bahwa

perusahaan yang baik akan dengan sengaja memberikan sinyal berupa

informasi, dengan demikian investor dapat mengetahui perusahaan mana

yang kualitas yang baik.

d. Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity, dan Net Profit Margin secara

simultan terhadap harga saham

Current ratio (CR) atau rasio lancar merupakan rasio untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka

pendek atau utang yang segera jatuh tempo. Current ratio dapat diukur

menggunakan aktiva lancar dibagi dengan utang lancar. Current ratio juga
37

sering disebut dengan rasio modal kerja yang menunjukan jumlah aktiva

lancar yang dimiliki perusahaan untuk merespon kebutuhan bisnis dan

meneruskan kegiatan bisnis harian perusahaan.

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total

hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri (equitas). Debt to

Equity Ratio (DER) digunakan perusahaan untuk mengukur seberapa

besar modal yang dimiliki untuk menjamin hutangnya. Semakin besar

Debt to Equity Ratio (DER) menunjukan semakin besar biaya hutang yang

harus dibayar perusahaan sehingga profitabilitas berkurang.

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang menggambarkan

besarnya persentase keuntungan bersih yang dihasilkan oleh perusahaan

untuk setiap penjualan. Semakin tinggi NPM kemampuan perusahaan

dalam menanamkan laba juga tinggi begitupun sebaliknya. Dari hal

tersebut dapat disimpukan bahwa CR, DER, dan NPM secara simultan

mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Sependapat dengan

penelitian yang telah dilakukan oleh Egi Ferdianto (2015), dalam

penelitiannya menyatakan bahwa Current Rasio, Debt to Equity dan Net

Profit Margin secara simultan berpengaruh terhadap harga saham.

7. Penelitian Terdahulu

Nama
Hasil Temuan
No. Peneliti Judul Variabel
Penelitian
(Tahun)
1 Reynard Pengaruh Return Variabel Secara simultan
Valintino On Asset (ROA), X: semua variabel bebas
dan Lana Current Ratio ROA, CR, (ROA, CR, ROE,
Sularto (CR), Return On ROE, DER, dan EPS)
(2013) Equity (ROE), DER, dan mempunyai
Debt to Equity EPS pengaruh terhadap
Ratio (DER),dan harga saham.
38

Nama
Hasil Temuan
No. Peneliti Judul Variabel
Penelitian
(Tahun)
Earning Per Share Variabel
Secara parsial CR,
(EPS) terhadap Y:
ROE, dan EPS
Harga Saham Harga
berpengaruh
Perusahaan Saham
signifikan terhadap
Manufaktur Sektor
harga
Industri Barang
saham.Sedangkan
Konsumsi di BEI
ROA dan DER tidak
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap harga
saham.
2 Febry Analisis Pengaruh Variabel Secara simultan
Bramandika Rasio Likuiditas, X: semua variabel bebas
(2014) Rasio Aktivitas CR, TATO (CR, TATO dan
Dan Rasio dan ROE ROE) mempunyai
Probabilitas pengaruh terhadap
Variabel
Terhadap Harga harga saham.
Y:
Saham Perusahaan
Harga Secara parsial TATO
Manufaktur Di
Saham berpengaruh
BEI
signifikan terhadap
harga saham.
Sedangkan CR dan
ROE tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
harga saham.
3 Any Pengaruh Current Variabel Secara simultan
Novianti Ratio (CR), Debt X: semua variabel bebas
(2015) To Equity (DER), CR, DER, (CR, DER, NPM,
Net Profit Margin NPM, PER PER dan EPS
(NPM), Price dan EPS ) mempunyai
Earning Ratio pengaruh terhadap
Variabel
(PER) Terhadap harga saham.
Y:
Harga Saham
Harga Secara parsial NPM,
Dengan Earning
Saham PER dan EPS
Per Share (EPS)
berpengaruh
Sebagai Variabel
signifikan terhadap
Moderasi Pada
harga saham.
Perusahaan
Sedangkan CR dan
Manufaktur Yang
DER tidak memiliki
Terdaftar Dalam
pengaruh yang
Daftar Efek
signifikan terhadap
Syari’ah
harga saham.
4 Vera Ch.O. Pengaruh Return Variabel Secara simultan
Manoppo On Asset (ROA), X: semua variabel bebas
dan Bernhars Current Ratio (ROA, CR, DER,
Tewal (CR), Debt to dan NPM)
39

Nama
Hasil Temuan
No. Peneliti Judul Variabel
Penelitian
(Tahun)
(2016) Equity Ratio ROA, CR, mempunyai
(DER),dan Net DER, dan pengaruh terhadap
Profit Margin NPM harga saham.
(NPM) terhadap
Variabel Secara parsial ROA,
Harga Saham
Y: dan NPM
Perusahaan
Harga berpengaruh
Manufaktur Sektor
Saham signifikan terhadap
Industri Barang
harga saham.
Konsumsi di BEI
Sedangkan CR dan
DER tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
harga saham.
5 Melisa Pengaruh Return Variabel Secara simultan
Setyadi On Asset (ROA), X: semua vaeriabel
Kurniawan Debt to Equity ROA, bebas (ROA, DER,
(2017) Ratio (DER), dan DER, dan dan NPM)
Net Profit Margin NPM mempunyai
(NPM) Terhadap pengaruh terhadap
Variabel
Harga Saham harga saham.
Y:
Pada Perusahaan
Harga
Otomotif Dan Secara parsial DER
Saham
Komponennya Di dan NPM
Bursa Efek berpengaruh
Indonesia signifikan terhadap
harga saham.
Sedangkan ROA
tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
harga saham.

6 Selva Pengaruh Current Variabel Secara simultan


Wahnida Ratio (CR), Debt X: semua vaeriabel
(2017) to Asset Ratio CR, DAR bebas (CR, DAR dan
(DAR) dan Return dan ROE ROE) mempunyai
On Equity (ROE) pengaruh terhadap
Variabel
terhadap Harga harga saham.
Y:
Saham Perusahaan
Harga
Sektor Pertanian Secara parsial ROE
Saham
Dalam Kelompok berpengaruh
ISSI signifikan terhadap
harga saham.
Sedangkan CR dan
DAR tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
harga saham.
40

Nama
Hasil Temuan
No. Peneliti Judul Variabel
Penelitian
(Tahun)

7 Pande Pengaruh EPS, Variabel Secara simultan


Widya PER, CR, dan X: EPS, EPS, PER, CR, dan
Rahmadewi, ROE terhadap PER, CR, ROE berpengaruh
Nyoman Harga Saham di dan ROE terhadap harga
Abundanti Bursa Efek saham.
Variabel
(2018) Indonesia
Y: Secara parsial EPS
Harga dan CR tidak
Saham berpengaruh dan
negative terhadap
harga saham. PER
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap harga
8 Nurhayti Pengaruh Current Variabel Secara simultan
Sapitri Ratio (CR), Net X: semua vaeriabel
(2018) Profit Margin CR, NPM, bebas (CR, NPM,
(NPM), Earning EPS dan EPS dan DER)
Per Share (EPS) DER mempunyai
dan Debt to pengaruh terhadap
Variabel
Equity Ratio harga saham.
Y:
(DER) terhadap
Harga
Harga Saham Secara parsial CR
Saham
Perusahaan Yang berpengaruh
Tergabung Dalam signifikan terhadap
Indeks LQ45 Yang harga saham.
Terdaftar di BEI Sedangkan NPM,
EPS, dan DER tidak
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap harga
saham.

9 Denny Pengaruh Debt to Variabel Secara simultan


Apriyani Equity Ratio X: semua vaeriabel
(2019) (DER), Net Profit DER, bebas (DER, NPM
Margin (NPM) dan NPM dan dan EPS)
Earning Per Share EPS mempunyai
(EPS) terhadap pengaruh terhadap
Variabel
Harga Saham pada harga saham.
Y:
Perusahaan
Harga
Perkebunan Yang Secara parsial EPS
Terdaftar di BEI berpengaruh
signifikan terhadap
harga saham.
Sedangkan NPM dan
DER tidak memiliki
pengaruh yang
41

Nama
Hasil Temuan
No. Peneliti Judul Variabel
Penelitian
(Tahun)
signifikan terhadap
harga saham.

10 Jenni Pengaruh Current Variabel Secara simultan


Suryana dan Ratio (CR), Debt X: semua vaeriabel
Indra to Equity Ratio CR, DER, bebas (CR, DER,
Widjaja (DER), Net Profit NPM dan NPM dan EPS)
Margin (NPM) dan EPS mempunyai
Earning Per Share pengaruh terhadap
(EPS) terhadap Variabel harga saham.
Harga Saham Y:
Perusahaan Harga Secara parsial NPM
Kontruksi & dan EPS
Bagunan Yang berpengaruh
Terdaftar di BEI signifikan terhadap
harga saham.
Sedangkan CR dan
DER tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
harga saham.

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

kajian pustaka maka dapat dibuat model skematik penelitian.


42

Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat variabel, yaitu

variabel bebas (X1, X2, dan X3) dan variabel terkait (Y):

X1 : Variabel bebas (Independent Variable) yaitu Current Ratio (CR)

X2 : Variabel bebas (Independent Variable) yaitu Debt to Equity Ratio (DER)

X3 : Variabel bebas (Independent Variable) yaitu Net Profit Margin (NPM)

Y : Variabel terikat (Dependent Variable) yaitu harga saham

Gambar 2.1
Model Skematik Penelitian

Current Ratio (CR),


X1
H1

Debt to Equity Ratio Harga Saham (Y)


H2
(DER), X2
H3

Net Profit Margin


(NPM), X3

H4

C. Hipotesis

Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk menguji pengaruh Price

Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Net Profit Margin
43

(NPM) terhadap harga saham perusahaan sektor otomotif, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

H1: Current Ratio (CR) secara parsial memiliki pengaruh terhadap harga

saham pada perusahaan makanan dan minuman.

H2 : Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial memiliki pengaruh secara

terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman.

H3 : Net Profit Margin (NPM) secara parsial memiliki pengaruh secara

signifikan terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan

minuman.

H4 : Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Net Profit Margin

(NPM) secara simultan memiliki pengaruh terhadap harga saham pada

perusahaan makanan dan minuman.

Anda mungkin juga menyukai