Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini untuk variabel

independennya adalah Current Ratio (CR), Debt To Equity Ratio (DER), Net

Profit Margin (NPM), dan variabel dependennya adalah harga saham pada

perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) periode 2015-2019. Tujuannya untuk menguji variabel independen

Current Ratio (CR), Debt To Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM)

terhadap variabel dependen yaitu harga saham penutupan (closing price) secara

parsial dan simultan. Jumlah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga saat ini ada 26 perusahaan dan jumlah

yang digunakan untuk sampel penelitian adalah 11 perusahaan berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan dengan metode purposive sampling.

Berikut ini adalah gambaran secara umum dari perusahaan makanan dan

minuman yang menjadi sampel dalam penelitian ini:

1. Current Ratio (CR)

Current Ratio (CR) adalah rasio untuk mengukur kemampuan

perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera

jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Semakin tinggi rasio

lancar maka perusahaan dianggap semakin mampu untuk melunasi

52
53

kewajiban lancarnya. Berikut ini adalah perkembangan Current Ratio (CR)

pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2015-2019 dalam bentuk tabel.

Table 4.1
Perkembangan Current Ratio (CR)
Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar BEI
Periode 2015-2019
(Dalam %)

Kode Tahun
No
Perusahaan 2015 2016 2017 2018 2019
1 ADES 138,60 163,51 120,15 138,77 200,42
2 BUDI 100,08 100,14 100,74 100,32 100,65
3 CEKA 153,47 218,93 222,44 511,30 479,97
4 DLTA 642,37 760,39 863,78 719,83 805,05
5 ICBP 232,60 240,68 242,83 195,17 253,57
6 INDF 170,53 150,81 150,27 106,63 127,21
7 MBLI 58,42 67,95 82,57 77,84 73,19
8 ROTI 205,34 296,23 225,86 357,12 169,33
9 SKLT 119,25 131,53 126,31 122,44 129,01
10 STTP 157,89 165,10 264,09 184,85 285,30
11 ULJT 374,55 484,36 419,19 439,81 444,41
Sumber: Diolah Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat secara keseluruhan bahwa

perusahaan sub sektor makanan dan minuman mengalami fluktuasi

peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Berdasarkan tabel di atas dapat

dilihat perkembangan nilai tertinggi dan terendah Current Ratio (CR) pada

perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian tersebut.

Pada tahun 2015-2019 perusahaan yang memiliki nilai Current

Ratio (CR) tertinggi adalah Delta Djakarta Tbk (DLTA) sedangkan

perusahaan yang memliki nilai Current Ratio (CR) terkecil selama lima

tahun berturut-turut adalah Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI). Pada


54

tahun 2015 perusahaan DLTA memperoleh Current Ratio (CR) sebesar

642,37% sedangkan perusahaan MLBI memperoleh Current Ratio (CR)

sebesar 58,42%. Pada tahun 2016 perusahaan DLTA memperoleh Current

Ratio (CR) sebesar 760,39% sedangkan perusahaan MLBI memperoleh

Current Ratio (CR) sebesar 67,95%. Pada tahun 2017 perusahaan DLTA

memperoleh Current Ratio (CR) sebesar 863,78% sedangkan perusahaan

MLBI memperoleh Current Ratio (CR) sebesar 82,57%. Pada tahun 2018

perusahaan DLTA memperoleh Current Ratio (CR) sebesar 719,83%

sedangkan perusahaan MLBI memperoleh Current Ratio (CR) sebesar

77,84%. Pada tahun 2019 perusahaan DLTA memperoleh Current Ratio

(CR) sebesar 805,05% sedangkan perusahaan MLBI memperoleh Current

Ratio (CR) sebesar 73,19%.

Gambar 4.1
Perkembangan Current Ratio (CR)
Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar BEI
Periode 2015-2019
(Dalam %)

CURRE NT RAT IO
PE RUS AH AN MAKANAN DAN MINUMAN
YANG T E RDAFTAR DI B E I PE RIO DE
2015 -2019
ADES BUDI CEKA DLTA ICBP INDF
MLBI ROTI SKLT STTP ULTJ
1000
800
600
400
200
0
1 2 3 4 5
55

Gambar 4.1 merupakan penyajian perkembangan Current Ratio

(CR) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2015-2019 dalam bentuk grafik.

2. Debt To Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur nilai utang dengan ekuitas. Semakin besar Debt to Equity Ratio

(DER), maka semakin tinggi pula kewajiban perusahaan, baik dalam jangka

pendek maupun jangka panjang. Berikut ini adalah perkembangan Debt to

Equity Ratio (DER) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019 dalam bentuk tabel.

Tabel 4.2
Perkembangan Debt to Equity Ratio (DER)
Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar BEI
Periode 2015-2019
(Dalam %)

Tahun
No Kode Perusahaan
2015 2016 2017 2018 2019
1 ADES 98,93 99,66 98,63 82,87 44,80
2 BUDI 195,49 151,66 146,04 176,64 133,39
3 CEKA 132,20 60,60 54,22 19,69 23,14
4 DLTA 22,21 18,32 17,14 18,64 47,89
5 ICBP 62,08 56,22 66,65 53,02 43,72
6 INDF 112,96 87,01 88,08 93,40 77,48
7 MBLI 174,09 177,23 135,71 147,49 152,79
8 ROTI 127,70 102,37 61,68 50,63 51,40
9 SKLT 148,03 91,87 106,87 120,29 107,91
10 STTP 47,45 100,02 69,16 59,82 34,15
11 ULJT 26,54 21,49 23,24 16,35 16,86
Sumber : Diolah Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat secara keseluruhan bahwa

perusahaan sub sektor makanan dan minuman mengalami fluktuasi


56

peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Berdasarkan tabel di atas dapat

dilihat perkembangan nilai tertinggi dan terendah Debt To Equity Ratio

(DER) pada perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian tersebut.

Pada tahun 2015 perusahaan yang memiliki nilai Debt To Equity

Ratio (DER) tertinggi adalah perusahan Budi Starch & Sweetener Tbk

(BUDI) sebesar 195,49% dan perusahaan yang memiliki nilai Debt To

Equity Ratio (DER) terendah adalah perusahan Delta Djakarta Tbk (DLTA)

sebesar 22,21%. Pada tahun 2016 perusahaan yang memiliki nilai Debt To

Equity Ratio (DER) tertinggi adalah perusahan Multi Bintang Indonesia Tbk

(MLBI) sebesar 177,23% dan perusahaan yang memiliki nilai Debt To

Equity Ratio (DER) terendah adalah perusahan Delta Djakarta Tbk (DLTA)

sebesar 18,32%. Pada tahun 2017 perusahaan yang memiliki nilai Debt To

Equity Ratio (DER) tertinggi adalah perusahaan Budi Starch & Sweetener

Tbk (BUDI) sebesar 146,04% dan perusahaan yang memiliki nilai Debt To

Equity Ratio (DER) terendah adalah perusahan Delta Djakarta Tbk (DLTA)

sebesar 17,14%. Pada tahun 2018 perusahaan yang memiliki nilai Debt To

Equity Ratio (DER) tertinggi adalah perusahan Budi Starch & Sweetener

Tbk (BUDI) sebesar 176,64% dan perusahaan yang memiliki nilai Debt To

Equity Ratio (DER) terendah adalah perusahan Ultrajaya Milk Industry &

Tranding Comp. Tbk (ULTJ) sebesar 16,35%. Pada tahun 2019 perusahaan

yang memiliki nilai Debt To Equity Ratio (DER) tertinggi adalah perusahan

Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebesar 152,79% dan perusahaan

yang memiliki nilai Debt To Equity Ratio (DER) terendah adalah perusahan
57

Ultrajaya Milk Industry & Tranding Comp. Tbk (ULTJ) sebesar 16,86%.

Berikut ini merupakan penyajian perkembangan Debt To Equity

Ratio (DER) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019 dalam bentuk grafik.

Gambar 4.2
Perkembangan Debt To Equity Ratio (DER)
Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar BEI
Periode 2015-2019
(Dalam %)

DE B T TO E Q UIT Y RAT IO
PE RUS AH AAN MAKANAN DAN MINUMAN
YANG TE RDAFTAR DI B E I PE RIODE
2015 -2019
ADES BUDI CEKA DLTA ICBP INDF
MLBI ROTI SKLT STTP ULTJ
250

200

150

100

50

0
1 2 3 4 5

3. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan mengahasilan

laba bersih pada tingkat penjualan tersebut. Rasio ini juga menunjukan

seberapa besar kempuan perusahaan dalam menekan biaya-biaya yang

timbul dalam perusahaan selama periode tertentu. Semakin besar Net Profit

Margin (NPM), maka semakin efisien oparasional perusahaan. Berikut ini


58

adalah perkembangan Net Profit Margin (NPM) pada perusahaan makanan

dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019

dalam bentuk tabel.

Tabel 4.3
Perkembangan Net Profit Margin (NPM)
Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar BEI
Periode 2015-2019
(Dalam %)
Tahun
No Kode Perusahaan
2015 2016 2017 2018 2019
1 ADES 4,90 6,30 4,70 6,58 10,05
2 BUDI 0,89 1,57 1,82 1,91 2,13
3 CEKA 3,06 6,07 2,52 2,55 6,90
4 DLTA 27,45 32,84 35,99 37,86 38,42
5 ICBP 9,21 10,56 9,95 12,13 12,67
6 INDF 5,79 7,90 7,33 6,76 7,71
7 MBLI 18,43 30,10 39,00 34,26 32,50
8 ROTI 12,44 11,09 5,43 4,60 7,09
9 SKLT 2,69 2,48 2,51 3,06 3,51
10 STTP 7,30 6,62 7,65 9,02 13,74
11 ULJT 11,91 15,15 14,58 12,82 16,60
Sumber: Diolah Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat secara keseluruhan bahwa

perusahaan sub sektor makanan dan minuman mengalami fluktuasi

peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Berdasarkan tabel di atas dapat

dilihat perkembangan nilai tertinggi dan terendah Net Profit Margin (NPM)

pada perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian tersebut.

Pada tahun 2015 perusahaan yang memiliki nilai Net Profit Margin

(NPM) tertinggi adalah perusahaan Delta Djakarta Tbk (DLTA) sebesar

27,45% dan perusahaan yang memiliki nilai Net Profit Margin (NPM)

adalah perusahaan Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI) sebesar 0,89%.

Pada tahun 2016 perusahaan yang memiliki nilai Net Profit Margin (NPM)
59

tertinggi adalah perusahaan Delta Djakarta Tbk (DLTA) sebesar 32,84%

dan perusahaan yang memiliki nilai Net Profit Margin (NPM) adalah

perusahaan Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI) sebesar 1,57%. Pada

tahun 2017 perusahaan yang memiliki nilai Net Profit Margin (NPM)

tertinggi adalah perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebesar

39,00% dan perusahaan yang memiliki nilai Net Profit Margin (NPM)

adalah perusahaan Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI) sebesar 1,82%.

Pada tahun 2018 perusahaan yang memiliki nilai Net Profit Margin (NPM)

tertinggi adalah perusahaan Delta Djakarta Tbk (DLTA) sebesar 37,86%

dan perusahaan yang memiliki nilai Net Profit Margin (NPM) adalah

perusahaan Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI) sebesar 1,91%. Pada

tahun 2019 perusahaan yang memiliki nilai Net Profit Margin (NPM)

tertinggi adalah perusahaan Delta Djakarta Tbk (DLTA) sebesar 38,42%

dan perusahaan yang memiliki nilai Net Profit Margin (NPM) adalah

perusahaan Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI) sebesar 2,13%

Berikut ini merupakan penyajian perkembangan Debt To Equity

Ratio (DER) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019 dalam bentuk grafik.


60

Gambar 4.3
Perkembangan Net Profit Margin (NPM)
Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar BEI
Periode 2015-2019
(Dalam %)

NET PROFIT MARGIN


PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN
YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2015 -
2019
ADES BUDI CEKA DLTA ICBP INDF
MLBI ROTI SKLT STTP ULTJ
50

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5

4. Harga Saham

Harga saham merupakan salah satu faktor penting yang harus

dipertimbangkan oleh para investor dalam melakukan investasi. Harga

saham pada suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan dan juga

kesehatan perusahaan. Harga saham adalah harga pada pasar riil, dan

merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga

dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar

ditutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya.harga saham bisa

berubah naik maupun turun dalam waktu yang cepat bahkan dalam waktu

hitungan detik. Berikut ini adalah perkembangan harga saham pada

perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2014-2018 dalam bentuk tabel.


61

Tabel 4.4
Perkembangan Harga Saham
Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI
Periode 2014-2018
(Dalam Rp)
Tahun
No Kode Perusahaan
2015 2016 2017 2018 2019
1 ADES 1.015 1.000 885 920 1.045
2 BUDI 63 87 94 96 103
3 CEKA 675 1.350 1.290 1.375 1.670
4 DLTA 5.200 5.000 4.590 5.500 6.800
5 ICBP 13.475 8.575 8.900 10.450 11.150
6 INDF 5.175 7.925 7.625 7.450 7.925
7 MBLI 8.200 11.750 13.675 16.000 15.500
8 ROTI 1.265 1.600 1.275 1.200 1.300
9 SKLT 420 308 1.100 1.500 1.610
10 STTP 3.015 3.190 4.360 3.750 4.500
11 ULJT 3.945 4.570 1.295 1.350 1.680
Sumber: Diolah Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat secara keseluruhan bahwa

perusahaan sub sektor makanan dan minuman mengalami fluktuasi

peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Berdasarkan tabel di atas dapat

dilihat perkembangan nilai tertinggi dan terendah harga saham pada

perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian tersebut.

Pada tahun 2015 perusahaan yang memiliki harga saham tertinggi

adalah perusahaan Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebesar Rp

13.475 dan perusahaan yang memiliki harga saham terendah adalah

perusahaan Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI) sebesar Rp 63. Pada

tahun 2016 perusahaan yang memiliki harga saham tertinggi adalah

perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebesar Rp 11.750 dan

perusahaan yang memiliki harga saham terendah adalah perusahaan Budi

Starch & Sweetener Tbk (BUDI) sebesar Rp 87. Pada tahun 2017
62

perusahaan yang memiliki harga saham tertinggi adalah perusahaan Multi

Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebesar Rp 13.675 dan perusahaan yang

memiliki harga saham terendah adalah perusahaan Budi Starch & Sweetener

Tbk (BUDI) sebesar Rp 94. Pada tahun 2018 perusahaan yang memiliki

harga saham tertinggi adalah perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk

(MLBI) sebesar Rp 16.000 dan perusahaan yang memiliki harga saham

terendah adalah perusahaan Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI) sebesar

Rp 96. Pada tahun 2019 perusahaan yang memiliki harga saham tertinggi

adalah perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebesar Rp 15.500

dan perusahaan yang memiliki harga saham terendah adalah perusahaan

Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI) sebesar Rp 103.

Gambar 4.4
Perkembangan Harga Saham
Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar BEI
Periode 2015-2019
(Dalam %)

H ARGA S AH AM
PE RUS AH AAN MAKANAN DAN MINUMAN
YANG T E RDAFTAR DI B E I
PE RIO DE 2015 -2019
ADES BUDI CEKA DLTA ICBP INDF
MLBI ROTI SKLT STTP ULTJ
18.000
16.000
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
0
1 2 3 4 5
63

Diatas adalah gambaran dari merupakan penyajian perkembangan

harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019 dalam bentuk grafik.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian

a) Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan

gambaran tentang variabel penelitian yang dilihat dari rata-rata (mean),

nilai tengah (median), nilai tertinggi (maximum), nilai terendah

(minimum), dan nilai simpangan baku (standard deviation). Variabel

yang digunakan meliputi variabel dependen dan independen. Dalam

penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah Current Ratio

(CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Net Profit Margin (NPM),

sedangkan variabel dependen yang diteliti adalah harga saham pada 11

perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2015-2019 dengan kriteria yang telah

ditentukan. Berikut ini merupakan hasil analisis statistik deskriptif

variabel-variabel dalam penelitian ini yang akan disajikan dalam tabel

4.5 dan kemudian akan dijelaskan interpretasinya.


64

Tabel 4.5
Hasil Analisis Statistik Deskriptif

HS CR DER NPM
Mean 4286.655 2.540364 0.827818 0.118564
Median 1680.0000 1.710000 0.770000 0.080000
Maximum 16000.000 8.640000 1.950000 0.390000
Minimum 63.00000 0.580000 0.160000 0.010000
Std. Dev. 4314.910 1.987181 0.497221 0.108347
Observations 55 55 55 55
Sumber: data diolah menggunakan Eviews9, 2020

Berdasarkan tabel 4.5 hasil dari analisis statistik deskriptif di

atas, maka penulis dapat menginterpretasikan sebagai berikut:

1) Variabel harga saham pada perusahaan makanan dan minuman

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019 memiliki

nilai rata-rata (mean) sebesar 4286.655 dengan nilai tengah

(median) sebesar 1680.0000. Nilai tertinggi (maximum) sebesar

16000.000 dan nilai terendah (minimum) sebesar 63.00000. Dan

nilai simpangan baku (standard deviation) sebesar 4314.910

dengan jumlah observasi sebanyak 55 sampel.

2) Variabel Current Ratio (CR) pada perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019

memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 2.540364 dengan nilai

tengah (median) sebesar 1.710000. Nilai tertinggi (maximum)

sebesar 8.640000 dan nilai terendah (minimum) sebesar 0.580000.

Dan nilai simpangan baku (standard deviation) sebesar 1.987181

dengan jumlah observasi sebanyak 55 sampel.


65

3) Variabel Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019

memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0.827818 dengan nilai

tengah (median) sebesar 0.770000. Nilai tertinggi (maximum)

sebesar 1.950000 dan nilai terendah (minimum) sebesar 0.160000.

Dan nilai simpangan baku (standard deviation) sebesar 0.497221

dengan jumlah observasi sebanyak 55 sampel.

4) Variabel Net Profit Margin (NPM) pada perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019

memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0.118564 dengan nilai

tengah (median) sebesar 0.080000. Nilai tertinggi (maximum)

sebesar 0.390000 dan nilai terendah (minimum) sebesar 0.010000.

Dan nilai simpangan baku (standard deviation) sebesar 0.108347

dengan jumlah observasi sebanyak 55 sampel.

b) Analisis Model Estimasi Regresi

1) Uji Chow

Uji chow adalah untuk menentukan diantara kedua metode

yaitu Common Effect Model (CEM) dan Fixed Effect Model (FEM)

yang sebaiknya digunakan dalam pemodelan data panel. Hipotesis

yang dibentuk sebagai dasar pengambilan keputusan uji chow

adalah:

HO : Common Effect Model (Prob > 0,05)


H1 : Fixed Effect Model (Prob < 0,05)
66

Berikut ini merupakan output dari uji chow yang telah

dilakukan dalam penelitian ini.

Tabel 4.6
Hasil Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 22.662648 (10,41) 0.0000
Cross-section Chi-square 103.181112 10 0.0000
Sumber: data diolah menggunakan Eviews9, 2020

Hasil dari uji chow pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa P-

value untuk cross section F Chi-Square = 0,0000 < 0,05 artinya HO

ditolak dan H1 diterima, dengan demikian model regresi yang sesuai

untuk digunakan dalam penelitian ini menurut uji chow adalah

Fixed Effect Model (FEM).

2) Uji Hausman

Uji hausman yaitu untuk menentukan diantara kedua

metode Random Effect Model (REM) dan Fixed Effect Model (FEM)

yang sebaiknya digunakan dalam pemodelan data panel. Hipotesis

yang dibentuk sebagai dasar pengambilan keputusan dalam uji

hausman adalah:

HO : Random Effect Model (Prob > 0,05)

H1 : Fixed Effect Model (Prob < 0,05)

Berikut ini merupakan output dari uji hausman yang telah

dilakukan dalam penelitian ini.


67

Tabel 4.7
Hasil Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test


Equation: REM
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 7.562808 3 0.0560
Sumber: data diolah menggunakan Eviews9, 2020

Hasil dari uji hausman pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa

P-value untuk cross section F Chi-Square = 0,0560 > 0,05 artinya

HO diterima, dengan demikian model regresi yang sesuai untuk

digunakan dalam penelitian ini menurut uji hausman adalah Random

Effect Model (REM). Karena pada uji chow model regresi yang

sesuai adalah Random Effect Model (REM), maka perlu dilakukan

uji selanjutnya yaitu uji lagrange multiplier.

3) Uji Lagrange Multiplier

Uji lagrange multiplier yaitu untuk menentukan diantara

kedua metode Random Effect Model (REM) dan Common Effect

Model (FEM) yang sebaiknya digunakan dalam pemodelan data

panel. Hipotesis yang dibentuk sebagai dasar pengambilan

keputusan dalam uji hausman adalah:

HO : Common Effect Model (Prob > 0,05)

H1 : Random Effect Model (Prob < 0,05)

Berikut ini merupakan output dari uji lagrange multiplier

yang telah dilakukan dalam penelitian ini.


68

Tabel 4.8
Hasil Uji Lagrange Multiplier
Lagrange Multiplier Tests for Random Effects
Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 45.47928 1.903496 47.38278
(0.0000) (0.1677) (0.0000)

Honda 6.743833 -1.379672 3.793034


(0.0000) -- (0.0001)

King-Wu 6.743833 -1.379672 2.438694


(0.0000) -- (0.0074)

Standardized Honda 8.453734 -1.198748 1.682211


(0.0000) -- (0.0463)

Standardized King-Wu 8.453734 -1.198748 0.256854


(0.0000) -- (0.3986)

Gourierioux, et al.* -- -- 45.47928


(< 0.01)
Sumber: data diolah menggunakan Eviews9, 2020

Hasil dari uji lagrange multiplier pada tabel 4.8

menunjukkan bahwa nilai Breusch-Pagan Cross-Section 0,0000 <

0,05 artinya HO ditolak dan H1 diterima, dengan demikian model

regresi yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini menurut

uji lagrage Multiplier adalah Random Effect Model (REM).

c) Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kondisi data yang

digunkaan dalam penelitian untuk memperoleh model analisis yang

tepat. Ada tiga cara pengujian dalam uji asumsi klasik, meliputi uji

normalitas, uji multikolonieritas dan uji heteroskesdastisitas. Motode

analisis data yang digunakan adalah model analisis regresi berganda


69

dengan bantuan software Eviews9.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah distribusi

variabel terikat untuk setiap variabel bebas tertentu berdistribusi normal

atau tidak. Pada program Eviews, uji normalitas dapat dilakukan

menggunakan uji histogram dan uji Jarque-Bera. Setiap variabel dapat

dikatakan berdistribusi normal ketika didapatkan P-value > 0,05.

Berikut ini merupakan output dari uji normalitas.

Gambar 4.5
Hasil Uji Normalitas
12
Series: Standardized Residuals
Sample 2015 2019
10
Observations 55

8 Mean 3.50e-15
Median -0.206969
Maximum 1.871962
6
Minimum -2.619269
Std. Dev. 1.135647
4 Skewness -0.525958
Kurtosis 2.908885
2
Jarque-Bera 2.554822
Probability 0.278758
0
-2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

Hasil dari uji normalitas pada gambar 4.5 di atas dapat

disimpulkan bahwa nilai P-Value pada penelitian ini sebesar

0,278758 > 0,05. Dengan demikian HO diterima dan H1 ditolak,

artinya bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal.

2) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah

antara variabel independen terjadi multikolinier atau tidak dan


70

apakah pada regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau

sempurna antar variabel independen. Hipotesis yang akan digunakan

sebagai dasar pengambilan keputusan model regresi terbebas dari

masalah multikolonieritas adalah jika memiliki koefisien korelasi <

0,8. Berikut ini merupakan output dari uji multikolineritas.

Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolineritas
CR DER NPM
CR 1.000000 -0.727485 0.529209
DER -0.727485 1.000000 -0.175237
NPM 0.529209 -0.175237 1.000000
Sumber: data diolah menggunakan Eviews9, 2020

Hasil dari uji multikolineritas pada tabel 4.8 di atas dapat

disimpulkan bahwa variabel-variabel independen terbebas dari

masalah multikolonieritas. Dibuktikan dengan tidak terdapat

variabel dengan nilai koefisien korelasi > 0,8.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskesdasitas digunakan untuk mengetahui apakah

dalam sebuh model regresi, terjadi ketidaksamaan varians residual dari

suatu pengamatan yang lain. Jika varians residual dari sutu pengamatan

yang lain tetap, maka hal tersebut homokedastisitas dan jika varians

berbeda disebut sebagai heteroskedastisitas. Hipotesis yang dibentuk

adalah jika signifikansi korelasi kurang dari 0,05 berarti terjadi masalah

heteroskedastisitas pada variabel penelitian. Berikut ini merupakan

output dari uji heteroskesdasitas.


71

Tabel 4.9
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 12/02/20 Time: 14:50
Sample: 2015 2019
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.978804 0.323887 3.022058 0.0039
CR -0.023678 0.060671 -0.390265 0.6980
DER 0.122562 0.172923 0.708764 0.4817
NPM -1.092064 1.036665 -1.053440 0.2971
Sumber: data diolah menggunakan Eviews9, 2020

Hasil dari uji heteroskedastisitas pada tabel 4.9 di atas dapat

dilihat bahwa setiap variabel menunjukkan nilai P-Value > 0,05.

Dengan demikian, tidak ada masalah heteroskedastisitas pada

variabel independen.

d) Pengujian Hipotesis

1) Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan pada hasil penelitian model estimasi regresi,

model yang terpilih adalah Random Effect Model (REM). Model ini

selanjutkan akan digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-

variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian

ini. Berikut ini merupakan output dari regresi data panel dalam

bentuk tabel.
72

Tabel 4.11
Hasil Analisis Regresi Berganda
Random Effect Model
Dependent Variable: HS
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 12/02/20 Time: 14:43
Sample: 2015 2019
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3381.308 1460.684 2.314879 0.0247
CR -470.0377 281.3972 -1.670371 0.1010
DER -872.1302 809.1041 -1.077896 0.2862
NPM 23796.32 4758.005 5.001324 0.0000
Sumber: diolah menggunakan Eviews9, 2020
Berdasarkan hasil regresi data panel yang ditunjukkan pada

tabel 4.11, persamaan regresi adalah sebagai berikut:

HS = 3381,308 – 470,0377 CR – 872,1302 DER + 232796,32

NPM + ε

Setelah diperoleh persamaan regresi Random Effect Model

(REM) di atas, maka koefisien-koefisien dalam persamaan regresi

di atas dapat diartikan sebagai berikut:

a) Nilai konstanta sebesar 3381,308 menunjukan apabila variabel

indenpenden nol maka variabel harga saham menggalami

kenaikan sebesar 3381,308.

b) Koefisien Current Ratio (CR) bernilai negatif sebesar -470,0377

menunjukkan bahwa setiap peningkatan Current Ratio (CR)

sebesar 1 satuan maka akan menurunkan harga saham sebesar -

470,0377.
73

c) Koefisien Debt to Equity Ratio (DER) bernilai negatif sebesar –

872,1302 menunjukkan bahwa setiap peningkatan Debt to

Equity Ratio (DER) sebesar 1 satuan maka akan menurunkan

harga saham sebesar –872,1302

d) Koefisien Net Profit Margin (NPM) bernilai positif sebesar -

232796,32 menunjukkan bahwa setiap peningkatan Net Profit

Margin (NPM) sebesar 1 satuan maka akan menaikan harga

saham sebesar 232796,32.

2) Uji Simultan (Uji F)

Untuk mengetahui apakah variabel independen yaitu Debt to

Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), dan Return On

Equity (ROE) secara simultan terdapat pengaruh terhadap variabel

dependen yaitu harga saham pada perusahaan sub sektor property

dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-

2018.

HO : Tidak terdapat pengaruh secara simultan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

H1 : Terdapat pengaruh secara simultan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

Dasar pengambilan keputusan pada hasil uji F dapat

dilakukan dengan kriteria di bawah ini:

a) Jika F-hitung < F-tabel dan nilai Sig > 0.05 maka HO diterima dan

H1 ditolak yang berarti variabel independen secara simultan tidak


74

berpengaruh terhadap variabel dependen.

b) Jika F-hitung > F-tabel dan nilai Sig < 0.05 maka HO ditolak dan H1

diterima yang berarti variabel independen secara simultan

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Di bawah ini merupakan tabel output dari uji parsial atau uji

t adalah sebagai berikut.

Tabel 4.12
Hasil Uji Simultan (Uji F)
Dependent Variable: HS
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 12/02/20 Time: 14:43
Sample: 2015 2019
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3381.308 1460.684 2.314879 0.0247
CR -470.0377 281.3972 -1.670371 0.1010
DER -872.1302 809.1041 -1.077896 0.2862
NPM 23796.32 4758.005 5.001324 0.0000
R-squared 0.320356 Mean dependent var 856.6335
Adjusted R-
0.280376 S.D. dependent var 1457.985
squared
S.E. of
1236.818 Sum squared resid 78015613
regression
F-statistic 8.013078 Durbin-Watson stat 1.879139
Prob(F-statistic) 0.000180
Sumber: data diolah menggunakan Eviews9, 2020

Hasil uji F di atas diperoleh Fhitung sebesar 8,013078 lalu Ftabel

yang dihasilkan dari perhitungan df 1 (k-1) atau 3-1 = 2 dan df 2 (n-

k) atau 55-3 = 52 diperoleh sebesar 3,18. Dengan demikian Fhitung >

Ftabel (8,013078 > 3,18). Probabilitas yang dihasilkan sebesar

0,000180 < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima dan dapat


75

disimpulkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh Currnt Ratio

(CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Net Profit Margin (NPM)

terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019.

3) Uji Parsial (Uji t)

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh masing-masing variabel independen secara individual

terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi

0,05. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

HO : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel

independen dengan variabel dependen.

H1 : Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel independen

dengan variabel dependen.

Hasil t-hitung dibandingkan dengan t-tabel, dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut:

a) Jika t-hitung < t-tabel dan nilai Sig > 0.05 maka HO diterima dan H1

ditolak yang berarti variabel independen secara parsial tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

b) Jika t-hitung > t-tabel dan nilai Sig < 0.05 maka HO ditolak dan H1

diterima yang berarti variabel independen secara parsial

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Di bawah ini merupakan tabel output dari uji parsial atau

uji t adalah sebagai berikut.


76

Tabel 4.13
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Dependent Variable: HS
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 12/02/20 Time: 14:43
Sample: 2015 2019
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3381.308 1460.684 2.314879 0.0247
CR -470.0377 281.3972 -1.670371 0.1010
DER -872.1302 809.1041 -1.077896 0.2862
NPM 23796.32 4758.005 5.001324 0.0000
Sumber: data diolah menggunakan Eviews9, 2020

Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) yang ditunjukkan oleh

tabel 4.13 di atas, dengan demikian dapat disimpulkan sebagai

berikut:

a) Hipotesis 1

HO : Currnt Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap harga saham.

H1 : Currnt Ratio (CR) berpengaruh secara terhadap harga

saham.

Berdasarkan uji parsial pada tabel 4.13 di atas,

menunjukkan bahwa nilai signifikan variabel Currnt Ratio (CR)

sebesar 0,1010 > 0,05. Demikian dapat disimpulkan bahwa HO

diterima, hal ini menunjukkan bahwa secara parsial tidak

terdapat pengaruh Current Ratio (CR) terhadap harga saham

pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2015-2019.


77

b) Hipotesis 2

HO : Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap

harga saham.

H1: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara terhadap

harga saham.

Berdasarkan uji parsial pada tabel 4.13 di atas,

menunjukkan bahwa nilai signifikan variabel Debt to Equity

Ratio (DER) sebesar 0,2862 < 0,05. Demikian dapat

disimpulkan bahwa HO diterima, hal ini menunjukkan bahwa

secara parsial tidak terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio

(DER) terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-

2019.

c) Hipotesis 3

HO : Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap harga

saham.

H1: Net Profit Margin (NPM) berpengaruh secara terhadap

harga saham.

Berdasarkan uji parsial pada tabel 4.13 di atas,

menunjukkan bahwa nilai signifikan variabel Net Profit Margin

(NPM) sebesar 0,0000 > 0,05. Demikian dapat disimpulkan

bahwa HO ditolak dan H1 diterima, hal ini menunjukkan bahwa

secara parsial terdapat pengaruh Net Profit Margin (NPM)


78

terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019.

4) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur

seberapa besar variabel-variabel bebas dapat menjelaskan variabel

terikat. Koefisien ini menunjukan seberapa besar variasi total pada

variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya dalam

model regresi tersebut. Di bawah ini merupakan tabel output dari uji

koefisien determinasi (R2) adalah sebagai berikut.

Tabel 4.14
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Dependent Variable: HS
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 12/02/20 Time: 14:43
Sample: 2015 2019
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3381.308 1460.684 2.314879 0.0247
CR -470.0377 281.3972 -1.670371 0.1010
DER -872.1302 809.1041 -1.077896 0.2862
NPM 23796.32 4758.005 5.001324 0.0000
R-squared 0.320356 Mean dependent var 856.6335
Adjusted R-squared 0.280376 S.D. dependent var 1457.985
S.E. of regression 1236.818 Sum squared resid 78015613
F-statistic 8.013078 Durbin-Watson stat 1.879139
Prob(F-statistic) 0.000180

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat

bahwa nilai Adjusted R-squared diperoleh sebesar 0,280376 atau

28,04%. Nilai Adjusted R-squared tersebut memiliki arti bahwa 28,04%


79

terdapat pengaruh yang lemah antara ketiga variabel independen yang

meliputi Currnt Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Net Profit

Margin (NPM) dengan harga saham pada perusahaan makanan dan

minumna yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019.

Sedangkan 71,96% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.

2. Pembahasan

a) Pengaruh Currnt Ratio (CR) Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil penelitian di atas, diperoleh koefisien Currnt

Ratio (CR) sebesar -470,0377 dan nilai probabilitas sebesar 0,1010 yang

berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian Currnt Ratio (CR) tidak

berpengaruh terhadap harga saham pada makanan dan minumna yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2015-2019.

Currnt Ratio (CR) merupakan rasio yang menggambarkan sampai

sejauh mana pemilik perusahaan dapat membayar utang jangka pendek

kepada pihak luar. Semakin tinggi Currnt Ratio (CR) akan semakin baik

karena perusahaan dapat melunasi hutang jangka pendeknya. Jika

semakin rendah Currnt Ratio (CR) berarti semakin buruk karena

perusahaan tidak dapat melunasi hutang jangka pendeknya. Dengan

semakin meningkatnya Currnt Ratio (CR) mengakibatkan menurunnya

jumlah hutang lancar perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Selva Wahnida (2017) yang menyatakan bahwa

tidak terdapat pengaruh antara variabel Currnt Ratio (CR) terhadap


80

harga saham. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil

penelitian Reynard Valtintino (2013) yang menyatakan bahwa terdapat

pengaruh antara variabel Currnt Ratio (CR) terhadap harga saham.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka hipotesis yang menyatakan

bahwa variabel Currnt Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap harga

saham tidak diterima.

b) Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil penelitian di atas, diperoleh koefisien Debt

to Equity Ratio (DER) -872,1302 dan nilai probabilitas sebesar 0,2862

yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian Debt to Equity Ratio

(DER) tidak berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan

makanan dan minumna yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

tahun 2015-2019.

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang

menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi

utang-utang kepada pihak luar. Semakin rendah rasio Debt to Equity

Ratio (DER) akan semakin baik karena dapat meringankan beban bunga

yang dikenakan sehingga laba yang diperoleh tidak terlalu dibebani dan

pembangian laba lebih besar. Jika semakin tinggi Debt to Equity Ratio

(DER) berarti meningkat pula beban bunga yang ditanggung

perusahaan. Dengan semakin meningkatnya Debt to Equity Ratio (DER)

mengakibatkan profitabilitas perusahaan mengalami penurunan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya


81

yang dilakukan oleh Nuryati Sapitri (2018) yang menyatakan bahwa

tidak terdapat pengaruh antara variabel Debt to Equity Ratio (DER)

terhadap harga saham. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

hasil penelitian Melisa Setyadi Kurniawan (2017) yang menyatakan

bahwa terdapat pengaruh antara variabel Debt to Equity Ratio (DER)

terhadap harga saham. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka hipotesis

yang menyatakan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) tidak

berpengaruh terhadap harga saham tidak diterima.

c) Pengaruh Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil penelitian di atas, diperoleh koefisien Net

Profit Margin (NPM) sebesar 23796,32 dan nilai probabilitas sebesar

0,0000 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Net Profit

Margin (NPM) berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan

makanan dan minumna yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

tahun 2015-2019.

Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang menggambarkan

besarnya presentase keuntungan bersih yang dihasilkan oleh perusahaan

untuk setiap penjualan. Semakin tinggi NPM maka kemampuan

perusahaan dalam menanamkan laba rugi juga tinggi begitupun

sebaliknya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Melisa Setyadi Kurniawan (2017) yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel Net Profit Margin


82

(NPM) terhadap harga saham. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan hasil penelitian Denny Apriyani (2019) yang menyatakan bahwa

tidak terdapat pengaruh antara variabel Net Profit Margin (NPM)

terhadap harga saham. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka hipotesis

yang menyatakan bahwa variabel Net Profit Margin (NPM)

berpengaruh terhadap harga saham diterima.

d) Pengaruh Currnt Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Net

Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa

Currnt Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Net Profit Margin

(NPM) secara simultan berpengaruh terhadap harga saham pada

perusahaan makanan dan minumna yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode tahun 2015-2019. Hal ini dibuktikan dengan Fhitung >

Ftabel (8,013078 > 3,18) dan probabilitas yang dihasilkan sebesar

0,000180 < 0,05.

Dapat dilihat hasil uji koefisien determinasi bahwa nilai

Adjusted R-squared diperoleh sebesar 0,280376 atau 28,04%. Nilai

Adjusted R-squared tersebut memiliki arti bahwa 28,04% terdapat

pengaruh yang lemah antara ketiga variabel independen yang meliputi

Currnt Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Net Profit Margin

(NPM) dengan harga saham pada perusahaan makanan dan minumna

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019. Sedangkan

71,96% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.

Anda mungkin juga menyukai