Anda di halaman 1dari 16

BANTUAN HUKUM

1.PENGERTIAN BANTUAN HUKUM

Banyak berbagai istilah dan nama bagi mereka yang profesinya


memberikan jasa dalam bidang hukum,maupun pelayanan hukum bagi mereka
para pencari keadilan dalam sebuah perkara baik itu perkara pidana maupun
perdata. Dalam menjalankan profesinya mereka terikat pada perundang undangan
yang mengatur baik tentang kesopanan maupun kode etik.

Diatur dalam Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang ketentuan


ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman,pasal 36 dan 37 terdapat pada ayat
tersebut istilah “Penasehat Hukum” yang mana mereka berkewajiban menasehati
ataupun memeperlancar perkara dengan menjunjung tinggi niali Pancasila.
Menteri kehakiman dalam surat putusan Nomor;M.02.UM.09.08 Tahun 1980
menjadi awal lahirnya istilah “Bantuan Hukum” yang mana pada putusan tersebut
membahas tentang petunujuk pelaksanaan bantuan hukum. Sedangkan pengertian
badan hukum secara umum ialah “ jasa yang memberikan nasihat hukum di luar
pengadilan dan bertindak baik sebagai pelaku dari seseorang yang tersangkut
perkara pidana atau sebagai kuasa dalam perkara perdata atau tata usaha negara”1

Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Peradilan


Umum Dapartemen Kehakiman secara umum memeberikan pengertian tentang
bantuan hukum tersebut,yaitu bantuan memberikan jasa untuk:

1. Memberikan nasihat hukum


2. Bertindak sebagai pendamping atau kuasa seseorang untuk menyelesaikan
masalah yang timbul karena adanya perselisihan hukum yang menyangkut
hak dan kewajiban seseorang baik di muka pengadilan maupun di luar
pengadilan;
1
Abdurrahman, Beberapa Aspek tentang Bantuan Hukum di Indonesia, Ditulis dalam Rangka
Proyek Pengembangan Kuliah Program Penunjang Bantuan Hukum, Indonesia Lembaga
Kriminologi Universitas Indonesia, Jakarta, 1980, h.17.
3. Bertindak sebagai pendamping dan pembela seseorang yang dituduh
melakukan kejahatan dalam perkara pidana atau perkara perdata ataupun
tata usaha negara.2

Pada pengertian sebelumnya kebanyakan berasal dari pendapat yang


diberikan oleh kalanga penegak hukum praktis,sedangkan menurut pendapat yang
diberikan oleh kalangan pendidikan tinggi yang mana hukum dikaitkan dengan tri
darma perguruan tinggi khususnya dalam bidang hukum dan kemanusiaan. Yang
mana bantuan hukum dikaitkan dengan tri darma perguruan tinggi dilakukan
dengan jalan

1. Memberikan konsultasi hukum


2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya pencari keadilan
untung menjunjung tinggi norma norma huku
3. Memberikan hukum bantuan hukum secara aktif dan langsung secara
merata kepada masyarakat.

Pada pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Indoneisa sebagai negara hukum
memiliki 3 prinsip dasar:supremasi hukum, , persamaan di hadapan hukum, dan
penegakan hukum dengan tata cara yang tidak bertentangan dengan aturan
hukum.3 Setiap orang berhak atas pengakuan,perlindungan,jaminan dan
kepastian hukum yang adil dan perlakuan yang seadil adilnya dihadapan hukum
pasal 28 huruf D ayat (1) tersebut diartikan secara dinamis.

Menurut Aristoteles,keadilan harus diberikan kepada semua warga negara


yang mana hukum mempunyai tugas menjaga keadilan bagi setiap orang tanpa
terkecuali baik mereka yang mampu maupun tidak mampu harus memiliki akses
keadilan yang sama. Dalam bantuan hukum ini orang yang dimaksud disini adalah
seorang pengacara atau advokat yang mana dia menjadi orang yang memberi
nasehat ataupun orang yang memperlancar agar bagaimana sebuah perkara itu
dapat diselesaikan baik didalam pengadilan maupun diluar pengadilan.

2
Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Peradilan Umum Departemen Kehakiman, Penyuluhan
Hukum Ketiga Tentang Bantuan Hukum, Edisi Kedua, 1982, h.11
3
(Zen & Hutagalung, 2009:34).
. Luas wilayah dari negara juga bisa menjadi faktor terbatasnya bantuan
hukum pada negara tersebut,tetapi meskipun pelayanan bantuan hukum yang
bergitu terbatas diharapkan bantuan hukum ini dimanfaakan sebaik-baiknya bagi
mereka yang memerlukan bantuan hukum untuk menyelesaikan sebuah perkara.
Bantuan hukum meliputi:

1. Menjalankan kuasa
2. Mendampingi,mewakili,membela,atau
3. Melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum penerima
Bantuan Hukum.4

2.SEJARAH BANTUAN HUKUM DI INDONESIA

A.Bantuan Hukum Di Zaman Penjajahan Belanda

Dari awal pertama masuknya pihak kompeni(VOC) ke Indonesia mereka


berketetapan menghormati hukum lokal,yang mana disini mereka pada ummnya
tidak dapat mengesampingkan hukum lokal tersebut kecuali bila kepentingan
dagang menjadi taruhan. Hal initidak mereka hormati dan ambisi mereka pun
cenderung tidak menghormati hubungan hubungan ekonomi dan politik yang
selamanya merupakan sumber pokok hukum lokal5. Sekitar tahun 1900-an selama
kebijakan etis,pembaruan hukum siap dilaksanakan,namun dilihat dari tempat
berpijak masyarakat Indonesia sebagian perubahan ini hanyalah penghalusan
bentuk yang sudah terbentuk sebelumnya. Semua itu penting bagi masyarakat
Belanda yang kadang kadang memperlakukan bangsa Indonesia secara lain
(misalnya;vervreemdingsverbod tahun 1870,yang melarang pemindahan hak milik
atas lahan orang Indonesia kepada orang asing) tetapi tidak pernah selain hanya

4
Pengadilan negeri sarolangun,”Hak Bantuan Hukum”,
https://www.pn-sarolangun.go.id/index.php/layanan-hukum/hak-hak-pokok-masyarakat-
pencari-keadilan/hak-bantuan-hukum#:~:text=Bantuan%20hukum%20tersebut%20meliputi
%20menjalankan,Hukum%20untuk%20mendapatkan%20akses%20keadilan.

5
Daniel S. Lev ,Hukum dan politik di Indonesia:Kesinambungan dan Perubahan,Khususnya bab
yang berjudul Hukum Kolonial dan Asal-usul Pembentukan Negara Indonesia,Hal.438-473
sebagai pemantas saja dengan tujuan menentang adanya perbedaan-perebdaan
unsur kemajemukan ekonomi,sosial,dan politik kolonial,biasanya mereka justru
memperkokoh perbedaan-perbedaan tersebut dengan cara yang lebih canggih dan
halus.

Dalam hal perdilan ditemukan hubungan yang serupa yaitu dalam bidang
peradilan dengan perbedaab penting bahwa tapal batas etnis diterobos ke satu
arah,ke pihak Belanda yang jenjang peradilannya terdiri atas Residentiegerecht
untuk tingkat pertama,Raad van Justitie untuk tingkat banding,dan Mahkamah
Agung (Hooggerechtshof) di Jakarta (Batavia). Tenaga bagi kedua pengadilan
yang terakhir itu adalah para ahli hukum yang terlatih yang semakin dipererat
kaitannya dengan rechtsstaat negeri induknya melalui pendidikan
tradisi,pengetahuan turu-temurun,gaya,dan ilmu hukum. Wewenang pengadilan
Eropa ini diperluas untuk mengadili semua perselisihan dagagang eksternal dan
sebagian besar perselisihan dagang internal,hubungan perdata dalam orang
Eropa,dan sudah barang tentu,perbuatan pidana yang dilakukan oleh orang Eropa.

Negara asal Eropa mempunyai dua kitab undang undang hukum acara,satu
membahas perkara perdata (Burgelijk Rechtsvordering)dan satu lagi membahas
tentang perkara pidana(Strafvordering). Dan tahun 1950-an kedua kitab undang
undang ini memuat ketentuan ketentuan,termasuk jaminan hak hak pribadi,yang
termaktub dalam kitab undang-undang di Belanda. Untuk orang indonesia di
sediakan satu kitab undang undang baik untuk perkara perdata ataupun perkara
pidana,yang mana dalam kitab ini menetapkan acara acara peradilan pangreh
praja maupun landraad dan pengadilan pengadilan yang lebih rendah yang mana
kitab Undang-undang ini disebut H.I.R.

B.Bantuan Hukum Di Zaman Penjajahan Jepang

Dalam masa pendudukan Jepang,terhadap golongan Eropa dan Tionghoa


diberlakuka Burgerlijk Wetboek (B.W.) dan Wetboek van Koophandel
(W.v.K.),sedangkan untuk golongan indonesia berlaku hukum adat. Bagi
golongan golongan lainnya berlaku hukum yang diperlakukan bagi mereka
menurut peraturan dahulu. Berdasarkan penjelasan Pemerintahan Pendudukan
Jepang pada tanggal 10 Mei 1944,dinyatakan bahwa semenjak pemerintahan
Balatentara dijalankan di Indonesia,perkara perkara perdata dan pidana untuk
penduduk sipil bangsa Jepang dan orang orang militer yang tidak diadili oleh
Gunpokaigi dan Gunritukaigi (Mahkamah Militer),diadili oleh Gunsei Hooin
(Pengadilan Pemerintah Balatentara).

Dalam osamu seirei No.24 tahun 1944 tentang mengadili rakyat


Nippon,ditetapkan bahwa baik dalam perkara perdata maupun perkara pidana
pengusutan,penuntutan,pemeriksaan,dan pengadilannya terhadap orang orang
Jepang adalah menurut undang undang Jepang,kecuali mengenai perkara-perkara
yang tidak dapat diselesaikan menurut undang undang tersebut karena keadaan
istimewa. Ketentuan tersebut tidak menghalang halangi berlakunya Gunseirei bagi
mereka perkara akan diperiksa dan diadili oleh Tihoo Hooin (Pengadilan
Negeri),sedangkan hakim atau jaksa yang memeriksanya terdiri atas orang-orang
Jepang yang memang telah diangkat menjadi hakim atau jaksa di Jepang.

Ada 5 organisasi peradilan pada masa pemerintahan pendudukan Jepang


antara lain:

1. Gunritukaigi (Mahkamah Militer)


2. Kaikyoo Kootoo Hooin (Mahkamah Islam Tinggi)
3. Tihoo Hooin (Pengadilan Negeri)
4. Kootoo Hooin (Pengadilan Tinggi)
5. Saikoo Hooin (Peradilan Agung)

C.Bantuan Hukum Di Indonesia

Para pendiri Republik Indonesia dalam membentuk negara kesatuan


Republik Indonesia itu berdasarkan hukum (rechtsstaat) dan bukan merupakan
yang berdasarkan kekuasaan (machtsstaat). Di tulis dalam sebuah buku yang
berjudul Pengertian tentang Negara Hukum, Moh.Yamin emendefinisikan bahwa
negara hukum atau government of laws sebagai berikut:
“Kekuasaan yang dilakukan oleh pemerintah hanya berdasarkan dan berasal dari
undang-undang dan sekali kali tidak berdasarkan kekuasaan senjata,kekuasaan
sewenang wenang,atau kepercayaan bahwa kekuatan badanlah yang boleh
memutuskan segala pertikaian dalam negara.”6

Sering kali juga bantuan hukum ini diasosiasikan sebagai belas kasihan
terhadap masyarakat miskin. Seharusnya pengertian bantuan hukum ini jangan
diliat dari arti sempit nya saja tetapi harus dikaji juga secara mendalam dengan
arti yang luas. Tujuan lain dari bantuan hukum ini juga merupaka gerakan moral
yang memeperjuangkan hak asasi manusia7. Padahal hak seseorang dalam
mendapatkan keadilan dimata hukum itu harus diberlakukan sama tidak ada
pembeda bagi dia yang mampu ataupun tidak mampu sehingga terciptalah
keadilan bagi semua (justice for all). Pada pasal 34 UUD 1945 mengatur bahwa
fakir miskin dan anak terlantar itu merupakan tanggung jawab negara sehingga
boleh dikatakan bantuan terhadap orang miskin,termasuk bantuan hukummenjadi
kewajiban negara dalam memfasilitasinya. Bantuan hukum yang berkaitan atau
relevan dengan persamaan dihadapan hukum (equality before teh law) dijamin
dalam UUD 1945 dan instrumen intrenasional seperti Universal Declaration Of
Human Rights. Dan sering kita jumpai masyarakat miskin diperlakukan tidak
adil,disiksa,dihuku,dan diperlakukan tidak manusiawi dan merendahkan
martabatnya sebagai manusia dimata hukum bukan malah mendapat pembelaan
atas hak nya malah mendapat hal yang merugikan atas ketidakadilan tersebut.

3.FUNGSI DAN TUJUAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM

Manusia sebagai mahluk yang kehidupannya tidak jauh dari yang


namanya bersosialisasi selayaknya manusia itu hidup harus memiliki aturan agar
terciptanya hidup berdampingan yang damai dan tentram karena hukum tidak
akan mungkin lahir kalau bukan karena campur tangan manusia itu sendiri. Ketika
di tengan tengah masyarakat terjadi konflik atau hak dari masyarakat tersebut

6
Sudargo Gutama,Pengertian Tentang Negara Hukum,Bandung,Penerbit Alumni,1983,hal.22.
7
Abdurrahman,Op.Cit,hal.141.
terancam maka disitulah hukum yang diatur sebelumnya memiliki peran guna
untuk mendamaikan antar masyarakat.

Maka pada hal ini disinilah dibutuhkan bantuan hukum tersebut yang
mana ini diharapkan mempunyai komitmen sosial dalam membantu pelayanan
hukum terutama bagi masyarakat yang kurang mampu. Dalam hal ini disinilah
terlihat bagaimana seorang profesi pengacara/advokat memiliki tanggung jawab
moral bagi orang awam yang dirugikan karena ketidaktahuan mereka atas hak hak
nya. Menurut Zen patra& Hutagalung bantuan hukum ini merupakan upaya yang
diberikan untuk membantu orang yang tidak mampu dalam bidang hukum demi
tercapainya sebuah keadilan,dalam arti sempit bahwa bantuan hukum ini
merupakan jasa bantuan hukum yang diberikan secara cuma-cuma kepada
masyarakat yang tidak mampu8.

Dalam UU No.16 Tahun 2011 pasal 1 ayat (1) menagatakan bahwa


“bantuan hukum itu adalah bantuan yang diberikan pemberi bantuan hukum
secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum. Dan pada ayat 3 disebutkan
pemberi bantuan hukum itu antara lain yaitu lembaga bantuan hukum atau
organisasi kemasyarakatan yang memberikan layanan bantuan hukum.9 Pemberian
Bantuan Hukum – berdasarkan pasal 5 ayat (1) PP No. 42 tahun 2013 – meliputi
masalah hukum keperdataan, pidana, serta tata usaha negara, baik secara Litigasi
maupun Non Litigasi.10

Adapun fungsi dan tujuan bantuan hukum ini dikembangkan lebih dalam
yaitu antara lain:

1. Manambah pengetahuan dan kesadaran hukum di lingkungan masyarakat


tentang pentingnya memenuhi hak hak mereka yaitu sosialisasi baik secara

8
(Zen, Patra & Hutagalung, 2009:33)
9
Pengadilan negeri sarolangun,”Hak Bantuan Hukum”,
https://www.pn-sarolangun.go.id/index.php/layanan-hukum/hak-hak-pokok-masyarakat-
pencari-keadilan/hak-bantuan-hukum#:~:text=Bantuan%20hukum%20tersebut%20meliputi
%20menjalankan,Hukum%20untuk%20mendapatkan%20akses%20keadilan
10
Syarat dan tata cara pemberian bantuan hukum dan penyaluran dana bantuan hukum/UU No
42 Tahun 2013/peraturan pemerintah tentang syarat dan tata cara pemberian bantuan hukum
dan penyaluran dana bantuan hukum/
langsung maupun dari media elektronik khusus nya bagi para pemuda
dengan cara memebrkan pelatihan bantuan hukum.
2. Mendorong pusat/pemerintah untuk menciptakan regulasi yang
memebahas dan mengatur bantuan hukum kepada masyarakat.
3. Kerja sama antara elemen masyarakat dan berbagai organisas
kemasyarakatan untuk mendesak pemerintah pusat maupun daerah untuk
lebih memeperhatikan terhadap bantuan hukum
4. Mendorong pemerintah pusat ataupun daerah untuk menyisihkan
APBN/APBD untuk keperluan bantuan hukum dikalangan masyarakat
miskin.
5. Dan,mendorong lembaga pendidikan tinggi untuk memasukkan advokasi
dan bantuan hukum untuk dimasukkan kedalam kurikulum pembelajaran
pendidikan hukum dan HAM.11

4. JENIS JENIS BANTUAN HUKUM DI INDONESIA

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa jenis bantuan hukum yang tersedia


guna untuk memastikan akses keadilan bagi mereka yang membutuhkannya.
Berikut adalah beberapa jenis bantuan hukum yang umum di Indonesia.

1. Bantuan hukum gratis;Pemerintah Indonesia menyediakan Bantuan


Hukum Gratis(BHG) bagi masyarakat yang tidak mampu secara
finansial ,BHG meliputi pemberian nasehat hukum,pendampingan dalam
proses hukum,dan pengacara yang ditugaskan untuk mewakili mereka
dalam persidangan.BHG disediakan oleh Lembaga Bantuaan
Hukum(LBH) yang dibiayai oleh pemerintah.
2. Bantuan hukum berbayar;Masyarakat juga dapat memeilih untuk
menggunakan jasa pengacara independen maupun kantro hukum swasta.
Pilihan ini melibatkan pembayaran langsung kepada penasehat langsung
yang dipilih dan biaya yang dikeluarka tersebut teragntung kesepakatatan
anatara klien dan pengacara.
11
(Kusnadi, 2012:84).
3. Bantuan hukum dari Organisasi non pemerintah selain LBH,ada juga
organisasi non-pemerintah di Indonesia yang menyediakan bantuan
hukum. Contohnya adalah komisi orang hilang dan korban tindak
kekerasan(KontarS),Indonesia legal aid foundation dan Yayasan lembaga
bantuan hukum Indonesia(YLBHI) organisasi inti sering fokus pada isu-
isu hak asasi manusia,konflik lahan,dan perlindungan masyarakat
4. Posbakum(Pos Bantuan Hukum)merupakan lembaga yang didirikan oleh
kementerian hukum dan hak asasi manusia di Indonesia. Dibentuknya
posbakum ini bertujuan untuk memberikan bantuan hukum pada
narapidana,terpidana,dan tahanan yang tidak mampu secara finansial.
5. Bantuan Hukum Prodeo,bantuan hukum ini dalan bantuan hukum yang
diberikan oleh pengacara yang bersedia menjadi penasihat atau pembela
dalam perkara pidana secara sukarela atau dengan honorarium yang
disubsidi oleh pemerintah. Bantuan ini diberikan kepada tersangka atau
terdakwah yang tidak mampu membiayai jasa pengacara sendiri.

5. LANDASAN HUKUM DALAM PERKARA PERDATA

Landasan hukum bagi perwakilan di muka Pengadilan ialah pasal 123


Reglemen Indonesia yang diperbaharui(RIB) yang memberikan kemungkinan
kepada pihak yang berperkara untuk diwakili oleh orang lain yang diberi surat
kuasa khusus. Apabila pemberi kuasa hadir dalam persidangan,maka ia
mewakilkan atau menguasakan lisan terhadap hakim. Para pihak yang seang dala
perkara dapat membawa pembantu atau yang sering disebut penasihat menurut
pasal 123 Reglemen Indonesia di muka persidangan,di dalam RIB tidak
ditentukan atau diatur tentang syarat-syarat yang bertindak sebagai wakil pihak
yang berperkara ,tetapi sebaiknya sebagai seorang yang diberi kuasa atau
penasihat seharusnya dia merupakan seorang ahli hukum ataupun sarjaa hukum.

Berhadapan dengan perwakilan yang tidak diwajibkan,maka ada lembaga


perwakilan wajib oleh sarjana hukum (verplichte procureurstelling) di muka Raad
van Justitie (pengadilan bagi golongan Eropa dan mereka yang dipersamakan) dan
Hooggerechthof,sebagai pengadilan tingkat pertama,banding,ataupun kasasi yang
mana ini diatur dalam Rglement op de Rechtsvordering (Rv). Yang mana disini
para pihak yang berperkara diwakili oleh seorang advokat dan procureur,dengan
suatun sanksi jika salah satu pihak tidak menunjuk seorang advokat sebagai
kuasanya,pihak itu akan dijatuhi dengen putusan verstek,meskipun pihak itu
sendiri hadir di muka persidangan yang bersangkutan 12. Sistem perwakilan yang
diwajibkan tidak dianut dalam RIB.

Pada pasal 123 ayat 2 RIB meberikan peluang bahwa seorang jaksa yang
bertindak atas nama Pemerintah sebagai wakil atau mewakili Negara sebagai
salah satu pihak yang harus ada dalam satu pihak yang berperkara yang mana
jaksa harus selalu berada dalam setia persidangan. Maka jaksa tidak wajib
memerlukan surat kuasa khusus,selain jaksa maka dapat ditunjuk sebagai wakil
negara yaitu seroang advokat negara atau landsadvocaat. Perlu kita ketahui juga
secara rinci disini tentang dengan berlakunya Undang-undang Darurat tentang
tindakan-tindakan sementara untuk menyelenggarakan kesatuan
susunan,kekuasaan dan acara pengadilan-pengadilan sipil,Undang-undang Darurat
No.1 Drt. Tahun 1951 Lembaran Negara Nomor 9 Tahun 1950,maka Pengadilan
Negeri merupakan hakim shari-hari bagi selurub golongan penduduk di
Indonesia ,maka Reglement op de Rechtsvordering(RV) tidak berlaku lagi dan
satu satunya pedoman bagi penyelenggara pada peradilan umum ialah Reglement
Indonesia yang diperbaharui (RIB)

Kemudian dengan berlakunya Kitab Undang Undang Acara Pidana


Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981,Lembaran Negara Nomor 76 Tahun
1981,telah dicabut Het Herziene Inlandsch Reglement atau RIB Staatblad tahun
1944 Nomor 44 dihubungkan dengan Undang-undang Darurat Nomor 1 Drt.
Tahun 1951 Lembaran Negara Tahun 1971 Nomor 9,Tambahan Lembaran Negara
Nomor 81 beserta semua peraturan pelaksanaannya,dengan ketentuan sepanjang
hal itu mengenai hukum acara pidana;dengan kata lain;bahwa untuk hukum acara
perdata masih berlaku RIB untuk daerah Jawa dan Madura dan Reghtsreglement
Buitengewesten (Rbg/Reglement Daerah Sebrang ) Staatblad tahun 1927 nomor

12
Prof. Dr. R. Soepomo .S.H.alm,Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri,cetakan tahun
1963,Bab VII,halaman 44 dan seterusnya; Prof. Dr. Soedikno Mertokusumo S.H.Hukum Acara
Perdata Indonesia cetakantahun 1979,halaman 14 dan seterusnya.
227,untuk daerah luar Jawa dan Madura. Dan ada pula landasan umum untuk
bantuan hukum dalam perkara perdata yaitu sebagai berikut :

1. Konstitusi dan perundang-undangan; banyak negara memiliki ketentuan


dalam konstitusi atau perundang-undangan yang menjamin terhadap
bantuan hukum dalam perkara perdata. Ketentuan ini dapat mencakup hak
setiap individu untuk memiliki penasehat hukum,baik secara gratis atau
dengan biaya yang terjangkau.
2. Hukum acara perdata di berbagai yurisdiksi sering kali mengatur prosedur
dan mekanisme untuk memperoleh bantuan hukum,misalnya ada
ketentuan untuk permohonan penangguhan biaya pengadilan bagi pihak
yang tidak mampu secara finansial,pengakatan penasehat hukum
publik,atau pengaturan terkait biaya litigasi.
3. Prinsip keadilan dan kesetaraan;prinsip-prinsip dasar keadilan dan
kesetaraan juga dapat menjadi landasan bagi bantuan hukum dalam
perkara perdata. Ini mencakup prinsip bahwa setiap individu memiliki hak
untuk mempertahankan hak-haknya di hadapan hukum,dan bantuan
hukum diperlukan untuk memastikan akses setara kedalam sistem
peradilan.
4. Kewajiban negara; Dalam beberapa kasus,negara memiliki kewajiban
untuk menyediakan bantuan hukum kepda meraka yang tidak mampu
secara finansial dalam perkara perdata,hal ini berkaitan dengan prinsip
perlindungan hak asasi manusia dan keadilan sosial.

Jadi perlu diketahu bahwa landasan hukum dan mekanisme bantuan hukum dalam
perkara perdata dapat bervariasi di setiap negara. Oleh karena itu,penting bagi
setiap individu yang membutuhkan bantuan hukum untuk mencari informasi
spesifik yang berlaku di yurisdiksi (peradilan) hukum mereka.

6. KEDUDUKAN PENASEHAT HUKUM DALAM BANTUAN HUKUM


PERKARA PERDATA
Jika membahas tentang bantuan hukum baik dalam perkara pidana,perkara
perdata ataupun perkara tata usaha tidak jauh dari seorang advokat/pengacara,jadi
pada sub-bab ini kita membahas tentang kedudukan penasehat hukum dalam
bantuan hukum dibidang perkara perdata. Di Indonesia sendiri menganut sistem
pengangkatan bagi para penasihat hukum. Dalam surat keputusan Menteri
Kehakiman mengatakan bahwa mereka yang bergelar sarjana hukum-lah yang
bisa menjadi seroang advokat. Hal ini berdasarkan atasperaturan RO pasal 186.

Apakah dalam perkara perdata,tergugat ataupun penggugat perlu


memperoleh atau meminta pendamping atau penasihat hukum untuk membela
haknya? Jawabannya bisa tidak atau tidak perlu untuk memerlukan penasehat
hukum tergantung perkara yang sedang berjalan dan tergantung pada para
penggugat dan tergugat itu sendiri,berbeda dengan perkara pidana ataupun tata
usaha yang lebih dominan harus didampingi oleh penasehat hukum-Nya. Dalam
perkara perdata dengan landasan hukum 123 RIB yang memberikan
kemungkinan kepada pihak yang berperkara untuk diwakili oleh orang lain yang
mana orang lain ini diberi kuasa melalui surat kuasa khusus sebagaimana yang
dijealskan sebelumnya dalam RV yang dengan adanya keharusan dalam sengketa
perdata mewakilkan kepada advokat dan procureur baik di muka Raad van Justitie
dan Hooggrerechthof maka posisi penasihat hukum dalam perkara perdata adalah:

1. Mewakili dan membantu yang berperkara dalam proses peradilan,yakni


mempersiapkan semua pekerjaan perkara hingga putusan hakim
diucapkan;hal demikian disebut procurator. Perkataan procurator berasal
dari bahasa latin yaitu procura dan procuratie dari bahasa belanda atau
power of attorney/proxy dalam bahasa inggris yang memiliki arti
pemegang kuasa penuh dimana ia bertindak untuk yang berperkara dan
atas namanya.
2. Disamping itu seorang penasihat hukum harus memberikah nasihat-
nasihat hukum kepada yang berperkara karena penasehat hukum memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang mendalam dalam hukum perdata.
Seorang advokat memberi nasihat terhadap yang berperkara mengenai
hak-hak dan kewajiban mereka serta prosedur hukum terkait dengan
perkara perdata yang dihadapi;hal tersebut disebut sebagai legal adviser
dalam bahasa inggris,juridis adviser dalam bahasa belanda yang berarti
sebagai pemberi nasihat hukum.
3. Mengumpulkan bukti; Penasehat hukumbertanggung jawab untuk
mengumpulkan bukti yang relevan dengan perkara perdata yang dihadapi.
Seorang penasehat hukum dapat melakukan penyelidikan,mengajukan
permintaan informasi,dan mempersiapkan saksi-saksi yang akan
memberikan kesaksian di pengadilan.
4. Negosiasi penyelesaian;selain menghadapi persidangan,penasehat hukum
juga dapat terlibat dalam negosiasi penyelesaiaan di luar pengadilan.
Mereka dapat berunding dengan pihak lawan atau mediator untuk
mencapai kesepakatan yang memuaskan para klien mereka.

Dengan demikian kedudukan penasihat hukum dalam proses peradilan


dalam perkara perdata yaitu memiliki pekerjaan rangkap,yakni sebagai pemegang
kuasa dan sebagai pemberi nasihat hukum dan perlu jua diketahui bahwa peran
dan kewajiban penasehat hukum dapat bervariasi tergantung pada yurisdiksi
hukum yang berlaku dan peraturan yang mengatur praktik hukum disuatu negara.

7. CARA UNTUK MEMPEROLEH BANTUAN HUKUM

Bantuan hukum di Indonesia dibutuhkan dan populer,akan tetapi


masyarakat dan pemerintah belum sama dan belum ada pengetahuan yang
memadai tentang bantuan hukum. Oleh karena itu,bantuan hukum (legal aid)
perlu dibudayakan dalam masyarakat sebagai (legal culture). Melalui
pembentukan Undang-undang Advokat yang mengatur profesi advokat dan
bantuan hukum diharapakan adanya persepsi yang sama tentang bantuan hukum
anatara polisi,jaksa,advokat,pengadilan,petugas pemasyarakatan,dan masyarakat.

Namun yang membuat persepsi masyarakat dan pemerintah itu tidak sama
karena sebagian besar LBH berkonsentrasi dan bekerja di kota-kota besar tidak
beroperasi hingga ke desa-desa. Padahal,persentase desa miskin dan tertinggal di
tanah air menurut Bapennasmasih cukup tinggi. Menurut sumber Biro Pusat
Statistik(BPS) pada tahun 1996 jumlah penduduk desa yang masih tergolong
miskin adalah 22.439.700 atau sesbesar 11.34%.13

Pada dasarnya akan sangat bermanfaat jika bantuan hukum diberikan oleh
orang yang paham akan hukum untuk menjunjung tinggi rasa keadilan atas hak
seseorang.14 Untuk memperoleh bantuan hukum pemohon bantuan hukum tersebut
harus terlebih dahulu memenuhi syarat-syarat yang di atur di dalam pasal 14 ayat
1,Undang-undang No 16 tahun 2016 tentang bantuan hukum sebagai berikut:

a) Mengajukan permohonan tertulis yang berisi sekurang-kurangnya identitas


pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan
Bantun Hukum
b) Menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara;dan Melampirkan
surat keterangan miskin dari lurah,kepala desa,atau
c) Pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemohon Bantuan Hukum.

Pasal 8 ayat(1) dan (2) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang


Bantuan Hukum mengatur pelaksannan bantuan hukum dilakukan oleh pemberi
bantuan hukum yang memenuhi syarat berdasarkan Undang-Undang,yaitu
berbadan hukum,terakreditasi berdasarkan undang-undang,memiliki kantor atau
sekretariat tetap,memiliki pengurus dan memiliki program bantuan hukum.
Dengan uraian diatas,dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
tentang Bantuan Hukum,pemberian bantuan hukum sekarang tidak hanya di
tangan seorang advokat saja,tetapi juga dapat di lakukan oleh lembaga lembaga
bantuan hukum lain ataupun organisasi kemasyarakatan yang memeberi layanan
bantuan hukum. Menurut pasal 5 Undang-undang No. 11 Tahun 2016 tetntang
bantuan hukum,yang berhak mendapatkan bantuan hukum yaitu sebagai berikut:

1. Penerima bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 4


ayat(1)meliputi setiap orang atau kelompok miskin yanag tidak memenuhi
hak.

13
BAPENNAS,Op. Cit .,tahun1993-1996
14
A. Patra M Zein dan Daniel Hutagalung, Panduan Bantuan Hukum Di Indonesia, YLBHI dan
PSHK, hlm. 48
2. Hak dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak atas
pangan,sandang,layanan kesehuatan,layanan pendidikan,pekerjaan dan
berusaha,dan/perumahan.

Dalam undang undang bantuan hukum penerima bantuan hukum tidak


disebutkan dengan jelas kalangan yang bagaimana saja yang berhak mendapatkan
bantuan hukum. Namun pada prinsipnya harus mengacu pada ketentuan
sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 undang-undang bantuan hukum tersebut.
sehingga secara menyelurh kriteria subjek penerima bantuan hukum adalah
sebagai berikut:

1. Orang yang memiliki masalah hukum keperdataan,pidana,dan tata usaha


Negara,baik litigasi maupun non-litigasi (mengacu pada pasal 4 undang-
undang bantuan hukum)
2. Orang orang yang hak konstitusionalnya dilanggar oleh oknum penegak
hukum.
3. Orang orang yang tidak mendapatkan akses untuk mendapatkan keadilan.
4. Orang orang yang teraniaya oleh masalah hukum yang sedang
dihadapinya.
Keempat kriteria ini bukan suatu syarat untuk mendapatkan bantuann
hukum secara Cuma-Cuma. Sebab keempatnya harus tetap mengacu pada
ketentuan pasal 5 ayat(1) undang-undang bantuan hukum,yaitu yang
mendapatkan bantuann hukum ialah orang atau kelompok yang benar
benar miskin,yang dibuktikan dengan persyaratan yang ditentukan oleh
negara. Negara mengakui adanya hak-hak dalam
ekonomi,sosial,budaya,sipil dan politik bagi fakir miskin secara
konstitusional orang miskin berhak untuk diwakili dan dibela didalam
maupun diluar pengadilan. Jadi bantuan hukum adalah hak dari orang yang
tidak mampu yang dapat diperoleh tanpa bayar (pro bono publico) sebagai
penjabaran persamaan hak di hadapan hukum. Pasal 34 ayat (2) dan ayat
(4) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang
lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan yang diatur
dalam UUBH.15

15
Iwan Wahyu Pujiarto, “Pelaksanaan Pemberi Bantuan Hukum Dikaitkan Dengan Undang
Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum,” USU Law Journal 2, no. 3 (2015). Hlm. 87-
88, https://jurnal.usu.ac.id/index.php/law/article/view/1072 9, diakses pada tanggal 21 Oktober
2020

Anda mungkin juga menyukai