Anda di halaman 1dari 147

HUKUM PIDANA

1
BAHASAN :
1 DEFINISI HUKUM PIDANA

2 DELIK

3 PEMIDANAAN
ALASAN PEMBENAR, ALASAN PEMAAF
4
& ALASAN PENGHAPUS PENUNTUTAN

5 AZAS-AZAS HUKUM PIDANA

6 KRIMINOLOGI
2
1

DEFINISI
HUKUM PIDANA
3
DEFINISI HUKUM PIDANA
☼ IUS PONEALE ☼

• Menurut MEZGER hukum pidana dapat didefinisikan sebagai


berikut : “aturan hukum, yang mengikatkan kepada suatu
perbuatan yang memenuhi syarat- syarat tertentu suatu akibat
yang berupa pidana”.
• Jadi definisi itu hukum pidana berpokok pangkal pada :
1. Perbuatan yang memenuhi syarat tertentu;
2. Pidana.
• Pengertian “hukum pidana” tersebut juga dikenal dengan “Ius
poneale”.

4
PERBUATAN YANG MEMENUHI SYARAT
TERTENTU
• Dengan “perbuatan yang memenuhi syarat- syarat tertentu” itu
dimaksudkan perbuatan yang dilakukan orang, yang memungkinkan
adanya pemberian pidana.
• Perbuatan semacam itu dapat disebut “perbuatan yang dapat dipidana” atau
disingkat “perbuatan jahat”.
• Oleh karena itu dalam perbuatan jahat tersebut harus ada orang yang
melakukannya, maka persoalan tentang ”perbuatan tertentu” itu diperinci
menjadi 2 yaitu:
1. perbuatan yang dilarang dan;
2. orang yang melanggar larangan itu.
5
PIDANA
• Pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan
perbuatan yang memenuhi syarat- syarat perbuatan itu.
• Di dalam hukum pidana modern, pidana ini meliputi ”tindakan tata tertib”
(tuchtmaatregel).
• Di dalam KUHP yang sekarang berlaku jenis-jenis pidana yang dapat diterapkan
seperti yang tercantum pada pasal 10 KUHP, yaitu dalam hukuman pokok dan
hukuman tambahan, sebagai berikut:
• Yang termasuk hukuman pokok:
1. hukuman mati;
2. hukuman penjara;
3. hukuman kurungan;
4. hukuman denda.
• Yang termasuk hukuman tambahan:
1. pencabutan hak- hak tertentu;
2. perampasan barang- barang tertentu;
6
3. pengumuman keputusan hakim.
HUKUM PIDANA POKOK
• Jenis hukum yang dijatuhkan dengn hukum pidana pokok
meliputi ketentuan pelanggaran pasal-pasal :
• Pasal 10 : Tentang Pidana Pokok dan Tambahan
• Pasal 53 : Percobaan Kejahatan
• Pasal 104 : Tentang Penyerangan atau Makar
• Pasal 131 : Kejahatan Terhadap Martabat Presiden dan
Wapres
• Pasal 140 : Kejahatan Politik
• Pasal 187 : Pembkaran
• Pasal 170 : Pengeroyokan 7
Pasal 241 : Pembunuhan Terhadap Anak
Pasal 242 : Sumpah Palsu Dan Keterangan
Palsu
Pasal 244 : Pemalsuan Mata Uang
Pasal 281 : Kejahatan Kesusilaan
Pasal 285 : Pemerkosaan
Pasal 300 : minuman keras
Pasal 303 : Perjudian
Pasal 310 : Penghinaan
Pasal 311 : Menfitnah
Pasal 328 : Penculikan
Pasal 338 : Pembunuhan Biasa 8
Pasal 340 : Pembunuhan Berencana
Pasal 352 : Penganiayaan Ringan
Pasal 362 : Pencurian biasa
Pasal 363 : Pencurian dengan Pemberatan

9
DEFINISI HUKUM PIDANA
☼ IUS PUNIENDI ☼

• Di samping Ius poneale ada Ius puniendi.


• Ius puniendi dapat diartikan secara luas dan sempit :
Dalam arti luas  Hak dari negara atau alat-alat perlengkapan negara
untuk mengenakan atau mengancam pidana terhadap perbuatan
tertentu.
Dalam arti sempit  Hak untuk menuntut perkara- perkara pidana,
menjatuhkan dan melaksanakan pidana terhadap orang yang
melakukan perbuatan yang dilarang.
Hak ini dilakukan oleh badan peradilan.
• Jadi hak puniendi adalah hak mengenakan pidana, dan ius puniendi
10
harus berdasarkan pada ius poneale.
DEFINISI HUKUM PIDANA YANG LAIN
NO TOKOH DEFINISI
1. SIMONS Kesemuanya perintah2 & larangan2 yg diadakan o/ negara & yg diancam
dgn suatu nestapa (pidana) bg barang siapa yg tdk mentaatinya,
kesemuanya aturan-aturan yg menentukan syarat-syarat bg akibat
hukum itu & kesemuanya aturan2 u/ mengadakan (menjatuhi) &
menjalankan pidana tsb.
SIMONS melakukan pembagian hukum pidana sbb :
1. Hk. Pidana subjektif >< Hk. Pidana objektif
 Hk. Pidana subjektif  hak dr negara u/ mengaitkan pelanggaran thd
suatu peraturan dgn hukuman yg disebut ius poeniendi.
 Hk. Pidana objektif  hukum pidana yg berlaku atau hukum pidana
positif yg disebut ius poenale.
2. Hk. Pidana material >< Hk. Pidana formal
 Hk. Pidana material  memuat ketentuan2 serta rumusan dr suatu
tindak pidana, ketentuan2 mengenai pertanggungjawaban pidana,
ketentuan2 mengenai pelaku & ketentuan2 mengenai pidana
 Hk. Pidana formal  mengatur ttg cara2 mewujudkan hak memidana
& menjalankan pidana
3. Hk. Pidana termasuk hukum publik (>< VAN KAN, PAUL
SCHOLTEN, LOGEMAN, LEMAIRE, UTRECHT)
 Dalam meperbandingkan individu2 dgn masyarakat negara,
penerapan hk. Pidana hanya dilakukan apabila kepentingan
masyarakat menuntutnya
 Pertanggungjawaban hk. Pidana tetap & tdk berubah, sekalipun
11
perbuatan tsb dilakukan a/ permintaan dr yg terkena tindakan
LANJUTAN …..
DEFINISI HUKUM PIDANA YANG LAIN

NO TOKOH DEFINISI
2. POMPE Semua aturan hukum yg menetukan thd tindakan apa yg
seharusnya dijatuhkan pidana & apa macam pidana-nya yg
bersesuaian.

3. SUTHERLAND The criminal law in turn is defined conventionally as a body of


& CRESSEY specific rules regarding human conduct which have been
promulgated by political authority which apply uniformly to all
members of the classes to which the rules refer, and which are
enforced by punishment administrated by the state.

4. Mr. J.M. VAN HUKUM PIDANA MATERIIL tdr a/ tindak pidana yg disebut
BEMMELEN berturut-turut, peraturan umum yg dpt diterapkan thd perbuatan
itu, & pidana yg dpt diancamkan thd perbuatan itu.
HUKUM PIDANA FORMIL mengatur cara bagaimana acara
pidana seharusnya dilakukan & menentukan tata tertib yg harus
12
diperhatikan pd kesempatan itu.
LANJUTAN …..
DEFINISI HUKUM PIDANA YANG LAIN

NO TOKOH DEFINISI
5. WIRJONO HUKUM PIDANA ialah Peraturan hukum mengenai pidana.
PROJODIKORO PIDANA  hal yg dipidanakan, yaitu o/ instansi yg berkuasa
dilimpahkan kpd seorang oknum sbg hal yg tdk enak dirasakannya
& jg hal yg tdk sehari-hari dilimpahkan.
Unsur pokok hukum pidana  Norma (larangan atau aturan) & sanksi a/
pelanggaran norma tsb berupa ancaman hukuman pidana, &
bahwa dasar dr segala hukum ialah rasa keadilan.
Pembidangan hukum pidana :
1. Hukum pidana materiil, yaitu isi drpd hukum pidana sbb :
 penunjukan & gambaran dr perbuatan2 yg diancam dgn hk.
Pidana;
 penunjukan syarat umum yg harus dipenuhi agar perbuatan itu
mrpk perbuatan yg pembuatnya dpt dihukum pidana;
 penunjukan orang atau badan hukum yg pd umumnya dpt dihukum
pidana;
 penunjukan jenis hukuman pidana yg dpt dijatuhkan.
2. Hukum pidana formil, yaitu hukum acara pidana yg berkaitan erat
dgn diadakannya hukum pidana, o/ krn itu, mrpk suatu rangkaian
peraturan yg memuat cara bagaimana badan2 pemerintah yg
berkuasa, yi kepolisian, kejaksaan & pengadilan harus bertindak
13
guna mencapai tujuan negara dgn mengadakan hukum pidana
LANJUTAN … DEFINISI HUKUM PIDANA YANG LAIN
NO TOKOH DEFINISI
6. PROF. Hukum pidana adalah bagian dr hukum yg mengadakan dasar & aturan2 u/
MOELJATNO menentukan :
 Perbuatan2 mana yg tdk boleh dilakukan, yg dilarang dgn diserta ancaman
sanksi brp suatu pidana ttt, bg barang siapa yg melanggar larangan tsb;
Kapan & dalam hal apa kpd mereka yg telah melanggar larangan2 itu dpt
dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yg telah diancamkan;
Dgn cara bagaimana pengenaan pidana itu dpt dilaksanakan apabila ada orang
yg disangka telah melanggar larangan tsb.

7. Mr. HUKUM PIDANA MATERIIL adalah kumpulan aturan hukum yg menentukan


TIRTAAMIDJAJA pelanggaran pidana, menetapkan syarat-syarat bagi pelanggaran pidana u/ dpt
dihukum, menunjukkan orang yg dpt dihukum & menetapkan hukuman a/
pelanggaran pidana.
HUKUM PIDANA FORMIL adalah kumpulan aturan hukum yg mengatur cara
mempertahankan hukum pidana materiil thd pelanggaran yg dilakukan o/ orang2
ttt, atau dgn kata lain, mangatur cara bagaimana hukum pidana materiil
diwujudkan sehingga diperoleh keputusan hakim serta mengatur cara
melaksanakan keputusan hakim.

8. SATAUCHID Sejumlah peraturan2 yg mrpk bahagian dr hukum positif yg mengandung


KARTANEGARA larangan2 & keharusan2 yg ditentukan o/ negara atau kekuasaan lain yg
berwenang u/ menentukan peraturan2 pidana, & apabila hal ini dilanggar
timbullah hak dr negara u/ melakukan tuntutan, menjalankan pidana &
melaksanakan pidana.
14
FUNGSI HUKUM PIDANA
• Dapat dibedakan dua fungsi dari hukum pidana yaitu :
1. Fungsi yang umum;
2. Fungsi yang khusus.
• Ad.1
Oleh karena hukum pidana itu merupakan sebagian dari keseluruhan lapangan
hukum, maka fungsi hukum pidana sama juga dengan fungsi hukum pada
umumnya, ialah mengatur hidup kemasyarakatan atau menyelenggarakan tata
dalam masyarakat.
• Ad.2
Fungsi yang khusus dari hukum pidana ialah melindungi kepentingan hukum
terhadap perbuatan yang hendak memperkosannya, dengan sanksi yang berupa
pidana yang sifatnya lebih tajam jika dibandingkan dengan sanksi yang terdapat
pada cabang – cabang hukum yang lainnya.
• Dapat dikatakan bahwa hukum pidana itu memberi aturan- aturan untuk
menanggulangi perbuatan jahat. 15
2

DELIK
16
ISTILAH DELIK

• Asal kata : delictum (latin); delict (Jerman); delit


(Perancis); delict (Belanda).
• KBBI (Kamus Bebas Bahasa Indonesia)  Delik = tindak
pidana
• PROF. MOELJATNO  delik = perbuatan pidana
• UTRECHT  delik = peristiwa pidana
• MR. TIRTAAMIDJAJA  delik = pelanggaran pidana
• Para pakar hukum pidana yg lain : VAN HAMEL,
SIMONS  delik = strafbaar feit
17
DEFINISI DELIK
NO TOKOH DEFINISI
1. KBBI Delik = tindak pidana  Perbuatan yg dpt dikenakan hukuman
krn mrpk pelanggaran thd UU; tindak pidana

2. PROF. Delik = perbuatan pidana  Perbuatan yg dilarang oleh suatu


MOELJATNO aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sangsi) yg
berupa pidana ttt, bagi barang siapa yg melanggar larangan tsb,
asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangan ditujukan kpd
perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yg ditimbulkan o/
kelakuan orang), sedangkan ancaman pidananya ditujukan kpd
orang yg menimbulkan kejadian itu.

3. E. UTRECHT Delik = peristiwa pidana  yg ditinjau adalah adalah peristiwa


(feit) dari sudut hukum pidana.
Peristiwa itu sendiri adalah suatu pengertian yg konkrit yg hanya
menunjuk kpd suatu kejadian yg ttt saja, misalnya : kematian.
18
LANJUTAN …... DEFINISI DELIK

NO TOKOH DEFINISI
4. VAN Delik = strafbaar feit  kelakuan orang (menselijke
HAMEL gedraging) yg dirumuskan dalam wet, yg bersifat
melawan hukum, yg patut dipidana (strafwaardig) &
dilakukan dgn kesalahan.

5. SIMONS Delik = strafbaar feit  kelakuan (handeling) yg


diancam dgn pidana, yg bersifat melawan hukum, yg
berhubungan dgn kesalahan & yg dilakukan o/
orang yg mampu bertanggung-jawab

19
SKEMA UNSUR – UNSUR DELIK
Kesengajaan sbg Maksud
(Oogmerk)
Kesengajaan dgn
KESENGAJAAN Keinsafan Pasti
(DOLUS) (Opzet als
Zekerheidsbewustzijn)
Kesengajaan dgn
Keinsafan Akan
Kemungkinan (Dolus
UNSUR Evantualis)
SUBJEKTIF Tak Berhati-hati
KEALPAAN Dapat Menduga
UNSUR (CULPA)
Kelalaian
DELIK
Perbuatan Aktif atau
PERBUATAN
UNSUR Positif (Act)
MANUSIA
OBJEKTIF Perbuatan Pasif atau
AKIBAT Negatif (Omission)
PERBUATAN
SIFAT MELAWAN HUKUM (WEDERRECHTELIJKHEID)
20
& DAPAT DIHUKUM
KEADAAN-KEADAAN
(CIRCUMSTANCES)
MACAM – MACAM DELIK

• Pembedaan antara KEJAHATAN dengan


PELANGGARAN,
Menurut WIRJONO PROJODIKORO, antara keduanya
tdp perbedaan kuantitatif, dimana kejahatan pd
umumnya diancam dgn pidana yg lebih berat drpd
pelanggaran

21
NO PEMBEDAAN
DASAR
PEMBEDAAN
DELIK-DELIK LAINNYA
MACAM DELIK :
1. Cara 1. Delik formal  yg dirumuskan adl tindakan yg dilarang (beserta
Perumusannya hal/kedaan lainnya) dgn tidak mempersoalkan akibat dr tindakan
itu, ex : 160 (penghasutan), 209 (penyuapan), 247 (sumpah palsu),
362 (pencurian)
2. Delik material  selain dilakukannya tindakan yg terlarang tsb,
masih harus ada akibat yg timbul krn tindakan itu, baru dpt
dikatakan telah terjadi tindak pidana tsb sepenuhnya (voltooid), ex :
338 (pembunuhan), 378 (penipuan)

2. Cara Melakukan 1. Delik komisi  tindakan aktif (active handeling) yg dilarang yg u/


Tindak Pidana pelangarannya diancam pidana, ex : dilarang membunuh (338),
dilarang mencuri (362), dilarang berzina (284)
2. Delik omisi  tindakan pasif (passive handeling) yg diharuskan,
yg jika tidak melakukannya diancam dgn pidana, ex : 224
(keharusan jd saksi), 164 (wajib melaporkan kejahatan ttt)
3. Delik campuran  tindakan yg mrpk campuran delik komisi &
delik omisi, ex : 306 (membiarkan seseorang yg wajib
dipeliharanya yg berakibat matinya orang itu); 194 (seorang
penjaga palang pintu KA yg tdk menutup pintu palang KA 22ketika KA
lewat sehingga mengakibatkan kecelakaan KA & matinya orang)
LANJUTAN …..
PEMBEDAAN DELIK-DELIK LAINNYA :

NO DASAR PEMBEDAAN MACAM DELIK


3. Ada/ Tidaknya 1. Delik mandiri (zelfstandige delicten)  jk tindakan yg
Pengulangan/ dilakukan itu hanya 1 kali, u/ mana petindak dipidana, ex :
Kelanjutan mencuri sepeda, menganiaya seseorang;
2. Delik berlanjut (voortgezette delicten)  jk tindakan yg
sama berulang dilakukan & mrpk atau dapat dianggap sbg
kelanjutan tindakan semula, ex : Ayah yg setiap hari
memukuli anaknya, sopir yg setiap malam mengemudikan
mobil tanpa lampu;
Delik ini erat kaitannya dengan Ps.64 KUHP ttg “gabungan
tindak pidana”

4. Berakhir atau 1. Delik berakhir (aflopende delict)  tindakan sudah


Berkesinambungannya sempurna (vooltoid), jk petindak telah melakukan suatu
Suatu Delik tindakan terlarang menurut UU
2. Delik berkesinambungan atau berkesiterusan
(voortdurende delict)  dalam beberapa hal, tindakan yg
terlarang menurut UU tsb dilakukan secara
berkesinambungan atau berjalan terus dengan sendirinya.
Ex :
 Perampasan kemerdekaan seseorang (333), perampasan 23
kemerdekaan itu sendiri jk tdk diteruskan adalah delik
berakhir.
LANJUTAN …..
PEMBEDAAN DELIK-DELIK LAINNYA :

NO DASAR PEMBEDAAN MACAM DELIK


5. Tindakan Terlarang tsb 1. Delik bersahaja (enkel voudige delict)  .
mrpk Kebiasaan dr 2. Delik kebiasaan (samengestelde delict)  ex :
Petindak atau tidak kebiasaan u/ mencari nafkah dgn memudahkan
pencabulan antara orang lain (296), kebiasaan
penadahan (481)

6. Pada Tindak Pidana itu 1. Delik biasa  ex : 362 (pencurian biasa), 338
Ditentukan Keadaan yg (pembunuhan biasa)
Memberatkan atau 2. Delik dikualifisir (diperberat)  ex : 363 terhadap 362
Meringankan Pidana (pencurian), 340 terhadap 338 (pembunuhan)
3. Delik diprivilisir (diperingan)  ex : 341 terhadap 338
(pembunuhan anak), 308 terhadap 305 & 306 (seorang
ibu yg meninggalkan anaknya

Pd delik2 (2) & (3) mempunyai unsur2 yg dipunyai delik (1),


disamping unsur keadaan yg memberatkan pidana u/ (2)
& unsur keadaan yg meringankan pidana u/ (3).

7. Bentuk Kesalahan 1. Delik kesengajaan (Delik Dolus)  diperlukan adanya


Petindak kesengajaan, ex : Ps. 338 (pembunuhan), 354 24(sengaja
melukai berat orang lain)
2. Delik kealpaan (Delik Culpa)  orang sudah dpt
dipidana bila kesalahannya itu berbentuk kealpaan, ex :
LANJUTAN …..
PEMBEDAAN DELIK-DELIK LAINNYA :

NO DASAR PEMBEDAAN MACAM DELIK


8. Tindakan Terlarang tsb 1. Delik bersahaja (enkel voudige delict)
mrpk Kebiasaan dr
Petindak atau tidak 2. Delik kebiasaan (samengestelde delict)  ex :
kebiasaan u/ mencari nafkah dgn memudahkan
pencabulan antara orang lain (296), kebiasaan
penadahan (481)

9. Apakah Tindak Pidana 1. Delik umum


itu Mengenai Hak Hidup
(het bestaan) Negara, 2. Delik politik
Ketatanegaraan atau Delik politik murni  ex : pemberontakan, penggulingan
Pemerintahan Negara pemerintah)
Delik politik campuran  ex : mencuri dokumen negara
Delik politik koneksitas  ex : menyembunyikan
senjata api

10. Perbedaan Subjek 1. Delik khusus (delict propria)  subjek dr delik khusus
hanya orang2 atau golongan ttt sbg petindak dr dr tindak
pidana khusus ybs.
subjek dr delik khusus  ex : PNS, militer, dll 25
2. Delik umum (commune delicten)  subjek dr delik
umum dlm KUHP pd umumnya dirumuskan dgn “barang
siapa”, yaitu siapa saja (setiap orang) sebagaimana
LANJUTAN …..
PEMBEDAAN DELIK-DELIK LAINNYA :

NO DASAR MACAM DELIK


PEMBEDAAN
11. Cara Penuntutan 1. Delik aduan
Petindak hanya dpt dituntut krn adanya aduan
2. Delik yg penuntutannya krn jabatan
Petindaknya dituntut o/ petugas, krn memang u/ itulah ia
ditugaskan, tdk perlu ada aduan

26
Delik kejahatan yaitu tindak pidana
yang tergolong berat dan merugikan
terhadap orang atau pihak lain.
Contoh : penipuan, penganiayaan,
pencurian, pembunuhan
delik pelanggaran yaitu tindak
pidana yang tergolong ringan dan
belum tentu menimbulkn kerugian
pihak lain.
Contoh : pelanggaran lalu lintas.27
Menurut doktrin atau ilmu pengetahuan hukum,
delik dapat dibagi menurut beberapa sudut pandang
yakni :
A. Dolus yaitu delik yang dilakukan dengan sengaja
oleh pelakunya dalam arti akibat yang ditimbulkan
oleh delik tersebut memang dikehendaki oleh si
pelaku.
Contoh : perampokaan, pembajakan
B. Culpa yaitu delik yang secara tidak sengaja telah
dilakukan oleh pelakunya (sama sekali diluar
kehendaknya)
contoh : Tabrkan yang terjadi karen mengantuk
(akibat lengah) 28
Berdasarkan wujudnya, delik dibedakan
atas :
a. Delik commissie, yaitu delik yang berwujud
suatu perbuatan yang merugikan orang lain (baik
disengaja maupun tidak sengaja)
contoh : pencurian, penganiayaan, pembunuhan.
b. Delik omissie, yaitu delik yang berwujud
sebagai suatu kelalaian atau pengabaian akan
suatu yang seharusnya dilakukan sehingga
kelalaian atau pengabaian ini menimbulkan
kerugian pihak lain.
Contoh : penjaga palang pintu lintasan kereta
29

api.
Berdasarkan unsur delik yang dilarang oleh
Undang – undang, delik itu dapat dibedakan
atas :
A. Delik formil yaitu delik yang perbuatannya
dilarang oleh undang – undang.
Contoh : pencurian, pemerkosaan, penipuan, dll.
B. Delik materiil yaitu delik yang akibatnya
dilarang oleh undang – undang.
Contoh : pengrusakan barang – barang berharga
(akibat yang dilarang ialah kerugian yang
sampai terjadi), pembunuhan (akibat yang
dilarang adalah matinya orang yang di bunuh)
30
CATATAN : PENGERUSAKAN DAN
PEMBUNUHAN BUKANLAH PERBUATAN
YANG DILARANG UNDANG – UNDANG
KALO MISAL : PENGRUSAKAN ITU
DILAKUKAN TERHADAP BARANG YANG
SUDAH TIDAK TERPAKAI LAGI SEHINGGA
TIDAK MENIMBULKAN KERUGIAN,
PEMBUNUHAN ITU DILAKUKAN
TERHADAP SERANGGA.
LAIN HALNYA DENGAN :
PENCURIAN, MENCURI APA SAJA
DILARANG OLEH UNDANG – UNDANG.
PENIPUAN, MENIPU SIAPA SAJA DILARANG
31

UNDANG – UNDANG.
Menurut segi pandangan dari sudut lain :
a. Berdasarkan pelakunya, maka delik itu
dapat dibedakan atas :
1. Delik umum, yaitu delik yang merupakan
tindak pidana apa saja yang dilakukan siapa
saja.
2. Delik khusus, yaitu delik yang berupa
tindak – tindak pidana tertentu (khusus) dan
pelakunya pun orang – orang tertentu saja.
(Tidak sembarang orang)
contoh : delik militer seperti desersi, yakni
melarikan diri dari tugas kewajiban 32

kemiliteran.
Berdasarkan faktor waktu atau lamanya delik
itu dilakukan maka delik dapat dibedakan atas :
a. Delik yang dilakukan seketika saja atau
sekali saja.
Misalnya : pencopetan, permpokan, pencurian,
pembunuhan, dll
b. Delik yang dilakukan secara berulang,
misalnya : pemerasan yang dilindungi dengan
ancaman, pemerkosaan yang dilindungi dengan
ancaman, perzinahan yang dilindungi sebagai
rahasia bersama bagi para pelakuknya.
33
Berdasarkan faktor syarat untuk dapat
dituntut, delik itu dapat dibedakan atas :
a. Delik aduan, yaitu delik yang memerlukan
dilakukannya pengaduan sebagai syarat
mutlak agar delik tersebut dapat dituntut di
muka hakim. Tanpa lampiran pengaduannya
maka tuntutan perkara tersebut mmenjadi
batal.
Contoh : delik penghinan agar dapat diajukan
untuk dituntut harus diadukan dahulu oleh
pihak yang dihina. 34
B. Delik biasa, yaitu delik yang setiap
saat dapat dituntut pelakunya oleh yang
berwajib tanpa perlu adanya pengaduan
terlebih dahulu dari pihak korbannya.

35
Berdasarkan faktor sasaran kepentingan yang
diganggu, delik itu dapat dibedakan :
a. Delik umum atau sosial, sama dengan delik
biasa, yaitu delik pada umumnya.
B. Delik politik, yaitu delik yang ditujukan
untuk mengganggu keamanan/ketertiban negara,
atau untuk mengancam keselamatan negara.
Contoh : makar terhadap negara.
C. Delik ekonomi, yaitu delik yang ditujukan
untuk mengganggu kelancaran perekonomian
negara baik secara langsung atau tidak langsung.
Contoh : penimbunan barang kebutuhan pokok,
pemalsuan uang, barang, merk, penyelundupan.
36
3

PEMIDANAAN

37
JENIS PIDANA DALAM KUHP

1. Pidana Pokok
a. Pidana mati
b. Pidana penjara
c. Pidana kurungan
d. Pidana bersyarat
e. Pidana denda
2. Pidana Tambahan
a. pencabutan hak2 tertentu
b. perampasan barang tertentu
c. pengumuman putusan hakim
38
SANKSI PIDANA
• Beberapa pengertian atau makna tentang sanksi pidana
sebagai berikut :

1. Sanksi hukum pidana mempunyai pengaruh preventif( pencegahan)


terhadap terjadinya pelanggaraan-pelanggaran norma hukum.
Pengaruh ini tidak hanya ada bila sanksi pidana itu benar- benar
diterapkan terhadap pelanggaran yang konkrit tetapi sudah ada, karena
sudah tercantum dalam peraturan hukum.
Perlu diingat bahwa sebagai alat kontrol, fungsi hukum pidana adalah
subsider artinya hukum pidana hendaknya baru diadakan apabila usaha-
usaha lain kurang memadai.
2. Sanksi yang tajam dalam hukum pidana membedakannya dari lapangan
hukum yang lainnya.
Hukum pidana sengaja mengenakan penderitaan dalam mempertahankan
norma-norma yang diakui dalam hukum.
Oleh karena itu mengapa hukum pidana harus dianggap sebagai ultimum
remidium yaitu obat terakhir apabila sanksi atau upaya-upaya pada 39
cabang hukum lain tidak mempan.
3. Dalam sanksi hukum pidana terdapat suatu yg tragis
(sesuatu yang menyedihkan) sehingga hukum pidana
dikatakan sebagai mengiris dagingnya sendiri atau sebagai
pedang bermata dua.
Maksud dari ucapan itu adalah bahwa hukum pidana yang
melindungi benda hukum (nyawa, harta, benda,
kehormatan) dalam pelaksanaannya ialah apabila terdapat
pelanggaran terhadap larangan dan perintahnya justru
mengadaan perlukaan terhadap benda hukum si pelanggar
sendiri.
4. Hukum pidana itu merupakan hukum sanksi belaka.
Hukum pidana tidak memuat norma-norma baru, Norma-
normayang ada dalm cabang hukum lainnya
dipertahankan dengan ancaman pidana.
Oleh karena itu hukum pidana disebut sebagai accesoir
terhadap hukum lainnya.
40
4
ALASAN PEMBENAR, ALASAN PEMAAF
& ALASAN PENGHAPUS PENUNTUTAN

41
• Dalam KUHP tidak ada disebutkan istilah2 alasan pembenar &
alasan pemaaf. Titel ke-3 dr Buku Pertama KUHP hanya
menyebutkan : alasan2 yg menghapuskan pidana.

• Dalam teori hukum pidana alasan2 yg menghapuskan pidana


dibedakan mjd : alasan pembenar, alasan pemaaf dan alasan
penghapus tuntutan.

42
ALASAN PEMBENAR
• Yaitu alasan yg menghapuskan sifat melawan hukumnya
perbuatan, sehingga apa yg dilakukan o/ terdakwa lalu mjd
perbuatan yg patut & benar.

• Biasanya dalam titel 3 Buku Pertama yg dipandang orang


sbg alasan pembenar adalah pasal2 sbb :
 49 (1), mengenai pembelaan terpaksa (noodweer);
 50, mengenai melaksanakan ketentuan UU;
 51 (1), melaksanakan perintah atasan;
 48, mengenai daya paksa (overmacht).

43
ALASAN PEMAAF
• Yaitu alasan yg menghapuskan kesalahan terdakwa.
Perbuatan yg dilakukan o/ terdakwa tetap bersifat
melawan hukum jadi tetap merupakan perbuatan pidana,
tetapi dia tidak dipidana, karena tidak ada kesalahan.

• Biasanya dalam titel 3 Buku Pertama yg dipandang orang


sbg alasan pemaaf adalah pasal2 sbb :
 49 (2), mengenai pembelaan yg melampaui batas;
 51 (2), penuntutan pidana tentang perintah jabatan yg tanpa
wenang
 48, mengenai daya paksa (overmacht).

44
ALASAN PENGHAPUS PENUNTUTAN

• Dikarenakan pemerintah menganggap bahwa a/ dasar


utilitas atau kemanfaatannya kpd masyarakat, sebaiknya
tdk diadakan penuntutan. Kalau perkaranya tdk dituntut,
tentunya yg melakukan perbuatan tak dapat dijatuhi
pidana.

• Alasan penghapus pidana dibagi mjd :


1. alasan penghapus pidana yg umum
 titel 3 Buku Pertama;
2. alasan penghapus pidana yg khusus
 ex : Ps. 310 (3).

45
5

AZAS-AZAS
HUKUM PIDANA
46
BERLAKUNYA HUKUM PIDANA
MENURUT WAKTU

• Pasal 1 KUHP :
1) Tiada suatu perbuatan dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan
ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada sebelumnya
2) Jika ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan
dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yg paling
menguntungkannya
• Asas – asas yang terkandung dalam Ps. 1 KUHP :
• Azas Legalitas : nullum delictum nulla poena sine preavia lege
poenali (Hakim dilarang mencipta hukum apapila ketentuan pidana
dalam UU tidak mengaturnya)  Pasal 1 ayat 1 KUHP
• Azas Tidak Berlaku Surut : Hukum pidana tidak berlaku
surut/mundur  Pasal 1 ayat 1 KUHP
Tetapi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 ayat 2 KUHP, asas tsb
tidak secara mutlak dianut
• Azas Larangan Penggunaan Analogi : Hukum pidana tidak dapat
ditafsir secara analogi  Pasal 1 ayat 1 KUHP
47
BERLAKUNYA HUKUM PIDANA
DIHUBUNGKAN DENGAN TEMPAT DAN ORANG

• Menurut asas teritorial berlakunya Undang – undang


pidana suatu negra semata – mata digantungkan pada
tembat dimana tindak pidana atau perbuatan pidana
dilakukan, dan tempat harus terletak di dalam teritori
atau wilayah negara yang bersangkutan.
• Simons mengatakan bahwa berlakunya asas teritorial
ini berdasarkan atas kedaulatan negara sehingga setiap
orang wajib dan taat kepada perundang – undangan
negara tersebut. 48
PASAL 2 KUHP
• Pasal 2 KUHP merumuskan : aturan pidana dalam
perundang – undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang
yang melakukan tindak pidana di Indonesia.
• Perkataan setiap orang
mengandung arti baik WNI
maupun WNA yang berada di Indonesia.
• Dalam hal melakukan perbuatan, terdapat kemungkinan
bahwa perbuatannya sendiri tidak di Indonesia , tetapi
akibatnya terjadi di Indonesia, misalnya :
• Seseorang yang dari luar negeri mengirimkan paket berisi
49
bom dan meledak serta membunuh orang di Indonesia.
Teritor indonesia ini diperluas dengan pasal 3
kuhp yang semula mengatakan bahwa
ketentuan pidana itu berlaku juga bagi setiap
orang yang di luar indonesia melakukan
tindak pidana di dalam perahu indonesia.
Berhubung dengan perkembangan zaman,
melalui uu no.4 tahun 1976, maka pasal 3
tersebut diubah dan berbunyi :
“ketentuan pidana dalam perundang –
undangan indonesia berlaku bagi setiap orang
yang diluar wilayah indonesia melakukan
tindak pidana di dalam kendaraan air atau 50

pesawatbudara indonesia”
Asas perlindungan ( asas nasional pasif.
Menurut asas ini peraturan hukum pidana
indonesia berfungsi untuk melindungi keamanan
kepentingan hukum terhadap gangguan dari setiap
orang diluar indonesia terhadap kepentingan
hukum indonesia itu. Diatur dalam pasal 3 KUHP.
Tidak semua kepentingan hukum dilindungi,
melainkan hanya kepentingan yang vital dn
berhubungan dengan kepentingan umum yaitu
berwujud :
1. Terjaminnya keamanan negara dan terjaminnya
martabat kepala negara dan wakilnya;
PASAL 4 KE 1, 2, 3, 4 KUHP 51
Asas personal ( Nasional Aktif )
menurut asas ini ketentuan hukum pidana berlaku
bagi setiap warga negara indonesia yang melakukan
tindak pidana di luar indonesia. Untuk mereka yang
melakukan di dalam wilayah indonesia telah diliputi
oleh asas teritorial pada pasal 2 KUHP.
Pasal 5 kuhp berisi tersebut tetapi ada pembatasan
tertentu, yaitu jika yang dilakukan adalah perbuatan
yang diatur di dalam bab I dan II buku kedua kuhp
pasal 104 – 139
pasal 160, 161, 279.
Perbuatan yang menurut perundang – undangan di
indonesia termasuk kejahatan dan menurut
ketentuan di negara itu dapat dipidana. 52
ASAS UNIVERSAL
SUATU ASA YANG MENEGASKAN
BAHWA HUKUM PIDANA SUATU
NEGARA DAPAT BERLAKU TERHADAP
SIAPA SAJA, DIMANA SAJA DAN
TERHADAP TINDAK PIDANA APA SAJA
YANG DAPAT MENGGANGGU
KETERTIBAN DAN KEPENTINGAN
HUKUM DUNIA INTERNASIONAL.
53
A ORANG PORTUGIS
MEMALSUKAN MATA UANG
DOLLAR AMERIKA DI PRANCIS,
LALU LARI DAN BERSEMBUNYI DI
INDONESIA. BILA SEANDAINYA IA
TERTANGKAP DI INDONESIA ,
MAKA IA DAPAT DIADILI DAN
DIHUKUM DI INDONESIA JUGA
( BERDASARKAN HUKUM PIDANA
INDONESIA TANPA PERLU
DIPULANGKAN DI NEGARANYA 54

LAGI.
6

KRIMINOLOGI

55
PENGERTIAN KRIMINOLOGI
• MOELJATNO :
Kriminologi adalah Ilmu tentang kejahatannya sendiri

• KANTER & SIANTURI :


 Kriminologi mempelajari sebab2 timbulnya suatu kejahatan &
keadaan2 yg pd umumnya turut mempengaruhinya, serta
mempelajari cara2 memberantas kejahatan tsb.
 Kriminologi mengartikan kejahatan sbg gejala dlm masyarakat yg
tdk pantas & tidak/belum terikat kpd ketentuan2 yg telah tertulis

• SUTHERLAND AND CRESSEY :


Kriminologi adalah himpunan pengetahuan mengenai kejahatan sbg
56
gejala masyarakat
PERBEDAAN KRIMINOLOGI DENGAN
ILMU PENGETAHUAN HUKUM PIDANA

NO PERBEDAAN KRIMINOLOGI ILMU PENGETAHUAN


HUKUM PIDANA

1. OBJEK Orang yg melakukan Hukum (ketentuan2,


kejahatan itu sendiri sbg suatu peraturan2) mengenai
gejala dalam masyarakat kejahatan & pidana
(bukan sbg norma hukum
positif semata-mata)

2. TUGAS Mencari & menentukan Menjelaskan (intepretasi)


sebab2 dr kejahatan serta hukum pidana, mengkaji
menemukan cara2 norma hukum pidana
pemberantasannya (konstruksi) & penerapan
ketentuan yg berlaku thd
suatu tindak pidana yg tjd
(sistematika)

3. TUJUAN Mengamankan masyarakat dr Memahami pengertian yg


penjahat objektif dr peraturan hk.
Pidana yg berlaku57
• Beberapa sarjana memasukkan kriminologi sbg bag. /
pendukung dr IPHP (SIMONS, VAN HAMEL), alasannya :

 bahwa u/ menyelesaikan suatu perkara pidana yg berlaku,


mengkonstruksikan apa yg dimaksud serta mensitematisirnya,
akan tetapi perlu diselidiki jg penyebab dr tindakan (tindak
pidana) itu, terutama mengenai pribadi si pelaku, & selanjutnya
perlu diperhatikan cara2 pemberantasan kejahatan.

58
• Sedangkan sarjana2 yg lain tdk dapat membenarkan
bahwa kriminologi termasuk dalam IPHP
(ZEVENBERGEN), alasannya :

Bahwa IPHP bersifat normatif, yaitu sbg ilmu u/ mengetahui/mempelajari


hukum positif, apa norma2nya & sanksi pidananya;
Pidana mrpk imbalan bg seseorang pelaku tindak pidana (krn
penekanannya pd “pidana”), maka kriminologi tdk ada sangkut pautnya;
Metode IPHP adalah deduktif (ketentuan2 hk pidana sudah ada lalu
berdasarkan pd hal tsb akan dinilai apakah suatu tindakan termasuk tindak
pidana/tdk), sedangkan metode kriminologi adalah empiris induktif
(berdasarkan penyelidikan empiris, dikaji apakah suatu tindakan dlm
kenyataannya brp kejahatan/tdk, tanpa terikat pd ketentuan2 hk positif)

59
PEMBAGIAN KRIMINOLOGI
• KANTER & SIANTURI
Berdasarkan pembatasan yg diberikannya, Kriminologi
dibagi mjd 2 bidang atau tugas :

1. Etiologi Kriminil (Criminal Etiology)  mempelajari


sebab2 timbulnya suatu kejahatan (aethos = sebab2).
2. Pemberantasan atau pencegahan kriminil (penology
atau criminal policy atau criminele politiek) 
menemukan cara2 memberantas kejahatan.

60
LANJUTAN …..
PEMBAGIAN KRIMINOLOGI

• SUTHERLAND AND CRESSEY :


Kriminologi terdiri dari 3 bagian utama :

1. Ilmu kemasyarakatan dr hukum atau pemasyarakatan hukum (the


sociology of law)  yaitu usaha u/ menganalisa keadaan secara ilmiah yg
akan turut memperkembangkan hukum pidana;
2. Etiologi kriminil  yaitu penelitian scr ilmiah mengenai sebab2 dr
kejahatan; dan
3. Pemberantasan atau pencegahan kejahatan (control of crime).

61
LANJUTAN …..
PEMBAGIAN KRIMINOLOGI

• Di negara2 Anglo Saxon, Kriminologi dibagi mjd 3 bagian :

1. Criminal Biology, yg menyelidiki dalam diri orang itu sendiri akan


sebab2 dr perbuatannya, baik dalam jasmani maupun rokhaninya;
2. Criminal Sociology, yg mencoba mencari sebab2 itu dalam
lingkungan masyarakat dimana penjahat itu berada;
3. Criminal Policy, yaitu tindakan2 apa yg sekiranya harus dijalankan
spy orang lain tdk berbuat demikian pula

62
 KESENGAJAAN (DOLUS)
 KESENGAJAAN SECARA EKSPLISIT TERLIHAT
DALAM KUHP YAITU:
1. DENGAN MAKSUD
2. DENGAN PAKSAAN
3. DENGAN KEKERASAN
 4. SEDANG DIKEHENDAKINYA
 5. BERTENTANGAN DENGAN APA YANG
63
DILAKUKAN
DALAM ISTILAH DIATAS MAKA SEMUA
ISTILAH SAMA ARTINYA DENGAN DENGAN
SENGAJA.
 
kesengajaan menurut memorie van toelichting
(mvt) yaitu willens en wetens (dikehendaki dan
mengetahui). artinya, seseorang yang melakukan
perbuatan itu sudah menghendaki atas timbulnya
suatu akibat atau tujuan utama/ maksud dari si
pelaku, serta si pelaku juga mengetahui bahwa
dengan perbuatan yang ia lakukan maka akan timbul
suatu akibat atau maksud yang si pelaku kehendaki.
64
ADAPUN 3 BENTUK-BENTUK KESENGAJAAN:
 
1. KESENGAJAAN SEBAGAI TUJUAN
(OPZET ALS OOGMERK): KESENGAJAAN
YANG DILAKUKAN OLEH SI PELAKU UNTUK
MENCAPAI TUJUAN UTAMANYA DAN
DENGAN KATA LAIN BAHWA SI PELAKU
SUDAH MENGHENDAKI AKIBAT TERSEBUT
SERTA AKIBAT TERSEBUT MERUPAKAN
TUJUAN ATAU MAKSUDNYA.
CONTOH: MELLY YANG INGIN MEMBUNUH
TONO DENGAN JALAN MENEMBAK KEPALA
TONO DENGAN PISTOL DIMANA DENGAN
TERTEMBAKNYA KEPALA TONO MAKA TONO
65

LANGSUNG MENINGGAL
2. KESENGAJAAN DENGAN KEINSYAFAN KEPASTIAN
(OPZET BIJ ZEKERHEIDS BEWUTZIJN): kesengajaan yang
dilakukan oleh si pelaku untuk mencapai tujuan utamanya dimana
si pelaku menyadari bahwa dengan dilakukannya perbuatan
tersebut akan menimbulkan akibat lain demi tercapainya tujuan
utamanya, maka akibat lain yang muncul tersebut tidaklah menjadi
penghalang bahkan diambilnya sebagai resiko untuk mencapai
tujuan utama.

CONTOH: Melly yang ingin membunuh tono dengan cara


menembak tono dengan pistol, namun tono sedang ada di dalam
mobil, maka peluru pistol tersebut akan mengenai kaca dahulu dan
baru peluru itu mengenai kepala tono. Dari kasus ini, melly secara
pasti akan mengenai kaca mobil dahulu yang selanjutnya akan
mengenai kepala tono. 66
3. KESENGAJAAN DENGAN KEINSYAFAN
KEMUNGKINAN (OPZET BIJ MOGELIJKHEIDS
BEWUTZIJN): kesengajaan yang dilakukan oleh si
pelaku untuk mencapai tujuan utamanya dimana si
pelaku secara sadar menginsyafi perbuatannya, namun
mungkin saja dengan perbuatannya tersebut akan
timbul suatu akibat lain.
CONTOH: melly yang ingin membunuh tono dengan
cara menembak tono dengan pistol, namun ketika
melly menembak ada anak kecil yang lewat tanpa
dilihatnya dan tadinya jalanan itu sepi. dalam kasus
itu, tertembaknya anak kecil merupakan suatu
keinsyafan kemungkinan. 67
PANDANGAN SAYA MENURUT
PERBEDAAN KESENGAJAAN DENGAN
KEINSYAFAN KEPASTIAN DENGAN
 
KESENGAJAAN DENGAN KEINSYAFAN
KEMUNGKINAN BAHWA:
KESENGAJAAN DENGAN KEINSYAFAN
KEPASTIAN Æ DENGAN
DILAKUKANNYA SATU PERBUATAN
MAKA ADA AKIBAT YANG SECARA
SADAR DENGAN KASAT MATA AKAN
TERJADI UNTUK MENCAPAI TUJUAN
TERSEBUT. 68
DENGAN KATA LAIN BAHWA ADA 2
AKIBAT YANG MUNCUL SECARA PASTI
UNTUK MENCAPAI TUJUAN UTAMANYA.
KESENGAJAAN DENGAN KEINSYAFAN
KEMUNGKINAN Æ DENGAN
DILAKUKANNYA SATU PERBUATANNYA
 
MAKA ADA AKIBAT LAIN YANG SUDAH
DIPIKIRKAN, BAHWA “JANGAN-JANGAN ...
AKAN TERJADI BEGINI/BEGITU”. DENGAN
KATA LAIN INI BELUM BISA DITERKA
SECARA PASTI, NAMUN DAPAT
DIPERKIRAKAN SEBELUMNYA. 69
1. KELALAIAN (CULPA) 
Kelalaian Adalah Salah Satu Bentuk Dari
Kesalahan Selain Kesengajaan. Culpa Terjadi
Ketika Si Pelaku Mungkin Mengetahui Tetapi
Tidak Secara Sempurna, Karena Dalam Culpa
Seseorang Mengalami Kekurangan:
KURANG HATI-HATI
KURANG WASPADA
KURANG CERMAT
KURANG TELITI
KURANG PERHITUNGAN
KURANG PERHATIAN
  70
PADAHAL KEKURANGAN TERSEBUT TIDAK BOLEH
TIMBUL SUPAYA TIDAK TIMBUL AKIBAT TERSEBUT.
 DENGAN DEMIKIAN, CULPA ADALAH KONDISI
DIMANA SESEORANG SEHARUSNYA TAHU AKAN
TETAPI IA TIDAK TAHU; ATAU MENGETAHUI TETAPI
TIDAK CUKUP TAHU, SEHINGGA TIMBUL SUATU
AKIBAT.
 CULPA DIBAGI MENJADI 2: 
1. CULPA YANG DISADARI (BEWUSTE): SADAR TETAPI
ADA JUGA KEKURANGAN.
TERJADI APABILA SESEORANG MELAKUKAN SUATU
PERBUATAN DAN SUDAH DAPAT
MEMBAYANGKAN/MENGETAHUI AKIBATNYA.
  71
2. CULPA YANG TIDAK DISADARI
(ONBEWUSTE): SAMA SEKALI TIDAK
SADAR.
TERJADI APABILA SESEORANG
MELAKUKAN SUATU PERBUATAN
TETAPI IA TIDAK SAMA SEKALI
MEMBAYANGKAN AKIBAT YANG
AKAN TIMBUL.

72
KLASIFIKASI CULPA:
1. CULPA LEVIS YAITU DIBANDINGKAN
DENGAN ORANG YANG LEBIH PANDAI
DARI ORANG BIASANYA.
KESALAHANNYA KECIL.
CONTOH: pembantu yang baru dari desa
mematikan kompor gas dengan air dan
mengakibatkan
kebakaran. perbuatannya disebut culpa lata karena
ia tidak cukup memiliki kepandaian
dengan pembantu-pembantu lain yang sudah
memiliki pengetahuan bagaimana cara mematikan
kompor gas. 73
MELAWAN HUKUM (WEDERECHTELIJK)
melawan hukum merupakan salah satu anasir dari
tindak pidana yang dapat diartikan bertentangan
dengan hukum, bertentangan dengan hak orang lain,
tanpa hak sendiri, dan lain-lain. dalam hal perumusan
unsur melawan hukum ada yang dicantumkan ada juga
yang tidak dicantumkan, ini terjadi karena si pembuat
kuhp tahu bahwa tanpa ia cantumkan perbuatan yang
dilakukan oleh orang lain adalah melawan hukum.
dengan demikian, anda tidak harus membuktikan unsur
melawan hukum jika tidak dirumuskan dalam KUHP.
74
CONTOHNYA: MENGAPA DALAM
PASAL 338 KUHP TIDAK
DICANTUMKAN UNSUR
“MELAWAN HUKUM” 

75
sedangkan dalam pasal 362 kuhp dicantumkan unsur
“melawan hukum”, karena setiap orang yang telah
membunuh atau menghilangkan nyawa orang lain
pasti melawan hukum, sedangkan dalam pasal
362 kuhp unsur “mengambil barang” belum bisa
diartikan mencuri, bisa saja seseorang mengambil
barang tersebut dengan niat disimpan untuk
dikembalikan kepada pemiliknya atau diambil untuk
diberikan kepada yang berwajib sehingga dalam
pasal 362 dicantumkan unsur “melawan hukum” agar
nantinya barang yang diambil benar- benar ingin
dimiliki oleh orang lain secara melawan hukum.
76
DALAM ANASIR MELAWAN HUKUM
TERDAPAT 2 PENGERTIAN DAN DUA-
DUANYA HARUS BUKTIKAN:
1. MELAWAN HUKUM SECARA
FORMIL MELAWAN HUKUM YANG
DILANGGAR ADALAH PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN.
2. MELAWAN HUKUM SECARA
MATERIIL Æ  
77
MELAWAN HUKUM YANG DILANGGAR
ADALAH NILAI-NILAI DALAM
MASYARAKAT. NAMUN, MELAWAN
HUKUM SECARA MATERIIL DIBAGI
MENJADI 2:
a. melawan hukum materiil arti positif (+)
ada perbuatan tapi tidak melanggar
per-uu, namun tidak sesuai dengan nilai dalam
masyarakat.
b. melawan hukum materiil arti negatif (-)
ada perbuatan yang tidak dianggap menurut
peraturan per-uu, namun dalam masyarakat 78

memperbolehkan.
PERUMUSAN UNSUR-UNSUR
 
perumusan unsur adalah hal yang
paling penting dalam hukum pidana,
karena jika salah satu tidak terbukti,
atau kurang bukti = tidak terbukti,
maka terdakwa akan bebas atau lepas.
dalam perumusan ini kita bertindak
sebagai jaksa penuntut umum yang
menyakinkan hakim.
79
Ola (WN AUSTRALIA KETURUNAN
INDONESIA)
sedang asyik membaca boran di pinggir
kolam renang, di apartemen tempat
tinggalnya dikawasan simprug-jakarta
selatan, ketika itu tiba- tiba ARCHIE (WN
INGGRIS), bekas pacaranya yang baru 2
(dua) hari lalu diputuskan cintanya,
menghampirinya dan langsung mengeluarkan
kata-kata kasar: “kalo gue nggak bisa
dapetin cinta loe, maka nggak seorang pun
yang akan dapetin”, sambil mengayunkan80

stick softball yang dibawanya ke arah ola.


menyadari adanya bahaya, Rudi Security Apartemen
langsung bertindak mencoba merebut senjata archie.
sial bagi Rudi, ayunan stick itu justru tepat mengenai
rahangnya dan ia pun langsung roboh. Archie yang
tidak terima orang lain ikut campur, justru terus
melampiaskan marahnya dengan memukul perut Rudi
dengan stick hingga Rudi pingsan. dalam situasi itu,
Ola mencuri kesempatan untuk melarikan diri
sehingga membuat archie mengamuk membabi buta
yang mengakibatkan tiga orang terluka ringan,
sejumlah meja, kursi, dan piring-gelas hancur
berantakan selain merusak suasana pagi yang cerah.
81
PERUMUSAN UNSUR:
 
DALAM KASUS DIATAS MAKA
ARCHIE DAPAT DIANCAM PASAL
360 AYAT (2) KUHP ATAS
PERBUATANNYA TERHADAP YAITU
PEMUKULAN YANG MENGENAI
RAHANG RUDI. ADAPUN UNSUR-
UNSUR DARI PASAL 360 AYAT (2)
KUHP:
A. BARANGSIAPA
82
B. KARENA KEALPAANNYA
 
C.MENYEBABKAN ORANG LAIN
LUKA-LUKA SEDEMIKIAN RUPA
SEHINGGA TIMBUL PENYAKIT
ATAU HALANGAN MENJALANKAN
PEKERJAAN JABATAN ATAU
PENCARIAN SELAMA WAKTU
TERTENTU.
 
 
83
A BARANGSIAPA
 
unsur barangsiapa menunjuk kepada subjek
hukum yaitu orang yang tidak memilki dasar
pemaaf atau dasar pembenar sehingga si pelaku
dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.
dalam kasus ini, UNSUR BARANGSIAPA
MENGACU PADA ARCHIE sebagai subjek
hukum yang tidak memiliki dasar pembenar dan
dasar pemaaf sehingga ia dapat
mempertanggungjawakan perbuatannya. dengan
demikian, unsur barangsiapa ini terbukti.
84
B. KARENA KEALPAANNYA
 
menurut doktrin kealpaan adalah sesuatu yang tidak
memenuhi willen en wetens atau menghendaki dan
mengetahui. dalam kasus ini, pemukulan archie yang
mengenai rahang rudi tidak dikehendaki oleh archie
sebelumnya dan juga dengan pukulan yang mengenai
rudi tersebut, archie tidak mengetahui bahwa akan
mengenai rudi yang disebabkan rudi datang dengan
tiba-tiba untuk merebut senjata, karena tujuan
utamanya adalah memukul ola, bukan memukul rudi.
dengan demikian, unsur karena kealpaan terbukti.
85
C MENYEBABKAN ORANG LAIN LUKA-LUKA
SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA TIMBUL
PENYAKIT ATAU HALANGAN
MENJALANKAN PEKERJAAN JABATAN ATAU
PENCARIAN SELAMA WAKTU TERTENTU.
pemukulan archie yang mengenai rahang rudi terlihat
bahwa rudi tidak berdaya seketika,S
sehingga dimungkinkan rudi tidak dapat menjalankan
pekerjaannya sebagai security untuk selama waktu
tertentu. dengan demikian, unsur ini terpenuhi.
dengan demikian, semua unsur ini terbukti dan
dipenuhi oleh rudi, sehingga rudi dapat diancam pasal
360 ayat (2) kuhp dengan pidana penjara paling lama 9
bulan atau 6 bulan kurungan. 86
selain itu, perbuatan archie juga dapat diancam
pidana pasal 351 ayat (1) kuhp, dimana archie tidak
terima orang lain ikut campur. adapun unsur dari
pasal 351 ayai (1) kuhp yaitu penganiayaan.
unsur penganiayaan menurut doktrin adalan
menimbulkan rasa sakit, luka, atau merusak
kesehatan.
™ rasa sakit: merupakan sesuatu yang
menimbulkan tidak enak atau menimbulkan sakit.
™ luka: merupakan perubahan pada tubuh manusia.
™ merusak kesehatan: merupakan sesuatu yang
mengganggu fungsi organ tubuh.
87
DALAM KASUS INI, PENGANIAYAAN
YANG DILAKUKAN ADALAH RASA
SAKIT DIMANA PEMUKULAN
ARCHIE TERHADAP RUDI YANG
MENGENAI RAHANGNYA
MENIMBULKAN RASA SAKIT
KETIKA ARCHIE MELAMPIASKAN
KEMARAHANNYA SEHINGGA
MENYEBABKAN ROBOHNYA RUDI,
INI MEMBUKTIKAN BAHWA RUDI
MENGALAMI RASA SAKIT.
  88
unsur-unsur yang harus dibuktikan pada
umumnya:
1. barangsiapa: subjek hukum - orang - tidak
mempunyai dasar pembenar & dasar pemaaf -
dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya -
kasus - terbukti.
2. dengan sengaja - menurut mvt - willen en
wetens - bahwa si pelaku menghendaki perbuatan
dan akibatnya - dengan dilakukannya perbuatan itu
maka ia mengetahui akan timbul akibat - teori-
teori kesengajaan: tujuan, keinsyafan kepastian,
dan keinsyafan kemungkinan - kasus - terbukti.
89
3. karena kealpaan - berlawanan dengan
kesengajaan, secara tidak mengira atau
kebetulan - kasus - terbukti.
4. melawan hukum - bertentangan dengan
hukum, atau melawan hak - formil &
materiil
- kasus - terbukti.

90
ancaman kekerasan atau kekerasan -
pasal 89 KUHP.
memaksa bersetubuh dengan dia
hubungan antara pria dengan wanita.
perbuatancabul æ perbuatan yang
melanggar kesusilaan.
luka-luka berat æ pasal 90 KUHP.
pengrusakan barang æ membuat tidak
dapat dipakai atau pasal 406 ayat (1).
91
direncanakan terlebih dahulu æ adanya
tempo antara niat dengan pelaksanaan
perbuatan. penganiayaan æ menimbulkan
rasa sakit, luka-luka, merusak kesehatan.
menghilangkan nyawa orang lain æ
hilangnya nyawa orang lain.
mengambil barang sebagian atau
seluruhnya æ berpindahnya hak milik
secara mh
92
KAUSALITAS merupakan ajaran yang
mencari sebab dari timbulnya suatu akibat
dari delik yang dilakukan oleh pelaku.
dengan demikian, ajaran kausalitas terdiri
dari 3 delik yaitu: delik yang bersifat
materiil, omisi tidak murni, dan formil
yang dikualifisir. kenapa dipakai 3 jenis
delik tersebut? karena dalam delik
tersebut merumuskan akibat dari
perbuatan seseorang (ada sebab ada
akibat, tidak mungkin ada akibat tanpa
sebab) 93
kasus: tanggal 31 desember 2007 melly ingin pulang
dari kantor, namun karena malam tahun baru ia
diajak temannya untuk pergi ke club, sesampainya di
club ia berpesta. waktu terus berjalan, tanpa disadari
bahwa jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dan ia
harus segera pulang, karena kelelahan sesampainya
dirumah ia langsung tidur, namun ironisnya ia
bangun kesiangan, dan dimana tanggal 1 januari
2008 ia harus pergi ke bandara untuk mengadakan
meeting di swiss, lalu karena telat bangun ia
mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan
akhirnya belum sampai dibandara ia sudah menabrak
tono hingga mati.
94
dalam kasus diatas matinya tono adalah
suatu ajaran kausalitas, dimana ajaran
ini dapat
 
menyelidiki penyebab kematian tono
yang disebabkan penabrakan oleh
melly.
 

95
ADAPUN YANG MENJADI SEBAB
DARI KASUS DIATAS:
1. PERGI KE PESTA
2. PULANG KEMALAMAN
3. KELELAHAN
4. BANGUN KESIANGAN
5. MENGENDARAI MOBIL DENGAN
KECEPATAN TINGGI
6. MENABRAK TONO
 
96
Adapun Beberapa Ajran Dari Para Ahli:
 
Teori Von Buri:
 
Von Buri mengatakan bahwa faktor penyebab adalah semua
faktor yang tidak dapat dihilangkan dari rangkaian faktor-
faktor yang lain (conditio sine qua non) atau kondisi yang
harus ada. dan juga setiap syarat tersebut adalah sama
nilainya yang disebut adalah teori equivalensi, dimana
masing-masing faktor tidak dapat dikesampingkan. karena
kematian tono tidak akan terjadi jika melly tidak pulang
dari pesta; kematian tono tidak akan terjadi jika ia tidak
pulang kemalaman, dan begitu seterusnya. maka menurut
ajaran von buri maka meninggalnya tono disebabkan oleh
rangakaian penyebab (1), (2), (3), (4), (5), dan (6).
97
TEORI VON KRIES:
 
VON KRIES DENGAN TEORI
KESEIMBANGAN ATAU ADEQUAAT
THEORY menyatakan bahwa dari semua syarat-
syarat yang ada tersebut dicari yang sepadan dan
selayaknya (adequaat). selain itu, von kries
menambahkan bahwa hal yang dapat timbul dari
peristiwa pidana tadi sudah dapat diperkirakan
atau diketahui sebelumnya oleh si pelaku
(subjective prognose). dalam kasus ini yang
menjadi faktor timbul akibat adalah faktor (6).
98
TEORI RUMELIN:
 
RUMELIN Dengan teori keseimbangan
objektif (objective prognose), dimana ia
mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan perhitungan yang layak, bukan hanya
apa yang diketahui pelaku, tetapi juga apa
yang diketahui oleh hakim, walaupun hal
tersebut tidak diketahui pelaku sebelumnya.
Dalam kasus ini yang menjadi faktor timbul
akibat adalah faktor (6).
99
PERCOBAAN (POGING)
  
POGING ADALAH PERCOBAAN TINDAK
PIDANA, BUKAN TINDAK PIDANA
PERCOBAAN. POGING MERUPAKAN SUATU
TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH SI
PELAKU DAN ITU HARUS SELALU GAGAL.
MENURUT PASAL 53 KUHP ADA 3 SYARAT
TERJADINYA POGING:
1. NIAT/ MAKSUD/ KEHENDAK Æ DILAKUKAN
DENGAN ADANYA KESENGAJAAN
 

100
2. PERMULAAN PELAKSANAAN:
A. TEORI SUBJEKTIF Æ DILIHAT
DARI NIAT, DIMANA SUATU
PERBUATAN SUDAH MERUPAKAN
PERMULAAN DARI NIATNYA.
B. TEORI OBJEKTIF Æ DILIHAT
DARI PERBUATAN SI PELAKU,
DIMANA SUATU PERBUATAN
SUDAH
ADA PELAKSANAANNYA.
101
3. TIDAK SELESAINYA
PELAKSANAAN ITU, BUKAN
SEMATA-MATA DISEBABKAN
KARENA KEHENDAKNYA Æ ADA
SESUATU YANG DILUAR DARI DIRI
SI PELAKU YANG DAPAT
MENYEBABKAN GAGALNYA
TUJUAN ATAU MAKSUD SI
PELAKU.
102
Jenis-jenis percobaan:
1. Menurut KUHP:
a. Percobaan yang dapat dipidana
b. Percobaan yang tidak dapat dipidana.
Contoh: penganiayaan terhadap binatang,
Pasal 351 ayat (5) KUHP.

103
2. Menurut doktrin:
a. Percobaan yang sempurna selesai sudah
mnyelesaikan perbuatan, namun tidak terjadi maksud
dari si pelaku. Contoh: menembak tapi melenceng,
menggugurkan kandungan namun janinnya kuat.
B. Percobaan yang tidak selesai/ tertunda/ tertangguh .
tinggal selangkah lagi atau beberapa langkah lagi
seharusnya si pelaku dapat menyelesaikan, namun
tidak selesai tujuan utamanya. contoh: pistol sudah
diarahkan tapi direbut, atau dipukul jatuh oleh orang
lain, semestinya si pelaku harus menarik pelatuk
untuk menembak.
104
C. Percobaan tidak sempurna:
 alat
mutlak: mencoba meracuni orang, tapi yang diberikan adalah
tepung. Menembak dengan pistol yang tidak ada pelurunya
relatif: meracuni orang lain, namun racunnya sedikit

obyek
 mutlak: menusuk orang yang sudah mati, menggugurkan janin
yang wanita tersebut tidak hamil
relatif: menembak orang tapi pakai baju anti
peluru, menggugurkan kandungan tapi janinnya kuat.

 
  105
MANGEL AM TATBESTAND :
 
1. TIDAK SELESAINYA DELIK KARENA TIDAK
TERPENUHINYA UNSUR-UNSUR DELIK KARENA
ADA UNSUR KELIRU.
2. TUJUAN TERCAPAI TAPI TERNYATA UNSUR
DELIK TIDAK TERPENUHI SECARA SEMPURNA
 
CONTOH:
™ *) MENCURI BARANG TERNYATA MILIKNYA
SENDIRI
*) MENCURI WARISAN SENDIRI
™*) MELARIKAN PEREMPUAN YANG DIKIRA
BELUM CUKUP UMUR TAPI TERNYATA SUDAH
BERUMUR 19 TAHUN 106
DELIK PUTATIF:
 
KELIRU MENGIRA SUATU PERBUATAN
MERUPAKAN DELIK
 
CONTOH: MELAKUKAN PERZINAHAN,
AKAN TETAPI 2 JAM YANG LALU
ISTRINYA MENINGGAL.
107
Mengetahui bahwa adik iparnya beta menguping
pembicaraannya dengan charlie sahabatnya, tentang
masa lalunya yang kelam, alfa menjadi gusar. Timbul
niatnya untuk menghabisi beta. Tepat tengah malam
tanggal 13 maret 2007, alfa mengajak beta menuju
pantai kuta. Sesampainya di pantai, alfa memaksa beta
naik ke speedboat, mendudukannya di lantai dan
mengikat tangannya di salah satu tiang speedboat.
Lalu alfa menyalakan mesin dan membiarkan
speedboat melaju kencang tanpa pengemudi.
Beberapa jam kemudian, tepat di bibir pantai wilayah
timor leste, speedboat tanpa pengemudi itu menabrak
sebuah kapal nelayan yang sedang berlabuh hingga
meledak. Beta yang ada di dalamnya pun tewas 108

seketika.
A. Pertanyaan essay:
1. Tindak pidana apakah yang dapat dipersalahkan pada alfa
atas tindakanya pada beta? Jelaskan disertai dasar hukum
dan uraikan pula unsur-unsurnya.
 2. Bentuk kesalahan apa sajakah yang terdapat dalam kasus
di atas? Jelaskan
 3. Apakah tindak pidana di atas termasuk jenis delik
 a.Culpa b.Berlanjut c.Berangkai d.Komuna
e.Kwalifisir (berikan penjelasan bagi masing-masing jenis
delik)
 4. Jika pada tanggal 29 maret 2007 terjadi perubahan
undang-undang dengan ditambahkannya unsur melawan
hukum dalam UU baru, sebagai hakim yang menangani
perkara ini UU mana yang akan diterapkan? Uraikan
jawaban saudara dilengkapi teori- teori tempus delicti.
109
PENGERTIAN DAN SIFAT PERCOBAAN
DIDALAM BAB IX BUKU I KUHP (TENTANG ARTI
BEBERAPA ISTILAH YANG DIPAKAI DALAM KITAB
UNDANG – UNDANG ), TIDAK DIJUMPAI RUMUSAN
ARTI ATAU DEFINISI MENGENAI APA YANG DIMAKSUD
DENGAN ISTILAH “PERCOBAAN”.
KUHP HANYA MERUMUSKAN BATASAN MENGENAI
KAPAN DIKATAKAN ADA PERCOBAAN UNTUK
MELAKUKAN KEJAHATAN YANG DAPAT DIPIDANA,
YAITU PADA DALAM PASAL 53 (1) YANG BERBUNYI
SEBAGAI BERIKUT : “Mencoba melakukan kejahatan
dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan
pelaksanaan, dengan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan
semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri” 110
REDAKSI PASAL DITAS JELAS TIDK MERUPAKAN
SUATU DEFINISI, TETAPI HANYA MERUMUSKAN
SYARAT – SYARAT ATAU UNSUR – UNSUR YANG
MENJADI BATAS ANTARA PERCOBAAN YANG DAPAT
DIPIDANA DAN YANG TIDAK DAPAT DIPIDANA.

PERCOBAAN YANG DAPAT DIPIDANA MENURUT


SISTEM KUHP BUKANLAH PERCOBAAN TERHADAP
SEMUA JENIS TINDAK PIDANA. YANG DAPAT
DIPIDANA HANYALAH PERCOBAAN TERHADAP
TINDAK PIDANA YANG BERUPA “KEJAHATAN” SAJA
SEDANGKAN PERCOBAAN TERHADAP
“PELANGGARAN” TIDAK DIPIDANA.
HAL INI DITEGASKAN DALAM PASAL 54 KUHP.
111
KETENTUAN UMUM DALAM PASAL 53 (1) DI
ATAS TIDAK BERARTI BAHWA PERCOBAAN
TERHADAP SEMUA KEJAHATAN DAPAT
DIPIDANA.
ADA PERCOBAAN TERHADAP KEJAHATAN –
KEJAHATAAN TERTENTU YANG TIDAK
DIPIDANA, MISALNYA :
- PERCOBAAN DUEL/PERKELAHIAN TANDING
PS. 184 AYAT 5
- PERCOBAAN PENGANIAYAAN RINGAN
TERHADAP HEWAN PS. 302 AYAT 4
- PERCOBAAN PENGANIAYAAN BIASA PS 351
AYAT 5
- PERCOBAAN PENGANIAYAAN RINGAN PS 352
112
AYAT 2
APAKAH PERCOBAAN ITU MERUPAKAN
SUATU BENTUK DELIK KHUSUS YANG
BERDIRI SENDIRI ATUKAH HANYA
MERUPAKAN SUATU DELIK YANG TIDAK
SEMPURNA?
MENGENAI SIFAT DARI PERCOBAAN INI
ADA DUA PANDANGAN :
A. Percobaan Dipandang Sebagai
Strafausdehnungsgrund Atau Dasar/Alasan
Memperluas Dapat Dipidananya Orang
Menurut Pandangan Ini, Seseorang Yang
Melakukan Suatu Tindak Pidana Meskipun
Memenuhi Semua Unsur Delik, Tetap Dapat
Dipidana Apabila Telah Memenuhi Rumusan
113

Pasal 53 KUHP
jadi sifat percobaan adalah untuk memperluas
rumusan – rumusan delik. dengan demikian
menurut pandangan ini, percobaan tidak
dipandang sebagai jenis atau bentuk delik
yang tersendiri (delctum sui generis) tetapi
dipandang sebaagai bentuk delik yang tidak
sempurna (onvolkomen delicsvorm). termasuk
dalam pandangan pertama ini ialah : Prof. ny.
hazewinkel-suringa daan Prof. oemar
senoadji.
114
B. PERCOBAAN DIPANDANG SEBAGAI
TATBESTANDAUSDEHNUNGSGRUND
(DASAR/ALASAN MEMPERLUAS DAPAT
DIPIDANANYA PERBUATAN)
MENURUT PANDANGAN INI, PERCOBAAN
MELAKUKAN SUATU TINDAK PIDANA
MERUPAKAN SATU KESATUAN YANG BULAT
DAN LENGKAP.
PECOBAAN BUKANLAH BENTUK DELIK YANG
SEMPURNA TETAPI MERUPAKAN DELIK YANG
SEMPURNA HANYA DALAM BENTUK YANG
KHUSUS/ISTIMEWA. JADI MERUPAKAN DELIK
TERSENDIRI (DELICTUM SUI GENERIS)
TERMASUK DALAM PANDANGAN KEDUA INI
ADALAH 115
DASAR PERINGAN PIDANA
• Dasar peringan terjadi ketika seseorang telah memenuhi
semua unsur, namun ada alasan yang membuat pelaku
diancam hukumannya lebih ringan. Dalam dasar peringan
yang kita kenal ada 2 yaitu:
• 1. Umum meliputi anak yang belum dewasa yang
tercantum pada UU No. 3 Tahun 1997tentang pengadilan
anak yang menggantikan Pasal 45 - 47 KUHP.
• 2. Khusus meliputi setiap delik yang masing-masing
dirumuskan oleh Pasal -Pasal yang khusus memperingan
delik tersebut dalam KUHP. Contoh: Pasal 308 KUHP. 116
ALASAN ANAK DIANCAM PIDANA < ANCAMAN
TERHADAP DEWASA :
 
1. ADA PENGARUH LINGKUNGAN
 (MENIRU TINGKAH LAKU ORANG TUA, TEMAN,
SAUDARA – MUDAH DIBUJUK, KURANG KASIH
SAYANG DAN DIDIKAN ORANGTUA).

2. MASA REMAJA :
 SUKA MAIN, NONGKRONG/ KUMPUL-KUMPUL
TANPA ATURAN, SUKA MELAKUKAN
PERBUATAN YANG MENURUT ORANG DEWASA
SEBAGAI KENAKALAN/ KURANG AJAR, INGIN
LEPAS DARI ATURAN, INGIN EKSISTENSINYA
DIAKUI, INGIN HIDUP DEGAN GAYANYA
SENDIRI. 117
3. PENGARUH GLOBALISASI DAN
MODERNISASI
(PERILAKU KONSUMTIF-MEDIA).
 
4. ASPEK PASAL IKOLOGIS
 KURANG PEDULI TERHADAP AKIBAT
DARI PERBUATANNYA (TIDAK PIKIR-
PIKIR DULU) = KETIDAKSTABILAN
EMOSI DAN KURANG MATANG CARA
BERPIKIRNYA. SUKA COBA-COBA &
IKUT-IKUTAN TEMAN.
118
CONTOH : MINUM-MINUMAN KERAS, MABUK, CORAT- CORET
TEMBOK, KEBUT-KEBUTAN DI JALAN, MENCURI, MEMERAS.
ISTILAH : ANAK NAKAL – ANAK DELINKUEN (ANAK
 
YANG MENGALAMI PENYIMPANGAN PERILAKU).
BATAS USIA
A. ANAK: SESEORANG BELUM CUKUP UMUR- MASIH DI
BAWAH UMUR;
B. TERDAPAT BERBAGAI BATASAN USIA ANAK: UU
 
NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK: < 18
TAHUN TERMASUK ANAK DALAM KANDUNGAN;
C. KHUSUS UNTUK ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK
PIDANA BERLAKU UU NO. 3 TAHUN 1997 TENTANG
PENGADILAN ANAK: MEREKA YANG BERUSIA 8 - < 18 TAHUN
DAN BELUM PERNAH KAWIN DAPAT DIAJUKAN KE SIDANG
ANAK. JIKA MELAKUKAN TINDAK PIDANA < 18 TAHUN TAPI
SUDAH KAWIN: TUNDUK PADA KUHP.
119
PRINSIP :
 
“PEMBERIAN HUKUMAN BAGI ANAK
ITU TUJUANNYA BUKAN SEMATA-
MATA UNTUK MENGHUKUM (NOT TO
PUNISH THE CHILD) TETAPI LEBIH
UNTUK MENDIDIK KEMBALI (RE-
EDUCATE) DAN MEMPERBAIKI
(REHABILITATE). MEMPERHATIKAN
KEPENTINGAN ANAK.”

120
• JENIS-JENIS PIDANA :
 
PASAL 22 UU NO. 3 TAHUN 1997: TERHADAP
ANAK NAKAL HANYA DAPAT DIJATUHKAN
PIDANA ATAU TINDAKAN YANG DITENTUKAN
OLEH UU INI.
1. PIDANA: PASAL 23
 A. PIDANA POKOK :
ƒ PIDANA PENJARA
ƒ PIDANA KURUNGAN
ƒ PIDANA DENDA
ƒ PIDANA PENGAWASAN B. PIDANA
TAMBAHAN :
ƒ PERAMPASAN BARANG-BARANG TERTENTU
ƒ GANTI KERUGIAN 121
DASAR PEMBERAT PIDANA
 
 
 
DASAR PEMBERAT TERJADI KETIKA
SESEORANG YANG SUDAH MELAKUKAN
SEMUA ANASIR DARI UNSUR TINDAK
PIDANA, NAMUN ADA ALASAN UNTUK
MEMPERBERAT PERBUATANNYA
SEHINGGA HUKUMAN YANG
AKAN DITERIMA AKAN LEBIH BERAT.
 
122
DALAM KUHP :
 
1. UMUM :
™ RECIDIVE = PENGULANGAN TINDAK PIDANA YANG
TELAH DIJATUHI PIDANA OLEH SUATU PUTUSAN HAKIM
YANG BERKEKUATAN TETAP, KEMUDIAN MELAKUKAN
SUATU TINDAK PIDANA LAGI.
™ ABUSE OF POWER = MELAKUKAN TINDAK PIDANA YANG
MELANGGAR PERINTAH JABATAN. PASAL 52 KUHP.
™ SAMENLOOP = GABUNGAN TINDAK PIDANA ATAUPUN
PENGULANGAN TINDAK PIDANA YANG BELUM MEMPUNYAI
SUATU PUTUSAN HAKIM YANG BERKEKUATAN TETAP
SEHINGGA AKAN DIADILI SEKALIGUS DENGAN TINDAKAN
YANG DIULANGINYA.
2. KHUSUS :
 DELIK-DELIK YG DIKUALIFISIR/DIPERBERAT. CONTOH:
PASAL 52A KEJAHATAN MENGGUNAKAN BENDERA RI,
 356, 349, 351 AYAT (2), 365 (4) DLL. TENGGANG WAKTU
TERTENTU PULA. 123
DI LUAR KUHP :
 
1. PEMAKSIMALAN PIDANA
KARENA DIANGGAP
MERESAHKAN MASYARAKAT.
 
2. PENJATUHAN PIDANA YG
CUKUP BERAT.

124
PENGULANGAN (RECIDIVE)
 
 
 
PENGERTIAN:
 
RECIDIVE TERJADI DALAM HAL SESEORANG YANG
TELAH MELAKUKAN SUATU TINDAK PIDANA DAN
YANG TELAH DIJATUHI PIDANA DEGAN SUATU
PUTUSAN HAKIM YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP,
KEMUDIAN
MELAKUKAN SUATU TINDAK PIDANA LAGI.
 
 
RECIDIVE MERUPAKAN SUATU ALASAN/DASAR
UNTUK MEMPERBERAT PIDANA.
 
  125
RECIDIVE MENURUT DOKTRIN :
 
ADA 2 SISTEM PEMBERATAN PIDANA
BERDASARKAN RECIDIVE :
 
1. RECIDIVE UMUM,
 
SETIAP PENGULANGAN TINDAK PIDANA APAPUN
DAN DILAKUKAN KAPANPUN.
 
2. RECIDIVE KHUSUS,
 
PENGULANGAN TINDAK PIDANA TERTENTU DAN
DALAM TENGGANG WAKTU TERTENTU PULA.
126
RECIDIVE MENURUT KUHP :
 1. PELANGGARAN (BUKU 3):
™ ADA 14 JENIS PELANGGARAN YANG
MEMILIKI KETENTUAN RECIDIVE (KHUSUS)
™ RECIDIVE KHUSUS PASAL 489, 492, 495, 501,
512
™ PELANGGARAN YANG DIULANGI (YANG KE-
2) HARUS SAMA DENGAN YANG KE-1
™ ANTARA PELANGGARAN KE-1 DAN 2 HARUS
ADA PUTUSAN PEMIDANAAN YANG TETAP
™ TENGGANG WAKTU :
 BELUM LEWAT 1 ATAU 2 TAHUN (LIHAT
MASING-MASING PASAL ) SEJAK: ADANYA
PUTUSAN PEMIDANAAN YANG BERKEKUATAN
HUKUM TETAP. 127
™

PEMBERATAN :
Disebuntukan secara khusus dalam tiap-tiap pasal, jadi pengaturannya
berbeda- beda.
Contoh: denda kurungan (pasal 489), pidana dilipatgandakan jadi 2x
(492).
Harus sudah ada putusan hakim berupa pemidanaan yang telah
berkekuatan hukum tetap.
™ Tenggang waktu : belum lewat 2 tahun atau 5 tahun (lihat masing2
pasal ), sejak: adanya putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.
™ Pemberatan : disebut secara khusus dalam pasal -pasal nya.
 
 

128
B. RECIDIVE SISTEM ANTARA: (TUSSEN STELSEL – PASAL
486, 487 DAN 488) SYARAT RECIDIVE MENURUT PASAL 486,
487 DAN 488 :
1. KEJAHATAN YANG KE-2 (YANG DIIULANGI) HARUS
TERMASUK DALAM SUATU KELOMPOK JENIS
 
DENGAN KEJAHATAN YANG KE-1 (YANG TERDAHULU).
KELOMPOK JENIS ITU ADALAH :
™ KELOMPOK JENIS KEJAHATAN DALAM PASAL 486
ADALAH KEJAHATAN TERHADAP HARTA
 
BENDA & PEMALSUAN;
™ KELOMPOK JENIS KEJAHATAN DALAM PASAL 487
MERUPAKAN KEJAHATAN TERHADAP NYAWA DAN TUBUH;
™ KELOMPOK JENIS KEJAHATAN DALAM PASAL 488
MERUPAKAN KEJAHATAN MENGENAI PENGHINAAN &
YANG BERKAITAN DEGAN PENERBITAN/ PERCETAKAN.
129
2. ANTARA KEJAHATAN YANG KE-1 DAN KE-2 HARUS SUDAH
ADA PUTUSAN HAKIM BERUPA PEMIDANAAN YANG
BERKEKUATAN HUKUM TETAP.
3. PIDANA YANG PERNAH DIJATUHKAN HAKIM TERDAHULU
HARUS BERUPA PIDANA PENJARA.
 4. KETIKA MENGULANGI, TENGGANG WAKTUNYA:
 A. BELUM LEWAT 5 TAHUN :
™ MENJALANI SELURUH ATAU SEBAGIAN PIDANA PENJARA
UNTUK KEJAHATAN YG KE-1;
™ SEJAK PIDANA PENJARA SAMA SEKALI DIHAPUS
(MISALNYA: KARENA GRASI).
 B. BELUM LEWAT TENGGANG WAKTU DALUWARSA
KEWENANGAN MENJALANKAN PIDANA
 
(PENJARA) ATAS KEJAHATAN YANG KE-1. LIHAT PASAL L 84 JO
78.
 
5. PEMBERATANNYA :
 ANCAMAN PIDANA +(1/3-NYA). 130
DASAR PENGHAPUS PIDANA
 
 
 
DASAR PENGHAPUS PIDANA
TERJADI KETIKA SESEORANG
MEMENUHI SEMUA UNSUR DELIK,
NAMUN ADA KONDISI DIMANA
ORANG TERSEBUT TIDAK DAPAT
DIPIDANA.
131
DALAM UU PENGHAPUS PIDANA
DIBAGI 2:
1. UMUM
BERLAKU PADA SIAPA SAJA DAN
DELIK APA SAJA.
CONTOH: PASAL 44-51 KUHP
2. KHUSUS
BERLAKU PADA ORANG-ORANG
TERTENTU DAN DELIK-DELIK
TERTENTU. CONTOH: PASAL 221 (2), 310
(3) KUHP.

132
UMUM PADA BUKU I KUHP
PENGHAPUS PIDANA

KHUSUS PADA BUKU II & III KUHP


AVAS (AFWEIGHEID VAN ALLE SCHULD) =
TIDAK DITEMUKAN KESALAHAN (BERLAKU
UMUM),
CONTOH:
Yang Termasuk Dalam Delik, Namun Ada Dasar Yang
Menghapus Pidana: Menjewer Itu Masih Dalam Batas
Kepatutan, Karena Bermaksud Untuk Mendidik.
Tinju Itu Adanya Persetujuan.
133
PERBEDAAN DASAR PEMBENAR DAN DASAR
PEMAAF:
™ DASAR PEMBENAR:
APABILA DASAR PENGHAPUSNYA MERUPAKAN
DASAR PEMBENAR YANG MENGHILANGKAN
SIFAT MELAWAN HUKUM, DIMANA SIFAT
MELAWAN HUKUM ITU TERCANTUM DALAM
PERUMUSAN DELIK, MAKA PUTUSANNYA
ADALAH BEBAS DARI SEGALA DAKWAAAN
™DASAR PEMAAF:
 APABILA DASAR PENGHAPUSNYA MERUPAKAN
DASAR PEMAAF YANG MENGHILANGKAN SIFAT
KESALAHAN, DIMANA SIFAT KESALAHAN
TERSEBUT TERCANTUM DALAM PERUMUSAN
DELIK, MAKA
134
PUTUSANNYA ADALAH BISA BEBAS
(JIKA DIBUKTIKAN DAN TERNYATA
TIDAK TERBUKTI) ATAU LEPAS
 (JIKA TIDAK TERDAPAT UNSUR
KESALAHAN).
 
 

135
KEGUNAAN DASAR PEMBENAR DAN DASAR
PEMAAF DALAM HAL PENYERTAAN (DALAM
PENYERTAAN DIMANA SATU TINDAK PIDANA
ADA ANDIL LEBIH DARI 1 ORANG):
™ DASAR PEMBENAR JIKA SALAH
SATU DARI SI PELAKU YANG MEMPUNYAI
DASAR PENGHAPUS YANG MERUPAKAN
DASAR PEMBENAR, MAKA PIHAK PELAKU
YANG LAIN JUGA DIKENAKAN DASAR
PEMBENAR JUGA.
™ DASAR PEMAAF APABILA
SESEORANG MEMPUNYAI DASAR PEMAAF,
MAKA PELAKU YANG LAIN TIDAK
MEMPUNYAI DASAR PEMAAF. 136
DAYA PAKSA (OVERMACHT)
 
OVERMACHT MERUPAKAN SUATU DORONGAN
YANG TIDAK DAPAT DIELAKAN LAGI YANG
BERASAL DARI LUAR.
DAYA PAKSA ADA 2:
1. ABSOLUT (VIS ABSOLUTA) = TIDAK MUNGKIN
DAPAT DILAWAN
™ A DIPEGANG DENGAN ERAT LALU
DILEMPARKAN OLEH B, SEHINGGA KACANYA
PECAH.
™ A YANG DIPEGANG TANGANNYA OLEH B
UNTUK MENANDATANGANI SURAT.
™ A YANG DIHIPNOTIS UNTUK MELAKUKAN
TINDAK PIDANA. 137
2. RELATIF (VIS COMPOSIVA) Æ
DORONGAN ATAU PAKSAAN MASIH
MUNGKIN UNTUK DILAWAN.
 
SESEORANG AKAN MELAKUKAN HAL YANG
SAMA JIKA BERADA DALAM KEADAAN ITU.
™ A DITODONG OLEH B DENGAN PISTOL
DISURUH MEMBAKAR RUMAH, JIKA A
TIDAK LEKAS MEMBAKAR RUMAH MAKA
PISTOL YANG DITODONGKAN OLEH B AKAN
SEGERA MENEMBAK A. NAMUN JIKA IA
MENURUTI PERINTAH MEMBAKAR RUMAH
ITU A TIDAK DAPAT DIHUKUM.
138
INGAT DALAM OVERMACHT, HARUS ADA
SYARAT SUBSIDARITAS DAN SYARAT
PROPOSIONALITAS.
1. SYARAT SUBSIDARITAS Æ ADANYA
KEPERLUAN YANG MUTLAK, TIDAK ADA
JALAN LAIN.
2. SYARAT PROPOSIONALITAS Æ ADANYA
KESEIMBANGAN ANTARA KEPENTINAGN
HUKUM YANG DILANGGAR DENGAN
KEPENTINGAN HUKUM YANG DILINDUNGI.
INTINYA DELIK DILAKUKAN KARENA
ADANYA DORONGAN ATAU PAKSAAN,
NAMUN TIDAK ADA PERLAWANAN.
139
Keadaan darurat (noodtoestand)
 keadaan darurat (noodtoestand) dibagi 3:
™suatu pertentangan antara kepentingan hukum,
contoh: 2 orang yang terhanyut di laut merebut sebatang
kayu, tetapi kayu tersebut hanya dapat menahan 1 orang
saja, maka yang lebih kuat menggencet yang lemah
sehingga yang lemah itu terbenam.
™ Suatu pertentangan antara kepentingan hukum dengan
kewajiban hukum, contoh: seorang polisi yang
memecahkan kaca jendela untuk menyelamatkan orang
didalam rumah yang sedang terbakar. Seorang dokter
militer yang mempunyai kewajiban untuk merahasiakan
penyakit pasiennya.
™ Suatu pertentangan antara kewajiban hukum, contoh:
A dipanggil ke PN jak-sel namun dilain sisi ia juga
dipanggil oleh PN jak-bar, maka A dapat memutuskan ia
140

akan pergi ke PN mana.


BELA PAKSA (NOODWEER)
 
PASAL 49 (1) KUHP ADALAH
TINDAKAN MAIN HAKIM SENDIRI,
NAMUN DIBENARKAN OLEH HUKUM
KARENA MEMENUHI SYARAT-
SYARAT TERTENTU.

141
SYARAT-SYARATNYA:
 1. ADANYA SERANGAN YANG MELAWAN
HUKUM
 2. SERANGAN ITU SEKETIKA DAN
PEMBELAANNYA SEKETIKA ITU JUGA
 3. SERANGAN DILAKUKAN TERHADAP DIRI
SENDIRI ATAU ORANG LAIN
 4. YANG DIBELANYA HANYA SEBATAS PADA
BADAN, HARTA-BENDA, KEHORMATAN
KESUSILAAN
 5. PEMBELAANNYA HARUS MEMENUHI
SYARAT PROPORSIONALITAS
6. PEMBELAANNYA HARUS MENGANDUNG
SYARAT SUBSIDARITAS 142
CONTOH: KETIKA A SEHABIS KELUAR DARI
TEMPAT ATM, A MEMBAWA UANG SEBESAR
10 JUTA YANG HABIS DIAMBILNYA UNTUK
MELAKUKAN MENGOBATAN ATAS ANAK
YANG TERKENA PENYAKIT DEMAM
BERDARAH, NAMUN MALANG NASIB A
YANG HENDAK DIRAMPOK SEHINGGA
MELIHAT KEADAAN BEGITU A CEPAT
MEMBELA DIRI DENGAN MEMUKULNYA
HINGGA PERAMPOK ITU MELARIKAN DIRI.
 

143
BELA PAKSA LAMPAU BATAS
(NOODWEER EXCESS)
 
PASAL 49 (2) KUHP ADALAH
KEADAAN DIMANA TERDAPAT BELA
PAKSA, NAMUN BENAR-BENAR
MELAMPAUI SYARAT
PROPOSIONALITASNYA, YANG
DIKARENAKAN GONCANGAN JIWA
YANG SANGAT LUAR BIASA.
144
SYARAT-SYARAT BELA PAKSA LAMPAU BATAS:
 1. MELAMPAUI BATAS PEMBELAAN YANG PERLU
2. TERBAWA OLEH PERASAAN YANG “SANGAT PANAS HATI”
 
CONTOH: Malang Nasib Brigjen A Pulang Pukul 18.00 Dari Kantornya Dan
Menuju Rumah, Sesampainya Di Rumah Dilihat Istrinya Sedang Diperkosa
Oleh Preman. Melihat Kejadian Itu, Dengan Seketika Brigjen A Mengambil
Pistol Yang Ada Dalam Sakunya Lalu Ditembakkan Beberapa Peluru Kearah
Preman Itu Hingga Mati.
Bahwa Pembelaan Oleh Brigjen A Semestinya Dapat Dihindarkan Dengan
Menggunakan Pistol Yang Dapat Digantinya Dengan Sebuah Kayu, Namun
Ini Yang Dinamakan Melampaui Batas. Lalu Mencabut Pistol Yang Dibawa
Dan Ditembakkannya Beberapa Kali Pada Orang Itu, Boleh Dikatakan Ia
Melampaui Batas Pembelaan Darurat, Karena Biasanya Dengan Tidak Perlu
Menembakkan Beberapa Kali, Orang Itu Telah Menghentikan Perbuatannya
Dan Melarikan Diri, Serta Boleh Melampaui Batas Karena Ada Unsur “Panas
Hati” Yang Amat Sangat Panas.
145
GABUNGAN (SAMENLOOP)
 
GABUNGAN ADALAH SESEORANG
YANG MELAKUKAN 1 PERBUATAN
ATAU BEBERAPA PERBUATAN YANG
MELANGGAR 1 ATURAN PIDANA ATAU
BEBERAPA ATURAN PIDANA, DIMANA
PERBUATANNYA BELUM DIJATUHI
OLEH PUTUSAN HAKIM YANG
BERKEKUATAN HUKUM TETAP.
146
DALAM HUKUM PIDANA KITA MENGENAI 3 JENIS
GABUNGAN:
A. GABUNGAN BERUPA 1 PERBUATAN
(EENDAADSE SAMENLOOP/CONCURSUS IDEALIS)
Æ PASAL 63 KUHP
™ CONCURSUS IDEALIS HOMOGENIUS: 1
PERBUATAN YANG DILAKUKAN MELANGGAR 1
PASAL BEBERAPA KALI. CONTOH: PEMBUNUHAN
DENGAN MELEMPAR BOM, NIAT A HANYA UNTUK
MEMBUNUH B NAMUN DENGAN
DILEMPARKANNYA BOM, MAKA ORANGLAIN PUN
IKUT MATI.
™ CONCURSUS IDEALIS HETEROGENIUS: 1
PERBUATAN YANG DILAKUKAN MELANGGAR
BEBERAPA PASAL. CONTOH: A MEMPERKOSA ANAK
KECIL DI JALAN. 147

Anda mungkin juga menyukai